Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“KONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:

Agus Moh. Sholahuddin, M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 06 :

1. Muhammad Ibadur Rohman (220101037)

2. Moh. Irfan Farizan Qodri (220101025)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN

GIRI BOJONEGORO

2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam, dengan judul:
“Konstruksi Pendidikan Islam”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Bojonegoro, 4 April 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2

A. Konstruksi Pendidikan Islam.............................................................................2

BAB III PENUTUP......................................................................................................7

A. Kesimpulan........................................................................................................7
B. Saran..................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan dalam realitas merupakan suatu hukum alam dan juga merupakan
realitas keagungan Tuhan yang harus disikapi secara fleksible. Perubahan yang terus
bergulir akan mengubah perspektif yang memandang dunia ini penuh keteraturan
menjadi dunia yang bergolak. Hal tersebut diindikasikan dengan berubahnya fase
newtonian menjadi fase quantum dan economical capital (modal bersifat ekonomi)
menjadi intellectual capital (modal bersifat intelektual). Perubahan-perubahan ini juga
akan berimbas pada realitas konsumtif menuju realitas reinventor (membangun
kembali) bahkan juga membangun realitas kompetitif-fregional menjadi realitas
kompetitif-global. Hal ini yang kemudian mungkin membawa orang untuk
mempertanyakan kembali konsep filosofis yang melandasi sistem pendidikan yang
sedang dilaksanakan atau mungkin juga konsep operasionalnya diperbarui agar tetap
relevan dengan perkembangan kehidupan manusia."
Perubahan tersebut akan membawa rancangan mekanisme atau aturan
tersendiri yang akan menjadi suatu sistem nilai yang luhur sekaligus menjadi
pegangan setiap individu, keluarga, kelompok, masyarakat, bangsa, dan negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa dan bagaimana pengertian Konstruksi Pendidikan Islam ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui pengertian Konstruksi
Pendidikan Islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konstruksi Pendidikan Islam


Konstruksi memiliki arti yaitu upaya membangun atau membentuk, bisa juga
mengubah atau memperbaiki keadaan yang semula menjadi contoh atau pedoman
kemudian dirancang ulang (diperbaiki) supaya mendapatkan kesesuaian dengan
kebutuhan yang ada. Pendidikan Islam adalah suatu wacana yang mengandalkan
ideologi Islam sendiri sebagai pegangan pendidikan tersebut. Maka konstruksi
pendidikan Islam merupakan upaya untuk mencocokkan kembali kiranya hal yang
perlu diperbaiki atau menaruh pendidikan islam itu sendiri di dalam kebutuhan teori-
teori tertentu. Jika berbicara mengenai pendidikan salah satu yang terpenting adalah
tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan tersebut. Syamsul Arifin menyebutkan
bahwa tujuan merupakan salah satu komponen pendidikan yang terpenting. 1
Begitu juga dengan dunia pendidikan tidak akan lepas dari unsur perubahan,
maka seperti yang telah dideskripsikan- sangat wajar jika dari perspektif filosofis,
Peter
M. Senge mengartikan pembelajaran dengan studi dan praktik yang konstan." Karena
hal tersebut tidak lepas dari hukum alam yang akan merongrong pendidikan untuk
menapak tangga yang lebih tingg dan dituntut untuk menempatkan eksistensinya
sesuai dengan realitas. Akan tetapi, dalam realitas tersebut terus mengalir perubahan
yang menuntut hal lain pada dunia pendidikan dan manusia.
Sebenarnya esensi dari pendidikan itu sendiri adalah pengalihan kebudayaan
(ilmu pengetahuan, teknologi, ide, etika, dan estetika) dari generasi yang lebih tua
kepada generasi yang lebih muda dalam setiap masyarakat. Proses ini diharapkan
mampu untuk menjadi nilai hidup dalam mempersiapkan sumber daya manusia
generasi berikutnya dalam menghadapi perubahan era baru. Akan tetapi, tujuan
pendidikan Islam tidak sekadar proses alih budaya atau ahh ilmu pengetahuan, tetapi
juga sebagai proses alih nilai ajaran Islam Jadi, pendidikan Islam bertujuan
menjadikan manusia yang bertakwa, sekaligus sukses di dunia dan akhirat.
Oleh sebab itu dalam tataran ini, alur perjalanan mempunyai urgensi
kontributif terhadap konstruksi teoretis pendidikan (Islam). Artinya, alur sejarah
pendidikan mempunyai material historis yang dapat dijadikan bahan penyusunan teori
pendidikan.

2
1
Andik Wahyun. Muqoyyidin., Wacana Kesetaraan Gender: Pemikiran Islam Kontemporer tentang Gerakan
Feminisme Islam, (Gorontalo: Al-Ulum, 2013), hlm 154

3
Pendidikan menempati posisi yang sangat urgen dalam kehidupan manusia
sebagai Kawah Candradimuka pembentuk generasi pembangun peradaban manusia
selanjutnya. Oleh sebab itu, secara normatif, Islam telah memberikan landasan kuat
bagi pelaksanaan pendidikan. Berikut penjelasannya:
1. Islam menekankan bahwa pendidikan merupakan kewajiban agama di
mana proses pembelajaran dan transmisi ilmu sangat bermakna bagi
kehidupan .manusia.
2. Seluruh rangkaian pelaksanaan pendidikan adalah wujud ibadah kepada
Allah, sehingga pelaksanaannya merupakan kewajiban individu sekaligus
keawjiban bersama.
3. Islam memberikan derajat tinggi bagi kaum terdidik, sarjana, dan ilmuwan.
4. Islam memberikan landasan bahwa pendidikan merupakan aktifitas
sepanjang hayat, sebagaimana hadist Nabi Muhammad tentang menuntut
ilmu dari buaian ibu sampai liang kubur.
5. Konstruksi pendidikan menurut Islam bersifat dialogis, inovatif, dan
terbuka dalam menerima ilmu pengetahuan baik dari Timur maupun Barat2

Lima landasan pendidikan Islam tersebut yang telah banyak mengusung


pengembangan metode yang berorientasi pada mencerdaskan umat daripada metode
konvensional-tradisionalistik, seperti menekankan pendekatan hafalan. Di antara
pengembangan metode pada umat Islam tersebut adalah sebagai berikut.3

1. Metode 'aqli (proses berpikir atau rasional), yaitu metode yang


dipergunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan menggunakan
timbangan kebenaran melalui proses berpikir yang dapat diterima akal.
Metode ini memandang bahwa segala sesuatu dianggap benar jika dapat
diterima rasio (QS. Ali Imran (3): 190-191).
2. Metode dzagi, hikmah, atau jelajah kalbu (metode intuitif), yaitu metode
yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan jalan
mengasah kepekaan kalbu agar pengetahuan yang tiba-tiba itu muncul,
walaupun tanpa didahului oleh pengalaman atau pengetahuan sebelumnya.
Dalam istilah agama, intuitif adalah ilham (QS. An-Nahl (16): 125).

Qq2
Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam : Fakta Teoretis-Filosofis & Aplikatif-Normatif, Cet. 2, (Jakarta: Amzah,
2016), hlm. 152-157
3
Baharuddin, Dikotomi Pendidikan Islam: Historitas dan Implikasi pada Masyarakat Modern, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011), hlm 241-243

4
3. Metode jadali (metode dialogis atau diskusi), yaitu metode untuk menggali
pengetahuan melalui karya tulis yang disajikan dalam bentuk tanya-jawab
antara dua orang atau lebih berdasarkan argumentasi yang dapat di-
pertanggungjawabkan secara ilmiah dan agama.
4. Metode mugaranah (komparatif), yaitu metode membandingkan teori atau
praktik antara dua pendapat baik untuk mencari kekurangan maupun
kelebihan atau untuk memadukan pemahaman supaya diperoleh ketegasan
yang dimaksud dari permasalahan yang ada.
5. Metode naadi (kritik), yaitu metode untuk menggali pengetahuan dengan
cara mengoreksi kelemahan suatu konsep atau aplikasi ilmu, kemudian
menawarkan solusinya. Metode ini dapat dikatakan dengan washiyah atau
nasihat (QS. Al-'Ashr (103); 1-3).
6. Metode muhasabah (koreksi atau evaluasi), yaitu metode untuk mendapat
kan pengetahuan dengan cara melakukan koreksi dan evaluasi terhadap
pengetahuan untuk ditemukan kekurangan-kekurangan dan ditawarkan
alternatif baru sebagai solusinya.

Hal paling utama untuk mendapatkan hasil maksimal-seperti yang telah


dijelaskan di bab pertama- ada dua hal yang mampu menjadi tameng era modern.
Pertama, pendidik yang mempunyai integritas-moralitas tinggi dengan
mengedepankan etika-akhlak sebagai bagian integral dari kepribadiannya. Selain itu,
pendidik memiliki pengertian yang mendalam dan feeling yang tinggi dalam
menganalisis isu-isu agama yang sedang berkembang dalam masyarakat. Selanjutnya,
pendidik harus mampu menyadarkan siswa akan pentingnya memahami budaya yang
bermacam-macam dalam masyarakat.

Kedua, landasan filosofis pendidikan Islam yang selama ini dikotomis diubah
menjadi sebaliknya dengan landasan Alquran dan hadis. Penyatuan nilai filosofis ini
dibingkai dengan nilai normatif yang akan memberikan nilai moralitas yang
diterjemahkan dalam bentuk akhlak karimah kepada peserta didik. Dengan demikian
tujuan pendidikan Islam, yaitu dalam membentuk manusia menjadi insan kamil yang
mampu menyeimbangkan ranah duniawi dan ukhrawi.4

4
M. Chabib Thaha, Refomulasi Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm 51

5
Pendidikan Islam memiliki misi membentuk karakter generasi di masa depan.
karakter yang ditanamkan sesuai dengan contoh yang telah dituliskan dalam al Quran
dan telah diwujudkan dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW. Menurut Muhaimin
dalam Nuansa Baru Pendidikan Islam , Ada beberapa butir nilai, hasil deduksi dari
Al- Qur'an yang dapat dikembangkan untuk etika profetik pengembangan dan
penerapan Ilmu Pendidikan Islam yaitu:

1. Nilai Ibadah. Nilai ini yaitu bagi pemangku/penanggung jawab ilmu


pendidikan Islam bahwa penerapan dan penerapan ilmu pendidikan Islam
merupakan ibadah (QS Al-Dzariyat 51: 56 dan Ali Imran 3: 190-191)
2. Nilai Ihsan. Nilai Ihsan yakni ilmu pendidikan Islam sebaiknya
dikembangkan untuk berbuat baik kepada semua orang pada setiap
generasi. Hal ini disebabkan karena Allah telah berbuat baik kepada
manusia dengan berbagai nikmat-Nya dan melarang manusia berbuat
kerusakan dalam bentuk apa pun (QS Al-Qashah 28: 77)
3. Nilai Masa Depan. Nilai ini yaitu ilmu pendidikan Islam diarahkan untuk
mengantisipasi masa depan yang lebih baik, karena mendidik berarti
menyiapkan generasi yang akan hidup di masa depan dan akan
menghadapi berbagai tantangan dan rintangan di zaman yang berbeda
dengan zaman sebelumnya (QS Al-Hasyr 59:18)
4. Nilai Kerahmatan. Nilai Kerahmatan yaitu ilmu pendidikan Islam
unggulan yang diarahkan untuk kepentingan dan kemaslahatan seluruh
umat manusia dan alam semesta (QS Al-Anbiyaa 21:107)
5. Nilai Amanah. Nilai Amanah yaitu ilmu pendidikan Islam itu adalah
amanah Allah bagi pemangku/penanggungjawab pendidikan Islam,
sehingga pengembangan dan penerapannya dilakukan dengan niat, cara
dan tujuan sesuai dengan kehendak-Nya ( QS Al-Ahzab 33:72)
6. Nilai Dakwah. Nilai Dakwah yaitu pengembangan dan penerapan ilmu
pendidikan Islam merupakan wujud dialog dakwah menyampaikan
kebenaran Islam (QS Fushshilat 41:33)
7. Nilai Tabsyir. Nilai Tabsyir yaitu pemangku ilmu pendidikan Islam
senantiasa memberikan harapan baik kepada umat manusia tentang masa
depan mereka, termasuk menjaga keseimbangan atau kelestarian alam (QS
Al-Baqarah 2:119)

6
Jadi, pendidikan Islam pada tataran praktis akan terbingkai dalam butir- butir
nilai tersebut. Agenda yang terpancar dari pendidikan Islam merupakan dari kajian
nilai profektik yang lebih dinukilkan lagi pada wilayah siologi, wilayah etika, dan
wilayah kritik dengan mencermati nilai-nilai yang Janut oleh para ilmuwan, baik
ilmuwan sains, sosial, maupun keagamaan.

Dengan demikian, terlepas dari perdebatan klasik, kata ta'dib merupakan kata
yang cocok untuk mengartikan pendidikan Islam, sebab dalam kata itu cakup
pengertian pengembangan intelektual, pribadi, dan sosial yang akan mengembangkan
aspek penghayatan (spiritual) tentang keberadaan dirinya. Hal ini disebabkan puncak
ketinggian akhlak manusia hanya dapat dicapai setelah ketiga aspek -kecerdasan
intelektual, kecerdasan diri, dan kecerdasan sosial mengantarnya mencapai
kecerdasan spiritual pada titik optimum.5

5
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam: Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, Cet. 1 (Jakarta:
Rajawali Pess,2006) hlm 189

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konstruksi pendidikan Islam merupakan upaya untuk mencocokkan kembali
kiranya hal yang perlu diperbaiki atau menaruh pendidikan islam itu sendiri di dalam
kebutuhan teori- teori tertentu.
Sebenarnya esensi dari pendidikan itu sendiri adalah pengalihan kebudayaan
(ilmu pengetahuan, teknologi, ide, etika, dan estetika) dari generasi yang lebih tua
kepada generasi yang lebih muda dalam setiap masyarakat. Proses ini diharapkan
mampu untuk menjadi nilai hidup dalam mempersiapkan sumber daya manusia
generasi berikutnya dalam menghadapi perubahan era baru. Ada dua hal yang mampu
menjadi tameng di era modern. Pertama, pendidik yang mempunyai integritas-
moralitas tinggi dengan mengedepankan etika-akhlak sebagai bagian integral dari
kepribadiannya. Kedua, landasan filosofis pendidikan Islam yang selama ini
dikotomis diubah menjadi sebaliknya dengan landasan Alquran dan hadis.
Dengan demikian, terlepas dari perdebatan klasik, kata ta'dib merupakan kata
yang cocok untuk mengartikan pendidikan Islam, sebab dalam kata itu cakup
pengertian pengembangan intelektual, pribadi, dan sosial yang akan mengembangkan
aspek penghayatan (spiritual) tentang keberadaan diri. Hal ini disebabkan puncak
ketinggian akhlak manusia hanya dapat dicapai setelah ketiga aspek yaitu kecerdasan
intelektual, kecerdasan diri, dan kecerdasan sosial yang mengantarnya mencapai
kecerdasan spiritual pada titik optimum.
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan
bagi penulis dan pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin. 2011. Dikotomi Pendidikan Islam: Historitas dan Implikasi pada Masyarakat Modern,
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Chabib Thaha, M. 1998. Refomulasi Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Minarti, Sri. 2016. Ilmu Pendidikan Islam : Fakta Teoretis-Filosofis & Aplikatif-Normatif, Cet. 2.
Jakarta: Amzah.

Muqoyyidin, Andik Wahyun. 2013. Wacana Kesetaraan Gender: Pemikiran Islam Kontemporer
tentang Gerakan Feminisme Islam, Gorontalo: Al-Ulum.

Muhaimin. 2006. Nuansa Baru Pendidikan Islam: Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, Cet. 1.
Jakarta: Rajawali Pess.

Anda mungkin juga menyukai