Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERAN DAN FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM


MASYARAKAT
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ssosiologi pendidikan
Dosen Pengampu: Hinggil Permana, S.Pd.I., M.Pd.

Disusun oleh:

Fitri Nur Afifah 1810631120093


Sasti Febriyanti 1910631120085
Ulpah Tri Anjani 1910631120100

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT
atas limpahan rahmat dan hidayat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
kelompok mata kuliah Sosiologi Pendidikan yang berjudul “Peran dan Fungsi
Pendidikan Islam Dalam Masyarakat”. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta. Kami sangat
bersyukur karena dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap
makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah
yang Kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.

Karawang, 10 Februari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Masalah.............................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Pengertian Pendidikan Islam.........................................................................3
B. Tujuan Pendidikan Islam..............................................................................4
C. Hubungan Pendidikan Islam dengan Masyarakat.........................................5
D. Peran Pendidikan Islam Dalam Masyarakat.................................................7
E. Fungsi Pendidikan Islam Dalam Masyarakat................................................7
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, sistematis, dan berlangsung
terus menerus dalam suatu proses pembelajaran untuk mengembangkan
segenap potensi manusia baik jasmani maupun rohani dalam tingkatan
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sehingga terwujud perubahan perilaku
manusia berkarakter kepribadian bangsa. Pendidikan merupakan faktor
penting dalam kehidupan manusia untuk kemajuan suatu bangsa.
Pendidikan dan pendidikan Islam khususnya mempunyai peran dan fungsi
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Pendidikan
mempengaruhi seluruh sisi peserta didik, aspek pengetahuan yang melingkupi,
ketajaman mengingat, memahami, menganalis, mensintesis, mengevaluasi.
Bukan hanya pada aspek itu, akan tetapi juga pada sisi afeksi peserta didik
yaitu pengenalan dan penghayatan terhadap nilai tertentu aspek yang
bersumber dari nilai agama dan nilai budaya masyarakat.
Kepentingan seperti yang tersebut di atas, sangat memungkinkan bagi
manusia sebagai peserta didik, disebabkan oleh karena manusia memiliki
potensi untuk dapat ditumbuhkembangkan melalui potensi fitrahnya. Fitrah
bukan semata seperti yang dipahami oleh masyarakat umum, yaitu suci akan
tetapi terjadinya perubahan pada diri seseorang termasuk peserta didik
disebabkan oleh fitrah yang dimilikinya.
Dalam konteks Islam fitrah sebagai pusat perubahan, memiliki muatan
yang sangat besar, bebannya yang berhubungan dengan aspek mental dengan
bagian-bagian yang beraneka ragam; memiliki aspek berpikir, emosi, sosial,
individu, moralitas, spiritual, dan agama. Sedangkan pada aspek fisik adalah
yang berhubungan dengan struktur fisik manusia. Kedua aspek tersebut
menjadikan manusia sebagai makhluk yang unik, membedakan antara manusia
dengan makhluk lain, memiliki kesem-purnaan yang sangat berbeda dengan
makhluk lain. Islam menempatkan manusia sebagai ciptaan yang kepadanya
dibebankan amanah sebagai khalifah karena kesempurnaan yang diberikan
oleh Allah SWT.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan islam dan masyarakat?
2. Apa tujuan pendidikan islam?
3. Bagaimana hubungan pendidikan islam dengan masyarakat?
4. Bagaimana peran pendidikan islam dalam masyarakat?
5. Apa fungsi pendidikan islam dalam masyarakat?

1
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa pengertian pendidikan islam.
2. Mengetahui apa tujuan pendidikan islam.
3. Mengetahui bagaimana hubungan pendidikan islam dengan
masyarakat.
4. Mengetahui bagaimana peran pendidikan islam dalam masyarakat.
5. Mengetahui apa fungsi pendidikan islam dalam masyarakat

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Islam


Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata “didik”
dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti
“perbuatan” (hal, cara dan sebagainya).
Istilah pendidikan ini berasal dari bahasa yunani, yaitu “paedagogie”, yang
berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti
pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering
diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.
Pendidikan adalah suatu proses penanaman sesuatu kedalam diri manusia,
pendidikan adalah sesuatu yang secara bertahap ditanamkan kedalam manusia.
“suatu proses penanaman” mengacu pada metode dan sistem untuk
menanamkan apa yang disebut sebagai pendidikan secara bertahap.
Abdul Rahman Saleh (2005: 3) mengemukakan bahwa pendidikan
merupakan proses pembentukan kecakapan yang fundamental secara
intelektual dan emosional kearah alam semesta dan sesama manusia.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang dengan sengaja
untuk menyiapkan peserta didik menuju kedewasaan, kecakapan tinggi,
berkepribadian dan berakhlak mulia serta memiliki kecerdasan berpikir
melalui bimbingan dan latihan.
Poerbakawatja dan Harahap menyatakan bahwa, “pendidikan adalah usaha
secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si
anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tangung
jawab moral dan segala perbuatannya.
Muzayyin Arifin dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam bahwa
“pendidikan adalah usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia,
aspek rohaniah dan jasmaniah, juga harus berlangsung secara bertahap”.
Pendidikan Islam; pendidikan berakar dari perkataan didik yang berarti
pelihara ajar dan jaga. Setelah dijadikan analogi pendidikan boleh diuraikan
sebagai suatu proses yang berterusan untuk menjaga dan memelihara
pembesaran tubuh badan dan pertumbuhan bakat manusia dengan rapih
supaya dapat melahirkan orang yang berilmu, baik tingkah laku dan dapat
mengekalkan nilainilai budaya dikalangan masyarakat.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk
pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik
yang berbentuk jasmaniyah maupun ruhaniyah, menumbuh suburkan
hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam semesta.
Dengan demikian, pendidikan Islam itu berupaya untuk mengembangkan

3
individu sepenuhnya, maka sudah wajarlah untuk dapat memahami hakikat
pendidikan Islam itu bertolak pada pemahaman terhadap konsep manusia
menurut Islam.
Menurut Zakiyah Daradjat dalam Abdul Rahman Saleh (2005: 6)
menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah berupa bimbingan dan asuhan
terhadap peserta didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat
memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta sebagai pandangan
hidup. Secara sederhana pendidikan Islam adalah pendidikan yang “berwarna”
Islam. Maka pendidikan Islami adalah pendidikan yang berdasarkan islam.
Dengan demikian nilai-nilai ajaran islam itu sangat mewarnai dan mendasari
seluruh proses pendidikan.
Dilihat dari sudut etistimologis, istilah pendidikan Islam sendiri terdiri dari
atas dua kata, yakni “pendidikan” dan “islami”. Definisi pendidikan sering
disebut dengan berbagai istilah, yakni altarbiyah, al-taklim, al-ta’dib dan al-
riyadoh. Setiap istilah tersebut memiliki makna yang berbeda-beda, hal ini
dikarenakan perbedaan kontek kalimatnya dalam pengunaan istilah tersebut.
Akan tetapi dalam keadaan tertentu semua istilah itu memiliki makna yang
sama, yakni pendidkan.

B. Tujuan Pendidikan Islam


Para ahli pendidikan telah memberikan definisi tentang tujuan pendidikan
Islam dimana rumusan atau definisi yang satu berbeda dari definisi yang lain.
Meskipun demikian, pada hakikatnya rumusan dari tujuan pendidikan agama
islam adalah sama, mungkin hanya redaksi dan penekanannya saja yang
berbeda. Berikut ini beberapa definisi pendidikan islam yang dikemukakan
oleh para ahli:
1. Naquib Al-Attas menyatakan bahwa tujuan pendidikan yang penting harus
diambil dari pandangan hidup (Philosophy of life) jika pandangan hidup
itu Islam maka tuuannya adalah membentuk manusia sempurna (insane
kamil) menurut Islam. Pemikiran Naquib Al-attas ini tentu saja masih
bersifat global dan belum operasional. Definisi tersebut mengendalikan
bahwa semua operesional pendidikan harus menuju pada nilai
kesempurnaan manusia. Insane Kamil atau manusia sempurna yang
diharapkan tersebut hendaknya diberikan indikator-indikator yang dibuat
secara lengkap dan diperjenjang sesuai dengan jenis dan jenjang
pendidikan sehingga tuuan pendidikan tersebut dapat operasional dan
mudah di ukur.
2. Abd. Ar-Rohman, Abdullah, mengungkapkan bahwa tujuan pokok
pendidikan Islam mencakup tujuan jasmani, tuuan rohani, dan tujuan
mental. Saleh Abdullah telah mengklasifikasikan tuuan pendidikan ke
dalam tiga bidang, yaitu fisik-materil, ruhani-spiritual, dan mental

4
emosional. Ketiga tiganya harus diarahkan menuju pada kesempurnaan
tiga tujuan ini tentu saja harus tetap dalam satu kesatuan (integratif) yang
tidak terpisahkan.
3. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi merumuskan tujuan pendidikan Islam
secara lebih rinci dia menyatakan bahwa tuuan pendidikan Islam adalah
untuk membentuk akhlak mulia, persiapan menghadapi kehidupan dunia
akhirat, persiapan untuk mencari rizki, menumbuhkan semnagat ilmiah,
dan menyiapkan profesionalisme subjek didik. Dari 5 rincian tujuan
pendidikan tersebut, semua harus menuju pada titik kesempurnaan yang
salah satu indikatornya adalah adanya nilai tambah secara kuantitatif dan
kualitatif.
4. Ahmad Fu’ad Al-Ahnawi menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah
perpaduan yang menyatu antara pendidikan jiwa, membersihkan ruh,
mencerdaskan akal, dan menguatkan jasmani. Disini, yang menjadi
bidikan dan fokus dari pendidikan Islam yang dikemukakan oleh Fu’ad
Al-Ahnawi adalah soal keterpaduan. Hal tersebut bisa dimengerti karena
keterbelahan atau disentegrasi tidak menjadi watak dari Islam.
5. Abd Ar-Rohman An-Nahlawi berpendapat bahwa tuuan pendidikan Islam
adalah mengembangkan pikiran manusia dan mengatur tingkah laku serta
perasaan mereka berdasarkan Islam yang dalam proses akhirnya bertuuan
untuk merealisasikan ketaatan dan penghambaan kepada Allah di dalam
kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat. Definisi bertuuan
pendidikan ini lebih menekankan pada kepasrahan kepada tuhan yang
menyatu dalam diri secara individual maupun social.

C. Hubungan Pendidikan Islam dengan Masyarakat


Keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses
pendidikan di sekolah dan tersedianya sarana dan prasarana saja,
tetapi juga ditentukan oleh lingkungan keluarga dan masyarakat. Karena
itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah,
keluarga dan masyarakat. Ini berarti mengisyaratkan bahwa orang tua
murid dan masyarakat mempumyai tanggung jawab untuk berpartisipasi,
turut memikirkan dan memberikan bantuan dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah.
Hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat memiliki keterkaitan
dan ketergantungan yang sama-sama saling membutuhkan (simbiotic).
Masyarakat sangatmembutuhkan layanan pendidikan yang baik, dan tentunya
hal itu bisa dilewatimelalui lembaga pendidikan guna mempersiapkan diri serta
memenuhi kebutuhan danharapan hidup yang sempurna. Lembaga pendidikan

5
tidak dapat eksis tanpamasyarakat, sebaliknya masyarakat tidak dapat
mencapai hidup yang sempurna tanpalembaga pendidikan.
Sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani anggota-
anggota masyarakat dalam bidang pendidikan. Hubungan sekolah dan
masyarakatadalah suatu proses komunikasi antara sekolah dan masyarakat
dengan tujuanmeningkatkan pengertian anggota masyarakat tentang kebutuhan
pendidikan sertamendorong minat dan kerjasama para anggota masyarakat
dalam rangka usahamemperbaiki sekolah. Hak hidup dan kelangsungan hidup
sekolah bergantung padamasyarakat. Kemajuan sekolah dan kemajuan
masyarakat saling berkorelasi; kedua-duanya saling membutuhkan. Masyarakat
adalah pemilik sekolah; sekolah ada karenamasyarakat memerlukannya.
Pendidikan sangat membantu masyarakat untuk dapatmenjadi seseorang yang
baik, berpengetahuan dan dapat mengembangkan pertumbuhan anak, begitu
pula pendidikan tanpa masyarakat maka pendidikan tidakakan berjalan.
Masyarakat dan pendidikan merupakan dua komponen yang tidak
dapatdipisahkan satu sama lainnya, masyarakat membutuhkan pendidikan
begitu pulasebaliknya, tanpa masyarakat pendidikan tidak akan berjalan
dengan baik karena didalam pendidikan terdapat unsur masyarakat seperti
guru, peserta didik dan lain-nya, begitu pula sebaliknya tanpa ada pendidikan
masyarakat akan menjadi bodoh dantidak mempunyai ilmu pengetahuan.
Tugas pokok hubungan sekolah dengan masyarakat antara lain:
1) Memberikan informasi dan menyampaikan idea tau gagasan
kepada masyarakat atau pihak lain yang membutuhkan.
2) Membantu pemimpin karena tugas-tugasnya tidak dapat langsung
memberikan informasi kepada masyarakat atau pihak yang
memerlukannya.
3) Membantu pemimpin mempersiapkan bahan-bahan tentang
permasalahan dan informasi yang akan disampaikan atau menarik
perhatian masyarakat pada saat tertentu.
4) Membantu pemimpin dalam mengembangkan rencana kegiatan
lanjutan yang berhubungan dengan pelaksanaan kepada
masyarakat sebagai akibat dari komunikasi timbal balik dengan
pihak luar, yang ternyata menumbuhkan harapan untuk
penyempurnaan kegiatan yang telah dilakukan oleh organisasi.
5) Membantu kepala sekolah bagaimana usaha untuk memperoleh
bantuan dan kerja sama.
6) Menyusun rencana bagaimana cara-cara memperoleh bantuan.
7) Menunjukkan pergantian keadaan pendapat umum.

6
D. Peran Pendidikan Islam Dalam Masyarakat
Problematika pendidikan adalah masalah hidup dan kehidupan manusia.
Dalam kehidupannya, manusia akan selalu memerlukan pendidikan agar ia
mampu mempertahankan hidup atau dapat mencapai kehidupannya agar lebih
baik. Dalam sejarah, pendidikan sudah dimulai sejak adanya makhluk
bernama manusia, ini berarti pendidikan itu tumbuh dan berkembang bersama-
sama dengan proses perkembangan dan kehidupan manusia.
Usaha untuk menciptakan suatu sistem pendidikan yang dapat
memindahkan nilai-nilai kebudayaan yang dikehendaki tersebut belum
sepenuhnya dapat mencapai hasil yang maksimal serta memuaskan. Dengan
kata lain, sistem pendidikan yang benar-benar mapan dapat diterima secara
universal, bentuk nilai-nilai filosofis, serta serasi dengan fitrah manusia dan
tatanan masyarakat masih belum ditemui.
Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu latar kemasyarakatan dan
kebudayaan tertentu. Masyarakat Indonesia dan kebudayaaan nasional
merupakan landasan Sistem Pendidikan Nasional. Landasan sosio-kultural
merupakan salah satu dasar utama dalam menentukan arah kepada program-
program pendidikan baik program pendidikan sekolah maupun program
pendidikan luar sekolah. Dari sisi lain pendidikan merupakan salah satu pilar
utama dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan setiap masyarakat.
Dalam UU-RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
telah ditetapkan antara lain bahwa “pendidikan adalah usaha dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengenalan diri, akhlak mulia, serta keterampilan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Oleh karena itu, disamping dimensi
horisontal, pendidikan haruslah memperhatikan dengan sungguh-sungguh
dimensi vertikal, terutama keterkaitan antara program pendidikan yang
dilaksanakan sekarang ini dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
Melalui upaya pendidikan, kebudayaan diwariskan dan dipelihara oleh
setiap generasi bangsa. Serentak dengan itu upaya pendidikan diarahkan pula
untuk mengembangkan kebudayaan itu. Kebudayaan yang dimaksudkan
dalam arti luas yaitu keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus
dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya
itu. Kebudayaan itu dapat berwujud ideal yakni ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan dan sebagainya. Wujud kelakuan yakni kelakuan
berpola dari manusia dalam masyarakat. Sedangkan berwujud fisik yakni
benda-benda hasil karya manusia.

E. Fungsi Pendidikan Islam Dalam Masyarakat


1. Fungsi Sosialisasi

7
Pendidikan diharapkan mampu berperan sebagai proses sosialisasi
dalam masyarakat bisa berjalan dengan baik. Sehingga proses
sosialisasi bisa berjalandengan wajar dan mulus. Oleh karena, orang
tua dan keluarga berharap sekolahdapat melaksanakan proses
sosialisasi tersebut dengan baik. Dalam lembaga-lembaga ini guru-
guru di sekolah dipandang sebagai model dan dianggap
dapatmengemban amanat orang tua (keluarga dan masyarakat) agar
anak-anak-memahami dan kemudian mengadopsi nilai-nilai budaya
masyarakatnya.Sekolah mengemban tugas untuk melaksanakan
upaya-upaya mengalihkannilai-nilai budaya masyarakat dengan
mengajarkan nilai-nilai yang menjadi way of life masyarakat dan
bangsanya. Untuk memenuhi fungsi dan tugasnya tersebutsekolah
menetapkan program dan kurikulum pendidikan, beserta metode
dantekniknya secara pedagogis, agar proses transmisi nilai-nilai
tersebut berjalanlancar dan mulus.
2. Fungsi Kontrol Sosial
Sekolah dalam menanamkan nilai-nilai dan loyalitas terhadap
tatanantradisional masyarakat harus juga berfungsi sebagai lembaga
pelayanan sekolahuntuk melakukan kontrol sosial. Melalui pendidikan
semacam ini individu bisamengambil nilai-nilai sosial dan melakukan
interaksi dalam kehidupannya sehari-hari.Sekolah sebagai lembaga
yang berfungsi untuk mempertahankan danmengembangkan proses
sosialisasi serta kontrol sosial diharapkan bisa mendidik peserta
didiknya lebih berkualitas. Sehingga tatanan masyarakat bisa
terjalindengan baik. Selain itu, sekolah juga berfungsi sebagai alat
pemersatu dan segalaaliran dan pandangan hidup yang dianut oleh
para siswa. Sebagai contoh sekolah diIndonesia, sekolah harus
menanamkan nilai-nilai Pancasila yang dianut oleh bangsa dan negara
Indonesia kepada anak-anak di sekolah.
3. Fungsi Pelestarian Budaya Masyarakat
Sekolah di samping mempunyai tugas untuk mempersatu budaya-
budaya etnikyang beraneka ragam juga harus melestanikan nilai-nilai
budaya daerah yangmasih layak dipertahankan seperti bahasa daerah,
kesenian daerah, budi pekerti dansuatu upaya mendayagunakan
sumber daya lokal bagi kepentingan sekolah dansebagainya.Sebagai
contoh adalah adanya kurikulum pendidikan yang mengadakan
pelajaran muatan lokal. Khusus di daerah Jawa Barat untuk
pelestarian budaya disetiap sekolah diwajibkan adanya muatan lokal
yaitu mata pelajaran bahasa Sundaserta kesenian setempat. Begitu

8
juga untuk daerah-daerah yang ada di Indonesia,dimaksudkan supaya
siswa lebih cinta terhadap daerahnya serta tanah air.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seorang dewasa
terhadap pihak lain yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan. Sehingga
dengan demikian pendidikan diharapkan bisa digunakan untuk memanusiakan
manusia. Dalam pendidikansendiri perlu suatu penunjang yaitu berupa
lembaga yang menyelenggarakannyasehingga pendidikan bisa berjalan.
Diantara lembaga yang dimaksud bisa berupasekolah, langgar, dan pondok
pesantren.Sebagian besar masyarakat memandang bahwa lembaga-lembaga
pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial. Selain itu,
pendidikan diharapkan bisamenjawab dari semua fungsi yang ada.

B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah
itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca.

10
11
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Endang Saefuddin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam, Cet. IV, Jakarta:
Usaha Interprise, 1976.
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam: Tradisi dan Medernitas Menuju Milenium
Baru, Cet. I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Hamdani, Filsafat Pendidikan, Cet. III, Yogyakarta: Kola Kembang, 1993.
Poerwadamanita, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1976)
Sudirman dkk, Ilmu Pendidikan, (Bandung: CF Remaja Karya, 1987) 4
Zakiah Derajat, dkk, Pendidikan Islam Keluarga dan Sekolah (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1995) 86
Muhammad Fathurrohman, Sulistyorini, Meretas Pendidikan Berkualitas dalam
Pendidikan Islam (Yogyakarta: Teras, 2012) 8-9
Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014) 1-2
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005) 6
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009) 12
Nauib al-Attas, Aims and Onjektives of Islamic Education (Jeddah: King Abdul
Aziz Univercity, 1979) 1
Abd Ar-Rohman Saleh Abdullah, Education Theory A Qur’anic Out look,
(Makkah AlMukarromah, Ummu Al-Qurro Univercity, t.t), 119
Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, At-Tarbiyah Al-Islamiyah Wa Falasifatuha,
(Kairo: Isa Al-Bab Al-Halabi 1975), 22-25
Ahmad Fu’ad Al-Ahnawi, At-Tarbiyah Fi Al-Islam, (Kairo: Dar Al-Ma’arif,
1968) 9
Abd Ar-Rohman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam, (Bandung:
Diponogoro, 1992) 162
Insan, Hamdani, Ihsan, A. Fuad, “Filsafat Pendidikan Islam”, Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2007
Barnadib, Imam, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta, Adicipta Karya Nusa : 2002

12
Syam, Mohammad Noor, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan
Pancasila,Surabaya: Usaha Nasional, 1986

13

Anda mungkin juga menyukai