Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam

“TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN ISLAM”

Dosen Pengampu

Dr. Afrahul Fadhila Daulay, MA

DISUSUN OLEH:

 ADE RYCO MAULANA (0304213003)


 ASMAUL HUSNA (0304213070)
 NUEMAULISA TANJUNG (0304213066)
 SYAHWAN HAMDANI (0304213051)
 SABILA KAMALIA (0304213048)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATERA UTARA

MEDAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang
senantiasa memberikan nikmak dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul, “TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN ISLAM”

Sholawat dan salam tak lupa kita hadiahkan pahalanya buat Nabi besar Muhammad
SAW, dengan seringnya kita bershalawat semoga dihari akhir kelak kita memdapatkan safaat
beliau, Aamiin yarabbal ‘alamin.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Pendidikan Islam. Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu, Dr. Afrahul fadhila Daulay, MA
selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam di semester genap ini.

Kami memohon maaf kepada seluruh pembaca jika ada kesalah penulisan dalam makalah
ini kami mengharapkan kritis dan saran yang membangun agar kedepannya penulisan ini lebih
baik lagi.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 6

A. Pengertian Tanggung Jawab ................................................................................. 6


B. Pengertian Pendidikan Islam ............................................................................... 7
C. Penanggung Jawab Pendidikan Islam ................................................................... 8
D. Tanggung Jawab Pendidikan Islam ...................................................................... 10

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 15

Kesimpulan ....................................................................................................................... 15

Saran ................................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan Islam merupakan suatu aktivitas yang berkelanjutan dalam proses merubah
akhlak tiap-tiap individu dengan cara pengajaran, untuk menuju kebaikan pribadi, masyarakat
dan lingkungan sekitarnya sesuai kebutuhan masyarakat (al-Syaibani, 1979). Ada tiga
pendekatan yang dapat dilakukan untuk menelaah tugas-tugas pendidikan Islam, yaitu: (1)
pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi; (2) pendidikan bagian dari mewariskan
budaya; dan (3) pendidikan bertujuan sebagai interaksi antara mengembangkan potensi dan
mewariskan budaya. Ketiga hal tersebut saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang utuh
(Langgulung, 1988)

Pada dasarnya, tanggung jawab pendidikan itu dimulai dari lingkungan keluarga yang
berawal dari anak dalam kandungan, kemudian lahir, bertahap mengalami pertumbuhan dan
perkembangan, sampai anak menjadi orang dewasa yang menyadari segala kewajibannya,
kemudian masyarakat, sekolah, pemerintah, dan lembaga lain yang memiliki kepentingan dalam
pendidikan.

Islam sangat perduli dan solutif tentang mendidik anak dalam keluarga sesuai dengan
usianya. Sebagaimana yang telah dipraktikkan oleh Rasulullah Saw. Pola asuh pendidikan anak
dapat dimulai dengan cara membimbing dan belajar sambil bermain pada usia anak 0- 7 tahun;
menanamkan sikap sopan santun dan disiplin ketika anak berusia 7-14 tahun; dan ajaklah mereka
bertukar pikiran pada usia anak 14-21 tahun, dan kemudian beri kebebasan kepada mereka untuk
mandiri (Padjrin, 2016).

Quraish Shihab, dalam tafsirnya menjelaskan: Sungguh Allah telah memuliakan anak
cucu Adam dengan bentuk tubuh yang sempurna, kemampuan berbicara dan kebebasan memilih.
Mereka Allah berikan kemuliaan dan kekuatan, jika mereka mematuhi Tuhan-nya. Mereka Allah
angkut di daratan, melalui hewan, dan Allah angkut pula mereka di lautan, melalui kapal-kapal.
Mereka juga Allah berikan rezeki dengan berbagai kenikmatan. Sesungguhnya Allah benarbenar
telah melebihkan mereka berupa akal pikiran atas kebanyakan makhluk lain yang Allah ciptakan
(Shihab, 2002).

4
berdasarkan uraian di atas, penulis akan mendeskripsikan tentang tanggung jawab
pendidikan dalam perspektif pendidikan Islam, yang dibatasi dan terfokus pada tanggung jawab
pendidikan iman (tauhid), akhlak, fisik, akal, kalbu (psikis), sosial dan pendidikan seksual.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB

Pendidikan Islam merupakan suatu aktivitas yang berkelanjutan dalam proses merubah
akhlak tiap-tiap individu dengan cara pengajaran, untuk menuju kebaikan pribadi, masyarakat
dan lingkungan sekitarnya sesuai kebutuhan masyarakat (al-Syaibani, 1979). Ada tiga
pendekatan yang dapat dilakukan untuk menelaah tugas-tugas pendidikan Islam, yaitu: (1)
pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi; (2) pendidikan bagian dari mewariskan
budaya; dan (3) pendidikan bertujuan sebagai interaksi antara mengembangkan potensi dan
mewariskan budaya. Ketiga hal tersebut saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang utuh
(Langgulung, 1988)

Pada dasarnya, tanggung jawab pendidikan itu dimulai dari lingkungan keluarga yang
berawal dari anak dalam kandungan, kemudian lahir, bertahap mengalami pertumbuhan dan
perkembangan, sampai anak menjadi orang dewasa yang menyadari segala kewajibannya,
kemudian masyarakat, sekolah, pemerintah, dan lembaga lain yang memiliki kepentingan dalam
pendidikan.

Islam sangat perduli dan solutif tentang mendidik anak dalam keluarga sesuai dengan
usianya. Sebagaimana yang telah dipraktikkan oleh Rasulullah Saw. Pola asuh pendidikan anak
dapat dimulai dengan cara membimbing dan belajar sambil bermain pada usia anak 0- 7 tahun;
menanamkan sikap sopan santun dan disiplin ketika anak berusia 7-14 tahun; dan ajaklah mereka
bertukar pikiran pada usia anak 14-21 tahun, dan kemudian beri kebebasan kepada mereka untuk
mandiri (Padjrin, 2016).

Quraish Shihab, dalam tafsirnya menjelaskan: Sungguh Allah telah memuliakan anak
cucu Adam dengan bentuk tubuh yang sempurna, kemampuan berbicara dan kebebasan memilih.
Mereka Allah berikan kemuliaan dan kekuatan, jika mereka mematuhi Tuhan-nya. Mereka Allah
angkut di daratan, melalui hewan, dan Allah angkut pula mereka di lautan, melalui kapal-kapal.
Mereka juga Allah berikan rezeki dengan berbagai kenikmatan. Sesungguhnya Allah benarbenar
telah melebihkan mereka berupa akal pikiran atas kebanyakan makhluk lain yang Allah ciptakan
(Shihab, 2002).

6
berdasarkan uraian di atas, penulis akan mendeskripsikan tentang tanggung jawab
pendidikan dalam perspektif pendidikan Islam, yang dibatasi dan terfokus pada tanggung jawab
pendidikan iman (tauhid), akhlak, fisik, akal, kalbu (psikis), sosial dan pendidikan seksual.

B. PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM

Menurut Drs.Ahmad D. Marimba: pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani


berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain sering kali beliau mengatakan
kepribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki
nilai-nilai agama Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Menurut Abdur Rahman Nahlawi: Pendidikan Islam ialah pengetahuan pribadi dan
masyarakat yang karenanya dapatlah memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan
baik dalam kehidupan individu maupun kolektif.

Menurut Drs. Burlian Shomad: pendidikan Islam ialah pendidikan yang bertujuan
membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran
Allah dan isi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan itu adakah ajaran Allah.

Menurut musthafa Al-Ghulayani: bahwa pendidikan Islam ialah menanamkan ahlak yang
muliah didalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk
dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya
kemudian buahnya berwujud keutamaan, keabaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah
air.

Menurut Syah Muhammad A. Naquib Al-Atas: pendidikan Islam adalah usaha yang
dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang
benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing kearah pengenalan
dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.

Dari perbedaan pendapat oleh para ahli dapat diambil kesimpulan adanya persamaan
yang secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut: pendidikan Islam ialah bimbingan yang
dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki
kepribadian muslim.

7
C. PENAMGGUNG JAWAB PENDIDIKAN ISLAM
1. Penanggung jawab orang tua dalam pendidikan islam

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari
merekalah anak mula-mula menerima pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang tua
itu memegang peranan penting dalam pendidikan anak-anaknya. Berikut beberapa pendapat
tentang tanggung jawab orang tua terhadap anakanaknya:

a. Menurut Hery Noor Aly (1999: 88) orang tua adalah “ibu dan ayah dan
masingmasing mempunyai tanggung jawab yang sama dalam pendidikan anak”.
b. Zakiyah Darajat (1997: 55) mengemukakan bahwa “orang tua adalah pembina pribadi
utama dalam hidup anak”.
c. M. Syafaat Habib (1982: 56) mengatakan bahwa “Orang tua menempati tempat
pertama dan orang tualah yang mula-mula memperkenalkan adanya Tuhan kepada
anaknya, kemudian mengajarkan shalat, puasa dan sebagainya”.
Tanggung jawab pendidikan Islam yang menjadi beban orang tua sebagaimana yang
dikatakan oleh Zakiah Darajat (1997: 55) sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka:
a. Memelihara dan membesarkan anak
b. Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmaniah maupun rohaniah
c. Memberi pengajaran
d. Membahagiakan anak.

Kesalahan terbesar orang tua saat ini adalah menyerahkan sepenuhnya pendidikan
anaknya pada lembaga pendidikan tempat anak tersebut belajar, tidak memberikan dasar-dasar
agama dari rumah, tidak mengontrol proses dan materi yang diperoleh sang anak, sehingga
keberadaan orang tua berfungsi hanya sebatas membesarkan fisik anak, adapun agama, akhlak,
dan pemikiran sang anak dirampas oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab, kita
menginginkan anak yang shalih, bertauhid kepada Allah, berakhlak kepada orang tua dan
berpemahaman agama yang lurus, tetapi lembaga pendidikannya malah mengarahkan anak
menyembah kuburan, melakukan berbagai macam kesyirikan, bid’ah, berakhlak buruk dan
memiliki pemikiran liberal, sekuler.

2. Penanggung jawab guru dalam pendidikan islam

8
Guru adalah pendidik yang professional karna ia merelakan dirinya menerima dan memikul
sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua. Ketika orang tua
menyerahkan anak nya untuk disekolahkan, berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab
pendidikan anaknya kepada guru. Pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi
peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa)
(Suryosubroto, 1983: 26). Dalam konteks pendidikan Islam “pendidik” sering disebut dengan
murabbi, mu’allim, mu’addib, mudarris, dan mursyid (Tafsir, 1992: 75). Menurut peristilahan
yang dipakai dalam pendidikan dalam konteks Islam, Kelima istilah ini mempunyai tempat
tersendiri dan mempunyai tugas masing-masing.

a. Murabbi adalah: orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu
berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak
menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
b. Mu’allim adalah: orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya serta
menjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya,
sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan, internalisasi serta implementasi.
c. Mu’addib adalah: orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggungjawab
dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa depan.
d. Mudarris adalah: orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta
memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha
mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih
keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
e. Mursyid adalah: orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri atau
menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi peserta didiknya.
3. Penanggung jawab masyarakat dalam pendidikan islam

Masyarakat adalah kumpulan individudan kelompok yang diikat oleh kesatuan budaya,
agama, dan pengalaman-pengalaman yang sama serta memiliki sejumlah penyesuaian dalam ikut
memikul tanggung jawab pendidikan secara bersamasama.Masyarakat adalah lembaga ketiga
setelah keluarga dan sekolah untuk memberikan pengaruh dan arahan terhadap pendidikan anak-
anak (Djumransyah dan Amrullah, 2007: 1999). Semua anggota masyarakat memikul tanggung

9
jawab membina, memakmurkan, memperbaiki, mengajak kepada kebaikan, menyuruh yang
ma’ruf melarang yang munkar di mana tanggung jawab manusia melebihi
perbuatanperbuatannya dan maksudnya, sehingga mencakup masyarakat tempat ia hidup dan
alam di sekelilingnya. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Ali-Imran: 104 Arinya: "Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.".

Secara konseptual menurut Saleh (2005: 347), bahwa tanggung jawab masyarakat, antara
lain: mengawasi jalannya nilai sosio budaya, menyalurkan aspirasi masyarakat, membina dan
meningkatkan kualitas keluarga.

D. TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN ISLAM


1. Tanggung jawab pendidikan (tauhid)

Pendidikan iman (tauhid) yang dimaksud adalah mendidik anak sebagaimana yang
terkandung dalam rukun Islam, rukun iman, dan dasar syari’ah, mulai anak mampu memahami
dan mampu membedakan baik dan buruk (Ulwan, 1993). Dasar-dasar iman adalah menyakini
dan mengamalkan isi kandungan dari rukun iman tersebut. Sedangkan orang Islam yang
dikatakan sempurna keislamannya bila melaksakan rukun Islam dengan baik, serta melaksanakan
dan mengamalkan dasardasar syariat sesuai jalan Ilahi dan ajaran Islam, seperti aqidah, ibadah,
akhlak, peraturan, dan perundang-undangan yang berlaku.

Tugas dan tanggung jawab pendidik adalah menumbuh kembangkan pemahaman dasar-dasar
iman dan ajaran Islam pada anak. Dengan demikian anak akan terbiasa dengan aturan-aturan dan
ajaran Islam. Beberapa cara Pendidikan iman (tauhid) kepada anak sesuai dengan tuntunan Nabi
Muhammad saw, yakni: memulai dengan menanamkan kalimat La Ilaha Illallah pada anak yg
baru lahir; mengenalkan tentang hukum yang halal dan haram, memerintahkan anak ketika usia
tujuh tahun untuk beribadah (shalat), dan mengajarkan anak untuk cinta kepada Rasul, keluarga
dan keturunannya, serta membimbing dan membiasakan membaca al-Qur’an (Ulwan, 2003) Di
samping itu, Syeikh Ahmad Farid menguraikan bahwa pendidikan iman adalah upaya
meningkatkan kualitas iman generasi muda Islam dan memupuk pohon iman yang ada di dalam
hati mereka, hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara:

10
a. Memperdalam pengetahuan mereka tentang Allah swt, asma-asma-Nya, sifat-sifat-Nya,
rububiyah-Nya dan ilahiyah-Nya.
b. Merenungkan isi kandungan alQur’an dan Hadis Nabi.
c. Mengenal Nabi saw, dengan cara mempelajari sejarah Nabi, mukjizatmukjizat dan bukti-
bukti kenabian, serta mengetahui kemuliaan nasab, akhlak dan petunjuknya merupakan
sarana yang paling efektif untuk menambah iman;
1) Mempelajari kebaikan-kebaikan Islam.
2) Memikirkan makhluk Allah swt, dengan cara menggunakan akal dan fikiran kita
untuk mengenal dan berfikir akan kebesaran dan keagungan-Nya yang telah
menciptakan alam dan isinya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia itu sendiri.
3) Memperbanyak ibadah-ibadah sunnah setelah mengamalkan ibadah-ibadah yang
wajib.
4) Menjalani hidup di dalam atmosfir iman dan menghirup udara iman, serta menjauhi
atmosfir maksiat, syahwat dan subhat.
5) Banyak berzikir kepada Allah swt.
6) Terlibat aktif dalam kegiatan dakwah (Farid, 2011).
2. Tanggung jawab pendidikan (akhlak)

Sebagaimana dikatakan oleh AlAbrasyi, bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk


membentuk pribadi murid agar memiliki akhlakul karimah. Pendidikan akhlak merupakan ruh
dari tujuan pendidikan Islam. Hal ini bukan berarti bahwa pendidikan Islam mengesampingkan
aspek-aspek pendidikan lainnya seperti halnya pendidikan fisik (jasmani), akal atau ilmu praktis
lainnya (al-Abrasyi, 2003).

Maksud dari pendidikan akhlak adalah pendidikan tentang moral, tabiat dan keutamaan
perilaku yang harus senantiasa diajarkan dan ditanamkan pada anak, sehingga anak bisa
membedakan akhlak yang baik dan akhlak tercela, sampai menjadi orang dewasa yang mandiri
(Ulwan, 2003). Maka, tidak diragukan lagi bahwa seseorang yang berakhlak mulia akan
menjadikan manusia lebih religius dan menghormati sesama dan ciptaan Allah yang lainnya.

Dalam Islam pendidikan akhlak dipahami sebagai sebuah latihan psikis dan fisik. Latihan
ini dapat menciptakan seseorang memiliki kebiasaan untuk menjalankan perintah Allah dengan
rasa tanggung jawab yang tinggi (Abdullah, 2007). Latihan-latihan ini bisa bersifat formal

11
(seperti di sekolah), maupun bersifat non-formal (lingkungan sekitar). Dapat dikatakan bahwa,
pendidikan akhlak dapat dijadikan sebagai sarana untuk menciptakan pribadi seseorang yang
berakhlakul karimah. Pribadi yang berakhlakul karimah akan mampu menjalankan perintah
Allah dan Rasulnya, menjaga hubungan baik pada manusia, dan ciptaan Allah lainnya.
Pembinaan akhlak merupak.

3. Tanggung jawab pendidikan (fisik)

Sejak zaman dahulu, mulai dari manusia purba sampai pada kehidupan zaman modern
sekarang ini, kesehatan, kekuatan, dan kebugaran tubuh selalu jadi perhatian utama. Islam sendiri
sangat perhatian terhadap pendidikan fisik pada anak, karena fisik yang sehat akan menentukan
keberhasilan dalam tahapan-tahapan pendidikan lainnya (Daradjat, 1995).

Berkaitan dengan pendidikan fisik, Islam mengajarkan beberapa metode praktis agar anak
tumbuh dengan baik sesuai harapan, diantaranya:

a. Memberi nafkah pada anak dan keluarga adalah bagian dari kewajiban.
b. Memakan makanan dan minuman yang sehat, serta tidur yang teratur.
c. Menghindari dari penyakit yang menular.
d. Memberi obat bila sedang sakit.
e. Menerapkan dasar: “untuk tidak memberikan sesuatu yang tidak memiliki manfaat”.
f. Membiasakan anak untuk berolah raga
g. Membiasakan anak untuk zuhud dan tidak tenggelam dalam kenikmatan
h. Membiasakan anak untuk bekerja keras dan bersungguh-sungguh,agar tidak
menyimpang dan menjadi pengangguran (Ulwan, 1993).
4. Tanggung jawab pendidikan (akal)

Akal sehat merupakan salah satu sumber aqidah Islam; maka menjaga fitrah akal merupakan
tanggung jawab pendidikan Islam yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, jika tidak
maka seorang peserta didik tidak akan mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai
khalifah.

Tujuan dari pendidikan akal adalah memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan akal
peserta didik dengan segala hal yang bermanfaat untuknya, baik itu ilmu-ilmu syariat,
kebudayaan, dan perkara-perkara modern, hingga akhirnya peserta didik menjadi orang yang

12
berpendidikan dan berbudaya. Setidaknya ada 5 hal yang mendasari pendidikan Islam
bertanggung jawab terhadap pendidikan akal peserta didik, yaitu:

1. Karena ruang lingkup agama Islam meliputi jiwa dan raga, dunia dan akhirat, maka
ibadah, muamalah, sosial akan memberi pengaruh besar dalam pembangunan peradaban
manusia.
2. Agama Islam menyeru persamaan kemanusiaan, agar setiap manusia memberikan
pengaruh dalam membangun peradaban, tanpa melihat bentuk tubuh, warna kulit, dan
bahasa.
3. Agama Islam sangat terbuka untuk saling mengenal setiap bangsa
4. Islam adalah agama yang berlaku sepanjang masa, akan sesuai dengan perkembangan
zaman.
5. Agama Islam mewajibkan menuntut ilmu sejak kecil dan menggratiskan pendidikan.
5. Tanggung jawab pendidikan (akal)

Yang dimaksud dengan pendidikan hati adalah menanamkan sejak kecil keterbukaan,
keberanian, merasa suka dengan kesempurnaan, menyukai kebaikan untuk orang lain, dapat
menahan diri ketika marah, menghiasi hati dengan sifat-sifat terpuji secara keseluruhan.

Adapun tujuan dari pendidikan hati adalah mempersiapkan pribadi yang baik agar ketika
peserta didik telah mencapai usia baligh dia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai
hamba Allah. Seorang pendidik harus mengetahui hal-hal yang harus dihilangkannya dari diri
peserta didik;

1. Malu menyuarakan kebenaran (khajal)


2. Takut
3. Minder disebabkan merasa ada kekurangan pada dirinya
4. Dengki
5. Marah yang tak terkendali.
6. Tanggung jawab pendidikan (sosial)

Sosial di sini dipahami adalah masyarakat yang terdiri atas gabungan beberapa individu,
keluarga dan kelompok. Tanggung jawabnya adalah pembentukan keperibadian yang utuh, sehat
jasmani dan rohani (Ramayulis, 2010).

Tanggung jawab lain dari pendidikan sosial ialah mengajak manusia kepada trilogi menyeru
yaitu menyeru kepada jalan kebaikan, menyeru kepada makruf dan nahi mungkar. Landasannya
Q.S. Ali Imran/3: 104, sebagai berikut: Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan
orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari yang
mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”

13
Tujuan pendidikan sosial dalam pendidikan Islam adalah agar peserta didik memiliki adab yang
berlaku di masyarakatnya. Untuk menghasilkan kualitas pendidikan sosial yang baik seorang
pendidik perlu memperhatikan 4 hal; yaitu:

1. Penanaman dasar kepribadian mulia. Yang dimaksud dengan dasar kepribadian yang
mulia adalah:
a) Taqwa
b) Persaudaraan
c) Kasih sayang
d) Itsar (mendahulukan orang lain)
e) Memaafkan
f) Berani
2. hak-hak orang lain. Hak-hak orang lain yang harus ditunaikan adalah:
a) Hak orang tua
b) Hak saudara
c) Hak guru
d) Hak teman
e) Hak orang yang lebih tua
3. Menekankan pada adab masyarakat secara umum. Adapum adab kepada masyarakat
umum adalah:
a) Adab dalam makan dan minum
b) Adab dalam salam
c) Adab meminta izin
d) Adab dalam majelis
e) Adab dalam berbicara
f) Adab bercanda
g) Adab ketika mengucapkan selamat
h) Adab ketika menjenguk orang sakit
i) Adab ketika bertakziyah
j) Adab ketika bersin dan menguap.
4. Intrispeksi diri dari kritik social

14
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku dan perbuatannya
yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sesuatu
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab sangat erat kaitannya
dengan kewajiban. Sebagai seorang mahasiswa kewajiban kita adalah belajar, maka dengan
belajar kita telah bertanggung jawab terhadap kewajiban kita, jadi makna dari tanggung jawab
sering dikaitkan dengan kewajiban. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab
terhadap kewajiban kita.

Islam mengajarkan umatnya untuk memiliki sifat tanggung jawab yang telah ditegaskan
dalam Al-Qur’an dan telah dicontohkan oleh Nabi Agung Muhamad saw.Sebagai umat islam
yang baik kita wajib melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Alloh lewat Al-Qur’an dan
Rosululloh. Tanggung kawab disini terkait dengan tanggung jawab manusia terhadap Alloh,
terhadap keluarga, masyarakat dan negara.

Kita harus menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri kita sebagai seorang muslim
agar tercipta kehidupan yang harmonis sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan hadits. Dengan
begitu kita akan menjadi orang yang mampu mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita di
hadapan Alloh dan masyarakat, bangsa dan negara.

SARAN :

Demikianlah makalah ini penulis buat, penulis yakin dalam pembuatan makalh ini masih
terdapat kekurangan-kekurangan yang perlu dibenarkan, maka dari itu saran dan kritikan dari
pembaca yang bersifat membangun selalu penulis harapkan. Akhirnya, penulis berharap makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

 Taufiq Hidayat Siregar, Tanggung Jawab Pendidikan Islam, Medan: Penerbit UINSU
press, 2019
 Fatkhur Rohman, 2020, tanggung Jawab Pendidikan Perspektif Pendidikan Islam, Vol.12.
No.2, ISSN 1979-9950

16

Anda mungkin juga menyukai