Anda di halaman 1dari 21

Kelompok 2

CIRI-CIRI UMUM DAN KHUSUS PENDIDIKAN


AGAMA ISLAM
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Metode Khusus Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu : Agus Faisal Asha, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
1441 H / 2020 M
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan limpahan kesehatan jasmani dan rohani serta rahmat dan karuniaNya,
sehingga kami kelompok 2 dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah

i
dengan Metode Khusus Pembelajaran PAI judul “Ciri-Ciri Umum dan Khusus
Pendidikan Agama Islam”,yang insyaa Allah telah diselesaikan dengan sebaik
baiknya.

Tak lupa shalawat beriring salam semoga selalu tercurahkan kepada


baginda tercinta Rasullallah SAW yang mudah-mudahan kita selaku umat-Nya
mendapat syafa’atul ‘uzma-Nya dihari kiamat kelak. Atas tersusunnya makalah
ini, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu
mata kuliah Metode Khusus Pembelajaran PAI dengan dosen pengampu Agus
Faisal, M.Ag

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terlalu


banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami harap kritik dan saran yang
membangun agar sekiranya jika penyusunan makalah ini kurang baik akan bisa
menjadi lebih baik lagi untuk kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi yang membaca, memahami dan mengamalkannya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Bandar Lampung,Februari 2020

Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................ii

ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................1

BAB 2. PEMBAHASAN
A. Ciri-Ciri Umum PAI....................................................................................3
B. Sumber Pendidikan Agama Islam..............................................................4
C. Nilai Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.............................................6
D. Ciri–ciri khusus PAI............................................................................8
BAB 3. PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................14
B. Saran...........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Untuk mencapai tujuan pendidikan harus dilakukan upaya semaksimal
mungkin, walupun pada kenyataannya manusia tidak mungkin menemukan
kesempurnaan dalam berbagai hal.
Pengertian Pendidikan Agama Islam Pengertian pendidikan itu bermacam-
macam, hal ini disebabkan karena perbedaan falsafah hidup yang dianut dan sudut
pandang yang memberikan rumusan tentang pendidikan itu.
Kebudayaan Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia
muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyariah (beribadah dan bermuamalah)
dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupannya yang juga
dilandasi oleh Aqidah. Sementara itu materi Akhlak adalah bagian dari mata
pelajaran PAI yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki
moral dan etika Islam sebagai keseluruan pribadi Muslim dan dimalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Materi Akhlaq menekankan pada pembiasaan untuk
menerapkan akhlak terpuji (al-akhlaqal-mahmudah) dan menjauhi akhlak tercela
(al-akhlaqal-mazmumah) dalam kehidupan sehari-hari. Akhlaq mempelajari relasi
antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan
alam semesta.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa sajakah ciri-ciri umum PAI ?
2. Apa sajakah sumber pendidikan Islam ?
3. Apa sajakah nilai dari pembelajaran pendidikan agama islam ?
4. Apa sajakah ciri-ciri khusus PAI ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Agar mengetahui ciri-ciri umum PAI
2. Agar dapat mengetahui tentang sumber pendidikan islam
3. Agar dapat mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran
pendidikan agama islam
4. Agar dapat mengetahui tentang ciri-ciri khusus PAI

4
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Ciri-ciri umum PAI


1. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Untuk mencapai tujuan pendidikan harus dilakukan upaya


semaksimal mungkin, walupun pada kenyataannya manusia tidak mungkin
menemukan kesempurnaan dalam berbagai hal.
menurut ibnu taimiyah, sebagaimana yang dikutip oleh majid irsan
al- kaylani (majid irsan al-kaylani, 1986:177-178, tujuan pendidikan islam
tertumpu pada empat aspek, yaitu
a. tercapainnya pendidikan tauhid denga cara mempelajari ayat
allah dalam wahyunya dan ayat-ayat fisik (afad) dan psikis
(anfus)
b. mengetahui ilmu allah melalui pemahaman terhadap kebenaran
makhluknya
c. mengetahui kekuatan (qudrah) allah melalui pemahaman jenis
jenis, kuantitas, dan kreativitas makhluknya-nya.
d. mengetahui apa yang diperbuat allah( sunnah allah)tentang
realitas(alam) dan jenis-jenis dan prilakunya.1
Ali ashraf(1989,2 :130) menawarkan tujuan pendidikan islam
dengan terwujudnya penyerahan mutlak kepada allah dengan tingkat
individual, masyarakat individual pada umumnya tujuan umum tersebut
merupakan kristalisasi dari tujuan khusus pendidikan islam. menurutnya
tujuan khusus pendidikan islan adalah sebagai berikut :
a. mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam serta
mengembangkan pemahaman rasional mengenai islam dalam
konteks kehidupan modern.
b. membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan
kebijakan, baik pengetahuan praktis, kekuasaan, kesejahreraan
lingkunagn sosial dan pembangunan nasional.
1
Bukhori, Umar, Ilmu Penddikan Islam (Jakarta:Sinar Grafika,2011), h. 3

5
c. mengembangkan kemampuan pada diri peserta didik untuk
menghargai dan membenarkan superioritas komperatif
kebudayaan dan peradaban islami diatas semua kebudayaan lain.

d. memperbaiki dorongan emosi melalui pengalaman imajinatif


sehingga kemampuan kreatif dapat berkembang dan berfungsi
mengetahui norma-norma islam yang benar dan yang salah.

e. membantu peserta didik yang sedang tumbuh untuk belajar


berfikir secara logis dan membimbing proses pemikirannya
dengan berpijak pada hipotesis dan konsep konsep tentang
pengetahuan yang dituntut.

f. mengembangkan wawasan relasional dan lingkungan sebagaimana


yang dicita citakan dalam islam dengan melatih kebiasaan yang
baik.

g. mengembangkan, menghaluskan dan memperdalam kemampuan


berkomunikasi dalam bahasa tulis dan bahasa lisan.

Rumusan tujuan pendidikan islam yang dihasilkan dari seminar


pendidikan islam sedunia tahun 1980. Maksudnya tujuan pendidikan islam
adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kpribadian manusia
(peserta didik) secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui
latihan jiwa, akal pikiran(intelektual), diri manusia yang rasional perasaan
dan indra. oleh karena itu, pendidikan hendaknua mencangkup
pengembangan aspek fitrah peserta fidik; aspek spiritual, intelektual
imajinasi, fisik , ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun.
kolektif; dan mendotong semua aspek tersebut berkembang ke arah2
B. Sumber Pendidikan Agama Islam

2
Ibid., h. 7

6
Sumber pendidikan islam yang dimaksud disini semua acuan atau
rujukan yang darinya memancar ilmu pengetahuan dan nilai nilai yang akan
ditransinternalisasikan dalam pendidikan islam. sumber ini tentunya telah
diyakini kebenarannya dan kekuatannya dalam mengantar aktivitas
pendidikan islam dan telah teruji dari waktu ke waktu sumber pendidik islam
terkadang disebut dengan dasar ideal pendidikan islam. urgensi penentu
sumber disini adalah bentuk untuk:
a. .mengarah tujuan pendidikan islam yang ingin di capai
b. membingakai seluruh kurikulum yang dilakukan dalam proses belajar
mengajar, yang didalamanya termasuk materi,metode,media,sarana
dan evaluasi
c. menjadi standar dan tolak ukur dalam evaluasi, apakah kegiatan
pendidikan telah mencapai dan sesui dengan apa ynag diharapkam atau
belum.3
Menurut said ismail ali, sebagaimana yang telah dikutip oleh hasan
langgulung(1980:35) sumber pendidikan islam terdiri dari 6 macam yaitu
al-quraan, as-sunah, kata kata sahabat(madzhab sahabi), kemaslahatan
umta atau sosial, tradisi atau adat istiadat masyarakat dan hasil pemikiran
para ahli. dalam islam keenam sumber pendidikan itu dilakukan secara
hierarkis artinya rujukan pendidikan islam diawali dari sumber pertama
(al-quraan) untuk kemudian dilanjutkna dengan sumber kedua secara
berurutan.
a. Al-quran
secara etimologi Alquran berasal dari kata qara'ayaqrau-qiraatan,
atau quranam yang berarti mengumpulkan (al-janu) menghipun huruf
huruf serta satu kata dari setiap bagian kebagian yang lain secara teratur.
muhamad salim muhsin mendefinisikan alquraan adalah

firman allah yang diturunkan nabi muhammad yanng tertulis dalam


mushaf mushaf dan dinukil/diriwayatkan kepada kita dengan jalan

3
Ibid., h. 10

7
mutawatir dan membacanya dipandang ibadah serta sebagai penentang
( bagi yang tidak percaya walaupun surah terpendek.
Muhamad abduh (1373 H :17) mendefinisikannya sebagai berikut
kalam mulia yang diturunkan oleh allah kepada nabi yang paling
sempurna, muhammad dan ajarannya mencakup seluruh ilmu
pengetahuan. ia merupakan sumber yang mulia, yang esistensinya tidak
dimengerti kecuali bagi orang yang berjiwa suci dan yang berakal
cerdas ( muhammad rasyid ridho)
Definisi pertama lebih melihat kepada alquraan sebagai firman
allah yang diturunkan kepada nabi muhammad saw diriwayatkan
kepada umat islam secara mutawatir membacanya sebagi ibadah dan
salah satu fungsi sebagai mukjizat atau melemahkan para lawan yang
menentangnya. definisi kedua melengkapi isi alquraan yang
mencangkup ilmu pengetahun didalamnya fungsinya sebagai sumber
yang mulia dan penggalian esensinya hanya bisa dicapai olehs seorang
berjiwa suci dan cerdas.alquraan dijadikan sebagai sumber pengetahuan
islam yang pertama dan yang utama karena ia memiliki nilai obsolut
yang diturunkan oleh tuhan. allah menciptakan manusia dan dia pula
yang mendidik manusia yang mana isi pendidikan itu yelah temaktub
dalma wahyunya tidak satu pun persoalan, termasuk persoalan
pendidikan yang luput dari jangkauan alquran allah berfirman dalam
alquraan surat al an'am ayat 38 tidaklah kami alpakan sesuatu apapun
dalam al- kitab kemudian kepada tuhanlah mereka dihimpunkan dan
surat an-nahl ayat 16 dan kami turunkan kepadamu al kitab (al-quraan)
untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar
gembira bagi orang orang yang berserah diri ayat diatas merupakan
pendidikan islam cukup digali dari sumber autentik islam, yaitu
alquran.4
nilai esensi dalam al-quran selamanya abadi dan selalu relevan pada
setiap zaman, tanpa ada perubahan sama sekali. perubahan
dimungkinkan hanya menyangkut masalah interpretasi mengenai nilai-
4
Ibid., h. 13

8
nilai instrumental dan menyangkut masalah tekhnik operasional.
pendidikan islam yang ideal harus sepenuhnya mengacu pada nilai
dasar al-quraan, tanpa sedikitpun menghindarinya. mnengapa hal itu
diperlakukan? karena al-quraan diantaranya memuat tentanf sejarah
pendidikan islam dan nilai nilai normatif dalam.

b. as-sunnah
menurut pengertian bahasa berarti tradisi yang bisa dilakukan,
aytau jalan yang dilalui(ath thariqah al-maskulah) baik yang terpuji
maupun yang tercela. as-sunnah adalah segala sesuatu yang di
nukil.kepada nabi muhammad berupa perkataan perbuatan taqrirnya
ataupun selain dari itu5

C. Nilai Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Al-quran memuat nilai normatif yang menjadi acuan dalam


pendidikan islam. nilai yang dimaksud terdiri atas tiga pilar utama (al-
zunailli, 1986: 438-439) yaitu sebagi berikut :
1. i'tiqadiyyah, yang berkaitan dengan pendidikan keimanan, seperti
percaya kepada allah malaikat, rasul, kitab, hari akhir dan takdir,
yang bertujuan untuk menata kepercayaan individu.
2. khuluqiyyah, yang berkaitan dengan pendidikan etika, yang
bertujuan untuk membersihkan diri dati prilaku rendah dan
menghiasi diri dari prilaku terpuji.
3. amaliyyah, yang berkaitan dengan pendidikan tingakah laku sehari
hari, baik yang berhubungan dengan:

a) pendidikan ibadah, yang memuat hubungan antar


manusia dengan tuhannya, seperti shalat, puasa, zakat ,
haju, dan yang bertujuan untuj aktualisasi niali- niali
ubudiyah.
5
Ibid., h. 15

9
b) pendidikan muamalah yang memuat hubungan antara
manusia baik secara individual maupun institusional
baguan ini terdiri atas
1. pendidikan sykhsyiyyah, seperti prilaku individu
masalah perkawinan, hubungan suami istri dan
keluarga serta kerabat dekat, yang bertujuan untuk
membentuk keluarga sakinah dan sejahtera
2. pendidikan madaniyah, yang berhubungan
dengan pansangan seperti upah gadai, kongsi dan
sebagainya. yang bertujuan untuk mengelolah harta
benda atau hak hak individu
3. pendidikan jana'iyyah yang berhubungan dengan
pidana atas pelanggarn yang dilakukan, yang bertujuan
untuk memelihar kelangsungan kebidupan manusia,
baik berkaitan harta, kehormatan maupun hak hak
individu lainnya;
4. pendidikan murafa'at yang berhubungan dengan
acara seperti peradilan, saksi maupun sumpah, yang
bertujuan untuk menegakan keadilan diantara anggota
masyarakat;
5. pendidikan dusturiyyah, yang berhungungan
dengan undang-undang negara yang mengatur
hubungan antara rakyat dengan pemerintah atau negara,
yang bertujuan untuk stabilitas bangsa dan negara;
6. pendidikan duwaliyyah, yang berhubungan
dengan tata negara seperti tata negara islam tata negara
tidak islam, wilayah perdamaian dan wilayah perang,
dan hubungan muslim satu negara dengan muslim di
negara lain, yang bertujuan untuk perdamian dunia;
D. Ciri –ciri khusus PAI
1. Pengertian dan Arah Pendidikan Agama Islam

10
Pengertian Pendidikan Agama Islam Pengertian pendidikan
itu bermacam-macam, hal ini disebabkan karena perbedaan falsafah
hidup yang dianut dan sudut pandang yang memberikan rumusan
tentang pendidikan itu.
Menurut Sahertian mengatakan bahwa pendidikan adalah
"usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan." Sedangkan Ihsan mengatakan bahwa
pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun
rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Atau dengan kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan
sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar
pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat)
yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita
dan pernyataan tujuan pendidikannya Sedangkan Pendidikan Agama
Islam berarti "usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam
membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam".
Syariat islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau
hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan
nabi sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan dari
satu segi kita lihat bahwa pendidikan islam itu lebih banyak ditujukan
kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal
perbuatan baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dari
segi lainnya, pendidikan islam tidak bersifat teoritis saja, tetapi juga
praktis. Ajaran islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh.
Oleh karena itu, pendidikan islam adalah sekaligus pendidikan iman
dan pendidikan amal dan juga karena ajaran islam berisi tentang
ajaran sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju
kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan islam
adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat. Semula yang

11
bertugas mendidik adalah para Nabi dan Rasul selanjutnya para ulama,
dan cerdik pandailah sebagai penerus tugas, dan kewajiban mereka.6
Arah Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk
menyiapkan siswa agar mampu memahami (knowing), terampil
melaksanakan (doing), dan mengamalkan (being) agama Islam
melalui kegiatan pendidikan. Titik tekan PAI adalah mencetak
generasi islam yang mampu mengamalkan (being) di kehidupan nyata.
Karena ciri utama PAI adalah banyaknya muatan komponen being, di
samping sedikit komponen knowing dan doing. Di sisi lain upaya
peningkatan kualitas Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk
menciptakan budaya unggul tidak berarti penambahan jumlah jam
pelajaran di sekolah, tetapi melalui optimalisasi upaya pendidikan
agama Islam. Itu berupa optimalisasi mutu guru agama Islam dan
optimalisasi atau pembaharuan sarana beserta metodenya.[8] Hal inilah
menurut penulis yang akan menghasilkan pembelajaran PAI yang
berbasis pada penciptaan kultur Islami.
Membahas tentang arah Pendidikan Agama Islam maka tidak
akan bisa lepas dari pembahasan tujuan pendidikan agama Islam[9] itu
sendiri. Oleh sebab itu, menurut penulis PAI sebagai ilmu yang
membicarakan masalah kemanusiaan beserta gejala dan akibatnya
harus mempunyai tujuan praktis dan ideologis. Tujuan praktis PAI
adalah menghasilkan generasi Islam yang tidak hanya pintar beribadah
secara vertikal, namun cerdas secara horizontal. Kecerdasan ibadah
horizontal di sini tidak hanya berkaitan dengan perintah ibadah rutin
seperti zakat, Korban, Aqiqoh, shodaqoh, dan infaq. Namun PAI juga
mampu menciptkan generasi yang memiliki semangat dalam mengkaji
ilmu-ilmu alam dan ilmu sosial serta senantiasa bermusyawarah dan
melakukan penelitian dalam memecahkan masalah untuk
kemaslahatan umat.

6
Ibid., h. 20

12
Yang kedua tujuan ideologis, sudah sepatutnya PAI sebagai
pilar utama pembentukan aqidah dan ketauhidan bagi generasi
selanjutnya harus mampu menghasilkan generasi yang mampu
menguasai ilmu pengetahuan umum namun tetap memiliki
kemantapan dalam bertauhid. Sehingga kedepannya diharapkan PAI
mampu mencetak generasi ilmuwan yang beriman. Inilah yang penulis
sebut sebagai sebuah langkah konkrit dalam melakukan modernisasi
PAI sebagai respon dari fenomena umat islam di dunia global yang
semakin tertinggal dari segi ilmu pengetahuan umum dan teknologi.
Sebagai contoh orang islam yang menguasi ilmu Kesehatan ia akan
senantiasa memegang tradisi islam, menjadi ahli Kesehatan yang
berkarakter islam, yang tidak hanya memunculkan simbol-simbol
Islam saja dalam berkarier di dunia Kesehatan. Jika ini bisa berjalan
sesuai dengan semestinya maka tujuan PAI untuk menciptakan
kultur islami bisa tercapai.
Pendidikan Agama Islam tidak hanya mengantarkan manusia
untuk menguasai berbagai ajaran yang ada pada Islam. Tetapi yang
terpenting adalah bagaimana manusia dapat mengamalkan ajaran-
ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Agama Islam
menekankan keutuhan dan keterpaduan antara ranah kognitif, afektif
dan psikomotornya. Tujuan akhir dari Pendidikan Agama Islam
adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak mulia[10].
Tujuan inilah yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi
Muhammad SAW. Dengan demikian pendidikan akhlak adalah jiwa
dari pendidikan agama Islam. Mencapai akhlak yang mulia adalah
tujuan sebenarnya dari pendidikan.[11] Dengan terciptanya masyarakat
yang berakhlak mulia maka akan terciptalah kultur islami dalam
masyarakat tersebut.
Di sisi lain, jika Pendidikan Agama Islam dimaknai sebagai
sesuatu yang statis maka Pendidikan Islam hanyalah menjadi rutinitas
yang kurang memiliki makna, kecuali hanya dianggap akan memiliki
jaminan pahala jika mempelajari Islam. Selain itu pendidikan islam

13
hendaknya didasarkan dan digerakkan pada keimanan dan komitmen
tinggi terhadap ajaran agama islam.[12] Sehingga walaupun generasi
muda menjadi ahli ilmu di bidangnya masing-masing namun mereka
masih memiliki jati diri, identitas, dan semangat keislaman. Misalnya
seorang dokter menjadi dokter yang islami, seorang pengusaha
menjadi pengusaha yang berkultur islami, dan ahli-ahli ilmu di bidang
masing-masing.

2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan,


dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT,
hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia
dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang
selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif
membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya
dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia
seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan,
hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat
baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.

Ruang lingkup kependidikan Islam adalah mencangkup segala bidang


kehidupan manusia dimana manusia mampu memanfaat kan sebagai
tempat menanam benih-benih amaliyah yang buuahhnya akan dipetik
di akhirat nanti, maka pembentukan sikap dan nilai-nilai amaliyah
dalam pribadi manusia baru dapat efektifbilamana dilakukan melalui
proses kependidikan yang berjalan diatas kaidah-kaidah ilmu
pengetahuan kependidikan.
3. Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) meliputi: Akidah-


Akhlaq, Qur’an-Hadis, Fiqh, dan Sejarah Kebudayaan Islam(SKI).

14
Materi Aqidah adalah bagian dari mata pelajaran PAI yang
memberikan penekanan pada pembinaan keyakinan bahwa Tuhan
adalah asal-usul dan tujuan hidup manusia. Materi Aqidah
menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan
keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan
nilai-nilai yang terkandung dalam nama-nama Allah Swt. (al-asma’ al-
husna). Pada materi Aqidah, mempelajari sifat 20 Tuhan (Aqidatal-
Awwam) atau mengenalkan sifat-sifat Tuhan yang 99 sebagaimana
yang disebutkan dalam al-Qur’an yang dikenal dengan al-asma’ al-
husna perlu diarahkan pada dimensi empirik -- dengan misalnya-- kita
menjelaskan kepada mereka bahwa Tuhan itu memiliki
sifat Rahman (Maha pengasih), jadi manusia harus optimis dalam
menjalani hidup di dunia ini. Sifat Rahman atau kasih sayang Tuhan
itu diberikan kepada semua hamba-Nya, tanpa pandang bulu, tanpa
diskriminiatif, baik hamba yang mukmin maupun yang tidak, namun
Allah Swt. hanya memberikan kasih sayang (Rahim-Nya) di akhirat
kelak khusus kepada yang Mukmin saja. Oleh sebab itu, jika di dunia
ini orang non-Mukmin belajar kedokteran, maka mereka akan menjadi
Dokter. Namun jika orang Mukmin sendiri tidak belajar kedokteran,
tetapi belajar ilmu klenik, maka mereka akan menjadi Dukun.
Demikian pula, jika orang non-Mukmin bekerja keras mengikuti
hukum ekonomi, maka mereka akan menjadi kaya, ini hukum yang
berlaku di dunia. Begitu pun sebaliknya, jika orang Mukmin malas-
malasan bekerja, maka mereka menjadi miskin. Contoh lain misalnya,
Tuhan itu memiliki sifat Ghafur, Maha Pengampun, karena itu kita
tidak perlu putus asa, walau sudah berbuat dosa kita bisa minta ampun
kepada-Nya, meski begitu kita tidak boleh terus menerus berbuat dosa
kemudian minta ampun. Tuhan itu memiliki sifat Wadud (santun),
karena itu Dia tidak bakal menerlantarkan kita. Demikian pula dengan
sifat Tuhan yang seram-seram, seperti Tuhan itu Maha Perkasa (Jabbar)
dan Pendendam (DzunTiqam), hal ini agar manusia tidak
memperlakukan kewajiban-kewajiban Tuhan semaunya atau

15
seenaknya saja. Sifat-sifat Tuhan yang terkandung dalam al-asma’ al-
husna itulah yang seharusnya memberikan dampak psikologis bagi
anak-anak kita. Ketika menjelaskan sifat mahamengetahuinya Tuhan
(al-‘alim) dan kemahabijaksanaan-Nya (al-hakim) bisa dijelaskan
melalui fenomena empirik di sekeliling kita. Misalnya diungkapkan
sebuah kisah seorang Musafir yang sedang berteduh di bawah pohon
beringin besar lagi rindang yang buahnya kecil-kecil, sementatara itu
di hadapannya tumbuh buah semangka besar yang batangnya kecil
merambat di tanah. Ketika seorang Musafir itu terbersit di hatinya
untuk menganggap kenyataan ini janggal, maka serta merta ia
kejatuhan buah beringin itu. Seketika itu juga ia sadar, bahwa apa yang
diciptakan Tuhan itu benar adanya
(RabbanamaKhalaqtaHadzhaBathila…). Karena itu, kita perlu
memperkaya mata pelajaran Aqidah dengan pengembangan-
pengembangan seperti ini, bahwa untuk menunjukkan kemahakuasaan
Allah Swt. cukup ditunjukkan pada penciptaan (makhluk)-Nya yang
terhampar di jagat raya ini
(tafakkarufikhalqillahwalatafakkarufidzatihi). Masih banyak contoh
lain yang bisa dikembangkan terkait dengan ini, sehingga aspek afektif
dan psikomotor dapat dicapai sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Sementara itu materi Qur’an-Hadismenekankan pada kemampuan baca
tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan
kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan
sehari-hari. Al-Qur'an merupakan wahyu Tuhan yang kebenarannya
bersifat absolut. Jika dilihat dari aspek psikologis --dalam konteks
mempelajari al-Qur’an-- belajar membaca dengan benar dan baik, serta
menghafal ayat-ayat al-Qur’an --terutama surat-surat pendek-- akan
lebih melekat dan bertahan lama jika dimulai pada usia SD/MI (6 – 12
tahun). Belajar membaca dan menulis serta menghafal al-Qur’an
tersebut perlu dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan
dari waktu ke waktu atau hari ke hari (sustainable). Jika dilakukan
pada hari tertentu (hari senin jam pertama dan kedua misalnya, karena

16
PAI hanya 2 jam pelajaran) kemudian disusul pada hari senin
berikutnya dan seterusnya sampai beberapa semester, maka kecil
kemungkinannya untuk dapat melekat dan tahan lama dalam
ingatannya, terutama jika tidak didukung oleh pendidikan agama
dalam keluarga dan masyarakat (seperti pendidikan agama pada
TPQ/TPA/TKA dan sebagainya). Dilihat dari aspek psikologi agama,
bahwa siswa MI/SD yang sudah aqilbaligh, berkewajiban untuk
menjalankan ibadah shalat (mukallaf). Pada periode ini mereka
membutuhkan pemahaman al-Qur’an baik dari segi
arti lafdhiyah (tekstual) maupun kandungan makna dan mengaitkannya
dengan fenomena alam, sosial, budaya, politik, ekonomi dan lain-
lainnya (kontekstual), sehingga dapat menambah ke-khusyu’an dalam
beribadah dan mampu membangun kesadaran beragama
(religiousconciousness) anak. Al-Quran dengan demikian benar-benar
menjadi hudan (petunjuk dalam kehidupan), furqan (pembeda antara
yang haq dan bathil, antara yang benar dan salah, dan antara yang baik
dan buruk), obat psikologis bagi manusia beriman (syifa’ mafial-
shudur). Tujuan pengembangan materi ini adalah sebagai upaya
mencari alternatif untuk meningkatkan hasil belajar dan transfer
belajar, memberi dan meningkatkan wawasan guru terhadap materi
pembelajaran agar dicapai hasil belajar yang maksimal. Al-Qur’an-
Hadis merupakan sumber utama ajaran Islam, dan juga merupakan
sumber Aqidah-Akhlak, Syari’ah/Fiqh (ibadah, muamalah), sehingga
kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Aqidah (ushuluddin) atau
keimanan merupakan akar atau pokok agama. Syariah/Fiqh (ibadah,
muamalah) dan Akhlak bertitik tolak dari Aqidah, yakni sebagai
manifestasi dan konsekuensi dari Aqidah (keimanan dan keyakinan
hidup). Syari’ah/Fiqh merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur
hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan
makhluk lainnya. Akhlaq merupakan aspek sikap hidup atau
kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah dalam arti khas)

17
dan hubungan manusia dengan manusia dan lainnya (muamalah) itu
menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam
menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial,
pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan/seni, iptek, olahraga/kesehatan,
dan lain-lain) yang dilandasi oleh Aqidah yang kokoh. Sedangkan
tarikh (sejarah) Kebudayaan Islam merupakan perkembangan
perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha
bersyariah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam
mengembangkan sistem kehidupannya yang juga dilandasi oleh
Aqidah. Sementara itu materi Akhlak adalah bagian dari mata
pelajaran PAI yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik agar
memiliki moral dan etika Islam sebagai keseluruan pribadi Muslim dan
dimalkan dalam kehidupan sehari-hari. Materi Akhlaq menekankan
pada pembiasaan untuk menerapkan akhlak terpuji (al-akhlaqal-
mahmudah) dan menjauhi akhlak tercela (al-akhlaqal-mazmumah)
dalam kehidupan sehari-hari. Akhlaq mempelajari relasi antara
manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan
alam semesta .Relasi atau hubungan ketiganya ini harus harmonis
sebagaimana yang ditunjukkan dalam al-Qur’an surat al-Qashash: 77.
Bahwa manusia harus mentaati perintah Allah dan menjauhi segala
larangan-Nya, berbuat baik kepada sesama manusia dan juga makhluk
lain, termasuk mampu menjaga dan merawat kelestraian alam sebagai
anugerah Allah Swt. ini. Materi Fiqh adalah bagian mata pelajaran PAI
yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik agar dapat mengenal,
memahami, menghayati, dan mengamalkan hukum Islam, yang
kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (wayoflife) melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta pengalaman. Materi
Fiqh menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan
muamalah yang benar dan baik, bersifat fleksibel dan kontekstual.
Oleh sebab itu, hal-hal yang terkait dengan ibadah mahdhah sedapat
mungkin dijelaskan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
modern, misalnya soal makna wudhu’ dan shalat ditinjau dari aspek

18
kesehatan, psikologis dan sosial. Demikian pula tentang najis dan
haram yang harus dijauhi oleh umat Islam. Semua itu perlu dijelaskan
dalam konteks kehidupan kontemporer. Sedangkan
materi Tarikh atau Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah bagian dari
mata pelajaran PAI yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik
agar memiliki pemahaman terhadap apa yang telah diperbuat oleh
Islam dan kaum Muslimin sebagai katalisator proses perubahan sesuai
dengan tahapan kehidupan mereka pada masing-masing waktu, tempat
dan masa, untuk dijadikan sebagai pedoman hidup ke depan bagi umat
Islam. Materi SKI juga menekankan pada kemampuan mengambil
hikmah dan pelajaran (’ibrah) dari peristiwa-peristiwa bersejarah pada
masa lalu yang menyangkut berbagai aspek: sosial, budaya, politik,
ekonomi, iptek dan seterusnya, serta meneladani sifat dan sikap para
tokoh berprestasi, dari Nabi Muhammad Saw., para sahabat hingga
para tokoh sesudahnya bagi pengembangan kebudayaan dan peradaban
Islam masa kini. Prinsip yang digunakan dalam melihat sejarah masa
lalu adalah: ”Meneladani hal-hal yang baik dan meninggalkan hal-hal
yang buruk serta mengambil hikmah dan ’ibrahdari peristiwa masa lalu
tersebut untuk pelajaran masa kini dan mendatang”,

BAB III
PENUTUP

19
A. Kesimpulan
Rumusan tujuan pendidikan islam yang dihasilkan dari seminar
pendidikan islam sedunia tahun 1980. Maksudnya tujuan pendidikan islam adalah
untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kpribadian manusia (peserta didik)
secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal
pikiran(intelektual), diri manusia yang rasional perasaan dan indra.
Menurut said ismail ali, sebagaimana yang telah dikutip oleh hasan
langgulung(1980:35) sumber pendidikan islam terdiri dari 6 macam yaitu al-quraan,
as-sunah, kata kata sahabat(madzhab sahabi), kemaslahatan umta atau sosial,
tradisi atau adat istiadat masyarakat dan hasil pemikiran para ahli.
Bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) meliputi: Akidah-Akhlaq,
Qur’an-Hadis, Fiqh, dan Sejarah Kebudayaan Islam(SKI). Materi Aqidah adalah
bagian dari mata pelajaran PAI yang memberikan penekanan pada pembinaan
keyakinan bahwa Tuhan adalah asal-usul dan tujuan hidup manusia.

B. Saran
Diharapkan kepada pembaca untuk dapat memahami secara mendalam
tentang apa itu membudayakan membaca. Dalam hal ini saya mengakui bahwa
dalam pembuatan makalah masih banyak terdapat kesalahan atau kekurangan kata
dan kalimat. Serta keseluruhan belum dapat memahami materi ini dengan
sempurna. Saya harap dosen bidang studi Al-Qur’an Hadist dapat mengoreksi
makalah yang saya buat agar kedepannya bisa lebih baik dalam hal pebuatan
makalah.

DAFTAR PUSTAKA

20
Umar, Bukhori. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 2011
Mujib,abdul. Ilmu pendidikan islam. Jakarta:kencana,2010
Dradjat,zakiah. Ilmu pendidikan islam. Jakarta: bumi aksara,2011
Alim,muhammad. Pendidikan agama islam. Bandung: remaja
rosdakarya,2006
Muliawan,jasa ungguh. Ilmu pendidikan islam. Jakarta: Rajawali pers,2015

21

Anda mungkin juga menyukai