Disusun Oleh:
1. Najibullah Kholil (2022010402)
2. Saras Yuliana (2022010415)
3. Fitri Utami ( 2022010056)
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “LINGKUNGAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM” dengan
baik dan tepat pada waktunya.
Dengan selesainya tugas ini, saya menyampaikan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
Pendahuluan
Selama ini lingkungan pendidikan masih belum dianggap penting oleh sebagai
orang. Kalaupun ada salah satu yang dianggap penting hanya lingkungan pendidikan
sekolah. Sementara untuk lingkungan pendidikan keluarga dan masyarakat kerap tidak
dianggap. Padahal, keduanya berperan penting dalam pendidikan. Lingkungan keluarga
1
dan masyarakat yang tidak baik dapat mengakibatkan seorang anak/peserta didik
menjadi tidak baik, meskipun lingkungan sekolah mengajarkan dan menunjang untuk
membangun perilaku baik.
Menurut Zakiah Daradjat, dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim dan
geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dalam
ungkapan berbeda, lingkungan adalah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam
alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Ia adalah seluruh yang ada, baik manusia
maupun benda buatan manusia atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengannya.
2
Hubungan manusia dengan lingkungan kehidupannya, membuka peluang masuknya
pengaruh pendidikan kepadanya.
Sedangkan pendidikan pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan
“pe” dan akhiran “an”, yang berarti proses pengubahan sikap dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Sedangkan arti mendidik
adalah memelihara dan memberikan latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Istilah pendidikan merupakan terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie yang berarti
pendidikan dan paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Sedangkan
manusia yang memiliki tugas membimbing dan mendidik disebut paedagogos. Kata ini
berasal dari paedos yang berarti anak dan agoge yang berarti membimbing atau
memimpin.
Dari istilah di atas, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan
manusia dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk membimbing atau
memimpin perkembangan jasmani dan ruhaninya ke arah kedewasaan. Dengan kata
lain, pendidikan ialah bimbingan yang diberikan secara sengaja oleh manusia dewasa
kepada anak-anak dalam pertumbuhannya, baik jasmani maupun ruhani, agar berguna
bagi diri sendiri dan masyarakat.
Dalam bahasa Arab pendidikan diartikan sebagai tarbiyah. Kata ini berasal dari
tiga asal kata. Pertama, raba-yarbu yang berarti bertambah dan tumbuh. Kedua, rabiya-
yarba yang berarti menjadi besar. Ketiga, rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki,
menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara. Dari ketiga asal kata ini,
Abdurrahman al-Bani, sebagaimana dikutip oleh Abdurrahman an-Nahlawi,
menyimpulkan pendidikan (tarbiyah) terdiri dari tiga unsur. Pertama, menjaga dan
memelihara fitrah anak menjelang baligh. Kedua, mengembangkan seluruh potensi
3
anak. Ketiga, mengarahkan seluruh fitrah dan potensi anak menuju kebaikan.13 Melalui
ketiga hal ini pendidikan dapat dimaknai sebagai proses pembentukkan fitrah dan
potensi manusia menuju kepada kebaikan. Pembentukan tersebut dapat terwujudkan
manakala didukung oleh lingkungan pendidikan yang baik.
Dari dua pengertian yang dijelaskan di atas (lingkungan dan pendidikan), maka
lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mencakup iklim,
geografis, adat istiadat, tempat tinggal atau istiadat dan lainnya yang dapat memberikan
penjelasan serta mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan anak
(peserta didik) untuk menjadi manusia yang lebih baik. Hubungan manusia dengan
lingkungan, membuka peluang masuknya pengaruh pendidikan. Semakin baik
lingkungan pendidikan, semakin besar peluang peserta menjadi berkarakter.
4
Apabila merujuk pada teori yang dikemukan oleh Mahmud Yunus, lingkungan
pendidikan dapat dikategorikan dalam tiga bagian yaitu lingkungan keluarga, sekolah
dan lingkungan masyarakat. Ketiga memiliki keterkaitan dan merupakan kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan dalam proses pendidikan Islam.
1.Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah lingkungan utama yang dapat membentuk watak dan karakter
manusia (anak). Dalam konteks pendidikan Islam, keluarga merupakan lembaga
pendidikan pertama. Karena dalam keluarga inilah dasardasar kepribadian anak
dibentuk. Baik dan buruk perilaku anak di masa-masa awal sangat ditentukan dari pola
pendidikan di keluarga. Perilaku dan sikap baik yang merupakan bagian dari pendidikan
akhlak dapat ditumbuhkan melalui pendidikan di dalam keluarga. Pendidikan akhlak
dalam lingkungan keluarga memiliki peran penting menumbuhkan kepribadian anak
menjadi baik. Menurut al-Ghazali, pendidikan akhlak merupakan pendidikan awal yang
patut diberikan keluarga, dalam hal ini orangtua, kepada setiap anakanaknya.16 Apabila
pendidikan akhlak diberikan dengan baik di dalam keluarga, maka hal ini dapat
berdampak positif bagi perkembangan kepribadiaan anak ketika dewasa. Semakin baik
pendidikan akhlak yang diberikan di dalam keluarga, semakin baik pula kepribadian anak
ketika dewasa.
Di sisi lain, pendidikan dalam lingkungan keluarga akan bernilai positif manakala,
para orangtua menanamkan kasih sayang kepada anak-anaknya. Memberikan kasih
sayang dan perhatian kepada anak termasuk salah satu naluri yang difitrahkan Allah swt.
kepada semua mahkluknya. Keluarga (orangtua) memiliki tanggung jawab mendidik
dengan kasih sayang dan kecintaan kepada anak-anaknya. Hal ini sangat berpengaruh
bagi pertumbuhan dan perkembangan psikis serta sosial mereka. Sekiranya kasih sayang
dan cinta kasih kepada anak-anak tidak terealisikan dengan baik, maka jangan
disalahkan jika anak-anak mencari pelarian di luar keluarga.
Dalam hal ini, Rasulullah saw. memberikan teladan yang baik untuk mencintai,
menyayangi dan sabar dalam mendidik anak-anak, termasuk dalam beriman kepada
Allah swt; “Rasulullah saw. mencium al-Hasan Ibn ‘Ali, sedangkan ada al-Aqra Ibn Abi
Habis al-Tamimi yang tengah duduk. Al-Aqra berkata: “Sesungguhnya aku mempunyai
5
sepuluh anak, tetapi aku tidak pernah mencium seorang pun di antara mereka”.
Rasulullah saw. menatapnya lalu berkata, lalu bersabda: “Siapa yang tidak mengasihi
(anak), maka tidak akan dikasihi oleh Allah”.
Hadits di atas menunjukan bahwa Rasulullah saw. tidak suka kepada setiap
orangtua yang tidak mencium, mengasihi dan menyanyangi anakanaknya. Ini
menunjukan kasih sayang orangtua memiliki peran penting dalam mendidik anak-anak.
Sebab, landasan kehidupan keluarga bahagia adalah cinta dan kasih sayang. Ketika
pendidikan dalam lingkungan keluarga dibangun atas dasar kasar sayang, ketika dewasa
sangat mungkin anak-anak dapat menyebarkan kasih sayang kepada keluarga, bahkan
kepada masyarakat luas. Pendidikan yang dibangun atas dasar cinta dan kasih sayang
dalam lingkungan keluarga dapat menjadi jembatan bagi seorang anak untuk
mengembangkan sikap saling menyayangi dan mengasihi kepada sesama manusia.
Fitrah adalah kesiapan anak untuk menerima agama lurus atau agama tauhid.
Setiap orangtua dituntut mendidik anak-anaknya memiliki keyakinan kuat akan
keberadaan Sang Pencipta. Setelah itu, anak-anak mesti diajarkan untuk berprilaku baik
kepada sesamannya, sebagai bentuk aktualisasi pengabdian kepada-Nya. Karena itu,
kewajiban orangtua dan para pendidik adalah membiasakan anak supaya mengingat
keagungan dan nikmat-Nya serta mempraktikkan ajaran-Nya.
6
Rasulullah saw. ketika membina akhlak anak dengan contoh teladan secara langsung.
Bentuk pendidikan inilah yang merupakan sebaik-baiknya metode yang dapat
diterapkan kepada anak.
Ayat di atas menjadi pelajaran bagi para orangtua untuk membawa keluarga
(anak-anaknya) menjauhkan diri dari nereka. Untuk menghindari hal tersebut, maka
tujuan pendidikan dan pembinaan keluarga harus didasarkan pada hal-hal sebagai
berikut; 23 Pertama, mengakkan hukum-hukum Allah swt. Menegakkan hukum-hukum
Allah swt. berarti merealisasikan bentuk ajaran agama dalam keluarga. Artinya, kedua
orangtua dituntut mengaplikasikan ibadah kepada Allah swt. dan mengajarkannya
kepada anak, sebagai upaya perealisasian tujuan akhir pendidikan Islam.
7
Kedua, merealisasikan ketentraman jiwa. Jika orangtua memiliki kesamaan visi
dalam mendidik anak berdasarkan kasih sayang, maka akan muncul dalam diri anak-
anak suasana ketenteraman jiwa. Dengan adanya ketentraman jiwa kedua orangtua
dapat mudah menanamkan sikap percaya diri kepada anak-anak. Sehingga, mereka
(anak-anak) akan terhindar dari kegelisahan, keterkekangan, sikap menutup diri dan
penyakit psikis lain yang akan melemahkan kepribadiannya.
8
pasangan hidup yang shaleh atau shalehah sangat sulit membangun pendidikan akhlak
kepada anak-anak di dalam keluarga. Dengan demikian pasangan hidup yang shaleh jauh
lebih utama daripada pasangan hidup yang kaya dan cantik. Di sisi lain, pasangan yang
shaleh akan mengerti peran masing-masing di dalam keluarga.
Dalam konteks kekinian, banyak sekali peran pasangan hidup, ayah dan ibu
yang belum mampu membangun pendidikan Islam dalam lingkungan keluarga. Hal ini
disinyalir karena adanya anggapan bahwa peran pendidikan di lingkungan keluarga
mutlak berada di tangan ibu. Padahal, baik ayah maupun ibu keduanya sama-sama
memiliki peran penting dalam kehidupan keluarga. Pada pendidikan Islam, ibu disebut
sebagai sekolah pertama bagi anakanaknya (al-ummu madrasatul ula lil aulad). Ibu
adalah orang terdekat pertama bagi seorang anak. Sejak awal kehidupannya, yaitu
semenjak terbentuknya konsepsi, lalu berkembang menjadi embrio, dan kemudian
terlahir ke dunia, seorang anak banyak berhubungan baik secara fisik maupun psikis
dengan ibu yang mengandungnya. Sehingga, jika dibandingkan dengan figur ayah, maka
ibu memiliki kedekatan yang pertama dengan seorang anak. Karenanya, kehadiran dan
peran positif seorang ibu pada awal pertumbuhan dan perkembangan anak sangat
diperlukan.
Namun di era saat ini di mana perubahan-perubahan sosial terjadi sangat cepat,
telah mempengaruhi nilai-nilai kehidupan, termasuk dengan corak kehidupan keluarga
modern. Peran dan fungsi ibu terpengaruh akibat emansipasi wanita, didorong pula oleh
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat ibu modern turut bersama para
bapak memasuki lapangan pekerjaan di luar rumah. Keadaan ini membuat ibu tidak
dapat lagi memusatkan perhatiannya pada pendidikan anak (terutama yang masih Kecil).
9
baik buruknya negara. Bila ia baik maka negara akan menjadi baik, dan bila ia rusak
maka negara pun akan hancur. Dengan demikian peran ibu dalam pendidikan keluarga
tidak bisa dikesampingkan keberadaannya. Karena itu, seorang ibu perlu memiliki
kesadaran tentang keistimewaan dirinya, bahwa merekalah yang menentukan faktor
kebaikan pada seorang anak dan bangsa. Ibu berperan sebagai mekanisator kehidupan
sangat berperan dalam proses regenerasi.
Ibu berperan dalam proses reproduksi, meskipun bapak turur berperan dalam
waktu yang singkat. Allah menitipkan janin yang lembut dan lemah pada saat-saat
pengembangannya pada rahim ibu selama sembilan bulan. Pada saat itulah janin
dipelihara dengan zat-zat kimiawi yang masuk dari darah ibu melalui membran plasenta.
Seluruh keadaan fisiologis dan psikologis serta spiritual ibu mempengaruhinya, sampai
setelah anak lahir pun peran ibu tetap menentukan pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Maka dari itu, berbagai penelitian membuktikan bahwa terpisahnya ibu dari
anaknya pada tahap perkembangan awal akan merusak anak baik secara intelektual,
emosional, sosial serta fisik. Maternal deprivation telah terbukti menyebabkan anak
menjadi terhambat dalam pengembangan inteligensinya, rapuh pertahanan mentalnya
serta lemah kekuatan fisiknya. Ibu sebagai pendidik pertama bagi anak bertugas untuk
menanamkan nilai moral dan kehidupan yang akan menjadi landasan yang kuat bagi
tumbuhnya jiwa dan pribadi anak.
Selain ibu, ayah pun memiliki peran dalam penting pendidikan anak. Namun
selama ini banyak dari para ayah yang mengganggap pendidik anak sepenuhnya berada
di tangan ibu. Dalam Islam, peran mendidik anak bukanlah mutlak kewajiban seorang
ibu, justru dalam al-Quran lebih banyak menceritakan besarnya peran ayah dalam
mendidik anak, misalnya dalam QS. al-Baqarah ayat 132 dan Yusuf ayat 67 yang
menceritakan (Luqman, Nabi Ya’kub, dan Nabi Ibrahim) yang sedang mendidik anaknya.
Bahkan termaktub dalam sebuah Hadits Rasulullah bahwasannya, seorang ayah yang
mendidik anak-anaknya adalah lebih baik daripada bersedekah satu sak di jalan Allah.
Dari pemaparan tersebut, sudah jelas bahwasannya seorang ayah memiliki kewajiban
untuk mendidik anaknya, karena mendidik anak merupakan pekerjaan mulia.
10
Ayah yang memiliki peran besar dalam mendidik anak dapat membentuk
kepribadiannya menjadi baik. Ayah merupakan tokoh yang sangat dibanggakan oleh
anak. Anak pasti akan bercerita sosok ayahnya terhadap teman-temannya. Oleh sebab
itu, peran ayah sangatlah penting dalam membentuk pribadi seorang anak. Apalagi ayah
merupakan pemimpin dalam keluarga yang selalu dipandang hebat oleh anak-anaknya.
2 Lingkungan Sekolah/madrasah
11
Namun dalam al-Qur’an tidak ada satu pun kata yang menunjukkan pada arti sekolah.
Tetapi akar kata madrasah (darasa) disebutkan sebanyak 6 kali dalam al-Qur’an. Kata-
kata darasa tersebut mengandung pengertian yang bermacam-macam, di antaranya
berarti mempelajari Taurat (QS. al-‘Araf [7]: 169); perintah agar mereka (ahli kitab)
menyembah Allah lantaran mereka telah membaca al-Kitab (QS. Ali Imran [3]: 79);
pertanyaan kepada kaum Yahudi apakah mereka memiliki kitab yang dapat dipelajari
(QS. al-Qolam [68]: 37); informasi bahwa Allah tidak pernah memberikan kepada
mereka suatu kitab yang mereka pelajari (baca) (QS. Saba [34]: 44); mempelajari sesuatu
(QS. Al-An’aam [6]: 105); dan berisi informasi bahwa al-Quran ditujukan sebagai bacaan
untuk semua orang (QS. Al-An’aam [6]: 156).
Sekolah dalam wujud yang sekarang dikenal muncul setelah menembus masa
perkembangan yang lama, melalui berbagai macam upaya dan percobaan. Dalam
kehidupan lampau, anak-anak mempelajari segala sesuatu dari orangtua dan
masyarakatnya dengan metode yang tidak menentu dan tidak terarah. Kadangkala
dengan mengikuti atau dengan jalan perenungan yang lebih terarah serta pengulangan-
pengulangan untuk mencapai tujuan yang lebih mantap.
Dalam mewujudkan pendidikan, Islam memiliki konsep yang sangat terarah dan
bertujuan. Hal itu dapat dilihat dari dua sendi pendidikan Islam. Pertama, beriman dan
beribadah kepada Allah swt. semata. Kedua, kurikulum yang menggariskan materi
berpikir dan bertingkah laku, seperti taat dan meneladani Rasul-nya dalam upaya
memelihara dan mengamalkan segala tuntutannya untuk ditransformasikan kepada
generasi berikutnya. Sebelum Islam datang pendidikan keagamaan atau yang terkait
dengan keimanan kepada Allah swt. telah disampaikan oleh para Rasul-Nya. Mereka
membimbing dan mendidik umat manusia untuk senantiasa meyakini keberadaan-Nya.
12
Setiap rasul yang diutus Allah swt. memiliki tujuan mulia, yaitu mendidik manusia untuk
beriman dan beribadah kepada-Nya.
Pada masa-masa tulisan belum tersebar secara luas, generasi demi generasi
belajar dengan menggunakan lisan, diskusi, peniruan, pengikutan pelaksanaan praktis
dan pengalaman yang dilakukan dengan memanfaatkan berbagai macam tempat,
seperti lapangan, perkumpulan, pondokan dan masjid. Cara-cara seperti ini dilakukan
agar setiap generasi mampu mempelajari dan memahami segala macam pengetahuan.
Tempat-tempat itulah yang merupakan cikal-bakal tumbuhnya sekolah-sekolah atau
sarana pendidikan yang terarah. Demikianlah, tempat-tempat pendidikan keagaman
terus tersebar dengan mengalami pasang surut, karena konflik antara keimanan dan
kekufuran senantiasa terjadi. Namun, seiring dengan kemajuan zaman sarana
pendidikan semakin tumbuh dan berkembang dari masa ke masa, bahkan semakin
menunjukan taringnya.
Sikap ikhlash dalam mendidik dan mengajar akan melahirkan semangat luar
biasa dalam membentuk generasi penurus bangsa menjadi lebih baik. Di isi lain,
memberikan kesadaran bahwa pekerjaan guru merupakan profesi mulia. Profesi ini tidak
sekedar diperuntukkan bagi diri sendiri, tetapi diperuntukkan pula bagi kepentingan
orang banyak, bahkan bagi agama, bangsa dan negara. Guru yang ikhlash akan selalu
terpanggil jiwanya untuk memberikan yang terbaik kepada setiap anak didiknya dan
tidak merasa khawatir terhadap rezeki yang didapatkan serta meyakini bahwa Tuhan
akan memberikan yang terbaik atas segala kebaikan yang diberikan kepada
muridmuridnya.Seorang guru yang ikhlash dalam mengajar, tidak pernah mengharapkan
untaian terima kasih dari murid-muridnya. Karena setiap hal yang diberikan kepada
murid-muridnya dilakukan untuk mengharapkan ridha dari Allah swt.
13
Dengan demikian lingkungan sekolah yang di dalamnya terdapat guruguru
terbaik dan ikhlash dalam mendidik para siswa-siswinya merupakan salah satu sarana
efektif atau sarana lanjutan dalam pendidikan Islam. Guru-guru yang melakukan
pekerjaan tanpa meminta untaian terima kasih para siswasiswinya adalah para pejuang
ulung yang telah mendermakan dirinya bagi kepentingan khalayak. Maju dan
mundurnya lingkungan pendidikan sekolah tergantung dari guru-guru yang ada di
dalamnya.
3 Lingkungan Masyarakat.
Pada lingkungan masyarakat setiap anak patut belajar tentang segala norma
baik yang berlaku. Dengan begitu anak akan menjadi tahu segala hal yang berkenan dan
boleh dilakukan pada lingkungan masyarakat. Adapun sosok pengarah yang patut
memberikan pelajaran kepada anak adalah seluruh elemen yang ada di dalam
masyarakat terutama para tokoh masyarakat. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan
mengaktifkan fasilitas-fasilitas yang ada di masyarakat, salah satunya adalah masjid.
Sebagai rumah ibadah, masjid merupakan tempat yang layak untuk dijadikan
sarana pendidikan. Salah satu usaha pertama yang dilakukan Rasulallah saw. setelah tiba
di Madinah adalah membangun masjid sebagai sarana menghimpun masyarakat muslim.
36 Pada masa awal penyebaran Islam, masjid memiliki fungsi mulia. Di zaman itu, masjid
digunakan sebagai pusat pendidikan yang mengajak manusia kepada keutamaan,
14
kecintaan pada pengetahuan, kesadaran sosial, serta pengetahuan mengenai hak dan
kewajiban mereka terhadap Negara Islam yang pada dasarnya didirikan untuk
mewujudkan ketaatan kepada syariat, keadilan dan rahmat Allah. Masjid dimanfaatkan
sebagai pusat gerakan penyebaran akhlak Islam dan pemberantasan kebodohan.
Menurut Ali al-Jumbulati dan Abdul Futuh, fungsi masjid pada zaman Rasulullah
adalah tempat berkumpulnya kaum muslimin beserta Rasulullah saw untuk belajar
hukum-hukum dan dasar-dasar agama Islam.38 Guru yang mengajarnya adalah
Rasulullah sendiri.39 Namun pada masa sekarang, tidak lagi sesuai dengan masa
Rasulullah, hanya dijadikan sebagai tempat ibadah semata, tetapi dijadikan untuk
kegiatan pendidikan. Padahal, bila masjid mampu dimaksimalkan kaum Muslimin
sebagai sarana pendidikan, maka masjid akan menjadi lembaga pembinaan yang sangat
penting terhadap perkembangan jiwa manusia. Karena di dalam mereka bisa
mempelajari banyak hal, tidak sekedar ilmu-ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu dunia.
Sebagai salah satu sarana yang ada di lingkungan pendidikan masyarakat, masjid
dapat dikembangkan sebagai salah satu pusat kegiatan pendidikan. Dengan
menjadikannya sebagai kegiatan pendidikan keberadaan masjid di masyarakat akan
dapat lebih bermanfaat daripada hanya sekedar menjadi tempat ibadah.
Simpulan
15
pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu aset penting dalam membangun karakter
peserta didik menjadi baik.
16