Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KERANGKA BERFIKIR PENDIDIKAN ISLAM

Disusun guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Landasan Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: Ripal Sobandi,S.Pd

FAKULTAS TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) KAMPUS 5 BUBUAY

TASIKMALAYA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Atas
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
ilmu akhlak dengan judul “Kerangka Berfikir Pendidikan Islam”. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi. Kami berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca.

Kami sebagai penyusun merasa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 09 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1

1. LATAR BELAKANG...........................................................................1

2. RUMUSAN MASALAH......................................................................1

3. TUJUAN...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................3

A. Pengertian kerangka berfikir....................................................................3

B. Psikologi pendidikan islam......................................................................4

C. Motivasi belajar........................................................................................9

D. Dasar-dasar tujuan pendidikan islam.......................................................10

E. Ruang lingkup pendidikan........................................................................11

F. Kerangka berfikir pendidikan...................................................................11

BAB III PENUTUP.....................................................................................12

KESIMPULAN...........................................................................................12

SARAN ........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Islam mempunyai peranan yang sangat strategis dalam mening


katkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) yang mana dalam ajaran Islam men
empatkan manusia sebagai kesatuan yang utuh antara sisi duniawi dan ukhrawi.

Haidar Putra Daulay mengatakan bahwa: “Hakikat pendidikan adalah pem


bentukan manusia ke arah yang dicita-citakan. Maka pendidikan Islam adalah pros
es pembentukan manusia ke arah yang dicita-citakan Islam. Jadi, pendidikan Islam
adalah suatu usaha dan upaya dalam mengembangkan potensi dan kompetensi yan
g dimiliki oleh manusia sesuai dengan fitrahnya berdasarkan tuntunan ajaran Isla
m.

Pendidikan Islam di samping bertujuan menginternalisasikan (menanamka


n dalam pribadi) nilai-nilai Islami, juga mengembangkan anak didik agar mampu
melakukan pengamalan nilai-nilai itu secara dinamis dan fleksibel dalam batas-bat
as konfigurasi idealitas wahyu Tuhan. Hal ini berarti pendidikan Islam secara opti
mal harus mampu mendidik peserta didik agar memiliki kedewasaan dan kematan
gan dalam beriman, bertakwa dan mengamalkan hasil pendidikan yang diperoleh s
ehingga menjadi pemikir dan sekaligus pengamal ajaran Islam. Pada hakikatnya tu
juan pendidikan Islam diarahkan untuk membimbing perkembangan peserta didik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kerangka berfikir?
2. Apa Pengertian psikologi pendidikan islam?
3. Apa yang dimaksud dengan motivasi belajar?
4. Apa yang dimaksud Dasar-dasar tujuan pendidikan islam?
5. Bagaimana ruang lingkup pendidikan islam?
C. Tujuan
1. Mengetahui kerangka berfikir
2. Mengetahui pengertian psikologi pendidikan islam

1
3. Mengetahui motivasi pendidikan
4. Mengetahui dasar-dasar tujuan pendidikan islam
5. Mengetahui ruang lingkup pendidikan islam

BAB II

2
PEMBAHASAN

A.Pengertian Kerangka berfikir pendidikan islam

Secara mendasar pendidikan menurut Islam dilandasi oleh iman kepada Al


lah. Proses pendidikan dimulai dengan membaca, membaca untuk mengkaji semu
a yang diciptakan oleh Allah SWT dengan dasar iman kepada Allah SWT sebagai
mana tercantum dalam Q.S. Al ’Alaq (96): 1-5. Di dalam Islam diperkenalkan kon
sep berpikir (tafakkar), konsep memahami (ta’allam), konsep hati nurani (qalb). B
erpikir dan memahami tidak akan bermanfaat bila tidak didasari dengan hati nuran
i (qalb). Oleh karena itu pendidikan dalam Islam tidak bebas nilai. Islam adalah ra
hmatan lil ’alamiin, dan hanya akan terwujud bila manusia memiliki kemampuan
berpikir kearifan. Hal ini senada dengan pendapat Al Farabi, Ibnu Sina, Ikhwan A
s Safa, bahwa kesempurnaan manusia itu tidak akan tercapai kecuali dengan meny
erasikan antara agama dan ilmu.

Sedangkan yang dimaksud dengan kerangka berfikir pendidikan islam


adalah suatu keyakinan atau pemahaman pengalaman serta penghayatan yang
bersumber pada Al-Qur’an dan hadits.

Abdul Halim Soebahar (2008), menyebutkan bahwa pendidikan dalam Isla


m mengenal beberapa prinsip secara sebagai berikut:

a) Prinsip Tauhid Prinsip tauhid merupakan prinsip dalam pendidikan Islam dan se
tiap sesuatu yang disebut Islami. Dalam prinsip tauhid ini akan melahirkan tata nil
ai berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dalam setiap aktivitas manusia, tak terk
ecuali dalam bidang pendidikan.

b) Prinsip Integrasi Prinsip ini berpijak pada Q.S. Al Baqarah (2): 208, yang artiny
a ”Wahai oang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara utuh”. Hal te
rsebut mengisyaratkan bahwa manusia berkewajiban menumbuhkan kesadaran ak
an kedudukannya sebagai makhluk yang mulia dan terbaik, agar manusia tidak me
ngembangkan diri secara parsial dalam perannya sebagai khalifah di muka bumi i
ni.

c) Prinsip Keseimbangan Prinsip keseimbangan dimaksud adalah meliputi keseim


bangan antara material dan spiritual, unsur jasmani dan rohani, keseimbangan anta

3
ra teori dan praktik, sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat dalam pelak
sanaan pendidikan Islam dalam rangka mewujudkan perannya sebagai khalifah di
muka bumi.

d) Prinsip persamaan, Prinsip persamaan ini berkaitan dengan prinsip dasar tentan
g kesamaan manusia di hadapan Allah, yang mempunyai kesatuan asal, tidak ada
diskriminasi jenis kelamin, kedudukan sosial dan bangsa, maupun antara suku, wa
rna kulit dan ras.

e) Prinsip Pendidikan Seumur Hidup, Islam mengajarkan agar umatnya betul-betu


l belajar dari sedini mungkin dan terus belajar tanpa henti.

f) Prinsip Keutamaan, Prinsip keutamaan merupakan inti dan ruh dari segala kegi
atan pendidikan. Dalam prinsip ini ditegaskan bahwa pendidikan bukanlah sekeda
r proses mekanik, melainkan merupakan suatu proses yang ditujukan untuk penca
paian berbagai macam keutamaan dalam hidup umat manusia. Uraian di atas sejal
an dengan pendapat Baharuddin dalam Aktualisasi Psikologi Islami (2009:213) ba
hwa tujuan ahir pendidikan Islam adalah mewujudkan manusia sebagai khalifatull
ah dan ’adbullah di bumi.

B.Psikologi Pendidikan Islam

Menurut Crow dan Crow mendefinisikan psikologi merupakan ilmu yang


menerangkan masalah pada seorang anak sejak lahir sampai lanjut usia, termasuk
di dalamnya kondisi yang mempengaruhi belajar. Sedangkan psikologi pendidikan
dapat dimaknai sebagai sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus m
engkaji perilaku individu dalam konteks aktivitas pendidikan. Sedangkan pendidi
kan Islam merupakan pendidikan yang secara khas memiliki ciri islami, berbeda d
engan konsep pendidikan lain yang kajiannya lebih memfokuskan pada pemberda
yaan umat berdasarkan Al Qur’an dan Hadits. Artinya, kajian pendidikan Islam bu
kan hanya sekedar menyangkut aspek normatif ajaran Islam, tetapi juga terapanny
a dalam ragam materi, institusi, budaya, nilai dan dampaknya terhadap pemberday
aan umat. Oleh karena itu pemahaman tentang materi, kultur dan sistem pendidika
n merupakan suatu kesatuan yang holistik dan bukan parsial, dalam mengembang
kan sumber daya manusia yang beriman, berislam dan berihsan.3 Dari uraian di at

4
as, maka psikologi pendidikan Islam dapat kita artikan sebagai sebagai salah satu
cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks a
ktivitas memiliki ciri islami yang kajiannya lebih memfokuskan pada pemberdaya
an umat berdasarkan Al Qur’an dan Hadits. Kajian perilaku individu dalam konte
ks aktivitas pendidikan senantiasa dalam upaya menuju pada pengamalan Al Qur’
an dan Al Hadis menjadi hal sebagai prinsip yang utama dalam psikologi pendidik
an Islam.1

C.Motivasi Belajar

a. Definisi motivasi belajar

Santrock menjelaskan bahwa motivasi adalah proses yang memberi sema


ngat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perila
ku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.

Motivasi menurut Nasution adalah kondisi psikologis yang mendorong ses


eorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis
yang mendorong seseorang untuk belajar.

Peran motivasi belajar yang paling utama adalah dalam hal membangkitka
n gairah, rasa senang dan semangat untuk belajar. Dengan merasakan senang dala
m belajar, maka akan mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran, karena pro
ses pembelajaran menjadi lebih kondusif. Santrock mengatakan bahwa motivasi a
dalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perila
ku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
Menurut perspektif kognitif, pemikiran peserta didik akan menstimulus motivasi y
ang dimilikinya. Hal ini berarti bahwa kognisi peserta didik berperan penting dala
m mengontrol keinginan peserta didik untuk belajar.

b.Teori motivasional

5
Perspektif motivasional menjelaskan bahwa untuk meraih tujuan personal i
ndividu, maka anggota kelompok harus membantu teman satu timnya dan mendor
ong untuk melakukan usaha yang maksimal.

Beberapa kajian telah menemukan bahwa ketika para peserta didik bekerja
sama untuk meraih sebuah tujuan kelompok, membuat mereka mengekspresikan n
orma-norma yang baik dalam melakukan apapun yang diperlukan. Di dalam kelas
yang kooperatif peserta didik yang berusaha keras akan selalu hadir di kelas, mem
bantu yang lain belajar, maka akan dipuji dan didukung oleh teman satu timnya. S
ebagai contoh, Hulten dan De Vries maupun Madden dan Slavin, menemukan bah
wa para peserta didik di dalam kelas berkeinginan untuk belajar. Pada kelompok k
ooperatif, pembelajaran menjadi sebuah aktivitas dapat membuat para peserta didi
k lebih unggul di antara temannya.

Slavin mengatakan bahwa teori kognitif menekankan pada pengaruh dari k


erja sama antar anggota dalam kelompok. Ada dua teori yang berbeda, yaitu teori
pembangunan dan teori elaborasi kognitif.

1. Teori Pembangunan (building theory)

Damon, dan Murray mengatakan bahwa teori pembangunan memil


iki asumsi dasar bahwa interaksi di antara peserta didik berkaitan dengan t
ugastugas yang sesuai akan meningkatkan penguasaan mareka terhadap ko
nsep kritik. Damon dan Murray sangat menganjurkan untuk meningkatkan
penggunaan aktivitas kooperatif di sekolah, dengan alasan bahwa interaksi
di antara peserta didik dalam tugas-tugas pembelajaran akan terjadi dengan
sendirinya untuk mengembangkan pencapaian prestasi peserta didik. Peser
ta didik akan saling belajar satu sama lain karena dalam diskusi mereka me
ngenai konten materi, konflik kognitif akan timbul, alasan yang kurang tep
at juga akan keluar, dan pemahaman dengan kualitas yang lebih tinggi aka
n muncul.

2. Teori Elaborasi Kognitif (cognitive elaboration theory)

6
Penelitian dalam psikologi telah menemukan bahwa jika informasi
ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi
yang sudah ada di dalam memori, maka orang yang belajar harus terlibat
dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi. S
ebagai contoh, menulis rangkuman atau ringkasan dari pelajaran yang disa
mpaikan adalah pelajaran tambahan yang lebih baik daripada sekedar men
yalin catatan, karena rangkuman atau ringkasan menuntut para peserta did
ik untuk mengatur kembali materinya dan memilih bagian yang penting d
ari pelajaran tersebut. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah
dengan menjelaskan materinya kepada orang lain. Webb menemukan bah
wa para peserta didik yang paling banyak mendapatkan keuntungan dari k
egiatan kooperatif adalah mereka yang memberikan penjelasan elaborasi t
eman yang lainnya. Karena dengan memberikan penjelasan kepada teman
nya akan semakin memperdalam pemahamannya terhadap materi pembela
jaran tersebut.

c. Jenis-jenis Motivasi

1) Motivasi Intrinsik

Santrock menjelaskan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi internal u


ntuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri).

Hamalik menyebutkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang terc


akup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan peserta d
idik.

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri peserta didik dan
berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Apabila seseorang telah memiliki
motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegi
atan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar m
otivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak
memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus menerus.

2) Motivasi Ekstrinsik

7
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena ad
anya perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik apabila peserta di
dik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar (resides in
some factors outside the learning situational). Peserta didik belajar karena hendak
mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya. Misalnya, untuk me
ncapai angka tinggi, meraih gelar, dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik bukan bera
rti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan.

d. Fungsi Motivasi

Menurut Djamarah fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut:

1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan Pada mulanya peserta didik tida


k ada hasrat untuk belajar, namun karena ada sesuatu yang dicari muncullah minat
nya untuk belajar. Jadi motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengar
uhi sikap apa yang seharusnya dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran

2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan Dorongan psikologis yang melah


irkan sikap terhadap peserta didik itu merupakan suatu kekuatan yang tidak terben
dung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik, sehingga peserta
didik melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berp
roses dengan sikap raga yang selalu tunduk dengan kehendak perbuatan belajar.

3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan Peserta didik yang mempunyai m


otivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuat
an yang sebaiknya diabaikan. Dengan tekun peserta didik akan belajar, sedangkan
sesuatu yang dapat mengganggu konsentrasi belajarnya akan ia singkirkan jauh-ja
uh. Inilah peranan motivasi yang dapat mengarahkan perbuatan peserta didik dala
m belajar.

D. Dasar-dasar Tujuan Pendidikan Agama Islam

8
Yang dimaksud dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan asp
ek kejiwaan kehidupan bermasyarakat.Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya,
manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan p
ada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memer
lukan adanya pegangan hidup. Berbicara pendidikan agama Islam, baik makna ma
upn tujuannya haruslah mengacu kepada penananaman hilai Islam dan tidak diben
arkan melupakan etika sosial dan moralitas sosial. Pendidikan agama Islam di sek
olah bertujuan untuk menumbuhkan dan mengingkatkan keimanan melalui pembe
rian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman pe
serta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang terus ber
kembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untu
k dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tidak semua tuga
s mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga terutama dalam hal
ilmu pengetahuan dan berbagai macam ilmu pengetahuan.Oleh karena itu dikiriml
ah anak ke sekolah. Dengan masuknya anak ke sekolah, maka terbentuklah hubun
gan antara rumah dan sekolah karena antara kedua lingkungan itu terdapat objek d
an tujuan yang sama, yakni mendidik anak. Agama sebagai dasar pijakan umat ma
nusia memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama
telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhannya m
aupun berinteraksi dengan sesamanya.

Pendidikan Agama Islam secara umum meliputi pendidikan tauhid atau pen
didikan keimanan atau pendidikan rabbani, ini unsur pertama yang harus ditanam
kan pada diri seorang muslim agar mengenal tuhan. Pendidikan tauhid akan meng
hasilkan seorang yang mukmin atau beriman. Selain pendidikan tauhid adalah pen
didikan ibadah, yaitu pendidikan yang mengatur tentang hubungan manusia denga
n tuhan. Pendidikan ibadah akan menghasil seorang muslim, seorang yang selalu
mengabdi beribadah kepada tuhannya. Dan pendidikan selanjutnya adalah pendidi
kan muamalah.Pendidikan ini mengatur hubangan manusia dengan sesama manus
ia. Keberhasilan pendidikan muamalah akan menjadikan seorang yang muhsin, sel
alu berbuat baik dengan dilandasi keimanan dan keislamannya. Pendidikan Agam
a Islam dengan segala variabelnya bersumber pada tiga hal yaitu al-Qur’an, al-Ha
dits dan ijtihad. Materi Pendidikan Agama Islam meliputi beberapa materi yang m

9
encakup jenis materi yag akan mengantarkan kepada peserta didik pada tujuan pen
didikan. Melalui materi-materi tersebut diharapkan peserta didik mampu mencapa
i tujuan yang pendidikan dikehendaki oleh kurikulum.Jadi materi atau bahan ajar
merupakan bagian terpenting bagi tercapainya tujuan pendidikan.

E. Ruang lingkup pendidikan islam

Ruang lingkup pendidikan Al Islam secara garis besar mencakup: aspek al


Qur’an dan Hadits membahas ayat ayat tentang manusia dan tugasnya sebagai kha
lifah di bumi, ayat ayat Al Qur’an dan Hadits tentang keikhlasan dalam beribadah,
tentang bacaan dan penulisan Al Qur’an yang benar, ayat ayat al qur’an dan Hadit
s tentang harta dan tanggung jawab, ayat ayat Al Qur’an tentang demokrasi, Hadit
s tentang demokrasi, ayat ayat Al Qur’an tentang kebersamaan, kemajemukan, nal
ar, kompetisi dan peran manusia di muka bumi, ayat ayat al Qur’an tentang kompe
tisi dalam kebaikan, tentang bacaan dan hafalan ayat ayat Al Qur’an, ayat ayat ten
tang persamaan gender, ayat ayat tentang egaliter, ayat ayat tentang larangan cura
ng dalam takaran, ayat ayat tentang perintah menegakkan hukum, menunaikan am
anah, adil dan tanggung jawab, perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup, ay
at ayat tentang kalamullah yang tinggi, tentang perintah mematuhi Allah dan Rasu
lNya, tentang proses turunnya wahyu, tentang larangan membaca Al Qur’an secar
a tergesa gesa, tentang bacaan dan hafalan Hadits pilihan, ayat ayat Al Qur’an tent
ang anjuran bertoleransi, ayat ayat tentang etos kerja, ayat ayat tentang hal hal yan
g gaib, ayat ayat tentang kaum yang lemah, ayat ayat tentang makanan yang halal
dan haram, ayat ayat tentang hukum, ekonomi, ayat ayat tentang korupsi,kolusi, d
an nepotisme, toleransi, ayat ayat tentang perbedaan pendapat, pengembangan IPT
EK, tentang prilaku inklusif, ilmuan, dan ayat ayat tentang jagat raya.

F. Kerangka berfikir pendidikan islam

10
Pendidikan islam

Aksiologis
Guru
Peserta didik Metafisika

Epistimologis

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dengan demikian untuk menjadi seorang pelajar muslim yang cerdas,


diperlukan kerangka berfikir yang mengarahkan pada kebenaran islam. Dimana
pelajar memiliki kerangka berfikir yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan

11
kepada Allah SWT. Unuk kesempurnaan kerangka berfikir islami diperlukan
prinsip-prinsip yang bersangkutan dengan islam.

B. SARAN

Sebagai pelajar muslim wajib memiliki kerangka berfikir yang islami yang
berlandaskan dari Al-Qur’an dan sunnah. Dengan begitu pelajar mampu
mengaplikasikan nilai-nilai ajaran islam dalam kehidupan sehari-harinya.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/11091/BAB%20II.pdf?
sequence=2&isAllowed=y

Repository UIN Suska https://repository.uin-suska.ac.id/6907/3/BAB%20II.pdf

http://repository.uinbanten.ac.id/242/11/BAB%20II.pdf

12
13

Anda mungkin juga menyukai