Di Susun oleh :
Halisah (148623021073)
Wasitah (148623021048)
TAHUN 2022/2022
KATA PENGANTAR
الرحِ يْم
َّ الر ْحمٰ ِن
َّ ِّٰللا
ِبس ِْم ه
Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada
ustadz Abdul Gani,M,Hum selaku dosen pengampu. Tidak lupa bagi rekan-rekan
mahasiswa lain yang telah mendukung penulisan makalah ini kami juga
mengucapkan terima kasih.
Namun kami juga menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan
baik dari segi penyusunan bahasa maupun aspek lainnya.Oleh karena itu kami
membuka pintu selebar-lebarnya bagi para pembaca yang ingin memberikan saran
maupun kritik demi perbaikan makalah ini.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 1
BAB 1 ................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN ............................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN .................................................................................................. 4
2.1 Konsep Pendidikan Islam ........................................................................... 4
2.2 Perkembangan Pendidikan Islam Di Indonesia ........................................... 5
2.3 Problem Utama Pendidikan Islam ............................................................... 7
2.4 Tantangan Pendidikan Islam..................................................................... 11
2.5 Prospek Pendidikan Islam ........................................................................ 15
BAB III.............................................................................................................. 18
PENUTUP ......................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 18
3.2 Saran ........................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 20
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Hidayat Rahmat, “Ilmu Pendidikan Islam,” ed. Wijaya Candra, pertama, vol. 1 (Medan: Lembaga
Peduli Pengembangan Pendiddikan Indonesia ( LPPPI ), 2016), 11.
2
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana Konsep Pendidikan Islam?
b. Bagaimana Perkembangan Pendidkan Islam di Indonesia?
c. Apa tantangan Pendidikan Islam di indonesia ?
d. Bagaimana prospek Pendidikan Islam di Indonesia?
3
BAB II
PEMBAHASAN
2
Haidar Putra Daulay, Kapita Selekta Pendidikan Islam Di Indonesia by Prof. Dr. H. Haidar Putra
Daulay, MA., ed. Nasution Sakholid, pertama (Medan: Perdana Publishing, 2012), 1–2.
4
Selain itu, manusia adalah makhluk yang memiliki potensi lahir dan
bathin. Potensi lahir adalah unsur fisik yang dimiliki oleh manusia. Sedangkan
potensi bathin adalah unsur bathin yang dimiliki manusia yang dapat
dikembangkan ke arah kesempurnaan. Berdasarkan konsep islam tentang
manusia tersebutlah yang diaplikasikan ke dalam konsep pendidikan islam,
yang dalam kaitan ini kelihatan bahwa sesungguhnya pendidikan islam itu
adalah pendidikan yang berkeseimbangan. Prinsip keseimbangan pendidikan
islam tersebut menjadi ciri khas pendidikan islam.Keseimbangan antara
jasmani-rohani, individu-akhirat, dan intelektual emosional. 3
Dasar pendidikan islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
Shallallahu 'alaihi wasallam. Diatas kedua pilar inilah dibangun konsep dasar
pendidikan Islam. Tujuan pendidikan islam terkait erat dengan tujuan
penciptaan manusia sebagai khalifah Allah Subhanahu wa ta'ala dan sebagai
Abdu Allah. Diantaranya adalah ‘Atiyah Al-Abrasyi, tujuan pendidikan islam
adalah :
a. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia
b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat
c. Menumbuhkan ruh ilmiyah
d. Menyiapkan peserta didik dari segi profesional
e. Persiapan untuk mencari rezeki. 4
3
Putra Daulay, Kapita Selekta Pendidikan Islam Di Indonesia by Prof. Dr. H. Haidar Putra
Daulay, MA.
4
Putra Daulay.
5
Putra Daulay.
5
undang-undang Republik Indonesia No.2 Tahun 1989 tentang sistem
pendidikan Nasional yang diteruskan dengan UU No. 20 Tahun 2003 yang
mengatur penyelenggaraan satu sistem Pendidikan nasional, sebagai upaya
pengintegrasian pendidikan Islam dalam sistem pendidikan Nasional.
Pendidikan Islam (pelajaran agama) telah diajarkan di sekolah- sekolah
negeri sejak Indonesia merdeka tahun 1945. Pada masa kabinet RI pertama
tahun 1945, Menteri pendidikan, pengajaran dan kebudayaan yang pertama Ki
Hajar Dewantara telah mengirimkan surat edaran ke daerah-daerah yang
isinya menyatakan bahwa pelajaran budi pekerti yang telah ada pada masa
penjajahan Jepang tetap diperkenankan dan diganti namanya menjadi
pelajaran Agama. Pada saat tersebut, pendidikan agama belum wajib diberikan
pada sekolah-sekolah umum, namun bersifat sukarela/fakultatif, dan tidak
menjadi penentu kenaikan/kelulusan peserta didik. Pendidikan Islam berstatus
mata pelajaran pokok di sekolah-sekolah umum mulai SD sampai dengan
Perguruan Tinggi berdasarkan TAP MPRS nomor XXVII/MPRS/1966 Bab I
Pasal I yang berbunyi: “Menetapkan pendidikan agama menjadi mata
pelajaran di sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan
Universitas-Universitas Negeri”. Peraturan ini keluar dengan tanpa protes,
setelah penumpasan PKI.
Pelaksanaan Pendidikan Islam pada umumnya serta Pendidikan
Agama Islam pada khususnya di sekolah- sekolah umum tersebut semakin
kokoh oleh berbagai terbitnya perundang- undangan selanjutnya, hingga
lahirnya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang lebih menjamin pemenuhan pendidikan agama kepada peserta
didik. Dan diikuti dengan lahirnya peraturan- peraturan selanjutnya sampai
dengan terbitnya Peraturan Menteri Agama RI No. 16 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan Pendidikan Agama pada sekolah.Dengan makin kuatnya posisi
Pendidikan Islam di dalam sistem pendidikan Indonesia, setelah mengalami
masa pergulatan yang sangat panjang, tentunya secara ideal telah
menunjukkan hasil yang signifikan dan tujuan pendidikan agama Islam telah
tercapai yaitu pendidikan jasmani, pendidikan akal dan pendidikan akhlak.
Namun di dalam kenyataan di lapangan, banyak sekali problematika yang
6
muncul sehingga berakibat tidak maksimalnya pendidikan Agama Islam di
sekolah, baik di tingkat SD, SMP, SMA dan SMK.
a. Dichotomic
Masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan islam adalah
dikhotomi dalam beberapa aspek yaitu : antara ilmu agama denga ilmu
umum, antara wahyu dengan akal setara antara wahyu dengan alam.
Munculnya problem dikhotomi dengan segala perdebatannya telah
berlangssung sejak lama. Boleh dibilang gejala ini mulai tampak pada
masa-masa pertengahan. Dalam melakukan watak ilmu pengetahuan
islam zaman pertengahan menyatakan bahwa, muncul persaingan yang
tak pernah berhenti antara hukum dan teologi untuk mendapatkan julukan
sebagai mahkota semua ilmu. Watak ilmu pengetahuan islam zaman
pertengahan ternyata juga diikuti oleh pandangan ulama yang juga tidak
jauh berbeda. Syatibi yang menyatakan bahwa “ mencari ilmu apapun
yang tidak berhubungan langsung dengan amal adalah terlarang
(forbidden).
Pernyataan tersebut jika ditunjukkan kepada pemikiran yang sia-
sia, adalah cukup valid, dan pragmatisme modern juga telah menempuh
sikap korektif yang serupa terhadap jenis-jenis pemikiran murni di barat.
Tetapi dalam pernyataan para penulis muslim zaman pertengahan, prinsip
ini tidak hanya mengesampingkan filsafat, tetapi bahkan juga
matematika, kecuali ilmu berhitung tingkat dasar.Aspek lain yang cukup
menjadi perhatian pada era sekarang adalah isu lingkungan. Banyak dari
negara-negara muslim kalau tidak bisa dikatakan semua merupakan
negara yang cukup kaya dengan sumber daya alam yang dimana itu
7
semua merupakan kekuatan besar bagi kemajuan negeri-negeri muslim
tersebut, bila mereka memiliki kapasitas untuk menggarap secara optimal
namun tetap memperhatikan aspek lingkungan.6
b. To General Knowledge
Kelemahan dunia pendidikan islam berikutnya adalah sifat ilmu
pengetahuan yang masih terlalu general/umum dan kurang
memperhatikaan kepada upaya penyelesaian masalah (problem-solving).
Produk-produk yang dihasilkan cenderung kurang membumi dan
kuranmg selaras dengan dinamika masyarakat. Syed Hussein Alatas
menyatakan bahwa, kemampuan untuk mengatasi berbagai permasalahan,
mendefinisikan, menganalisis dan selanjutnya mencari jalan
keluar/pemecahan masalah tersebut merupakan karakter dan sesuatu yang
mendasar kualitas sebuah intelektual. Ia menambahkan ciri terpenting
yang membedakan dengan non-intelektual adalah tidak adanya
kemampuan untuk berfikir dan tidak mampu untuk melihat
konsekuensinya. 7
6
Wahid Abdul, Isu-Isu Kontemporer Pendidikan Islam, 1st ed. (Semaraang, 2011), 8–11.
7
Abdul, Isu-Isu Kontemporer Pendidikan Islam.
8
Abdul.
8
d. Memorisasi
Kemerosotan secara gradual dari standar-standar akademis yang
berlangsung secara berabad-abad tentu terletak pada kenyataan bahwa,
karena jumlah buku-buku yang tertera dalam kurikulum sedikit sekali,
maka waktu yang diperlukan untuk belajar juga terlalu singkat bagi
siswa-siswa unruk dapat menguasai materi-materi yang seringkali sulit
untuk dimengerti, tentang aspek-aspek tinggi ilmu keagamaan pada usia
yang relatif muda dan belum matang. Hal ini menjadikan belajar lebih
banyak bersifat studi tekstual dari pada pemahaman pelajaran yang
bersangkutan. Hal ini menimbulkan dorongan untuk belajar dengan
sistem hafalan, dari pada pemahaman yang sebenarnya.
e. Certificate Oriented
Diantara semua umat atau masyarakat, orang-orang islam
memiliki keunikan dalam mengembangkan sains terhadap
penyebarluasan tradisi keagamaan. Bagi muslim yang shaleh ilmu hadist
telah menjadi ilmu yang pro excelence. Hal tersebut menjadi sesuatu
yang mendasari tugas bagi mereka yang disebut ilmuwan, dalam
merespon salah satu hadist nabi
“ِإلى اْل َجنَّ ِة
َ ط ِر ْيقًا َ س فِ ْي ِه ع ِْل ًما
َ ُس َّه َل هللاُ لَه ُ ِط ْريقًا َْيلتَم
َ َسلَك
َ “ َمن
(Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut
ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga).
9
ulama muslim masa-masa awal di dalam mencari ilmu adalah knowledge
oriented. Jika dibandingkan dengan pola yang ada pada masa sekarang
dalam mencari ilmu menunjukkan kecenderungan adanya pergeseran dari
kowledge oriented menuju certificate oriented semata. Mencari ilmu
hanya merupakan sebuah proses untuk mendapatkan sertifikat atau ijazah
saja, sedangkan semangat dan kualitas keilmuan menempati prioritas
berikutnya. 9
b. Kultural
Lembaga-lembaga pendidikan islam, terutama pesantren dan
madrasah banayk yang menganggapnya sebagai lembaga
pendidikan “kelas dua” sehingga persepsi ini mempengaruhi
masyarakat muslim untuk memasukkan anaknya ke lembaga
pendidikan tersebut. Pandangan yang menganggap lembaga
pendidikan islam tersebut sebagai lembaga pendidikan “kelas dua”
9
Abdul.
10
Putra Daulay, Kapita Selekta Pendidikan Islam Di Indonesia by Prof. Dr. H. Haidar Putra
Daulay, MA.
10
juga mungkin ada kebenarannya. Indikasinya mungkin dapat dilihat
dari output-nya, gurunya, sarana dan fasilitas yang terbatas.
Dampaknya adalah jarangnya masyarakat muslim yang terdidik dan
berpenghasilan yang baik, serta memiliki kedudukan/jabatan,
memasukkan anaknya ke lembaga-lembaga penddidikan islam
tersebut.11
11
Putra Daulay.
12
Muhammad Suyuthy R, “Problematika Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Pendidikan
Islam,” n.d.
13
Putra Daulay, Kapita Selekta Pendidikan Islam Di Indonesia by Prof. Dr. H. Haidar Putra
Daulay, MA.
11
1. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pendidikan islam saat ini sedang ditantang konstribusinya
terhadap pembentukan peradaban dan budaya modern yang relavan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan iptek. Pada
dimensi ini, pendidikan islam mengalami kemunduran fungsi
karena pendidikan islam lebih berorientasi pada aspek moral
spiritual.
2. Demokratisasi
Demokrasi merupakan isu lain yang mempengaruhi
pendidikan islam di indonesia. Demokratisasi pendidikan membuka
ruang partisipasi publik untuk terlibat dalam pendidikan, walaupun
di satu sisi ini berpotensi melahirkan komersialisasi pendidikan.
3. Dekadensi moral
Revolusi teknologi berakibat pada pergeseran nilai dan
norma budaya. Dalam konteks ini Hasbi Indra menjelaskan bahwa
budaya islam, produk teknologi, internet dan juga kekerasan, yang
secara moral bertentangan dengan nilai islam. 14
Pewangi Mawardi, “Tantangan Pendidikan Islam Di Era Globalisasi,” Jurnal PewanciThis Study
14
12
pendidikan. 15 Kelemahan pada salah satu komponen (SDM dan dana )
yang sangat berpengaruh pada komponen lainnya demikian pula
sebaliknya.Dari sekian komponen pendidikan tersebut yang paling
menentukan adalah komponen sumber daya manusia (SDM) yang
dalam hal ini adalah guru. Karena demikian penting dan menentukan
peran guru dalam keberhasilan pendidikan, seorang dapat berkata:
“andai kata tidak ada kurikulum, ruangan dan komponen lainnya,
namun masih ada guru kegiatan pendidikan akan tetap berjalan”. Itulah
sebabnya tidak mengherankan bahwa ketika Hirosima dan Nagasaki di
bom oleh Amerika Serikat, yang ditanyakan lebih dahulu oleh Kaisar
Jepang pada waktu itu adalah “berapa jumlah guru yang masih
tersisa”.16
Azyumardi Azra menyatakan bahwa tantangan yang dihadapi
oleh pendidikan islam adalah tidak tersedianya sumber daya yang
memadai baik dari dosen maupun tenaga administrasinya. Terutama
kurang ada sikap pro aktif dari dosen dan pegawai. Hal ini disebabkan
karena SDM masih lemah dan mereka masih berfikir sangat tidak
kreatif, berfikir dengan cara juklak, juknis dan tidak berani membuat
terobosan-terobossan baru. 17
Adapun tantangan pendidikan islam lainnya dapat dirumuskan
sebagai berikut :
a. Adanyaa Sistem Pendekatan dan Orientasi yang Non Islami
Ditengah gelombang krisis nilai-nilai kultural pendidikan
berkat pengaruh ilmu dan teknologi ternyata berdampak pada
perubahan sosial. Pendekatan pendidikan islam memandang bahwa
kebenaran islam yang mutlak pasti mampu mengalahkan kebatilan
yang merajalela diluar kehidupan islam. Sesuai dengan firman
Allah SWT :
15
Ristianah Niken, “Prospek Pendidikan Islam,” Prospek Pendidikan Islam 3, no. 2 (2014): 50.
16
Ahdar and Musyarif, “Tantangan Pendidikan Islam Di Indonesia Pada Era Globalisasi” 17
(2019).
17
Idris Muh, “Tantangan Pendidikan Islam” 7 (2013).
13
“ Dan katakanlah: “yang benar telah datang dan yang batil
telah lenyap. Sesungguhnya sesuatu yang batil itu adalah sesuatu
yang pasti akan lenyap” (QS.Al-Israa’ :81)
14
menstransformasikan nilai-nilai iman dan takwa ke dalam lubuk
hati manusia.
15
Meyakini pendidikan sebagai upaya yang paling mendasar dan
strategis sebagai wahana penyiapan sumber daya manusia dalam
pembangunan(dalam arti luas) tentu saja umat islam yang menjadi
mayoritas penduduk Indonesia terutama kaum cendekiawan harus
terpanggil untuk menjadi pelopor.
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu jenis pendidikan
dalam meningkatkan SDM dan SDA karena Pendidikan Agama
mengintegrasikan iptek dan imtaq dan akhlak mulia.Inilah yang
dikehendaki oleh system pendidikan Nasional.Dengan demikian ,maka
pendidikan Agama Islam dan keagamaan mengintegrasikan materi agama
dan umum.
Disamping itu, pendidikan Agama Islam dan keagamaan dengan
membuka kotak saran dan kritikan konstruksif seluas-luasnya dari
berbagai masyarakat,golongan,dan organisasi untuk membangun dan
mengembangkan sepak terjang (propek) pergumulan pendidikan.Saran dan
kritikan yang bersifat konstruktif dari pakar pendidikan bahwa : 18
a. Gunakan tenaga-tenaga yang cakap ,berbakat dan memiliki komitmen
yang tinggi atau mencintai madrasah.optimalkan kerjanya melalui
bakat,ilmu dan keterampilan dengan tradisi kerja yang penuh disiplin
dan tanggung jawab.
b. Budayakan mereka (SDM) sebrutal apapun kesulitan dan tantangan
kerja dan sehebat apapun bahaya yang menghadang tanpa menyerah.
c. Gunakan konsep unggul yang dimaksud di atas dengan kesabaran dan
kepentingan madrasah di atas kepentingan pribadi dan kelompok
d. Tegakkan budaya disiplin kerja dan kebersamaan
e. Terus tingkatkan pembaruan teknologi dan system kerja semakin
efektif dan efisien.
Kaum muslimin merupakan komunitas terbesar kedua yang ada di
bumi ini. Tentu sebuah potensi yang sangat besar bila hal ini mampu
digarap dengan baik, dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Sumber daya
manusia dan sumber daya alam jika dipadukan secara simultan, maka akan
18
Ahmad Halid, Prospek Pendidikan Agama Islam, n.d.
16
menjadi sebuah kekuatan besar di dunia ini. Semakin terbukanya
cakrawala pemikiran diantara sebagian intelektual muslim, salah satu
ditandai dengan semakin banyaknya pelajar/sarjana muslim yang belajar di
barat, merupakan angin segar bagi upaya menemukan kejayaan masa lalu
yang hilang.19
19
Abdul, Isu-Isu Kontemporer Pendidikan Islam.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18
3.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Wahid. Isu-Isu Kontemporer Pendidikan Islam. 1st ed. Semaraang, 2011.
Putra Daulay, Haidar. Kapita Selekta Pendidikan Islam Di Indonesia by Prof. Dr.
H. Haidar Putra Daulay, MA. Edited by Nasution Sakholid. Pertama.
Medan: Perdana Publishing, 2012.
20