TUGAS MAKALAH
PADAMATAKULIAH
STUDI TAFSIR HADIS TARBAWI
Disusun oleh:
KELOMPOK II
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah swt karena
atas karunia dan petunjuknya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
ini yang berjudul. METODE PENDIDIKAN PERSPEKTIF NABI SAW. Untukmemenuhi mata
kuliah, studi Tafsi dan Hadist di Fakultas Pendidikan Agama Islam pada IAIN AMBON.
kepada junjungan kita baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam serta para
keluarga, sahabat dan pengikutnya, serta ummatnya yang senantiasa berpegang teguh
pada ajarannya hinga akhir zaman.
Dan tak lupa pula kami mengucapkan banyak terimah kasih kepada Dosen yang
memberikan materi tentang studi Tafsir dan Hadits oleh Ibu Dr. Hj Rustina N, M.Ag dan
Dr. Muhamad Rahanyamtel, M.Th.I yang telah memberikan tugas dan ilmunya kepada
kami khususnya studi Tafsir dan Hadits. Dan semoga penulisan makalah ini sangat
penting dan bermanfaat untuk di ketahui terutama kepada para mahasiswa pasca
sarjana program Pendidikan Agama Islam di semester 1 di mana dalam proses
pembelajaran Pendidikan islam terutama harus memperhatikan berbagai aspek, salah
satunya adalah Metode Pendidikan perspektif Nabi Saw.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak
kekurangan, sehingga Kami masih memerlukan saran dan kritik yang bersifat
membangun guna perbaikan ke depan. Harapan kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua,terlebih knusus bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang …………………………………………………………………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………................................................ 1
C. Tujuan …………………………………………………………………………………………………………………………………. 1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan seseorang, karena
dengan pendidikan seseorang dapat meraih cita-cita. Karena pendidikan merupakan kunci
utama dalam mencapai cita-cita yang di inginkan setiap orang. Sudah barang tentu pendidik
harus kerja keras dan didukung oleh kompetensi yang dimiliki seorang pendidik. Jika
seorang pendidik tidak memiliki kompetensi dalam bidang pendidikan, maka bisa dipastikan
anak didiknya tidak akan dapat mencapai cita-citanya, begitupun dengan dunia pendidikan
tidak akan capai tujuan yang diharapkan, yaitu menjadikan anak didik menjadi insan kamil.
Tentunya seorang pendidik harus memiliki metode atau cara yang digunakan dalam cara
mendidik.
Tidaklah berlebihan jika ada ungkapan “aththariqah ahammu minal maddah”, bahwa
metode jauh lebih penting dibanding materi, karena sebaik apapun tujuan pendidikan, jika
tidak didukung oleh metode yang tepat tujuan tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai
dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara
lengkap. Oleh sebab itu pemilihan metode pendidikan harus dilakukan secara cermat,
disesuaikan dengan berbagai factor terkait, sehingga hasil pendidikan dapat memuaskan.
( Qamari Anwar, 2003:42 ).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Satu dari berbagai komponen penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah
ketepatan menentukan metode. Sebab dengan metode yang tepat, materi pendidikan
dapat diterima dengan baik. Metode diibaratkan sebagai alat yang dapat digunakan dalam
suatu proses pencapaian tujuan. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat
berproses secara efektif dan efisien dalam kegiatan pembelajaran menuju tujuan
pendidikan.
Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata metode berasal dari
dua suku perkataan, yaitu ” meta “ dan “ hodos” . Meta berarti “melalui dan hodos berarti
“jalan” atau “cara”. (Ramayulis dan Samsu Nizar, 2009: 209). Dalam Bahasa Arab metode
dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang harus
dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan dalam bahasa Inggris metode
disebut method yang berarti cara dalam bahasa Indonesia. (Echol dan Shadily, 1995: 379).
1. Winarno Surakhmad (1998: 96) mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang di
dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
2. Abu Ahmadi (2005: 52) mendefinisikan bahwa metode adalah suatu pengetahuan
tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur.
3. Ramayulis (2009: 3) mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang
dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian metode mengajar merupaka
alat untuk menciptakan proses pembelajaran.
4. Omar Mohammad (1979: 553) mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna
segala kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-
kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, cirri-ciri perkembangan muridnya, dan
suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk mencapai proses
belajar yang diinginkandan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.
Ada istilah lain dalam pendidikan yang mengandung makna berdekatan dengan
metode, yaitu pendekatan dan teknik/strategi. Pendekatan merupakan pandangan falsafa
terhadap subject matteri yang harus diajarkan dapat juga diartikan sebagai pedoman
mengajar yang bersifat realistis/konseptual. Sedangkan teknik/strategi adalah siasat atau
cara penyajian yang dikuasai pendidik dalam mengajar atau menyajikan bahan pelajaran
kepada peserta didik didalam kelas, agar dapat dipahami dan digunakan dengan baik.
2
Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan
individual atau social peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu dalam menggunakan
metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan
Islam. Sebab metode pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan,
sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-
dasar metode pendidikan tersebut.
Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar agamis, biologis,
psikologis, dan sosiologis. (Ramayulis dan Samsu Nizar, 2009: 216). Dasar Agamis,
maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam haruslah berdasarkan
pada Agama. Sementara Agama Islam merujuk pada Alquran dan Hadits. Untuk itu, dalam
pelaksanannya berbagai metode yang digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan
dengan kebutuhan yang muncul secara efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Alquran
dan Hadits.
Dasar sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada interaksi antara pesrta didik
dengan peserta didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal
ini maka pengguna metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau
dasar ini. Jangan sampai terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak sesuai dengan
kondisi sosiologis peserta didik, jika hal ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan
sulit untuk dicapai.
Keempat dasar di atas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan
harus diperhatikan oleh para pengguna metode pendidikan Islam agar dalam mencapai
tujuan tidak mengunakan metode yang tidak tepat dan tidak cocok kondisi agamis, kondisi
biologis, kondisi psikologis, dan kondisi sosiologis peserta didik.
Sebagai ummat yang telah dianugerahi Allah Kitab Alquran yang lengkap dengan
petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal sebaiknya
menggunakan metode mengajar dalam pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari Alquran
dan Hadits. Diantara metode- metode tersebut adalah:
1. Metode Keteladanan
3
Metode keteladanan (uswah hasanah) dalam perspektif pendidikan Islam adalah
metode influentif yang paling meyakinkan bagi keberhasilan pembentukan aspek moral,
spiritual dan etos sosial peserta didik. Kurangnya teladan dari para pendidik dalam
mengamalkan nilai-nilai Islam menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya krisis moral.
Aplikasi metode keteladanan dalam pendidikan Islam tidak hanya didukung oleh pendidik,
tetapi juga orang tua dan lingkungannya yang saling sinergis. Keteladanan pendidik, orang
tua, masyarakat, di sadari atau tidak akan melekat pada diri, baik dalam bentuk ucapan,
perbuatan, maupun hal yang bersifat material dan spiritual. Pendidik harus mampu
berperan sebagai panutan terhadap anak didiknya, orang tua sebagai teladan yang baik
bagi anak-anaknya, dan semua pihak dapat memberikan contoh yang baik dalam
kehidupannya. Secara psikologis, sebagaimana dikatakan Tamyiz Burhanudin, bahwa
manusia sangat memerlukan keteladanan untuk mengembangkan sifat-sifat dan
potensinya.
2. Metode Ceramah
3. Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran dimana
pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik/ membicarakan dan menganalisis
secara ilmiyah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun
berbagai alternative pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman Anahlawi menyebut
metode ini dengan sebutan hiwar (dialog).
Metode tanya jawab, apakah pembicaraan antara dua orang atau lebih, dalam
pembicaraan tersebut mempunyai tujuan dan topik tertentu. Metode dialog berusaha
menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain, serta mempunyai manfaat bagi
pelaku dan pendengarnya. (an Nahlawi, 1996: 205).
Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru
memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa
oleh gur dan murid harus mempertanggung jawabkannya.
6. Metode Demontrasi
7. Metode eksperimen
4
Suatu cara mengajar dengan menyuruh murid melakukan suatu percobaan, dan
setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap murid, sedangkan guru
memperhatikan yang dilakukan oleh murid sambil memberikan arahan.
8. Metode Amsal/perumpamaan
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi ajar dengan cara mengulang-
ngulang materi tersebut dengan harapan siswa bisa mengingat lebih lama materi yang
disampaikan.
1. Ibn Maskawaih
Titik tekan pemikiran Ibn Maskawaih dalam bidang akhlak termasuk salah satu yang
mendasari konsepnya dalam bidang pendidikan. Tujuan pendidikan akhlak yang
dirumuskan Ibn Maskawaih adalah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong
secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan yang terpuji, sehingga mencapai
kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan hidup. Kedua aspek dalam dunia
pendidikan (pendidik dan anak didik), hubungan keduanya menjadi perhatian khusus Ibn
Maskawaih. Menurutnya, kecintaan peserta didik ke gurunya harus melebihi kecintaan
terhadap orang tuanya sendiri Kecintaan peserta didik terhadap gurunya disamakan
dengan kecintaan terhadap tuhannya. Namun karena kecintaan terhadap tuhan tidak
boleh disamakan dengan yang lain, maka kecintaan murid terhadap gurunya berada di
antara kecintaan terhadap orang tua dan kecintaan terhadap tuhannya. Menurut
keyakinan Ibn Maskawaih, bahwasanya akhlak seseorang itu tidaklah merupakan
bawaan atau warisan dari kedua orang tuanya. Untuk itu, pendidikan yang diajarkan
oleh seorang guru dapat menjadikan anak berakhlak mulia. Terdapat beberapa metode
yang diajukan oleh Ibn Maskawaih dalam mencapai akhlak yang baik. Pertama, adanya
kemauan yang sungguh-sungguh untuk berlatih terus-menerus dan menahan diri untuk
memperoleh keutamaan dan kesopanan yang sebenarnya. Kedua, dengan menjadikan
semua pengetahuan dan pengalaman orang lain yang baik dan luhur sebagai cermin
bagi dirinya.
2. Al-Qabisi
5
Al-Qabisi memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan anak-anak.
Menurutnya bahwa mendidik anak-anak merupakan upaya amat strategis dalam rangka
menjaga keberlangsungan bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan anak harus
dilaksanakan dengan penuh kesungguhan dan ketekunan yang tinggi. Al-Qabisi juga
menghendaki agar pendidikan dan pengajaran dapat menumbuhkembangkan pribadi
anak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang benar. Untuk itu, Al-Qabisi membagi kurikulum
ke dalam dua bagian. Pertama, kurikulum ijbari. Kurikulum ini berisi tentang kandungan
yang berhubungan dengan al-Qur’an. Kedua, kurikulum ikhtiyari. Kurikulum ini berisi
ilmu hitung dan seluruh ilmu nahwu, bahasa Arab, sya’ir, kisah-kisah masyarakat Arab,
sejarah Islam dan lain sebagainya. Selain membicarakan kurikulum, Al-Qabisi juga
berbicara tentang metode dan teknik mempelajari mata pelajaran yang terdapat dalam
kurikulum itu. Ia misalnya telah berbicara mengenai teknik dan langkah-langkah
menghafal alQur’an dan belajar menulis. Bahkan menurutnya, seorang pelajar itu
membutuhkan istirahat siang hari. Hal ini sesuai dengan konsep pendidikan modern
yang memberikan waktu istirahat sebagai waktu yang amat penting untuk menyegarkan
kemampuan berpikir seseorang
1. Metode Keteladanan
Sebagaimana Rasulullah diutus oleh Allah sebagai suri teladan, sebagaimana firman
Allah SWT:
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia
banyak menyebut Allah. (Q.S al-Ahzab: 21 ).
Ayat ini merupakan prinsip utama dalam meneladani Rasulullah saw. baik dalam
ucapan, perbuatan maupun perlakuannya. Ayat ini juga merupakan perintah Allah
kepada manusia agar meneladani Rasulullah SAW.
Artinya: Dari Umar bin Khattab RA, dia berkata: "Rasulullah SAW bersabda,
"Jangan goda aku (juga) karena orang-orang Nasrani menyanjung Isa bin Maryam,
karena sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba. Maka sebutlah (kamu) hamba Allah
dan Rasul-Nya." (HR Bukhari)
Rasulullah SAW tidak pernah membalas perbuatan buruk yang menimpanya kepada
siapa pun. Bahkan meskipun disakiti, beliau tetap mendoakan orang yang menyakitinya.
Hal ini dijelaskan dalam riwayat sebagai berikut:
6
ُ
قال ال َج َدلِي هللا اعبد أبي عن:سألت رضي عائشة- عن عنها هللا،- هللا رسول ُخلُق
صلى ه- فقالت وسلم عليه الل-:»ص َّخابًا ُمتَفَحِّ ًشا وال فا ِح ًشا يكن لم
َ األسواق في، وال
.« بالسيئ ِة ي يَجْ ز،َويَصْ فَح يَعْفو ولكن سيئة
Artiny: Dari Abu Abdilah al-Jadali RA dia berkata, "Saya berkata kepada Aisyah,
'Bagaimana sikap Nabi terhadap keluarganya?' Aisyah menjawab, "Dia adalah orang
yang paling terpuji. Rasulullah tidak pernah bersikap dengan buruk, kasar atau berteriak
di tengah pasar. Dia tidak akan membalas kejahatan dengan kejahatan. Tapi dia
memaafkan dan memaafkan hal-hal buruk yang ditujukan kepadanya secara pribadi."
(HR Imam Ahmad).
Kisah kedermawanan Rasulullah banyak dijelaskan dalam sebuah hadis, salah satunya:
عنه هللا رضي مالك بن أنس عن:بين غن ًما وسلم هللا صلى النبي سأل رجاًل أن
جبلين، إياه فأعطاه، فقال قومه فأتى:ْأي،قوم
ِ أسلموا، ليعطي محمدًا إن فوهللا
الفقر يخافُ ما عطا ًء
Artinya: Dari Anas bin Malik RA dia berkata, "Seorang pria mendatangi Nabi SAW
dan meminta kambing yang jumlahnya sama dengan jarak antara dua gunung, maka
beliau memberikan apa yang dia minta. Si pria lantas pulang ke kaumnya dan berkata,
"Wahai umatku, masuklah ke agama Islam, karena Muhammad akan memberimu
hadiah yang tidak akan kamu inginkan lagi khawatir jatuh miskin." (HR Muslim).
Rasulullah selalu bersikap toleran, dari Anas bin Malik RA, dia berkata, "Saya
pernah berjalan dengan Rasulullah, yang pada waktu itu mengenakan sorban dari
daerah Najran, yang tebal bahannya. Kemudian seseorang dari desa mengikutinya,
penduduk badui itu menarik sorbannya begitu keras hingga aku melihat bekas luka di
sisi leher Nabi karena gaya tarik-menarik. Kemudian badui itu berkata, "Wahai
Muhammad, berilah aku kekayaan Allah yang kamu miliki!" Rasulullah SAW menoleh
dan tertawa. Dia memerintahkan untuk memberikan kepada badui hadiah." (HR Bukhari
dan Muslim).
https://www.detik.com/hikmah/kisah/d-6378276/kisah-keteladanan-nabi-muhammad-
saw-untuk-umat-islam.
2. Metode Ceramah
7
3. Metode Demontrasi
ال هُ َري َْرةَ َأبِي َع ْن َ َصلَّى هَّللا ِ َرسُو ُل ق
َ َال ق َ ُ َكافِ ُل َو َسلَّ َم َعلَ ْي ِه هَّللا
ار ْال َجنَّ ِة ِفي َكهَاتَي ِْن َوهُ َو َأنَا لِ َغي ِْر ِه َأ ْو لَهُ ْاليَتِ ِيم
َ ك َوَأ َش
ٌ َِو ْال ُو ْسطَى بِال َّسبَّابَ ِة َمال
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a , Ia berkata : Rasulullah saw. bersabda : orang
yang menanggung hidup anak yatim atau yang lainnya, maka saya (Nabi) dan dia
seperti ini di dalam syurga dan ImamMalik mengisyaratkan seperti jari telenjuk dan
tengah. (HR. Muslim). ( No. 2983 Syarh Muslim ) shahih.
4. Metode diskusi
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sâ‟id dan Ali ibn Hujr, katanya hadis Ismail dan dia
ibn Ja‟far dari „Alâ‟ dari ayahnya dari Abu Hurairah ra. bahwasnya Rasulullah saw.
bersabda: Tahukah kaliansiapa orang yang muflis (bangkrut)?, jawab mereka; orang
yang tidak memiliki dirham dan harta.Rasul bersabda; Sesungguhnya orang yang muflis
dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) salat, puasa
dan zakat,. Dia datang tapi telah mencaci ini, menuduh ini, memakan harta orang ini,
menumpahkan darah (membunuh) ini dan memukul orang ini. Maka orang itu diberi
pahala miliknya. Jika kebaikannya telah habis sebelum ia bisa menebus kesalahannya,
maka dosa-dosa mereka diambil dan dicampakkan kepadanya, kemudian ia
dicampakkan ke neraka.(Muslim, t.t, IV: 1997) .
Hadis di atas tergolong syarîf marfu‟ dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong siqah dan siqah subut, siqah hâfiz, sedangkan Abu Hurairah ra. adalah sahabat
Rasulullah saw. Menurut an-Nawâwi, Penjelasan hadis di atas yaitu Rasulullah saw.
memulai pembelajaran dengan bertanya dan jawaban sahabat ternyata salah, maka
Rasulullah saw. menjelaskan bahwa bangkrut dimaksud bukanlah menurut bahasa.
Tetapi bangkrut yang dimaksudkan adalah peristiwa di akhirat tentang pertukaran amal
kebaikan dengan kesalahan. (an-Nawawi, t.t, XVI: 136). http://abuaqil.co.nr
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sa‟id, hadis Lâis kata Qutaibah hadis Bakr yaitu ibn
Mudhar dari ibn Hâd dari Muhammad ibn Ibrahim dari Abi Salmah ibn Abdurrahmân
dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda; Bagaimana pendapat kalian seandainya
ada sungai di depan pintu salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali
sehari. Bagaimana pendapat kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka
menjawab, tidak akan tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah
perumpamaan salat lima waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa. (Muslim, I:
462-463) http://abuaqil.co.nr
Hadis di atas tergolong syarîf marfu‟ dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong siqah dan siqah subut, sedangkan Abu Hurairah adalah sahabat Rasulullah
saw. Metode bertanya ini untuk mengajak si pendengar agar fokus dengan pembahasan.
Misalnya kata; ”bagaimana pendapat kalian?” adalah pertanyaan yang diajukan untuk
meminta informasi. Maksudnya beritahukan padaku, apakah masih tersisa?. Menurut
at-Thiiby, sebagaimana dikutip al-Asqalâni, menjelaskan lafaz ”ٕ ”نdalam hadis tersebut
memberi makna perumpamaan. (al-Asqalani, I: 462). Metode tanya jawab, apakah
pembicaraan antara dua orang atau lebih, dalam pembicaraan tersebut mempunyai
tujuan dan topik tertentu. Metode dialog berusaha menghubungkan pemikiran
seseorang dengan orang lain, serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya.
(an-Nahlawi, 1996: 205).
8
Uraian tersebut memberi makna bahwa dialog dilakukan oleh seseorang dengan
orang lain, baik mendengar langsung atau melalui bacaan. Nahlawi, mengatakan
pembaca dialog akan mendapat keuntungan berdasarkan karakteristik dialog, yaitu topik
dialog disajikan dengan pola dinamis sehingga materi tidak membosankan, pembaca
tertuntun untuk mengikuti dialog hingga selesai. Melalui dialog, perasaan dan emosi
akan terbangkitkan, topik pembicaraan disajikan bersifat realistik dan manusiawi.
6. Metode Eksperimen
katanya seorang laki-laki datang kepada Umar ibn Khattab, maka katanya saya
sedang janabat dan tidak menemukan air, kata Ammar ibn Yasir kepada Umar Ibn
Khattab, tidakkah anda ingat ketika saya dan anda dalam sebuah perjalanan, ketika itu
anda belum salat, sedangkan saya berguling-guling di tanah, kemudian saya salat. Saya
menceritakannya kepada Rasul SAW kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Sebenarnya
anda cukup begini”. Rasul memukulkan kedua telapak tangannya ke tanah dan
meniupnya kemudian mengusapkan keduanya pada wajah. (HR. Bukhari, I: 129).
Hadis di atas tergolong syarif marfu` dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong siqah dan siqah hafiz, siqah subut. Menurut al- Asqalani, hadis ini
mengajarkan sahabat tentang tata cara tayamum dengan perbuatan. (Al- Asqalani, I:
444), Sahabat Rasulullah SAW melakukan upaya penyucian diri dengan berguling di
tanah ketika mereka tidak menemukan air untuk mandi janabat. Pada akhirnya
Rasulullah SAW memperbaiki eksperimen mereka dengan mencontohkan tata cara
bersuci menggunakan debu.
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Sebagai ummat yang telah dianugerahi Allah Kitab Alquran yang lengkap dengan
petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal sebaiknya
menggunakan metode mengajar dalam pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari
Alquran dan Hadits.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Joko Triprasetyo, 2005, Strategi Belajar Mengajar, Bandung :
Pustaka setia
Asqalani, Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fadhil. Fathul Bari Syarah
Shahih al-Bukhari. Beirut: Dar al-Ma‟rifah, 1379 H. (Versi Digital)
Bukhari, Abu Abdullah bin Muhammad Ismail. Al- Jami‟ al-Shahih alMukhtasar,
Echol, Jhon M dan Shadily, Hasan, 1995, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
https://www.detik.com/hikmah/kisah/d-6378276/kisah-keteladanan-nabi-muhammad-
saw-untuk-umat-islam.
Ramayulis dan Nizar, Samsu, 2009, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam
Mulia
11