Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“METODE PENDIDIKAN ISLAM”


Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu
Dr. Afrahul Fadhila Daulay, MA
DISUSUN
O
L
E
H
Kelompok 3:
Alvindi - 0304213071
Arya Wiranda - 0304213049
Najah 'Athirah - 0304213081
Pardamean - 0304213076
Rahma Yani - 0304213079
Siti Irna Fadillah - 0304213038
TBI -3

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

‫س ِم هَّللا ِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِحيم‬


ْ ِ‫ب‬

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Metode Pendidikan Islam”
ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen pada mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah pengetahuan mengenai Metode Pendidikan Islam bagi para pembaca dan juga
kami kelompok- 3 selaku penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Afrahul Fadhila Daulay, MA selaku
dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 21 April 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................i


KATA PENGANTAR ..................................................................................ii
DAFTAR ISI .................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................2


A. Pengenalan Metode Pendidikan Islam ...........................................................................2
1. Konsep Dasar Metode Pendidikan Islam ...................................................................2
2. Hakikat Metode dalam Pendidikan Islam ..................................................................3
B. Unsur-unsur Metode Pendidikan Islam..........................................................................4
1. Tujuan, Tugas, dan Fungsi Metode Pendidikan Islam ...............................................4
2. Dasar dan Prosedur Pembuatan Metode Pendidikan Islam .......................................4
3. Asas - Asas Pelaksanaan Metode Pendidikan Islam ..................................................7
C. Ruang Lingkup Klasifikasi Metode Pendidikan Islam ..................................................8
1. Pendekatan Metode Pendidikan Islam .......................................................................8
2. Jenis – Jenis Metode dan Teknik Pendidikan Islam ..................................................10

BAB III PENUTUP ......................................................................................17


A. Kesimpulan ....................................................................................................................17
B. Saran ..............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................18

iii
BAB I PENDAHULUAN

Permasalahan yang seringkali dijumpai dalam pengajaran, khususnya pengajaran


agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga
diperoleh hasil yang efektif dan efesien. Di samping itu, masalah lainnya yang juga sering
didapati adalah kurangnya perhatian guru agama terhadap variasi penggunaan metode
mengajar dalam upaya peningkatan mutu pengajaran secara baik. Sebagai alternatif jawaban
terhadap masalah-masalah tersebut, sangat diperlukan pengkajian secara lanjut dan mendalam
tentang metode pengajaran yang digunakan.

Dalam adagium ushuliyah dikatakan bahwa, al-amru bi sya'i bi wasailihi, wa li al-


wasâil hukm al-maqashidi. Artinya, amru perintah pada sesuatu (termasuk di dalamnya
adalah pendidikan) maka perintah pula mencari mediumnya (metode), dan bagi medium
hukumnya sama halnya dengan apa yang dituju. Senada dengan adagium itu firman Allah
SWT. dinyatakan: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah
jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu
mendapat keberuntungan" (QS. al-Maidah: 35).

Implikasi adagium ushuliyah dan ayat tersebut dalam pendidikan Islam adalah bahwa
dalam pelaksanaan pendidikan Islam dibutuhkan adanya metode yang tepat, guna tercapainya
tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Materi yang benar dan baik, tanpa menggunakan
metode yang baik maka akan menjadikan keburukan materi tersebut. Kebaikan materi harus
ditopang oleh kebaikan metode juga.

Dalam pembahasan makalah ini, penulis mencoba untuk membahas lebih lanjut
tentang metode pendidikan islam yang lingkup pembahasannya meliputi konsep dasar
pengenalan metode itu sendiri, unsur – unsur apa saja yang berkaitan dengan tujuan, tugas,
fungsi, dasar, prosedur, dan asas- asas serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam
pemilihan metode belajar yang tepat. Tak lupa, makalah ini juga membahas klasifikasi
mengenai jenis – jenis metode pendidikan islam dalam pengajaran.

iv
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengenalan Metode Pendidikan Islam


1. Konsep Dasar Metode Pendidikan Islam
Metode, dalam bahasa Arab disebut dengan istilah thariqah memiliki arti cara atau strategi
untuk melakukan suatu pekerjaan. Metode atau metoda dalam bahasa Yunani, yaitu metha
(melalui atau melewati) dan hodos (jalan atau cara). Dijelaskan (Ramayulis, 2015: hal.3)
bahwa bila dihubungkan dengan pendidikan, maka strategi tersebut haruslah diwujudkan
dalam proses pendidikan, dalam rangka pengembangan sikap mental dan kepribadian agar
peserta didik menerima materi ajar dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “metode” adalah cara yang teratur dan berpikir baik
untuk mencapai maksud, sehingga dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang
harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar mencapai tujuan pembelajaran.
Sedangkan metode menurut para ahli pendidikan beraneka ragam, diantaranya sebagai
berikut:
a) Abd Aziz juga (Sulaiman, 2010: hal 67) mengartikan metode dengan cara-cara
memperoleh informasi, pengetahuan, pandangan, kebiasaan berpikir, serta cinta pada ilmu,
guru dan sekolah.
b) Abuddin Nata (Nata, 2005: hal.143), berpendapat metode dapat berarti cara atau jalan
yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu, mengatakan bahwa metode
adalah suatu saran untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi
pengembangan disiplin ilmu tersebut
c) Abd. Al-Rahman Ghunaiman (Ramayulis, 2005: hal.3), mendenifisikan bahwa metode
adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan
d) Ahmad Tafsir mendenifisikan metode pendidikan sebagai semua cara yang digunakan
dalam upaya mendidik. Oleh karena itu, kata metode di sini diartikan secara luas
mencakup juga metode mengajar, karena mengajar termasuk salah satu upaya mendidik
e) Muhammad Athiyah Al-Abrasy (Al- Abrasy, 1996: hal 72-73) mengartikan metode
sebagai jalan yang dilalui untuk memperoleh pemahaman pada peserta didik.
Beberapa definisi di atas, walaupun kelihatannya berbeda, tetapi dapat kita simpulkan poin
utamanya adalah tentang sebuah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan
(pembelajaran) dengan peserta didik, pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Metode

v
merupakan cara-cara untuk menyampaikan materi pembelajaran secara efektif dan efisien,
juga untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
Dengan pendekatan kebahasaan tersebut nampak bahwa metode lebih jauh menunjukkan
kepada jalan, dalam arti jalan yaitu jalan dalam bentuk ide-ide yang mengacu pada cara
menghantarkan seseorang untuk mencapai pada tujuan yang ditentukan.
Pengertian Metode Pendidikan Islam
Menurut Ahmad Tafsir (Tafsir, 2007: hal.131) yang dimaksud dengan metode pendidikan
ialah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Adapun metode pendidikan atau
metode pembelajaran, dimaksudkan sebagai suatu cara atau strategi yang digunakan guru
untuk melakukan proses pembelajaran di kelas, terutama dalam konteks transfer of
knowledge atau transfer of value. Metode tersebut membantu guru untuk mengoptimalkan
proses pembelajaran sehingga kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan
maksimal.
Selanjutnya terdapat pula pengertian lain, metode pendidikan Islam adalah prosedur umum
dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu
tentang hakikat Islam sebagai suprasistem. Metode pendidikan agama Islam ialah cara yang
paling efektif dan efisien dalam mengajarkan agama Islam. Pengajaran yang efektif adalah
pengajaran yang dapat dipahami secara sempurna. Dalam ilmu pendidikan sering juga
dikatakan bahwa pengajaran yang tepat ialah pengajaran yang berfungsi pada murid.
“Berfungsi” artinya menjadi milik murid, pengajaran itu membentuk dan mempengaruhi
pribadinya.

2. Hakikat Metode dalam Pendidikan Islam


Dalam penggunaan metode pendidikan Islam yang perlu di pahami adalah bagaimana
seorang pendidik dapat memahami hakikat metode dan relevansinya dengan tujuan utama
pendidikan Islam, yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia
mengabdi kepada Allah SWT. Di samping itu, pendidik pun perlu memahami metode-metode
instruksional yang aktual yang ditujukan dalam Al-Qur'an atau yang dideduksikan dari Al
Qur'an, dan dapat memberi motivasi dan disiplin atau dalam istilah Al-Qur'an disebut dengan
pemberian anugerah (tsawab) dan hukuman (iqab).
Selain kedua hal tersebut, bagaimana seorang pendidik dapat mendorong peserta didiknya
untuk menggunakan akal pikiran nya dalam menelaah dan mempelajari gejala kehidupannya
sendiri dan alam sekitarnya (QS. Fushshilat: 53, al-Ghasyiyah: 17-21), mendorong peserta
didik untuk mengamalkan ilmu pengetahuannya dan mengaktualisasikan keimanan dan
vi
ketakwaannya dalam kehidupan sehari-hari (QS. al-Ankabut: 45, Thaha: 132, al-Baqarah:
183). Seorang pendidik pun perlu mendorong peserta didik untuk menyelidiki dan meyakini
bahwa Islam merupakan kebenaran yang sesungguhnya, serta memberi peserta didik dengan
praktik amaliah yang benar serta pengetahuan dan kecerdasan yang cukup.

B. Unsur-unsur Metode Pendidikan Islam


1. Tujuan, Tugas, dan Fungsi Metode Pendidikan Islam
a. Tujuan Metode Pendidikan Islam
Tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran Islam
lebih berdaya guna dan berhasil guna dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk
mengamalkan ketentuan ajaran Islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah
belajar peserta didik secara mantap.
b. Tugas Metode Pendidikan Islam
Tugas utama metode pendidikan Islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip
psikologis dan pedagogis sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan yang terealisasi
melalui penyampaian keterangan dan pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami,
menghayati dan meyakini materi yang diberikan, serta meningkatkan keterampilan olah pikir.
Selain itu, tugas utama metode tersebut adalah membuat perubahan dalam sikap dan minat
serta memenuhi nilai dan norma yang berhubungan dengan pelajaran dan perubahan dalam
pribadi dan bagaimana faktor-faktor tersebut diharapkan menjadi pendorong ke arah
perbuatan nyata.
c. Fungsi Metode Pendidikan Islam
Fungsi metode pendidikan Islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberi
kemudahan kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan minat, serta mendorong usaha
kerja sama dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik. Di
samping itu, dalam uraian tersebut dapat kita simpulkan bahwa fungsi metode pendidikan
adalah memberi inspirasi pada peserta didik melalui proses hubungan yang serasi antara
pendidik dan ilmu pendidikan islam peserta didik yang seiring dengan tujuan pendidikan
Islam.

2. Dasar dan Prosedur Pembuatan Metode Pendidikan Islam


a. Dasar Metode Pendidikan Islam
Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual atau
sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu, dalam menggunakan metode seorang
vii
pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. Sebab metode
pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan
yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan
tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu di antaranya adalah dasar agamis, biologis,
psikologis, dan sosiologis (Wiyani dan Barnawi, 2019: 186).
I. Dasar agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam
haruslah berdasarkan pada Agama. Sementara agama Islam merujuk pada al-Qur‟an dan
hadis. Untuk itu, dalam pelaksanaannya berbagai metode yang digunakan oleh pendidik
hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul secara efektif dan efisien yang
dilandasi nilai-nilai al-Qur’an dan hadis.
II. Dasar biologis, Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam
perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologis seseorang, maka
dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya. Untuk itu, dalam
menggunakan metode pendidikan Islam seorang guru harus memperhatikan
perkembangan biologis peserta didik.
III. Dasar psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik akan memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang
dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi
nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karenanya metode
pendidikan Islam baru dapat diterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan
dan kondisi psikologis peserta didiknya. Untuk itu, seorang pendidik dituntut untuk
mengembangkan potensi psikologis yang tumbuh pada peserta didik. Sebab dalam konsep
Islam akal termasuk dalam tataran rohani.
IV. Dasar sosiologis. Saat pembelajaran berlangsung ada interaksi antara peserta didik
dengan peserta didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik, atas dasar
hal ini maka pengguna metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan landasan
atau dasar ini. Jangan sampai terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak sesuai dengan
kondisi sosiologis peserta didik, jika hal ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan
akan sulit untuk dicapai.
Keempat dasar di atas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus
diperhatikan oleh para pengguna metode pendidikan Islam agar dalam mencapai tujuan tidak
menggunakan metode yang tidak tepat dan tidak cocok kondisi agamis, kondisi biologis,
kondisi psikologis, dan kondisi sosiologis peserta didik.

viii
b. Prosedur Pembuatan Metode Pendidikan Islam
Langkah-langkah yang ditempuh oleh para pendidik sebelum pembuatan metode
pendidikan Islam adalah memerhatikan persiapan mengajar (lesson plan) yang meliputi
pemahaman terhadap tujuan pendidikan Islam, penguasaan materi pelajaran, dan pemahaman
teori-teori pendidikan selain teori-teori pengajaran. Di samping itu, pendidik harus
memahami prinsip-prinsip mengajar serta model-modelnya dan prinsip evaluasi, sehingga
pada akhirnya pendidikan Islam berlangsung dengan cepat dan tepat. Prosedur pembuatan
metode pendidikan Islam adalah dengan memerhatikan faktor-faktor yang memengaruhinya,
yang meliputi,
- Tujuan pendidikan Islam
Faktor ini digunakan untuk menjawab pertanyaan untuk apa pendidikan itu dilaksanakan.
Tujuan pendidikan mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif (pembinaan akal pikiran,
seperti kecerdasan, kepandaian, daya nalar), aspek afektif (pembinaan hati, seperti
pengembangan rasa, kesadaran kepekaan emosi dan kematangan spiritual) dan aspek psikis
motorik (pembinaan jasmani, seperti badan sehat, mempunyai keterampilan).
- Karakteristik Peserta Didik
Faktor ini digunakan untuk menjawab pertanyaan untuk apa dan bagaimana metode itu
mampu mengembangkan peserta didik dengan mempertimbangkan berbagai tingkat ke
matangan, kesanggupan, kemampuan yang dimilikinya. Adanya perbedaan karakteristik
siswa dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan sosial ekonomi, budaya, tingkat kecerdasan,
dan watak mereka yang berlainan antara satu dengan lainnya, menjadi pertimbangan guru
dalam memilih metode apa yang terbaik digunakan alam mengkomunikasikan pesan
pengajaran kepada anak
- Fasilitas
Faktor ini digunakan untuk menjawab pertanyaan di mana dan bilamana termasuk juga
berbagai fasilitas dan kuantitasnya. Hal ini karena persediaan sarana dan prasarana berbeda
antara satu sekolah dengan sekolah lainnya, maka perlu menjadi pertimbangan guru dalam
memilih metode mengajarnya. Sekolah yang memiliki peralatan dan media yang lengkap,
gedung yang baik, dan sumber belajar yang memadai akan memudahkan guru dalam memilih
metode yang bervariasi.
- Situasi dan Kondisi (Setting)
Di samping adanya perbedaan karakteristik siswa, tujuan yang ingin dicapai, juga tingkat
sekolah, geografis, sosiokultural, menjadi bahan pertimbangan dalam memilih metode yang
digunakan sesuai dengan setting yang berlangsung.
ix
- Perbedaan Kemampuan dan Pribadi pendidik.
Faktor ini digunakan untuk menjawab pertanyaan oleh siapa serta kompetensi dan
kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda. Seorang guru yang terlatih bicara disertai
dengan gaya dan mimik, gerak, irama, tekanan suara akan lebih berhasil memakai metode
ceramah dibanding guru yang kurang mempunyai kemampuan bicaranya.
Tidak selamanya satu metode selalu baik untuk saat yang berbeda-beda. Baik-tidaknya
bergantung pada beberapa faktor yang mungkin berupa situasi dan kondisi, atau persesuaian
dengan selera, atau juga karena metodenya sendiri yang secara intrinsik belum memenuhi
persyaratan sebagai metode yang tepat guna, semuanya sangat ditentukan oleh pihak yang
menciptakan dan melaksanakan metode juga objek yang menjadi sasarannya.

3. Asas – Asas Pelaksanaan Metode Pendidikan Islam


Menurut (Al-Syaibani, 1979: 595-624) menyatakan tujuh prinsip pokok metode
pendidikan Islam, yaitu seorang pendidik perlu:
(a) Mengetahui motivasi, kebutuhan, dan minat peserta didiknya;
(b) Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelum pelaksanaan pendidikan;
(c) Mengetahui tahap kematangan, perkembangan, serta perubahan peserta didik;
(d) Mengetahui perbedaan-perbedaan individu di dalam peserta didik;
(e) Memerhatikan kepahaman dan mengetahui hubungan-hubungan, integrasi pengalaman
dan kelanjutannya, keaslian, pembaruan, dan kebebasan berpikir;
(f) Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi peserta
didik; dan
(g) Menegakkan uswatun hasanah.
Adapun pendapat lain Muhammad Abdul Qadir Ahmad dan Muhtar Yahya (Umar, 2010:
183) merumuskan tiga asas pokok metode pendidikan Islam, yaitu:
a. Adanya relevansi dengan kecenderungan dan watak peserta didik, baik dari aspek
inteligensi, sosial, ekonomi, dan status keberadaan orang tuanya.
b. Memelihara prinsip-prinsip umum, seperti: (1) berangsur angsur dalam pengajaran dari
yang mudah menuju yang sulit; (2) berangsur-angsur dalam pengajaran yang jelas dan
terperinci menuju pada pengajaran ganda yang terstruktur; (3) berangsur angsur dalam
pengajaran dari yang konkret menuju yang abstrak; dan (4) berangsur-angsur dalam
pengajaran dari yang hissiyah (kebenaran ilmiah) menuju pada yang ma'quli (ke benaran
filosofis).
Aplikasi prinsip ini, menurut Ibnu Khaldun dapat dilakukan dengan tiga tahap, yaitu:
x
(1) marhalah 'ula, pendidik memberikan masalah-masalah yang menjadi topik pokok suatu
bab, lalu menerangkan secara global dengan memerhatikan ke sanggupan otak peserta
didik untuk memahaminya;
(2) marhalah tsaniyah, pengulangan mempelajari tiap-tiap bab dari suatu mata pelajaran
dengan keterangan dan penjelasan lebih luas sebagai tangga untuk mempelajari secara
mendalam;
(3) marhalah tsalitsa, dipelajari setiap mata pelajaran dengan mendalam, sehingga peserta
didik dapat menguasai masalah masalah dengan sempurna.
c. Memerhatikan perbedaan-perbedaan antar-individu, baik di lihat dari kemampuan,
kepribadian, etika, inteligensia, watak, dan produktivitasnya. Prinsip ini mengindahkan
kecenderungan dan perwatakan atau pembawaan peserta didik. Para ahli me mandang bahwa
peserta didik mempunyai kecenderungan dan pembawaan sejak lahir. Implikasi dalam
metode adalah bagai mana metode itu diterapkan dengan disesuaikan dan diselaras kan
melalui kecenderungan dan pembawaan itu.
Asas-asas pelaksanaan metode pendidikan islam pada dasarnya dapat diformulasikan
sebagai berikut:
a. Asas Motivasi yakni berusaha membangkitkan minat peserta didik
b. Asas Aktivitas yakni memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengambil bagian
secara aktif.
c. Asas Apersepsi yakni menghayati situasi dan sikap respon tertentu dari peserta didik
d. Asas Peragaan yakni memberi variasi dalam cara-cara mengajar.
e. Asas Konsentrasi yakni memfokuskan pada satu pokok permasalahan.
f. Asas Individual yakni memperhatikan perbedaan pribadi individu.
g. Asas Keteladanan yakni memberikan contoh terbaik pada peserta didik.
h. Asas Pembiasaan yakni memerhatikan kebiasaan-kebiasaan peserta didik.

C. Ruang Lingkup Klasifikasi Metode Pendidikan Islam


1. Pendekatan Metode Pendidikan Islam
Perwujudan strategi pendidikan Islam dapat dikonfigurasikan dalam bentuk metode
pendidikan yang lebih luasnya mencakup pendekatan (approach)-nya. Dalam buku (Umar,
2011: 183) Jalaluddin Rahmat dan Zainal Abidin Ahmad merumuskan 6 kategori pendekatan:
a. Pendekatan Tilawah (Pengajaran)
Pendekatan tilawah ini meliputi membacakan ayat-ayat Allah yang bertujuan memandang
fenomena alam sebagai ayat-Nya, mempunyai keyakinan bahwa semua ciptaan Allah
xi
memiliki keteraturan yang bersumber dari Rabb al-'alamin, serta memandang bahwa segala
yang ada tidak diciptakan-Nya secara sia-sia belaka. Bentuk tilawah mempunyai indikasi
tafakkur (berpikir) dan tadzakur (berzikir), sedangkan aplikasinya adalah pembentukan
kelompok
b. Pendekatan Tazkiyah (Penyucian)
Pendekatan ini meliputi menyucikan diri dengan upaya amar ma'ruf dan nahi mungkar
(tindakan proaktif dan tindakan reaktif). Aplikasi bentuk pendekatan ini adalah adanya
gerakan kebersihan, kelompok-kelompok usrah, riyadhah ke agamaan, ceramah, tablig,
pemeliharaan syiar Islam, kepemimpinan terbuka, teladan pendidikan, serta pengembangan
kontrol sosial control).
c. Pendekatan Ta'lim Al-Kitab
Mengajarkan Al-Kitab (Al-Qur'an) dengan menjelaskan hukum halal dan haram.
Pendekatan ini bertujuan untuk membaca, memahami, dan merenungkan Al-Qur'an dan As-
Sunnah sebagai keterangannya. Indikatornya pembelajaran membaca Al-Qur'an, diskusi
tentang Al-Qur'an di bawah bimbingan para ahli, memonitor pengkajian Islam, kelompok
diskusi, kegiatan mem baca literatur Islam, dan lomba kreativitas islami.
d. Pendekatan Ta'lim Al-Hikmah
Pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan ta'lim Al-Kitab, hanya saja bobot dan
proporsi serta frekuensinya diperluas dan diperbesar. Aplikasi pendekatan ta'lim al Hikmah
ini dapat berupa studi banding antarlembaga pendidikan, antarlembaga pengkajian,
antarlembaga penelitian, dan sebagainya sehingga terbentuk suatu konsensus umum yang
dapat dipedomani masyarakat Islam secara universal dan sebagai pembenahan tidak
relevannya pendekatan ta'lim Al-Kitab.
e. Yu’allim-kum ma lam Takunu Ta’lamun
Suatu pendekatan yang mengajaran suatu hal yang memang benar-benar asing dan belum
diketahui, sehingga pendekatan ini membawa peserta didik pada suatu alam pemikiran yang
benar-benar luar biasa. Pendekatan ini mungkin hanya dapat dinikmati oleh nabi dan rasul
saja, seperti adanya mukjizat, sedangkan manusia biasa hanya bisa menikmati sebagian kecil.
Indikator pendekatan ini adalah penemuan teknologi canggih yang dapat membawa manusia
pada penjelajahan ruang angkasa, sedangkan aplikasinya adalah mengembangkan produk
teknologi yang dapat mempermudah dan membantu kehidupan manusia sehari-hari.
f. Pendekatan Ishlah (Perbaikan)
Pelepasan beban dan belenggu yang bertujuan memiliki kepekaan terhadap penderitaan
orang lain, sanggup menganalisis kepincangan-kepincangan yang lemah, memiliki komitmen
xii
memihak bagi kaum yang tertindas, dan berupa menjembatani perbedaan paham. Di samping
itu, pelepasan beban dan belenggu ini bertujuan memelihara ukhuwah islamiyah dengan
aplikasinya kunjungan ke kelompok dhua'fa, kampanye amal shaleh, kebiasaan bersedekah,
dan proyek-proyek sosial, serta mengembangkan Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah
(BAZIS).

2. Jenis – Jenis Metode dan Teknik Pendidikan Islam


Secara garis besar, metode mengajar dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yakni: (1)
metode mengajar konvensional, yaitu metode mengajar yang lazim dipakai oleh guru atau
sering disebut metode tradisional; (2) metode mengajar inkonvensional, yaitu suatu teknik
mengajar yang baru berkembang dan belum lazim digunakan secara umum, seperti dengan
modul pengajaran berprogram, pengajaran unit, machine program, dan lain-lain yang masih
baru dikembangkan dan diterapkan di beberapa sekolah tertentu yang mempunyai peralatan
dan media yang lengkap serta guru-guru yang ahli menanganinya (Usman, 2002: 31-34).
Bentuk-bentuk metode pendidikan islam (konvensional) yang relevan dan efektif dalam
pengajaran islam dapat digolongkan menjadi 6 bagian, sebagai berikut (Tim Depag RI, 1984:
151-159 dan Al-Abrasyi, tt: 271-288):
a. Metode diakronis, yaitu suatu metode mengajar ajaran Islam yang menonjolkan aspek
sejarah. Metode diakronis disebut juga metode sosio-historis, yakni suatu metode
pemahaman terhadap suatu kepercayaan, sejarah atau kejadian dengan melihatnya sebagai
suatu kenyataan yang memiliki kesatuan yang mutlak dengan waktu, tempat, kebudayaan.
golongan dan lingkungan tempat kepercayaan, sejarah, dan kejadian itu muncul (Ali,
1987: 323).
b. Metode sinkronis-analitis, yaitu suatu metode pendidikan Islam yang memberi kemampuan
analisis teoretis yang sangat berguna bagi perkembangan keimanan dan mental-intelek.
c. Metode problem solving (hill al-musykilat), yaitu metode ini merupakan pelatihan peserta
didik yang dihadapkan pada berbagai masalah suatu cabang ilmu pengetahuan dengan
solusinya.
d. Metode empiris (tajribiyah), yaitu suatu metode mengajar yang memungkinkan peserta
didik mempelajari ajaran Islam melalui proses realisasi, aktualisasi, serta internalisasi
norma dan kaidah Islam melalui proses aplikasi yang menimbulkan suatu interaksi sosial.
e. Metode induktif (al- istiqraiyah), yaitu metode yang dilakukan oleh pendidik dengan cara
mengajarkan materi yang khusus (juz 'iyah) menuju pada kesimpulan yang umum.

xiii
f. Metode deduktif, yaitu metode yang dilakukan oleh pendidik dalam pengajaran Islam
melalui cara menampilkan kaidah yang umum kemudian menjabarkannya dengan berbagai
contoh masalah sehingga menjadi terurai.

Realisasi dari metode pendidikan Islam di atas dapat diaplikasikan dengan cara-cara
praktis yang disebut dengan teknik pendidikan Islam. Adapun teknik-teknik pendidikan Islam
adalah (Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir, 2006: 183-209):
1) Teknik Periklanan (Al-Ikhbariyah) dan Teknik Pertemuan (Al-Muhadharah), terdiri atas:
a. Teknik Ceramah (Lecturing/al-Mawidhah), implikasi teknik mawidhah dalam pendidikan
Islam adalah pemberian dan penyampaian informasi yang dapat memberikan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan untuk mengerjakan suatu kebaikan agar tercapainya kemaslahatan
umat dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT. Penyajian teknik ceramah bisa
menggunakan alat bantu, seperti, papan tulis, gambar (sketsa), slide, peta, komputer, LDC,
dan sebagainya.
b. Teknik Tulisan (Al-Kitabah), teknik yang dilakukan dengan cara menyebarkan informasi
kepada peserta didik melalui resume tulisan, diktat, buku modul, buku literatur, serta
brosur-brosur. Teknik tulisan pernah dilakukan oleh Nabi Sulaiman dalam memberikan
mawidhah kepada Ratu Bulqis di negara Saba' yang diawali dengan Basmalah (QS. al-
Naml: 28 31).

2) Teknik Dialog (Hiwar)


Teknik yang dilakukan dengan penyajian suatu topik masalah yang dilakukan melalui
dialog antara pendidik dan peserta didik. Teknik dialog dapat digunakan sebagai berikut:
a. Teknik Tanya Jawab (Al-As’ilah wa ajwibah), Teknik yang dilakukan dengan mengajukan
berbagai pertanyaan yang dapat membimbing orang yang ditanya untuk mengemukakan
kebenaran dan hakikat yang sesungguhnya. Dalam Al-Qur'an banyak kita temukan teknik
tanya jawab, seperti pertanyaan Allah kepada para roh: "Bukankah Aku ini Tuhanmu?",
mereka sama menjawab, "Tentu, Engkau Tuhanku" (QS. al-A'raf: 172).
b. Teknik Diskusi (Al-Niqasy), teknik ini dilakukan dengan cara pendidik memberikan
penyajian bahan pelajaran lalu pendidik memberikan kesempatan pada peserta didiknya
untuk mengadakan pembicaraan ilmiah, baik secara ndividu maupun berkelompok dan
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun alternatif pemecahan
suatu masalah. Bentuk teknik diskusi ini berupa panel, simposium, musyawarah, seminar,
forum, whole group (+/- 15 orang), buzz group (+/- 5 orang), dsb.

xiv
c. Teknik Bantah-Bantahan (Al Mujadalah/Jidal), teknik jidal digunakan untuk memengaruhi
atau bahkan memaksa peserta agar mengikuti keinginannya, sehingga sifat teknik ini
terkesan saling menjatuhkan dan mengalahkan lawan serta ingin mempertahankan
pendapat pribadi.
d. Teknik Brainstorming (Sumbang Saran), teknik yang dilakukan dengan cara mengajar
seorang pendidik di dalam kelas dengan melontarkan sejumlah pertanyaan dan masalah
untuk kemudian peserta didik dituntut untuk menjawab dan menyatakan pendapat atau
berkomentar, sehingga memungkinkan masalah tersebut berkembang menjadi masalah
baru. Waktu yang dibutuhkan singkat untuk mendapatkan jawaban tersebut.

3) Teknik Bercerita (Al-Qishash)


Teknik yang dilakukan dengan cara bercerita, mengungkapkan peristiwa-peristiwa
bersejarah yang mengandung ibrah (nilai moral sosial, dan rohani) bagi seluruh umat manusia
di segala tempat dan zaman, baik mengenai kisah yang bersifat kebaikan yang berakibat baik
maupun kisah kezaliman yang berakibat buruk di masa lalu. Allah SWT berfirman: "Dan
hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok" (QS. al-
Hasyr:18).
Bentuk-bentuk teknik kisah dapat berupa dongeng dan legenda (seperti cerita-cerita
israiliyah, yang diadaptasikan dalam Islam seperti kezaliman Fir'aun), fabel (seperti kisah
semut dan burung hud-hud yang dapat berbicara pada masa Nabi Sulaiman), roman (seperti
roman filsafat Ibn Thufail tentang Hayy ibn Yaqdzan), novel, cerita pendek (seperti cerita
Alqamah yang durhaka pada ibunya), cerita bergambar, prosa, puisi (seperti puisi Rabiah al
Adawiyah dan al-Rumi), dan sebagainya.

4) Teknik Metafora (Al-Amtsal)


Dalam konteks pendidikan Islam, teknik metafora lebih mengarah kepada perumpamaan
dalam segi ungkapan belaka (perhatikan QS. al-Ankabut: 41,43, ar-Ra'd: 17, Ibrahim: 24-26,
al-Baqarah: 26). Adapun pengaplikasiannya ialah:
a. Simbolisme Verbal, teknik yang dilakukan dengan cara menggunakan bahasa bahasa
simbol yang dapat menarik minat pendengar. Bentuk teknik simbolisme verbal dapat
berupa puisi, prosa, pantun, syair, fabel, cerpen, karikatur, dan sebagainya. Al-Qur'an
sesungguhnya kitab suci yang kaya akan simbol simbol dan perlu interpretasi. Hal ini
karena bahasa dalam Al-Qur’an merupakan bahasa simbol.

xv
b. Teknik Karyawisata (Al-Rihlah Al-Ilmiyah), teknik yang dilakukan dengan cara penyajian
suatu bahan pelajaran dengan membawa peserta didik pada objek yang akan di pelajari
secara langsung di luar kelas. Sebagai contoh, jika pendidik menerangkan materi sejarah
kebudayaan Islam di Indonesia, sebaiknya peserta didik diajak ke makam Sunan Ampel,
Sunan Muria, dan tempat-tempat bersejarah lainnya. Teknik karyawisata pernah
diterapkan oleh Nabi Khidir kepada Nabi Musa. Dalam teknik ini, Nabi Khidir membawa
Nabi Musa pada objek secara langsung, lalu Nabi Khidir memberi pelajaran pada Nabi
Musa berkenaan masalah pembunuhan anak kecil yang tak berdosa, melubangi perahu,
dan membangun rumah anak yatim di suatu daerah yang zalim (QS. al-Kahfi: 62-82).

5) Teknik Imitasi (Al-Qudwah)


a. Teknik Uswatun Hasanah, teknik yang digunakan dengan cara memberikan contoh teladan
yang baik, yang tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga dalam haliah sehari-hari. Dengan
begitu, peserta didik tidak segan-segan meniru dan mencontohnya, seperti shalat
berjamaah, kerja sosial, partisipasi kegiatan masyarakat, dan lain sebagainya.
b. Teknik Demonstrasi dan Dramatisasi (Al-Tathbiq), teknik yang digunakan dengan cara
mengajarkan melalui kegiatan-kegiatan eksperimen, sehingga membentuk kerangka verbal
yang dibarengi dengan kerja fisik atau pengoperasian peralatan, barang, atau benda.
Banyak Hadis yang implikasinya pada teknik dramatisasi dan demonstrasi yang dikenal
dengan hadis fi'liyah, misalnya, Nabi menyuruh umatnya untuk meniru cara shalatnya
(HR. Muslim dan Bukhari) dan cara ibadah hajinya.
c. Teknik Permainan dan Simulasi, teknik yang dilakukan dengan cara pengajaran dalam
situasi yang sesungguhnya, dalam bentuk peer teaching, role playing, sosio-drama, psiko-
drama, dan simulation game. Pada hakikatnya semua bentuk pengajarannya ialah bermain
peran.

6) Teknik Drill (Al-Mumarasah Al-Amal)


Teknik yang dilakukan dengan cara memberikan pekerjaan pada peserta didik secara
kontinu agar peserta didik dapat terbiasa melakukannya, Teknik ini sangat efektif untuk
pengajaran akhlak pembinaan sikap mental yang baik, dan penanaman nilai moral pribadi dan
sosial. Bentuk-bentuk teknik drill dapat direalisasikan dalam bentuk teknik sebagai berikut:
a. Teknik Inquiry (Kerja Kelompok), teknik yang dilakukan dengan cara mengajar pada
sekelompok peserta didik untuk bekerja sama dan memecahkan masalah dengan cara
mengerjakan tugas yang diberikan padanya guna mencapai tujuan yang diinginkan.
xvi
b. Teknik Discovery (Penemuan), teknik yang dilakukan dengan cara mengajar peserta didik.
yang melibatkan dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi, seminar,
membaca, dan mencoba sendiri agar peserta didik terbiasa dan dapat belajar sendiri.
c. Teknik Micro-Teaching, teknik yang dilakukan dengan cara memberikan kegiatan
mengajar pada peserta didik, yang segalanya dikecilkan dan disederhanakan. Kegunaan
teknik micro teaching adalah mempersiapkan diri peserta didik sebagai calon guru untuk
menghadapi pekerjaan mengajar sepenuhnya di muka kelas dengan memperoleh nilai
tambah atas pengetahuan, kecakapan, dan sikap sebagai guru yang profesional.
d. Teknik Modul Belajar, teknik yang digunakan dengan cara mengajar kepada peserta didik
melalui paket belajar berdasarkan performance atau kompetensi.
e. Teknik Belajar Mandiri (Independent Study), teknik yang dilakukan dengan cara menyuruh
peserta didik agar belajar sendiri, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, teknik ini
disebut juga teknik otodidak.

7) Teknik Pengambil Pelajaran dari Suatu Peristiwa (Ibrah)


Aplikasi teknik ibrah dalam pendidikan Islam adalah suatu teknik yang dilakukan dengan
cara mengajar peserta didik melalui pengamatan, perbandingan dan penganalogian, serta
pengambilan keputusan terhadap objek yang dipelajari. Hal tersebut akan menyebabkan
siswa mempunyai pengetahuan sesuai dengan harapan masyarakat dan dapat membentuk
kepribadian yang terampil dan profesional, serta memperkuat keimanan kepada kebesaran
Allah SWT. Untuk merealisasikan teknik ibrah ini dapat digunakan bentuk bentuk teknik
sebagai berikut:
a. Eksperimen, teknik yang menggunakan cara mengajar dengan memberikan tugas kepada
peserta didik untuk melakukan percobaan tentang sesuatu, mulai dari pengamatan,
penulisan, sampai pada kesimpulan.
b. Teknik Penyajian Kerja Lapangan, teknik yang dilakukan dengan cara mengajar peserta
didik melalui keterlibatan dan partisipasinya ke lapangan kerja di luar sekolah, sehingga
peserta didik tidak hanya sekadar mengadakan observasi atau peninjauan saja, tetapi
langsung turun ke lapangan kerja.
c. Teknik Penyajian Secara Khusus, teknik yang dilakukan dengan cara mengajar peserta
didik melalui penyajian suatu kasus yang dialami oleh peserta didik sendiri/orang lain.
d. Teknik Penyajian Non-directive, teknik yang dilakukan dengan cara mengajar peserta didik
melalui keterlibatan dan kebiasaannya dalam melakukan observasi, menganalisis data
yang diperoleh, serta membuat kesimpulan sendiri.
xvii
8) Teknik Pemberian Janji dan Ancaman (Targhib wa Tarhib)
Teknik yang berisi harapan serta janji yang diberikan peserta didik yang bersifat
menyenangkan dan merupakan kenikmatan karena mendapat penghargaan (Targhib) dan
ancaman pada peserta didik bila melakukan suatu tindakan yang menyalahi aturan (Tarhib).
Banyak ayat yang menerangkan tentang teknik targhib dan tarhib, misalnya QS. az-Zalzalah:
6-8; al-Isra': 13-14; Ibrahim: 46; al-Mu'min:17; ath-Thur: 10-12, al-Mulk: 19-37. Teknik
targhib dan tarhib dapat berbentuk teknik-teknik sebagai berikut:
a. Teknik Pemberian Bimbingan dan Ampunan, teknik yang dilakukan dengan cara
membimbing anak yang telah melakukan kesalahan dengan menjanjikan adanya ampunan.
Firman Allah SWT, "Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya,
kemudian la memohon ampun kepada Allah niscaya ia mendapati Allah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. an-Nisa': 110).
b. Teknik Pemberian Motivasi dan Peringatan (Al- Tasywiq dan Al Tadzkir), teknik yang
dilakukan dengan cara memberi motivasi tinggi pada peserta didik, sehingga ia merasa
senang dan bangga melakukan suatu perintah. Firman Allah SWT: "Barangsiapa yang
mengerjakan amal saleh maka pahalanya untuk dirinya, dan barangsiapa yang berbuat
jahat maka dosanya atas dirinya, dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba
hambanya." (QS. al-Fushshilat: 46).
c. Teknik Anugerah dan Hukuman (Tsawab dan Iqab), teknik yang dilakukan dengan cara
memberi anugerah pada peserta didik yang berprestasi dan hukuman bagi mereka yang
melanggar dan lemah. Sabda Nabi SAW: "Serulah anak-anakmu untuk mengerjakan shalat
ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah bila ia membangkang (meninggalkannya),
jika mereka telah berusia 10 tahun pisahkan tempat tidurnya.” (HR Abu Dawud).

9) Teknik Koreksi dan Kritik (Al-Tanqibiyah)


Teknik yang dilakukan dengan cara pembahasan dan penyelidikan terhadap suatu topik
materi dalam suatu buku, atau pendapat seorang guru, yang disuguhkan pada peserta didik,
untuk kemudian dikritisi dengan cara mencari kelemahan-kelemahannya dan dapat
dibanding-bandingkan dengan pendapat atau buku yang lain. Aplikasi teknik ini dapat berupa
resensi buku, koreksi terhadap pendapat atau bahkan metodologi yang disampaikan oleh
pendidik, guna tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan. Firman Allah SWT: "Dan
saling menasihatilah dalam kebenaran dan kesabaran" (QS. al-Ashr: 3).

xviii
10) Teknik Perlombaan (Al-Musabaqah)
Teknik yang dilakukan dengan cara memberikan pelajaran kepada peserta didik melalui
upaya yang bersifat kompetisi antara peserta didik satu dengan peserta didik lainnya. Bentuk
teknik ini dapat berupa olah pikir (seperti cerdas cermat, cepat tepat), olah tulis (membuat
karya ilmiah, resensi buku, melukis, menggambar), dan olahraga (membuat keterampilan
tertentu). Firman Allah SWT: "Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) suatu
kebajikan" (QS. al-Baqarah: 148).

11) Teknik Qawa’id (Pengajaran Berdasarkan Kaidah)


Suatu teknik yang digunakan oleh seorang pendidik untuk menjelaskan kaidah-kaidah
bahasa yang benar sesuai dengan cara peserta didik membaca atau menulis suatu bacaan.

Kemudian untuk teknik yang digunakan pada materi-materi bidang kebahasaan (linguistik)
yang tepat guna adalah sebagai berikut:
a. Teknik Muthala'an atau Qira'ah (Membaca), teknik membacakan pada peserta didiknya,
dan peserta didik menyimak dan memerhatikan bacaan dan sesekali peserta didik
menirukan bacaan pendidik tersebut. Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya
mengumpulkan Al-Qur'an dan membacanya adalah tanggung jawab kami, jika Kami telah
mem bacakan maka kamu ikuti bacaannya itu" (QS. Qiyamah:17-18).
b. Teknik Imla' (Dikte), teknik yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk membacakan
suatu bacaan kemudian peserta didik mencatatnya, sehingga peserta didik memiliki
kemampuan menulis yang benar serta dapat melatih pendengaran yang tajam.
c. Teknik Muhadatsah (Dialog), teknik yang dilakukan dengan cara berdialog antara pendidik
dengan peserta didik, antara peserta didik dengan sesama peserta didik.
d. Teknk Insya' Tahriry (Mengarang), teknik yang dilakukan oleh seorang pendidik yang me
nyerukan pada peserta didiknya agar menumpahkan dan mengungkapkan segala isi
hatinya melalui tulisan yang berupa susunan kalimat yang benar dan sempurna
pengertiannya.
e. Teknik Makhfudzat (Hafalan), teknik yang digunakan oleh seorang pendidik dengan
menyerukan peserta didiknya untuk menghafalkan sejumlah kata kata (mufradat), atau
kalimat-kalimat maupun kaidah-kaidah.

xix
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Metode pendidikan islam adalah suatu cara ataupun strategis seorang pendidik atau
guru dalam upaya mendidik peserta didik dengan penyaluran ilmu atau materi yang hendak
dicapai dalam tujuan pendidikan islam itu sendiri, Tujuan metode pendidikan islam ini ialah
untuk menambah motivasi peserta didik dalam gairah belajar dan fungsinya juga untuk
meraih proses keberhasilan belajar-mengajar. Perlu diingat, tugas utama dalam metode
pendidikan islam ialah memaksimalkan tercapainya suatu penyampain materi dengan baik
oleh peserta dari output yang digunakan pendidik dalam melakukan pengajaran.

Dasar dan prosedur dari metode pendidikan islam meliputi tujuan pendidikan,
karakteristik peserta didik, fasilitas ataupun sarana dan prasarana, maupun pribadi pendidik.
Sementara itu, asas-asas dalam metode pendidikan islam diantaranya, asas motivasi, aktivitas,
apersepsi, peragaan, ulangan, korelasi, konsentrasi, individualisasi, korelasi, sosialisasi,
evaluasi, kebebasan, lingkungan, minat, keteladanan, maupun pembiasaan. Sebuah metode
digunakan tentunya harus menggunakan beberapa pendekatan tilawah, tazkiyah, ta’lim al-
kitab, dan ta’lim al- hikmah.

Adapun jenis-jenis metode pendidikan islam, yaitu metode diakronis, sinkronis-


analitis, problem solving, empiris, induktif, dan deduktif. Adapun teknik pengaplikasiannya
meliputi teknik periklanan dan pertemuan, dialog, bercerita, metafora, imitasi, drill,
pengambil pelajaran, pemberian janji dan ancaman, koreksi dan kritis, perlombaan, dan
qawa’id

B. Saran

Perlunya pengetahuan maupun pemahaman seorang pendidik dalam menentukan


metode yang sesuai untuk peserta didik yang tentunya berpengaruh dalam hal kelancaran
proses pendidikan islam nantinya. Hal ini akan sejalan pada seberapa besar peserta didik
untuk menerima masuknya (input) suatu ilmu dalam pikiran melalui perantara (metode) yang
diimplementasikan dalam kegiatan belajar-mengajar.

xx
DAFTAR PUSTAKA

- Hidayat, Rahmat. 2016. Ilmu Pendidikan Islam: Menuntun Arah Pendidikan Islam
Indonesia. Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan. Medan.
- Huda, Miftahul. 2008. Interaksi Pendidikan: 10 Cara Qur,an Mendidik Anak. UIN Malang
Press. Malang.
- Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Kharisma Putra Utama.
Jakarta.
- Nafi’, Dian M dkk. 2007. Praksis Pembelajaran Pesantren. Institute for Training and
Development (ITD). Yogyakarta.
- Sulaiman. 2017. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.Yayasan Pena Banda
Aceh. Banda Aceh.
- Usman, Basyiruddin M. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Ciputat Pers.
Jakarta.

xxi

Anda mungkin juga menyukai