Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM PERIODE MODERN

Dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah: Pemikiran Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Sali, S. Sos. I, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 5:

Susan Widiyanti 2211101022

Nurul Qomariyeh 2211101105

Aditia Prayoga 2211101238

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS

SAMARINDA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”Pemikiran Pendidikan Islam Periode
Modern” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari dosen
pengampu mata kuliah Pemikiran Pendidikan Islam.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Muhammad Sali, S.Sos. I, M. Pd.
I, selaku dosen pengampu mata kuliah Pemikiran Pendidikan Islam sehingga dapat menambah
ilmu pengetahuan kami.

Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Kami menyadari makalah yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, 29 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 2

A. Pengertian Pendidikan Islam Periode Modern........................................................... 2


B. Tantangan Proses Adaptasi Pendidikan Islam Periode Modern ................................. 3
C. Metode Pendidikan Periode Modern ......................................................................... 7
D. Tokoh Pendidikan Islam Modern.............................................................................. 8

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 13

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................................... 13

Daftar Pustaka .............................................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sistem untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan merupakan sarana terbaik untuk
menciptakan suatu generasi baru pemuda-pemudi yang tidak akan kehilangan ikatan
dengan tradisi mereka sendiri. Dalam arti luas, Pendidikan berkaitan dengan upaya
untuk mengembangkan pada diri seseorang tiga aspek dalam kehidupannya, yakni
pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup.
Pendidikan sebagai sebuah proses adalah suatu aktivitas yang dilakukan
manusia secara sadar dalam rangka mencapai kematangan intelektual, sosial dan
spiritual. Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia yang berlangsung sepanjang hayat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemikiran pendidikan Islam periode modern?
2. Bagaimana menghadapi tantangan proses adaptasi pada pendidikan Islam Era
modern?
3. Apa saja metode Pendidikan Periode Modern?
4. Siapa saja Tokoh Pendidikan Islam Modern?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pemikiran pendidikan Islam periode modern.
2. Agar dapat menyesuaikan pendidikan sesuai zaman dan guna meraih keberhasilan
pendidikan itu sendiri.
3. Untuk mengetahui apa saja metode Pendidikan era modern.
4. Mengetahui tokoh Pendidikan modern.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemikiran Pendidikan Islam Periode Modern


1. Pengertian Pendidikan Islam Periode Modern
Pendidikan Islam semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman.
Pendidikan Islam bukan hanya sekedar “transfer of knowledge” atau “transfer of
training”, tapi lebih merupakan suatu system yang ditata diatas pondasi keimanan dan
kesalehan; suatu sistem yang terkait secara langsung dengan Tuhan.1 Pendidikan
Islam ialah suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja perkembangan
seseorang sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai Islam.
Dengan demikian, Pendidikan Islam harus di arahkan pada kebutuhan
perubahan masyarakat modern. Pendidikan merupakan proses budaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia yang berlangsung sepanjang hayat.
Pendidikan selalu berkembang, selalu dihadapkan pada perubahan zaman. Untuk itu,
mau tidak mau pendidikan harus didisain mengikuti irama perubahan tersebut, kalau
tidak akan ketinggalan dengan seiring berjalannya waktu.
Pandangan baru Pendidikan islam yang dimaksud adalah pemikiran yang terus
menerus di kembangkan melalui Pendidikan untuk merebut Kembali Pendidikan
IPTEK, akan tetapi tidak melupakan Pendidikan agama.2 Pendidikan Islam harus
menjadi terobosan baru untuk membentuk pola hidup umat yang lebih maju dan
terbebas dari kebodohan dan kemiskinan. Secara filosofi sudah tidak asing lagi untuk
diketahui bahwa antara kebodohan dan kemiskinan itu merupakan dua sifat manusia
yang mengkristal dan menjadi musuh bebuyutan pendidikan.
Pemikiran Pendidikan Islam modern menurut Mohammad Natsir adalah
Pendidikan berdasarkan konsep ketuhanan yang bersifat universal. Konsep yang di
maksud adalah Pendidikan harus tetap berpegang teguh pada ajaran Islam secara utuh.
Jika ingin merekonstruksi pendidikan Islam di era modern ini, persoalan
pertama yang harus di tuntaskan adalah persoalan “dikotomi”. Artinya harus berusaha
mengintegrasikan kedua ilmu tersebut baik secara filosofis, kurikulum, metodologi,

1
Rohena Achwan, Prinsip Prinsip Pendidikan Islam Versi Mursi, Jurnal Pendidikan Islam, Volume 1
IAIN Sunan Kalijaga (Yogyakarta, 1995), h. 50.
2
Moh. Khoiruddin, Pendidikan Islam Tradisional dan Modern, Vol 25, Nomor 2, (2018), h. 99.

2
pengelolaan, bahkan sampai pada departementalnya. Perubahan orientasi pendidikan
Islam harus dilakukan yaitu “bukan hanya bagaimana membuat manusia sibuk
mengurusi dan memuliakan Tuhan dengan melupakan eksistensinya, tetapi bagaimana
memuliakan Tuhan dengan sibuk memuliakan manusia dengan eksistensinya di dunia
ini. Artinya, bagaimana pendidikan Islam harus mampu mengembangkan potensi
manusia seoptimal mungkin sehingga menghasilkan manusia yang memahami
eksistensinya dan dapat mengelola dan memanfaatkan dunia sesuai dengan
kemampuannya.3
Dengan dasar ini, maka materi pendidikan Islam harus di desain untuk dapat
menghadapi persoalan-persoalan yang menyangkut dengan kebutuhan manusia, yaitu
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, teknologi, seni serta budaya,
sehingga mampu melahirkan manusia yang berkualitas, handal dalam penguasaan
ilmu pengetahuan, keterampilan, unggul dalam moral yang di dasarkan pada nilai-
nilai ilahiah sebagai produk pendidikan Islam.4

2. Tantangan Pendidikan Islam Era Modern


Pendidikan pada hakikatnya selalu berkembang, dan selalu dihadapkan pada
perubahan zaman. Karena itu, mau tak mau pendidikan harus dibuat mengikuti irama
perubahan tersebut, seperti pada masa modern seperti sekarang ini apabila pendidikan
tidak diubah sedemikian rupa mengikuti irama perubahan, maka pendidikan akan
ketinggalan dengan lajunya perkembangan zaman itu sendiri. Untuk itu perubahan
pendidikan harus selaras dengan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat pada
era tersebut, baik pada konsep, materi dan kurikulum, fungsi, proses, serta tujuan
lembaga-lembaga pendidikan. Pendidikan Islam sekarang ini dihadapkan pada
tantangan kehidupan manusia modern. Dengan demikian, dalam menghadapi suatu
perubahan, "diperlukan suatu disain paradigma baru di dalam menghadapi tuntutan-
tuntutan yang baru, agar dapat relevan dengan perubahan masyarakat tersebut.5
Oleh karena itu melihat hal ini, seorang pemikir islam bernama Fazlur Rahman
mencoba mengerahkan pikiran dan tenaganya untuk mengatasi hal tersebut. Jika
diperhatikan, maka akan nampak bahwa permasalahan-permasalahan pendidikan

3
Abudin Nata, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajawali Press (Jakarta; 2009), h. 79.
4
Moh. Khoiruddin, Pendidikan Islam....................... , h. 103.
5
Mulyadi, “Studi Pemikiran Pendidikan Islam Era Modern”, h. 139-140.

3
tersebut dapat diklasifikasikan kepada lima bidang yaitu: tujuan pendidikan, dikotomi
sistem pendidikan, kurikulum pendidikan, pendidik dan peralatan pendidikan.
1. Tujuan Pendidikan
Nyatanya, strategi pendidikan Islam yang ada tidak benarbenar diarahkan
kepada tujuan yang positif, tetapi lebih cenderung bersifat difensif, yaitu
menyelamatkan pikiran kaum muslim dari pencemaran yang ditimbulkan gagasan-
gagasan barat yang datang melalui berbagai disiplin ilmu. Mengatasi problema
tersebut, menurut ada beberapa hal yang harus diłakukan:
Pertama, tujuan pendidikan Islam yang bersifat difensif dan cenderung
berorientasi hanya kepada kehidupan akhirat, harus segera diperbaharui. Tujuan
pendidikan Islam harus diorientasikan kepada kehidupan dunia dan akhirat serta
sumber kepada al-Qur'an.
Kedua, beban psikologis umat Islam terhadap barat, harus dihilangkan
Karenanya, perlu ada kajian Islam yang menyeluruh secara historis dan sistematis
tentang perkembangan disiplin ilmu Islam dengan berpegang pada al-Qur'an.
Ketiga, sikap negatif umat Islam terhadap ilmu pengetahuan harus dirubah.
Karena menurutnya, ilmu pengetahuan tidak ada yang salah, yang salah idalah
penggunaannya. Karena enurut Islam, ilmu merupakan suatu bentuk ibadah yang
mendorong manusia menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Allah. Sehingga
ilmu tidak boleh disalahgunakan untuk merusak iman dan moral serta
mendatangkan bahaya dan mudarat.
2. Dikotomi Sistem Pendidikan
Seperti yang telah disinggung di awal tadi mengenai dikotomi, mungkin
terlebih dahulu kita mengerti apa yang dimaksud dikotomi, Dikotomi ini
merupakan suatu sistem yang memisahkan ilmu agama dengan ilmu umum
menjadi dua ilmu yang bertentangan yang dapat membuat batas antara ilmu dunia
dan ilmu akhirat dikotomi sistem pendidikan ini dapat menyebabkan terjadinya
disintegrasi ilmu pengetahuan, maka dari itu untuk menghilangkan dikotomi
sistem pendidikan Islam tersebut, adalah dengan cara mengintegrasikan beberapa
ilmu ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum secara menyeluruh. Sebab pada
dasarnya ilmu pengetahuan itu terintegrasi dan tidak dapat dipisahkan. Dan ilmu
pengetahuan itu pada prinsipnya satu, yaitu berasal dari Allah Swt. Sesuai dengan
penjelasan al-Qur'an, bahwa semua pengetahuan datangnya dari Allah.
Sebahagian diwahyukannya kepada orangorang yang dipilihnya melalui ayat-ayat

4
Qur'aniyah, yang kebenarannya mutlak, dan sebagian lagi melalui ayat-ayat
kauniyah, di peroleh melalui indra, akal dan hatinya, yang kebenarannya bersifat
relatif.
3. Kurikulum Pendidikan
Anak didik sebagai output pendidikan sangat menentukan ukuran keberhasilan
suatu pendidikan. Faktor belum berhasilnya ditumbangkan sistem dikotomi
pendidikan, berdampak kepada rendahnya kualitas intelektual anak didik dan
munculnya pribadi-pribadi yang pecah.
Hal ini akan berdampak kepada lahirnya anak didik yang tidak punya
komitmen intelektual dan spiritual yang mendalam dari lembaga-lembaga
pendidikan Islam. Mereka akan jadi praktisi agama tapi tidak instens memilki ruh
agama. Sikap ini akan bermuara kepada munculnya sikap yang kurang apresiatif
terhadap sesama cendikiawan. Ada yang hanya menguasai fiqh tapi meremehkan
filsafat dan teologi dan begitu juga sebaliknya. Mengatasi Masalah ini ada
beberapa hal yang harus dilakukan yakni:
Pertama, anak didik harus mendapatkan pelajaran al-Qur’an secara akurat,
sehingga al-Qur’an bukan hanya sumber moral tapi juga berfungsi sebagai sumber
referensi tertinggi.
Kedua, memberikan materi disiplin ilmu-ilmu Islam secara historis, kritis dan
menyeluruh. Disiplin ilmu Islam meliputi; teologi, hukum, etika, ilmu-ilmu sosial
dan filsafat. Jika ilmu-ilmu Islam tersebut diajarkan secara historis, kritis dan
menyeluruh, maka akan dapat mengintegrasikan pikiran-pikiran tersebut ke dalam
sebuah konsep Islam yang utuh dan terpadu, sehingga mampu memberikan
jawaban yang komprehensif terhadap semua masalah. Akhirnya, upaya ini dapat
mencegah munculnya pribadi-pribadi yang pecah, atau fragmentation of human
personality.
Ketiga, mengintensifkan pengajaran bahasa asing (Arab dan Inggris) kepada
anak didik, di samping bahasa nasionalnya. Sebab, kedua ilmu itu merupakan alat
untuk mengumpulkan ilmu pengetahuan yang semakin pesat perkembangannya.
Kemahiran berbahasa akan memudahkan mereka memahami buku-buku
berbahasa asing.
Keempat, menumbuhkembangkan sikap dan prilaku toleran, dan lapang lada
dalam berbagai hal, terutama dalam perbedaan pendapat. Menurutnya, perbedaan

5
pendapat yang bermakna harus mendapatkan penghargaan yang tinggi. Sebab
dengan melalui perbedaan pendapat, kebenaran secara gradual akan didapatkan.
4. Pendidik
Dalam Islam, pendidik mempunyai peranan yang sangat penting. Sebab ialah
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik, dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik. Disamping itu, ia juga
berfungsi sebagai fasilitator, pengarah dan perencana. Berdasarkan pengamatan
terhadap perkembangan pendidikan Islam di beberapa negara, Fazlur Rahman
melihat bahwa pendidik yang berkualitas, profesional serta memiliki pikiran yang
kreatif serta terpadu memahami dan menafsirkan hal-hal yang lama dalam bahasa
yang baru, masih sulit ditemukan pada masa modern. Untuk mengatasi hal itu
solusinya adalah:
Pertama, merekrut dan melatih anak didik yang mempunyai bakat dan
komitmen yang tinggi kepada lapangan agama Islam.
Kedua, mengangkat lulusan madrasah yang cerdas atau menunjuk sarjana-
sarjana modem yang bergelar doktor di universitas barat, sebagai guru besar
bidang studi bahasa Arab, Persia dan Sejarah Islam.
Ketiga, para pendidik harus dilatih di pusat-pusat studi keislaman luar negeri,
khususnya ke Barat.
Keempat, mengangkat beberapa lulusan madrasah yang memiliki pengetahuan
bahasa Inggris dan mencoba melatih mereka dalam tehnik riset modern dan
menarik lulusan universitas bidang filsafat dan ilmu-ilmu sosial membekali
mereka dengan pelajaran bahasa Arab serta disiplin-disiplin Islam klasik.
Kelima, memotivasi pendidik untuk melahirkan karya-karya keislaman secara
kreatif, memiliki tujuan serta aktif mengadakan penelitian.
5. Peralatan Pendidikan
Dalam pengertian luas, peralatan pendidikan adalah semua yang digunakan
pendidik dan anak didik dalam proses pendidikan, baik perangkat keras maupun
perangkat lunak. Jika kita lihat, perpustakaan di lembaga-lembaga pendidikan
Islam, sebagai salah satu motor kesuksesan lembaga pendidikan, masih belum
memadai. Buku-buku yang tersedia masih sangat minim jumlahnya, terutama
buku-buku yang berbahasa Arab dan Inggris. Untuk mengatasai masalah ini,
Fazlur Rahman mengusulkan agar fasilitas perpustakaan harus dilengkapi dengan

6
berbagai buku bahasa Arab dan Inggris sehingga meningkatkan kualitas
intelektual umat Islam.6

3. Metode pendidikan era modern


Agar proses pendidikan bisa terlaksana secara efektif dan efensien, maka
hendaknya perlu menggunakan berbagai macam- macam metode yang bisa
mengantarkan peserta didik memahami semua materi dengan baik. Adapun
metode pendidikan adalah sebagai berikut:
a) Diskusi, yaitu proses bertukar pikirananatar dua belah pihak. Proses ini
bertujuan untuk mencari kebeneran memalaui dialog dengan penuh
keterbukaan dan persaudaraan.
b) Karyawisata, mengajak anak mengenal lingkungannya dengan ini sang anak
akan memperoleh pengalaman lagsung serta kepekaan terhadap sosial.
c) Resitasi, memberikan tugas seperti meneyerahkan sejumlah soal untuk
dikerjakan hal tersebut bermaksud agar anak didik memiliki rasa tanggung
jawab terhadap amanah yang diberikan kepdanya.7
d) Amar ma’ruf nahi mungkar, meyuruh berbuat baik dan mencegah berbuat
jahat dan bertujuan agar tulus hati dalam memeperjuangkan kebenaran dan
menjadikan pergaulan hiduo lebih baik.
e) Observasi, memebrtikan pelajaran dan pemahaman materi pda peserta didik
metode ini digunkan agar peserta didik lebih mengenal tuhannya.8
Konsep pendidikan islam era modern, yaitu:
a) Pendidikan menyentuh setiap aspek kehidupan peserta didik.
b) Pendidikan merupakan proses belajar yang terus menerus.
c) Pendidikan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi dan pengalaman, baik di dalam
maupun di luar situasi sekolah.
d) Pendidikan dipersyarati oleh kemampuan dan minat peserta didik.
e) Tepat tidaknya situasi belajar dan efektif tidaknya cara mengajar.

6
Tabroni. “PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MODERN (Tinjauan Filosofis Fazlur
Rahman)”, h. 152-155.
7
Ramayulis dan Syamsul Nizar. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, (Ciputat: quantum teaching,
2005), h.281.
8
Syamsul Kurniawan dan Erwin Makhrus. jejak pemikiran tokoh pendidikan islam, (Yogyakarta: ar-ruzz
media, 2011), h.246.

7
Pendidikan pada masyarakat modern atau masyarakat yang tengah bergerak ke
arah modern (modernizing), seperti masyarakat Indonesia, pada dasarnya
berfungsi memberikan kaitan antara anak didik dengan lingkungan sosial
kulturalnya yang terus berubah dengan cepat.

4. Tokoh Pendidikan Islam Modern


1. KH. Ahmad Dahlan
a. Biografi KH. Ahmad Dahlan
Kyai Haji Ahmad Dahlan yang pada waktu kecilnya bernama
Muhammad Darwis. Beliau dilahirkan di Kauman Yogyakarta dari
pernikahan Kyai Haji Abu Bakar dengan Siti Aminah pada tahun 1285 H
(1868 M). Kyai Haji Abu Bakar adalah khatib di Majid Agung Kesultanan
Yogyakarta, sedangkan ayahnya Siti Aminah adalah penghulu besar di
Yogyakarta. Kampung Kauman sebagai tempat kelahiran dan tempat
Muhammad Darwis dibesarkan merupakan lingkungan keagamaan yang
sangat kuat, yang berpengaruh besar dalam perjalanan hidup Muhammad
Darwis di kemudian hari. Ayahnya KH Abu Bakar adalah Khotib Masjid
Agung Yogyakarta.
KH Ahmad Dahlan belajar mengaji sekitar tahun 1875 dan masuk
pesantren. Sudah sejak kanak-kanak diberikan pelajaran dan pendidikan
agama oleh orang tuanya, oleh para guru (ulama) yang ada di dalam
masyarakat lingkungannya. Ini menunjukan naluri melainkan juga melalui
ilmu-ilmu yang diajarkan kepadanya.
Pengetahuan yang dimiliki sebagian besar merupakan hasil otodidaknya,
kemampuan membaca dan menulisnya diperoleh dari belajar kepada
ayahnya, sahabatnya dan saudara-saudaranya dan iparnya. Ia di didik
sendiri melalui cara pengajian yaitu dengan menirukan kalimat-kalimat atau
bacaan yang diajarkan oleh ayahnya.
b. Pemikiran Pendidikan
Menurut KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan
umat islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang
dinamis adalah melalui pendidikan. Pendidikan hendaknya ditempatkan
pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan ummat.
Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan islam hendaknya diarahkan pada

8
usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam
agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia
berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Berangkat dari tujuan pendidikan
tersebut KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa kurikulum atau materi
pendidikan hendaknya meliputi:
1. Pendidikan moral, akhalq yaitu sebagai usaha menanamkan karakter
manusia yang baik berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2. Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan
kesadaran individu yang utuh yang berkesinambungan antara
perkembangan mental dan gagasan, antara keyakinan dan intelek serta
antara dunia dengan akhirat.
3. Pendidikan kemasyarakatan yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan
kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat.9
2. KH. Hasyim Asy’ari
a. Biografi KH. Hasyim Asy’ari
Hasyim Asy’ari lahir di desa Gedang Jombang, Jawa Timur. Pada hari
Selasa kliwon, tanggal 24 Dzulhijjah 1287 atau bertepatan tanggal 14
Pebruari 1871 M. Nama lengkapnya adalah Muhammad Hasyim ibn
Asy’ari ibn Abd. Al Wahid ibn Abd. Al Halim yang mempunyai gelar
Pangeran Bona ibn Abd. Al Rahman Ibn Abd. Al Aziz Abd. Al Fatah ibn
Maulana Ushak dari Raden Ain al Yaqin yang disebut dengan Sunan Giri.
Dipercaya pula bahwa mereka adalah keturunan raja Muslim Jawa,
Jaka Tinggir dan raja Hindu Majapahit, Brawijaya VI. Jadi Hasyim Asy’ari
juga dipercaya keturunan dari keluarga bangsawan. Hasyim Asy’ari adalah
seorang kiai yang pemikiran dan sepak terjangnya berpengaruh dari Aceh
sampai Maluku, bahkan sampai ke Melayu. Santri-santri ada yang dari
Ambon, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dan Aceh, bahkan ada beberapa
orang dari Kuala Lumpur. Beliau terkenal orang yang alim dan adil, selalu
mencari kebenaran, baik kebenaran dunia maupun kebenaran akhirat.
Semasa hidupnya beliau diberi kedudukan sebagai Rais Akbar NU,
suatu jabatan yang hanya diberikan kepada Hasyim Asy’ari satu-satunya.
Bagi ulama lain yang menjabat jabatan tersebut, tidak lagi menyandang

9
Asrofie. M. Yusron, Kyai Haji Ahmad Dahlan, Pemikiran dan Kepemimpinannya. Diakses dari
http://www.jejakpendidikan.com/2016/08/tokoh-pendidikan-islam-modern.html , pada Oktober 2023.

9
sebutan Rais Akbar melainkan Rais Am. Hal ini karena ulama lain yang
menggantikannya merasa lebih rendah dibandingkan Hasyim Asy’ari.
b. Pemikiran Pendidikan
Pola pemaparan konsep pendidikan K.H. Hasyim Asy’ari dalam kitab
Adab Alim Wa Muta’allim mengikuti logika induktif, di mana beliau
mengwali penjelasannya langsung dengan mengutip ayat-ayat al-qur’an.
Hadits, pendapat para ulama, syair-syair yang mengadung hikamah.dengan
cara ini. K.H. Hasyim Asy’ari memberi pembaca agar menangkap ma’na
tanpa harus dijelaskan dengan bahasa beliau sendiri. Namun demikaian,
ide-ide pemikirannya dapat dilihat dari bagaimana beliau memaparkan isi
kitab karangan beliau. Tujuan pendidikan yang ideal menurut K.H. Hasyim
Asy’ari adalah untuk membentuk masyarakat yang beretika tinggi
(akhlaqul karimah).
3. Hamka
a. Biografi
Hamka bukan hanya milik bangsa Indonesia, tetapi kebanggaan
bangsa-bangsa Asia Tenggara”. Begitulah kata mantan Perdana Menteri
Malaysia,Tun Abdul Rozak. Nama aslinya ialah Haji Abdul Malik Karim
Amrulloh biasa disebut dengan HAMKA yang merupakan singkatan dari
nama panjang beliau. Hamka bukan hanya milik bangsa Indonesia, tetapi
kebanggaan bangsa-bangsa Asia Tenggara”. Begitulah kata mantan
Perdana Menteri Malaysia,Tun Abdul Rozak. Nama aslinya ialah Haji
Abdul Malik Karim Amrulloh biasa disebut dengan HAMKA yang
merupakan singkatan dari nama panjang beliau.
Sejak kecil ia menerima dasar-dasar agama dari sang ayah.Pada usia
6 tahun,ia dibawa ayahnya ke Padang Panjang. Pada usia 7 tahun, ia
dimasukkan ke sekolah desa dan malamnya ia belajar mengaji al-Qur’an
sampai khatam. Beliau Sekolah Dasar “Maninjau sehingga Darjah Dua”
kemudian padausia 10 tahun, ayahnya mendirikan sebuah lembaga
pendidikan yang bernama “Sumatera Thawalib” di Padang Panjang. Di
situ Hamka mempelajari ilmu agama dan mendalami bahasa Arab.

10
b. Pemikiran Pendidikan
Pendidikan dalam pandangan Hamka terbagi 2 bagian yaitu:
1. Pendidikan jasmani,pendidikan untuk pertumbuhan & kesempurnaan
jasmani.
2. Pendidikan rohani, pendidikan untuk kesempurnaan fitrah manusia
dengan ilmu pengetahuan & pengalaman yang didasarkan pada agama.
Keduanya memiliki kecenderungan untuk berkembang dengan melalui
pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang paling tepat dalam
menentukan perkembangan secara optimal kedua unsur tersebut. Dalam
pandangan Islam kedua unsur tersebut dikenal dengan istilah fitrah.Titik
sentral pemikiran Hamka dalam pendidikan Islam adalah “fitrah pendidikan
tidak saja pada penalaran semata, tetapi juga akhlakulkarimah”.
4. Jamaluddin Al-Afghani
a. Biografi
Seorang tokoh pembaharu dalam Islam yang penting beliau dilahirkan di
As'adabad lebih tepatnya di Afganistan pada tahun 1839.Paradiqma atau
Madzhab yang telah dipilih dan dijadikan sebagai pandangannya berserta
keluarga ialah madzhab imam yang pertama yakni Hanafi.
Jamaluddin Al-Afghani ialah seorang tokoh tokoh yang sangat berpengaruh
pada pembaharuan islam yang ada pada negara Mesir. Kemampuan atau potensi
yang dimiliki dan dikuasai oleh Jamaluddin ialah bahasa-bahasa yang sangat sulit
diantaranya bahasa Afghan,Perancis, Rusia, Persia dan Turki.
Pada usia yang sangat muda Jamaluddin berumur 18 tahun dibesarkan dan
mencari ilmu di Kabul. Ketertarikan ilmu yang sedang dipelajarinya ialah ilmu
filsafat dan matematika. Berselang satu tahun yang berusia 19 tahun ia sdang
berkelana selama tiga tahun di India.Berkat berkelananya Jamaluddin Menuju ke
Mekkah Untuk melaksanakan rukun isllam yang kelima yakni Haji.
Setelah ia sudah menyelesaikan ibadah hajinya langsung pulang ke kampung
halamannnya. Selang tiga tahun berikutnya yang berusia 22 tahun Ia d sebagai
pembantu sang raja yaitu pangeran Dost Muhammad Khan bahkan menjadi
seorang penasihat bagi sang pangeran. Dari Mekkah ia kembali ke tanah airnya.
Ketika berusia 22 tahun ia telah menjadi pembantu bagi pangeran Dost
Muhammad Khan dan diangkat sebagai penaseh atatau perdana menteri oleh
pangeran. Dan beliau wafat pada tahun 1897 di Istanbul.

11
b. Pemikirannya
Menurut Jamaluddin ilmu pengetahuan ialah ilmu yang bisa menguasai dunia.
Dan beliau dikenal sebagai pejuang prinsip Egaliter yang dimaksud ialah harus
ada persamaan antara laki-laki dan perempuan karena pada waktu itu perempuan
dipandang sebelah mata. Menurut nya pula bahwasanya filsafat ialah ilmu yang
sangat tinggi kedudukannya dari pada ilmu yang lain.
5. Muhammad Abduh
a. Biografi
Muhammad Abduh dilahirkan pada tahun 1850 M di Mesir beliau termasuk
bukan golongan kaya, lingkungan nya ialah di pedesaan atau pertanian. Beliau
mulai belajar di masjid Al Ahmadi thahta.
b. Pemikirannya
Mengenai pendidikan sangat strategis dan sistematis. Ditujukan kepada
universitas Al Azhar Yang mana kurikulumnya harus diubah karena ilmu
pengetahuan yang umum itu sangat penting juga dan harus dipelajari dan
dikuasai untuk menyampaikan bangsa bangsa barat dalam soal pemikiran.
6. Rasyid Ridha
a. Biografi Rasyid Ridha
Rasyid Ridha dilahirkan pada tahun 1864 M atau pada bulan Jumadil
ula 1282 H. Beliau keturunan dari bangsawan yakni Husein dari putra Ali bin
Abi Thalib dengan Fatimah Az-Zahra yakni putri Rasulullah SAW. Pada tahun
1898 beliau mulai hijrah di Mesir untuk memperbaharui Islam di Mesir.selang
waktu 2 tahun Rasyid Ridha menerbitkan sebuah majalah yang berjudul "Al
Manar" disitu dijelaskan bahwa sebuah usaha beliau untuk membaharui Islam.
b. Pemikirannya
Pemikirannya mengenai pendidikan ialah bahwasanya umat Islam
dituntut untuk bisa menguasai ilmu pengetahuan umum juga karena pada
hakikatnya ilmu yang berasal dari barat tidak bertentangan dengan hukum
Islam. Rasyid Ridha dalam sebuah lembaga mencampurkan kurikulum barat
dan agama menjadi satu di lembaga tradisional nya.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pemikiran Pendidikan Islam modern adalah Pendidikan berdasarkan konsep
ketuhanan yang bersifat universal. Konsep yang di maksud adalah Pendidikan
harus tetap berpegang teguh pada ajaran Islam secara utuh.
2. Pendidikan Islam sekarang ini dihadapkan pada tantangan kehidupan manusia
modern. Dengan demikian, dalam menghadapi suatu perubahan, "diperlukan suatu
disain paradigma baru di dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru, agar
dapat relevan dengan perubahan masyarakat tersebut.
3. Metode Pendidikan era modern yaitu, diskusi, karyawisata, resitasi, amar ma’ruf
nahi mungkar dan observasi.
4. Tokoh Pendidikan pada periode modern antara lain: KH. Ahmad Dahlan, KH.
Hasyim Asy’ari, Hamka, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid
Ridha.

B. Saran
Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera
melakukan perbaikan susunan makalah ini dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang dapat membangun dari para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Achwan, R. (1995). Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Versi Mursi. Pendidikan Islam, 1, 50.
Khoiruddin, M. (2018). Pendidikan Islam Tradisional dan Modern. 25, 99.
Makhrus, S. K. (2011). Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-ruz Media.
Mulyadi. (n.d.). studi Pemikiran Pendidikan Islam Era Modern. 139-140.
Nata, A. (2009). Rekonstruksi Pendidikan islam. Jakarta: Rajawali Press.
Nizar, R. d. (2005). Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam. Ciputat: Quantum Teaching.
Tabroni. (n.d.). Pemikiran Pendidikan Islam Modern. Tinjauan Filosofis Fazhur Rahman,
152-155.
Yamin, A. d. (2020, April Jum'at). Pemikiran Islam Modern dan Tokoh-tokoh Islam Modern.
Retrieved from Kompasiana: http://www.jejakpendidikan.com/2016/08/tokoh-
pendidikan-islam-modern.html

14

Anda mungkin juga menyukai