Anda di halaman 1dari 17

PERBEDAAN MENDIDIK ANAK LAKI-LAKI DAN

PEREMPUAN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Keluarga


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hj. Erni Munastiwi, MM.

Disusun oleh :

1. Rosma Dina Dilia ( 22104030027 )


2. Lisna Alifia Rahma ( 22104030029 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “PERBEDAAN MENDIDIK
ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN” dapat kami selesaikan dengan baik dan lancar.
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan
Kognitif Anak dengan dosen pengampu Prof. Dr. Hj. Erni Munastiwi, MM.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Harapan
kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Maka kami berharap agar pembaca memberikan saran dan kritik yang membangun untuk
memperbaiki penyusunan makalah di masa yang akan datang. Harapan kami semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun khalayak umum bagi peningkatan
mutu pendidikan.

Yogyakarta, 20 Oktober 2023

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5

C. Tujuan ..................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 6

A. Kewajiban Mendidik ............................................................................................... 6

B. Pengertian Mendidik Anak ..................................................................................... 7

C. Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini ........................................................... 8

D. Perbedaan Mendidik Anak laki-laki dan anak Perempuan ..................................... 9

BAB III KESIMPULAN.................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 17


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian "memberi makan"
(opvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah,
juga sering diartikan dengan menumbuhkan kemampuan dasar manusia.1
Mendidik anak dengan penuh kasih sayang adalah tanggung jawab orang tua sejak
anak lahir hingga dewasa. Keluarga adalah tempat pertama kali anak tumbuh dan
berkembang baik secara fisik maupun mental. Proses pertumbuhan dan
pengembangan anak selanjutnya, tergantung pada pola pengasuhan yang diberikan
orang tua pada anak. Perkembangan anak akan optimal bila pola asuh yang
diterapkan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya,
bahkan sejak anak dalam kandungan.
Pada dasarnya pola asuh adalah perlakuan orang tua dalam rangka memenuhi
kebutuhan, memberikan perlindungan, dan mendidik anak bersosialisasi dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, orang tua melihat dan memperhatikan setiap
perkembangan anaknya merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
membantu seorang anak mengungkapkan segala yang ingin diperlihatkan kepada
mereka. Keberhasilan seorang anak dalam hubungan sosialnya tergantung
perlakuan orang tua dalam mengasuh anaknya. Pada umumnya perlakuan tersebut
diwujudkan dalam bentuk merawat, memelihara, mengajar, dan membimbing
anak. Segala perlakuan orang tua yang berupa tindakan dan ucapan yang bertujuan
untuk menumbuh kembangkan anak disebut dengan pola asuh orang tua. Pola asuh
orang tua sangat penting sebagai dasar nilai-nilai yang konkrit pada anak. Dalam
hubungan dengan keluarga anak lebih tergantung dengan orang tua dalam segala
hal. Pola asuh orang tua yang baik akan menghasilkan penyesuaian pribadi dan
sosial anak yang baik pula. (Hurlock, 1999)2 Hal ini berarti mendidik anak secara
efektif dipengaruhi oleh pola asuh yang diberikan orang tua kepada anaknya.

1
Lis Yulianti Syafrida Siregar, ‘Pendidikan Anak Dalam Islam’, Bunayya : Jurnal Pendidikan Anak,
1.2 (2017), 16 <https://doi.org/10.22373/bunayya.v1i2.2033>.
2
Puput Angriani and others, ‘Jurnal Multidisipliner Kapalamada Ultidisipliner Kapalamada
Parenting Islami Dan Kedudukan Anak Dalam Islam’, 4194 (2022), 274–80.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mendidik anak?
2. Apa saja ruang lingkup dalam mendidik anak?
3. Apa saja perbedaan mendidik anak laki-laki dan perempuan?

C. Tujuan
1. Mahasiswa bisa mengetahui pengertian dari mendidik anak
2. Mahasiswa bisa mengetahui ruang lingkup dalam mendidik anak
3. Mahasiswa bisa mengetahui perbedaan mendidik anak laki-laki dan
perempuan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kewajiban Mendidik
Pendidikan adalah hal yang sangat penting yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia. Sebab, disamping pendidikan merupakan salah satu usaha
tindakan untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak dengan tujuan agar
anak tersebut mencapai taraf kedewasaan menuju manusia yang memiliki
kesadaran moral dan sikap mental yang kuat. Berawal dari kesuksesan di bidang
pendidikanlah suatu bangsa menjadi maju dan berkembang. Pendidikan dalam
Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju akil
baligh (kedewasaan), baik secara fisik, mental maupun moral, untuk menjalankan
fungsi kemanusiaan yang diembannya sebagai seorang hamba dihadapan tuhannya
dan sebagai pemelihara (khalifah) pada alam semesta. Dengan demikian, fungsi
utama pendidikan adalah mempersiapkan anak didik dengan kemampuan dan
keahlian (skill) yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk
terjun ke tengah masyarakat (lingkungan), sebagai tujuan akhir pendidikan. 3
Karena permulaan pendidikan seorang anak itu bermula dari lingkungan
keluarga. Maka keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat
anak didik pertama kali menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya
maupun anggota keluarga lainnya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakan
dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang masih dini, karena pada usia
tersebut anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidiknya (orang tua dan
anggota keluarga lainnya). Rasulullah bersabda: َ“setiap anak dilahirkan dalam
keadaan fitrah, maka sesungguhnya kedua orangtuanya lah yang menjadikan ia
Majusi, Yahudi, atau Nasrani”. (H.R. Muslim).4 Berdasarkan hadits tersebut,
orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk kepribadian
anak didik. Anak merupakan amanah di tangan kedua orang tuanya. Hatinya yang
bersih merupakan permata yang berharga, lugu dan bebas dari segala macam

3
Dienan Shafyah Zahrah, Fitroh Hayati, and Khambali, ‘Implikasi Pendidikan Menurut QS Ali Imran
Ayat 35-37 Tentang Cara Nabi Zakariya Dalam Mendidik Anak Perempuan’, Jurnal Riset Pendidikan
Agama Islam, 1.1 (2021), 36–42 <https://doi.org/10.29313/jrpai.v1i1.157>.
4
Syukur Yakub, ‘Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah’, Skripsi UIN
Syarif Hidayatullah, 2022, 22.

6
ukiran dan gambaran. Ukiran berupa didikan yang baik akan tumbuh subur pada
diri anak, sehingga ia akan berkembang dengan baik dan sesuai ajaran Islam, dan
pada akhirnya akan meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Jika anak sejak
dini dibiasakan dan dididik dengan hal-hal yang baik dan diajarkan kebaikan
kepadanya, ia akan tumbuh dan berkembang dengan baik dan akan memperoleh
kebahagiaan serta terhindar dari kesengsaraan/siksa baik dalam hidupnya di dunia
maupun di akhirat kelak.
Para ulama berdalil dengan firman Allah swt., “Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (At-Tahriim: 6)
ayat tersebut menunjukkan bahwa mendidik adalah suatu kewajiban. Asy-Syafi’i
mengulas tentang ayat ini bahwa para orangtua dan ibu wajib mengajarkan anak-
anak mereka yang kecil tentang hal-hal yang harus mereka ketahui sebagai bekal
mereka ketika baligh. Orang tua harus mengajarkan mereka tentang bersuci, shalat,
shaum, dan sejenisnya juga mengajarkan tentang keharaman zina dan liwath. An-
Nawawi juga berpendapat yang sama dalam menafsirkan ayat tersebut, “Kalian
semua penanggungjawab dan kalian akan ditanyakan pertanggungjawaban atas
apa yang menjadi tanggung jawabnya. (Hadits Muttafaq ‘Alaih).5

B. Pengertian Mendidik Anak


Menurut Sardiman, mendidik dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk
mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan, baik secara jasmani maupun rohani.
Oleh karena itu, mendidik dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap
mental, dan akhlak anak. Mendidik diartikan secara utuh baik aspek kognitif,
psikomotorik, maupun afektif, agar tumbuh sebagai manusia yang berkepribadian.6
Mendidik anak adalah salah satu bentuk kewajiban dan tanggung jawab
orangtua dalam mengasuh dan membesarkan anak anaknya. Menurut Ngalim
Purwanto orangtua adalah pendidik sejati pendidik karena kodratnya. Sehingga
orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap kelangsungan hidup anak-
anaknya yang termasuk juga adalah tanggung jawab mendidik anak-anaknya.
Tanggung jawab tersebut merupakan fitrah setiap orang tua.

5
Abdul Basith Junaidy, ‘Pengasuhan Anak Menurut Hukum Islam’, Al-Hukama’, 7.1 (2017), 76–99
<https://doi.org/10.15642/alhukama.2017.7.1.76-99>.
6
Syafrida Siregar.

7
C. Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
Ruang lingkup pendidikan Anak Usia dini adalah sebagai berikut:
1. Masa usia 0-2 tahun (masa menyusui) dengan memberikan pendidikan:
a. Mengadzani dan mengiqomahkan ketika lahir
b. Memberi nama yang baik
c. Menyusui hingga dua tahun
d. Mengakikahkannya
e. Mengkhitankan
2. Masa usia 3-6 tahun (masa batuta) dengan memberikan pendidikan:
a. Pendidikan keimanan
Pendidikan iman adalah menanamkan kepada anak dasar-
dasar keimanan, rukun Islam dan dasar-dasar syariat sejak sedini
mungkin. Ketika anak baru dilahirkan hendaknya menyerukan
adzan di telinga kanan dan iqomah di telinga kirinya, agar kalimat
yang pertama ia dengar adalah kalimat tauhid yang nantinya akan
mempunyai pengaruh terhadap penanaman dasar-dasar aqidah di
dalam jiwanya. Selain itu anak juga harus diajarkan dan
diperkenalkan kepada perkara yang halal dan haram, agar ketika
ia memasuki masa baligh ia sudah memahami tentang hukum-
hukum halal dan haram. Serta mengajarkan kepada anak akan
hakekat tuhan yang selalu mengawasinya setiap saat.
b. Pendidikan akhlak
Dalam hal ini anak harus diajarkan pada dasar-dasar
akhlak yang baik agar menjadi tabiat yang harus dimiliki dan
dijadikan kebiasaan oleh anak sejak kecil. misalnya,
1. Anak harus dibiasakan menjaga kebersihan, sebab Islam
sangat mementingkan kebersihan
2. Anak dilatih dan dibiasakan hidup teratur, misalnya
dengan membiasakan anak makan secara teratur dan tidak
berlebihan,
3. Biasakan anak untuk tidak berbohong
4. Ajarilah anak untuk tidak mencela dan mencemooh orang
lain

8
c. Pendidikan fisik
Untuk membimbing anak agar terikat dan tertarik dengan
ajaran-ajaran kesehatan dan sasaran pencegahan penyakit, maka
dalam rangka memelihara kesehatan anak dan menumbuhkan
kekuatan jasmaninya, di samping mereka pun harus berkonsultasi
dengan para spesialis mengenai hal-hal yang harus diperhatikan
untuk menjaga jasmani dari berbagai penyakit, orang tua maupun
guru juga harus membimbing dan mengajari anak untuk selalu
menjaga kesehatannya
d. Pendidikan sosial
Dalam menumbuhkan jiwa sosial anak, maka terlebih
dahulu anak harus ditanamkan jiwa Ukhuwah Islamiyah yaitu
ikatan kejiwaan yang mewarisi perasaan mendalam tentang kasih
sayang, kecintaan dan penghormatan serta pengorbanan kepada
setiap orang yang diikat oleh perjanjian aqidah Islamiyah, yaitu
keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Dengan menanamkan
jiwa ukhuwah Islamiyah kepada anak, akan membentuk sikap-
sikap positif baginya. Seperti saling tolong menolong,
mengutamakan orang lain, saling berkasih sayang dan selalu
memberikan maaf serta dapat menjauhi sikap-sikap negatif,
seperti menjauhi setiap hal yang dapat membahayakan manusia di
dalam diri, harta dan kehormatan mereka.
e. Pendidikan intelektual
Pendidikan intelektual adalah pembentukan dan
pembinaan berpikir anak dengan segala sesuatu yang bermanfaat,
tentang ilmu pengetahuan agama maupun umum, tentang hukum,
peradaban ilmiah dan modernisme, serta kesadaran berpikir dan
berbudaya.

D. Perbedaan Mendidik Anak laki-laki dan anak Perempuan


Tentu terdapat perbedaan dalam mendidik anak Perempuan dan laki-laki,
dimana dapat dilihat dari perkembangan otak anak laki-laki dan perempuan
tersebut. dalam mendidik anak, sebagai orangtua perlu memahami dahulu cara
kerja otak anak laki-laki dan perempuan dimana otak anak laki-laki akan

9
berkembang lebih cepat pada bagian kanan nya, sementara otak perempuan lebih
cepat berkembang di bagian otak kirinya. Maka dibutuhkan stimulus yang berbeda
untuk mengoptimalkan perkembangan dan pola asuh mereka.
Anak merupakan amanah dari Allah Swt yang diberikan kepada orang tua
untuk dididik agar nantinya mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Orang tua merupakan orang yang pertama dalam keluarga yang selalu erat
hubungannya dengan anak-anaknya, maka orang tua mempunyai pengaruh yang
sangat besar baik pengaruh negatif ataupun pengaruh positif terhadap anak-
anaknya. Adapun peran ibu dan ayah adalah sebagai berikut :
Peran Ibu dalam pendidikan anak-anaknya antara lain,
a. Pengasuh dan pemelihara
b. Tempat mencurahkan isi hati
c. Pengatur kehidupan dalam rumah tangga
d. Pembimbing hubungan pribadi
e. Pendidik dalam segi-segi emosional
f. Sumber dan pemberi rasa kasih sayang

Peran Ayah dalam pendidikan anak-anaknya antara lain,

a. Sumber kekuasaan di dalam keluarga


b. Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar
c. Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga
d. Pelindung terhadap ancaman dari luar
e. Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan
f. Pendidik dalam segi-segi rasional

Ayah sebagai pemimpin adalah yang menjadi panutan bagi anggota keluarga
terutama bagi anak-anaknya. peran ayah dapat dijelaskan sebagai suatu peran yang
dijalankan dalam kaitannya dalam tugas untuk mengarahkan anak menjadi mandiri
di masa dewasanya. Menurut Ali bin Abi Thalib dalam mendidik anak terdapat
rumus yang bisa diterapkan yakni rumus 7×3 dan disesuaikan dengan kategori

10
usianya. Berikut merupakan rumus 7×3 menurut Ali bin Abi Thalib dalam ilmu
mendidik anak.7

1. Kelompok 7 tahun pertama (0 tahun – 7 tahun), memperlakukan anak


sebagai raja

Menurut Ali bin Abi Thalib, 7 tahun pertama dalam mendidik


anak diibaratkan dengan memperlakukan anak layaknya raja. Orangtua
sebaiknya ‘melayani’ anak disertai sikap yang lemah lembut, tulus, dan
sepenuh hati ketika mengasuh anak. Namun hal ini tidak berarti harus
memanjakan anak, orangtua harus tetap bersikap tegas dengan penuh kasih
saying. Apabila ingin memberitahukan sesuatu, maka orang tua sebaiknya
menggunakan bahasa yang sederhana yang mudah dimengerti oleh anak
tanpa disertai kekerasan. Anak-anak pada usia ini akan menghabiskan
waktu untuk bereksplorasi sehingga cenderung senang bermain. Hal
tersebut sangat wajar dan alangkah baiknya orangtua terus mendampingi
anak sebagai bentuk stimulasi tumbuh kembang. Selain itu, pada usia 7
tahun awal anak akan banyak meniru orang disekitarnya. Jadi, berikan
anak teladan yang baik sehingga anak tersebut kelak memiliki kepribadian
yang baik.

2. Kelompok 7 tahun kedua (7 tahun – 14 tahun), memperlakukan anak


sebagai tawanan

Usia 7 hingga 14 tahun yakni dengan mendidik anak diibaratkan


seperti tawanan. Dikutip dari BincangSyariah, tawanan biasanya
dikenakan berbagai macam peraturan yang berisi kewajiban dan larangan.
Namun, anak juga mendapatkan haknya secara seimbang. Rasulullah
SAW mulai menganjurkan seorang anak untuk melaksanakan sholat wajib
mulai usia 7 tahun dan memperbolehkan orangtuanya untuk memukul
anak tersebut ketika ia telah berusia 10 tahun namun meninggalkan sholat.
Hukuman dan hadiah (punishment and reward) akan sangat pas diterapkan
pada usia ini, dikarenakan anak sudah bisa memahami arti dari tanggung

7
Syafrida Siregar.

11
jawab dan konsekuensi. Namun demikian, perlakuan pada setiap anak
tidak harus sama dikarenakan karakter pada setiap anak pastinya berbeda.

3. Kelompok 7 tahun ketiga (14 tahun – 21 tahun), memperlakukan anak


sebagai sahabat

Usia 15 tahun merupakan usia umum saat anak menginjak akil


baligh. Sebagai orangtua, sebaiknya memposisikan diri sebagai sahabat
dan memberikan teladan yang baik seperti yang telah diajarkan oleh Ali
bin Abi Thalib. Ajak anak untuk berdiskusi mengenai banyak hal sehingga
dapat saling menambah wawasan dikarenakan adanya perbedaan zaman
antara orangtua dengan anak yang mungkin akan menimbulkan pandangan
atau pengalaman baru bagi orangtua. Kemudian ajarkan anak tentang
tanggung jawab yang lebih besar, hal ini sebagai bentuk persiapannya di
kehidupan mendatang. Pada usia ini orangtua juga boleh membebaskan
anak untuk melakukan segala sesuatunya sendiri. Namun tetap diberi
pengawasan untuk mencegah anak pada hal-hal yang menjurus ke negatif.
Alangkah baiknya orang tua menjelaskan tentang sebab akibat atas
perilaku yang anak lakukan dan selalu ditanamkan rasa tanggung jawab
agar anak berkembang menjadi pribadi yang dapat dipercaya.

a) Mendidik Anak Laki-laki


Terdapat perbedaan perkembangan moral anak laki-laki dengan anak
perempuan adalah sebagai berikut:
1. Dalam bertindak, Dalam hal bertindak anak perempuan lebih
memiliki sopan santun yang tinggi daripada anak laki-laki. Hal itu
dikarenakan anak perempuan lebih patuh pada aturan yang
berlaku, di sisi lain anak laki-laki memang sudah menjadi
nalurinya memiliki banyak tingkah dan agresif sehingga tingkat
sopan santunnya lebih rendah.
2. Tingkat kedisiplinan, Dalam hal kedisiplinan dan kerapian anak
perempuan lebih tinggi tingkatannya daripada anak laki-laki, hal
itu karena sifat anak laki-laki lebih cenderung masa bodo.
Sedangkan anak perempuan lebih memiliki sikap tanggung jawab

12
yang bagus sehingga dapat memprioritaskan kedisiplinan dan
kerapian serta kerajian.
3. Pertimbangan suara hati/nurani, Dalam menggunakan suara
hati/nurani anak perempuan lebih tinggi daripada anak laki-laki.
karena sikap peduli sosial terhadap orang lain yang dimiliki anak
perempuan lebih besar jadi ia menggunakan suara hati/nuraninya
dalam melakukan suatu tindakan
4. Pelanggaran peraturan, Dalam melakukan pelanggaran peraturan
yang berlaku anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan.
Hal itu dikarenakan anak laki-laki lebih menyukai kebebasan dan
melakukan semaunya sendiri tanpa memperhatikan lingkungan
sekitarnya.
5. Tingkat kejujuran, Pada tingkat kejujuran anak perempuan lebih
tinggi daripada anak lakilaki. karena anak perempuan lebih takut
ketika ia melanggar peraturan dan hukuman, berbeda dengan anak
laki-laki yang suka melanggar peraturan dan tidak takut dengan
hukuman atau resiko yang ditanggungnya.
6. Suka berulah dan terlibat masalah, Anak laki-laki lebih tinggi atau
lebih suka membuat masalah dibandingkan dengan anak
perempuan. Sebagai contoh, anak laki-laki suka mengejek anak
perempuan atau temannya sendiri. Hal itu dikarenakan anak laki-
laki makhluk yang aktif dan agresif sehingga ia akan bangga jika
bisa membuat kegaduhan dan memiliki rasa percaya diri tinggi
ketika berhasil. Berbeda dengan anak perempuan yang lebih suka
mengajak temannya untuk bermain bersama bukan untuk dikelahi
atau bahkan melakukan ulah yang membuat gaduh.
7. Membantu pekerjaan orang lain, Anak perempuan lebih suka
membantu pekerjaan orang lain daripada anak laki-laki. hal itu
dikarenakan sikap kepedulian anak perempuan yang tinggi serta
hati nurani yang tergerak sehingga anak perempuan akan
melakukan tindakan atau membantu pekerjaan orang lain

13
b) Mendidik Anak Perempuan
Pendidikan sejak dalam kandungan yang dilakukan seorang ibu
akan menjadi teladan awal sang ibu kepada bayi, mendidik dengan cara
memberi teladan akan lebih efektif daripada mendidik yang bersifat oral
memerintah. Peran orangtua dalam mendidik anak perempuan menurut
perspektif pendidikan islam, dalam mendidik adalah salah satu tugas yang
mulia untuk sebuah keluarga dan merupakan suatu bentuk ibadah dan
ucapan syukur kepada Allah swt atas segala nikmat yang diberikan kepada
kita.sebaik-baiknya pendidikan adalah mengajarkan bagaimana bertakwa
kepada Allah swt. Peran ayah dapat dimaknai sebagai suatu peran yang
dijalankan berkaitan dalam tugas untuk mengarahkan anak menjadi
mandiri di masa dewasanya. Kehadiran sosok ayah di tengah-tengah
keluarga sangat dibutuhkan untuk memberikan rasa aman dan
perlindungan bagi anak-anaknya.8 Terutama bagi anak perempuan, peran
ayah kepada anak perempuan tidak hanya memberi nafkah tetapi juga
mengasuh, mendidik dan memberi teladan.
Ada beberapa peran orangtua dalam mendidik anak perempuan
paling mendasar dan wajib dilakukan oleh orangtua pertama kali kepada
anak perempuannya adalah:
1. Mengajarkan pengetahuan tentang haid/ menstruasi (tentang
reproduksi). bahwa mens adalah keistimewaan eksklusif yang
dialami oleh perempuan, dalam islam, iwa penting bagi seorang
perempuan karena dalam Islam, haid merupakan peristiwa penting
bagi seorang perempuan karena haid adalah pertanda bahwa
seorang wanita sudah menapaki usia baligh. Haid merupakan fase
yang krusial dalam pendidikan seorang anak perempuan ketika
anak perempuan beranjak menjadi remaja putri yang memerlukan
perhatian spesifik dan berbeda dari fase sebelumnya.
2. Mengajarkan kewajiban mengenakan hijab/jilbab. Dalam Al-
Qur’an, Allah SWT secara tegas memerintahkan setiap wanita

8
Wardah Nuroniyah, ‘Perempuan Arabia Dalam Lingkaran Perkawinan Era Pra-Islam : Sebuah
Kajian Untuk Memahami Posisi Perempuan Dalam Sistem Perkawinan Islam’, Yinyang : Jurnal Studi
Islam, Gender Dan Anak, 14.2 (2019), 175–200
<https://doi.org/10.24090/yinyang.v14i2.2019.pp>.

14
yang beriman untuk berhijab apabila keluar rumah, yaitu
mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka.
3. Mengajarkan Adab Dalam Pergaulan. Islam mensyariatkan hijab
laki-laki dan perempuan, rambu penting lainnya yang penting
diperhatikan bagi anak perempuan adalah menjaga adab
pergaulannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal pertama yang
perlu dicamkan dalam hal ini adalah tidak ada tempat terbaik
bagi seorang perempuan kecuali di rumahnya

15
BAB III
KESIMPULAN

Dalam hal mendidik anak perempuan dan anak laki-laki tentu terdapat perbedaan,
sebab dilihat dari perkembangan otak anak laki-laki dan perempuan tersebut. dalam
mendidik anak, sebagai orangtua perlu memahami dahulu cara kerja otak anak laki-laki
dan perempuan dimana otak anak laki-laki akan berkembang lebih cepat pada bagian kanan
nya, sementara otak perempuan lebih cepat berkembang di bagian otak kirinya. kedua,
sebagai orangtua, kita perlu paham bahwa anak-anak juga manusia biasa yang juga bisa
atau boleh melakukan hal-hal manusiawi. ketiga, keadilan orangtua dalam peran
pengasuhan (ayah dan ibu) itu sangat penting di 7 tahun pertamanya karena di 7 tahun
pertama anak adalah masa dimana peran orangtua secara utuh hadir dalam lingkungan
anak, di 7 tahun berikutnya anak sudah tidak secara utuh diasuh oleh orang tua nya saja,
namun anak juga diasuh oleh lingkungannya. Pengasuhan yang tepat akan membekas
hingga usia 50 Tahun, pengasuhan yang tepat akan menghasilkan anak hebat sesuai dengan
perannya sebagai laki-laki maupun sebagai Perempuan.
Terdapat perbedaan dalam mendidik anak diantaranya dalam aktivitas bermain anak,
anak Perempuan lebih cenderung dilatih dalam hal motoric halus atau diarahkan ke dalam
permainan yang terkait dengan keterampilan domestic atau pekerjaan sehari-hari yang ada
dirumah, sementara anak laki-laki dididik dengan memberikan stimulus imajinasi yang
lebih banyak karena dominan otak kanannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Angriani, Puput, Eka Robiul Khasanah, Putri Pratiwi, and Alya Zakiya, ‘Jurnal
Multidisipliner Kapalamada Ultidisipliner Kapalamada Parenting Islami Dan
Kedudukan Anak Dalam Islam’, 4194 (2022), 274–80
Junaidy, Abdul Basith, ‘Pengasuhan Anak Menurut Hukum Islam’, Al-Hukama’, 7.1
(2017), 76–99 <https://doi.org/10.15642/alhukama.2017.7.1.76-99>
Nuroniyah, Wardah, ‘Perempuan Arabia Dalam Lingkaran Perkawinan Era Pra-Islam :
Sebuah Kajian Untuk Memahami Posisi Perempuan Dalam Sistem Perkawinan
Islam’, Yinyang : Jurnal Studi Islam, Gender Dan Anak, 14.2 (2019), 175–200
<https://doi.org/10.24090/yinyang.v14i2.2019.pp>
Syafrida Siregar, Lis Yulianti, ‘Pendidikan Anak Dalam Islam’, Bunayya : Jurnal
Pendidikan Anak, 1.2 (2017), 16 <https://doi.org/10.22373/bunayya.v1i2.2033>
Yakub, Syukur, ‘Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah’,
Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, 2022, 22
Zahrah, Dienan Shafyah, Fitroh Hayati, and Khambali, ‘Implikasi Pendidikan Menurut QS
Ali Imran Ayat 35-37 Tentang Cara Nabi Zakariya Dalam Mendidik Anak
Perempuan’, Jurnal Riset Pendidikan Agama Islam, 1.1 (2021), 36–42
<https://doi.org/10.29313/jrpai.v1i1.157>

17

Anda mungkin juga menyukai