Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Sejarah Pendidikan Islam


Multikultural)

Dosen Pengampu : Dr. Muh. Syukri Nawir, S.Pd.I., M.Ag.

Disusun Oleh :
Nur Iriani (NIM : 023112009)

Annisa Tri Rizkiana (NIM : 023112001)

Muhammad Sidik (NIM : 023112019)

Iqbal Abdul Jabbar (NIM : 023112006)

PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MULTIKULTURAL

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) FATTAHUL MULUK


PAPUA

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktu yang ditentukan. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada
junjungan agung kita Nabi Muhammad saw yang kita nanti-nantikan
syafa’atnyadi akhirat nanti. Adapun penulisan makalah ini selain untuk memenuhi
tugas matakuliah Sejarah Pendidikan Islam Multikultural dan juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang “Pembaruan Pendidikan Islam” bagi
pembaca dan tentunya tentunya penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Muh. Syukri Nawir,
S.Pd.I.,M.Ag, selaku dosen matakuliah Sejarah Pendidikan Islam
Multikultural yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Tak lupa
pula ucapan terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dalam segi bahasa, penyusunan maupun pengetikannya. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran terkait makalah ini agar kami
dapat menyusunnya dengan lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

2
Jayapura, 26 November 2023

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lahirnya modernisasi atau pembaruan di sebuah tempat akan selalu
beriringan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang
saat itu. Modernisasi atau pembaruan bisa diartikan apa saja yang merupakan
upava atau usaha perbaikan keadaan baik dari segi cara, konsep dan serangkaian
metode yang bisa diterapkan dalam rangka menghantarkan keadaan yang lebih
baik. Dunia Islam kini mengalami banyak sekali perubahan perubahan dalam
segala bidang termasuk segi pendidikan.
Hal ini berkaitan dengan pembaruan dan pola pendidikan yang ada
didalamnya. baik dari segi materi, metode pengajaran berlangsung. Dari
pendidikan yang serba tradisional menuju kemoderenan dan bersifat terbuka
dalam hal apapun guna menerima sesuatu yang baru dan semua itu berkaitan
dengan kemajuan-kemajuan yang ada didalamnya.1 Pendidikan Islam senantiasa
menjadi sebuah kajian yang menarik karena memiliki kekhasan tersendiri,

1
Dikutip dari: Zaenudin, Lc., MA, Pembaharuan Sistem Pendidikan Islam, Risalah
Jurnal Pendidikan dan Studi Islam vol. 1 no. 1 Desembar 2015. h. 1.

3
namun juga karena kaya akan konsep yang tidak kalah bermutu dibandingkan
dengan pendidikan modern.2
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan pada etika Islam,
pembentukan moral, dan latihan jiwa. 3 upaya untuk mempersiapkan anak didik
atau individu dan menumbuhkan baik jasmani maupun rohaninya agar dapat
memmahi dan menghayati hakekat kehidupan dan tujuan hidupnya megapa ia
diciptakan, dan dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi dirinya
dan umatnya. Pada abad 20 pembaruan pendidikan di Indonesia, dengan
ditandai munculnya lembaga pendidikan madrasah, masuknya bidang kajian non
agama dalam kurikulum pesantren, adanya pembelajaran yang terprogram
dengan mengintegrasikan ilmu pengetahuan agama. Bahkan pada waktu itu
berdiri lembaga pendidikan Islam yang kurikulumnya lebih menyerupai sekolah.
Salah satu peran tokoh pembaruan tersebut sebagai kelompok terpelajar adalah
membawa pencerahan kepada masyarakat sekitarnya.
Berbagai lembaga pendidikan telah dilahirkan oleh tokoh pemikir baik
dalam bentuk sekolah maupun pondok pesantren semua itu adalah lembaga yang
ikut mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan
berpendidikan. Mereka telah berperan dalam memajukan ilmu pengetahuan,
khususnya Islam melalui jalur dakwah. 4

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka peneliti membuat rumusan masalah
dalam pertanyaan berikut:
1. Bagaimana Pengertian pembaruan pendidikan Islam ?
2. Bagaimana Aspek-aspek pembaruan pendidikan ?

C. Tujuan

2
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1997), h.183.
3
A. Mukti Ali, Beberapa Masalah Pendidikan di Indonesia (Yogyakarta: Yayasan Nida,
1971), h.17.
4
Hanun Asrohah, op.cit. hal.184.

4
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti akan
menggambarkan tujuan peneliti sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan pembaruan Pendidikan Islam
2. Untuk mengetahui Aspek-aspek pembaruan pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembaruan Pendidikan Islam


Dalam bahasa Arab, pembaruan Islam disebut tajdid, secara harfiah
tajdid berarti pembaruan dan pelakunya disebut mujaddid. Pembaruan adalah
proses atau upaya memaknai ajaran Islam secara benar agar sesuai dengan
perkembangan masa. Sedangkan pengertian pembaruan dalam perspektif Islam
adalah usaha untuk memperbaiki kembali ajaran Islam agar tetap solid dan
responsive terhadap perkembangan zaman. Pembaruan pada hakikatnya
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan hidup dan
penghidupan.5 Kata yang lebih dikenal dan lebih populer untuk pembaruan
adalah modernisasi. Dalam masyarakat barat pengertian modernisasi
mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah paham-
5
Yoyon Bahtiar Irianto, Kebijakan Pembaruan Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2012), h.15.

5
paham, adat-adat, institusi-institusi lama dan sebagainya agar semua itu dapat
disesuaikan dengan pendapat dan keadaan-keadaan baru yang ditimbulkan
dengan ilmu pengetahuan modern.6
Pembaruan adalah inovasi yang terlepas dari istilah invention yang
berarti penemuan sesuatu yang benar-benar baru dan itu adalah hasil dari kreasi
manusia. 7Pembaruan memiliki makna variatif, tergantung aspek kehidupan
yang dituju. Adapun aspek yaitu politik, ekonomi, budaya, sosial, dan
pendidikan. Pembaruan dalam sector Pendidikan bermakna sama dengan upaya
adaptasi Pendidikan dengan perkembangan terkini. Upaya yang dilakukan
untuk memperoleh daya guna dan efisiensi yang maksimal dengan
menggunakan penemuan yang mutakhir manusia di bidang ilmu pengetahuan
dan pendidikan.8
Dalam konteks Islam, istilah Pendidikan kadang digunakan dengan kata
tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib. Tarbiyah dengan kata dasarnya rabba yang berarti
mendidik, membesarkan, mengasuh, berkembang, dan meningkat.9Selain kata
tarbiyah dalam konteks Islam, istilah Pendidikan kadang digunakan kata ta’lim
dengan kata dasarnya allama yang berarti mengajar. Ta’lim adalah proses
pembelajaran secara terus menerus yang terjadi sejak manusia itu lahir melaui
pengembangan tersebut merupakan tanggung jawab orang dewasa Ketika
seseorang masih kecil, namun setelah mereka dewasa, hendaknya manusia
belajar secara mandiri sampai ia tidak mampu lagi meneruskan belajarnya.
Ta’dib berarti Pendidikan yang berhubungan dengan perilaku atau akhlak
dalam kehidupan yang lebih mengacu pada peningkatan manusia. 10
Pendidikan Islam merupakan pendidikan manusia seutuhnya, akal, dan
hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Pembaruan
dalam aspek pendidikan Islam melihat ketinggalan umat Islam dalam merespon

6
Ibid, hal. 115.
7
Bahaking Rama, Jejak Pembaharuan Pendidikan Pesantren: Kajian Pesantren
As’adiyah Sengkang Sulawesi Selatan, h. 21.
8
Syamsul Kurniawan dkk, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, (Cet. I:
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 294.
9
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, cet. III (Jakarta: Hidakarya gung, 1990),
h.138.
10
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Muda Pratama, 2005), h. 9.

6
perkembangan zaman maka diperlukan upaya untuk menata kembali struktur-
struktur sosial, politik, pendidikan dan keilmuan yang mapan dan ketinggalan
zaman. Reformasi, dan inovasi secara Islami yang dilakukan agar dapat
menyesuaikan diri dengan dinamika masyarakat dan dapat memenuhi tuntutan
dan kebutuhan masyarakat era pasar bebas. 11 Pembaruan pendidikan Islam
seharusnya dilakukan generasi dan sarjana muslim supaya bisa berkompetisi di
ranah global yang semakin hari menggugah intelektual manusia untuk berpikir
dan berinovasi. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan Islam semestinya
dimulai ditekan dari aspek sistem dan kelembagaan. Pembaharuan pendidikan
Islam harus beradaptasi dengan konteks dan kebutuhan komoderenan dan tetap
sejalan dengan spirit Al-Qur’an dan hadis.12
Latar belakang munculnya pembaruan dalam pendidikan Islam antara
lain adanya situasi sosial keagamaan masyarakat Mesir saat itu yang penuh
dengan taqlid, bid’ah dan khurafat serta pemikiran yang statis. Seperti halnya
Al-Afghani melihat bahwa salah satu penyebab keterbelakangan umat Islam,
yang amat memprihatinkan adalah hilangnya tradisi intelektual yang pada
intinya kebebasan berfikir.13 Pendidikan pada umumnya tidak diberikan kepada
kaum wanita sehingga wanita tetap dalam kebodohan dan penderitaan. Semua
itu berpangkal dari ketidaktahuan umat Islam pada ajaran agama yang
sebenarnya, karena mempelajari dengan cara yang tidak tepat. Ketidaktahuan
harus dengan cara mendidik dengan sistem pengajaran yang tepat. 14
Sistem pendidikan yang ada pada saat itu melatarbelakangi pemikiran
modernisasi pendidikan sebelumnya. Pembaruan pendidikan Mesir diawali
oleh Muhammad Ali.
B. Aspek-Aspek Pembaharuan Pendidikan

11
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. XI; Jakarta: Kalam Mulia, 2011), h. 350.
12
Dikutip dari: Syarifuddin Idris, “Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia (Studi
Analasis, Tokoh, Organisasi dan Lembaga Pendidikan” Jurnal Ilmiah Kreatif vol. XII no. 2 Juli
2015: h. 5.
13
Nurcholish Madjid, Islam, Kemodernan, dan Keindoensiaan, Bandung: Mizan 2008,
h. 367
14
Darmu’in, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar 1999, h. 187.

7
Dalam proses pendidikan terjadi pembaruan pendidikan dari berbagai
aspek yaitu:
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan sangat penting di dalam aktivitas pendidikan, karena arah
yang hendak dicapai. Tujuan harus ada sebelum melangkah untuk
mengerjakan sesuatu. Bila pendidikan dipandang sebagai suatu proses,
maka proses akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir pendidikan. Oleh
karena itu, usaha yang tidak mempunyai tujuan tidaklah mempunyai arti
apa-apa. Pembaruan tujuan pendidikan untuk mereformasi berbagai
rencana dan kegiatan sehingga proses pendidikan tidak kehilangan
relevansi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.baik yang bersifat lokal,
nasional, regional, maupun internasional atau global. Tujuan pendidikan di
zaman Reformasi (era global) setidaknya mencoba mengarahkan atau
menunjukan sesuatu yang hendak dituju dalam proses pendidikan.
Konkritnya, tujuan pendidikan suatu masyarakat selalu dibangun di atas
falsafah masayrakat. Sebagaimana diketahui suatu masyarakat selalu
bersifat dinamis dan mengalami perkembangan dan perubahan dari zaman
ke zaman sehingga pembaruan tujuan pendidikan merupakan hal yang tak
terelakkan.
2. Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa Latin, yaitu currere yang berarti
lari, lapangan pertandingan, dan tempat perlombaan. Atau, jarak yang
harus ditempuh, yang pada masa lalu digunakan oleh pemain olah
raga.15 Jadi secara harfiah kurikulum mengandung arti perlombaan,
pacuan, dan pertandingan. Sedangkan kurikulum dalam pendidikan
Islam dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan terang yang
dilalui manusia pada berbagai bidang kehidupan. Para ahli pendidikan
banyak memberikan batasan arti kurikulum, baik dalam pengertian
sempit maupun dalam pengertian luas.

15
Lihat; Baegi Ishak, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek (Ujung Pandang: Yayasan al-Ahkam, 1998), h. 4.
Bandingkan; Soedarmito dkk., Pengembangan Kurikulum Bahan Ajar I, cet. III (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999),
h. 3.

8
Dalam pengertian sempit kurikulum diartikan sebagai sejumlah
mata pelajaran atau sejumlah pengetahuan yang harus dikuasai untuk
mencapai suatu ijazah. Kurikulum dapat juga berarti keseluruhan
pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga pendidikan. Sementara
kurikulum dalam pengertian luas, yaitu kurikulum yang menyangkut
semua kegiatan yang dilakukan dan dialami peserta didik dalam
perkembangan baik formal maupun informal guna mencapai
tujuan pendidikan.16 Kurikulum menurut William B. Ragan yang
dikutip oleh S. Nasution adalah seluruh program dan kehidupan
dalam sekolah, yaitu segala pengalaman peserta didik di bawah
tanggung jawab sekolah. Kurikulum tidak hanya meliputi bahan
pelajaran tetapi juga meliputi seluruh kehidupan dalam kelas.
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
Tahun 2003, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Dari berbagai defenisi kurikulum di atas
dapat dipahami bahwa kurikulum secara signifikan berperan sebagai
pedoman dan landasan operasional bagi implementasi proses belajar
mengajar di sekolah, lembaga pendidikan dan pelatihan. Hal tersebut
diharapkan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku, sekaligus alat
dan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan.
Bila ditinjau dari segi organisasinya, kurikulum terbagi dalam
tiga tipe atau bentuk, yaitu; Separated Subject Curriculum, Correlative
Curriculum, dan Integrated Curriculum.Adapun Separated Subject
Curriculum yaitu kurikulum yang berisi sejumlah mata pelajaran yang
terpisah-pisah. Kurikulum ini mudah disusun, direorganisasi, diubah,
ditambah dan dikurangi. Perbaikan dan perubahan kurikulum
dilakukan dicapai dengan menambah atau mengurangi jumlah, isi atau

16
oumy al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam. Penerjemah Hasan Langgulung (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h

9
jenis mata pelajaran sesuai dengan permintaan zaman. Sehingga, mata
pelajaran yang dirasa tidak sesuai lagi, dapat ditiadakan.
Sedangkan Correlative Curriculum yaitu kurikulum yang berisi
sejumlah mata pelajaran yang sejenis dihubung-hubungkan.
Menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lain dengan
memelihara identitas mata pelajaran, atau menyatupadukan mata
pelajaran dengan menghilangkan identitas mata pelajaran dalam
bidang studi tertentu. Paduan atau fusi antara beberapa mata pelajaran
itu disebut Broad Field.
Sementara Integrated Curriculum yaitu kurikulum yang terdiri
dari peleburan semua/hampir semua mata pelajaran. Kurikulum ini
meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan
bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Bicara masalah
pembaharuan kurikulum, maka erat kaitannya dengan kebutuhan
manusia. Di mana kebutuhan manusia terus berubah, bertambah, dan
dinamis sesuai dengan tuntutan masa. Kalau ingin kurikulum sesuai
dengan kebutuhan dan tuntutan masa, maka seyogyanya diadakan
pembaharuan terus-menerus. Pembaharuan kurikulum dilakukan
karena kurikulum adalah suatu yang bersifat dinamis dan mengikuti
perubahan nila-nilai sosial budaya masyarakat sesuai arus
perkembangan IPTEK. Artinya, kurikulum sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan selalu menyesuaikan dengan
perkembangan masyarakat yang selalu berubah. Kurikulum dibuat
mesti bermanfaat bagi siswa dan membantu menyelesaikan masalah
mereka dan masalah masyarakat. membedakan istilah pembaharuan
kurikulum dengan perubahan kurikulum.
Kalau pembaharuan kurikulum, menurutnya adalah perubahan
atau inovasi kurikulum dalam mata pelajaran atau bidang studi. Atau
disebut juga dengan perubahan kurikulum dalam skala terbatas
(mikro/khusus). Sedangkan perubahan kurikulum adalah perubahan
kurikulum dalam segala aspek dalam komponen kurikulum. Atau

10
disebut juga dengan perubahan kurikulum secara sistem
(makro/umum).
Sejalan dengan alur ini, maka pembaharuan kurikulum dapat
ditandai dengan adanya unsur mata pelajaran baru yang
diperkenalkan. Atau dapat pula berupa perubahan jam dan mata
pelajaran, baik dalam bentuk penambahan maupun pengurangan sesuai
dengan kebutuhan zaman.
3. Pendidik
Pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang
pendidikan. Dalam bahasa Inggris disebut dengan teacher (guru),
instructor atau trainer (pemandu), lecturer (dosen), dan educator
(pendidik). Dan dalam bahasa Arab sering juga disebut dengan
ustazd, mudarris, mu'allim, dan mu 'addib. Pendidik merupakan di
antara komponen pendidikan yang harus diperhatikan. Karena
pendidik bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi peserta
didiknya. Seorang pendidik tidak hanya berfungsi sebagai pengajar di
kelas saja, melainkan harus mampu menciptakan suasana pergaulan
yang edukatif di luar kelas. Pendidik juga memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan guna
memecahkan masalah (how to think bukan what to think). Menurut
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran,
melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat.Dengan tugas dan tanggung jawab yang
kuat itulah, maka seorang pendidik dituntut memenuhi beberapa syarat.
Menurut Direktorat Pendidikan Agama, syarat- syarat sebagai pendidik
atau pengajar adalah;
pertama, memiliki kepribadian Mukmin, Muslim dan Muhsin.
Kedua, taat untuk menjalankan Agama, yaitu menjalankan syari’at Islam,

11
dan dapat memberikan contoh teladan yang baik bagi peserta
didiknya. Ketiga, memiliki jiwa pendidik dan kasih sayang kepada
peserta didiknya serta berjiwa ikhlas. Keempat, mengetahui dasar-
dasar pengetahuan tentang keguruan, terutama didaktik metodik. Kelima,
menguasai ilmu pengetahuan Agama. Keenam, sehat rohani dan
jasmaninya.
Sedangkan menurut Undang-undang RI Nomor 20 tahun
2003, persyaratan (kualifikasi) seorang pendidik tersebut adalah;
pertama, pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi
dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kedua, pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan
usia dini, pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi
dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi.
Secara lebih mendetail, UU Guru dan Dosen juga menjelaskan
bahwa harus ada beberapa prinsip yang melekat pada diri seorang
pendidik, yaitu;
pertama, memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
Kedua, memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu
pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.
Ketiga, memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang
pendidikan sesuai dengan bidang tugas.
Keempat, memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan
bidang tugas.
Kelima, memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan. Keenam, memperoleh penghasilan yang ditentukan
sesuai dengan prestasi kerja. Ketujuh, memiliki kesempatan untuk
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar
sepanjang hayat. Kedelapan, memiliki jaminan perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dan kesembilan, memiliki

12
organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
4. Peserta Didik
Dalam pendidikan Islam, istilah lain untuk peserta didik antara
lain adalah al-shabiy (anak-anak), murid (orang yang menginginkan atau
membutuhkan), al- muta ’alim (pelajar), thalib al-ilmi (penuntut ilmu
pengetahuan), tilmiz (murid-murid), dan thifl (orang yang berhajat).
Yang dimaksud dengan peserta didik adalah orang atau sekelompok orang
yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan, dan
pengarahan. Karena peserta didik dilahirkan dalam keadaan suci,
bersih dari segala dosa, maka dia akan menjadi baik atau buruk
tergantung kepada pendidik dan lingkungannya.
Menurut Abuddin Nata, seorang yang tengah mencari ilmu
memerlukan kesiapan fisik yang prima, akal yang sehat, pikiran yang
jernih, dan jiwa yang tenang, maka perlu adanya upaya memelihara
dan merawat yang sungguh-sungguh terhadap potensi dan alat indra,
fisik, dan mental yang diperlukan untuk mencari ilmu.Peserta didik
berfungsi sebagai objek yang sekaligus sebagai subjek pendidikan.
Sebagai objek karena peserta didik tersebut menerima perlakuan-
perlakuan tertentu, tetapi dalam pandangan pendidikan modern peserta
didik lebih dekat dikatakan sebagai subjek atau pelaku pendidikan.
Usaha pembaharuan pendidikan ditujukan untuk kepentingan siswa
atau peserta didik, yang sering disebut "Student Centered Approach".
Pembaharuan tersebut berorientasi untuk menghasilkan sosok
peserta didik yang ideal. Seperti; berkualitas, profesional, mumpuni
di bidangnya, berkemauan keras atau pantang menyerah, memiliki
motivasi yang tinggi, sabar, tabah, tidak mudah putus asa dan lain
sebagainya. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara membenahi proses
atau sistem pendidikan. Artinya, pembaharuan terhadap peserta didik
berawal dari pembaharuan terhadap input (calon siswa yang akan
masuk) lewat penyeleksian yang ketat. Lalu, dilakukan

13
penggodokan dan pemantapan keilmuan dalam kegiatan belajar
mengajar (process) di sekolah dan di asrama untuk menghasilkan output
yang diharapkan

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pembaharuan itu adalah sesuatu yang dilakukan secara efektif, efisien,
dan produktif menuju kepada kemajuan. Pembaharuan yang dimaksud
adalah pembaharuan di dalam pendidikan, yaitu suatu perubahan yang
baru dan sengaja diusahakan untuk mencapai tujuan tertentu dalam
pendidikan. Pembaharuan pendidikan mencakup 4 aspek yaitu;
pembaharuan dalam aspek tujuan pendidikan, pembaharuan dalam
aspek kurikulum, pembaharuan dalam aspek pendidik, dan
pembaharuan dalam aspek peserta didik. Pembaharuan tersebut
berorientasi untuk menghasilkan sosok peserta didik yang ideal, yakni
berkualitas, profesional, mumpuni di bidangnya, berkemauan keras,
memiliki motivasi yang tinggi, sabar, tabah, dan tidak mudah putus asa.

DAFTAR PUSTAKA

14
Dikutip dari: Zaenudin, Lc., MA, Pembaharuan Sistem Pendidikan Islam, Risalah Jurnal
Pendidikan dan Studi Islam vol. 1 no. 1 Desembar 2015. h. 1.
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1997), h.183.
A. Mukti Ali, Beberapa Masalah Pendidikan di Indonesia (Yogyakarta: Yayasan Nida, 1971),
h.17.
Hanun Asrohah, op.cit. hal.184.
Yoyon Bahtiar Irianto, Kebijakan Pembaruan Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012), h.15.
Ibid, hal. 115.
Bahaking Rama, Jejak Pembaharuan Pendidikan Pesantren: Kajian Pesantren As’adiyah
Sengkang Sulawesi Selatan, h. 21.
Syamsul Kurniawan dkk, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, (Cet. I: Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011), h. 294.
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, cet. III (Jakarta: Hidakarya gung, 1990), h.138.
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Muda Pratama, 2005), h. 9.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. XI; Jakarta: Kalam Mulia, 2011), h. 350.
Dikutip dari: Syarifuddin Idris, “Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia (Studi Analasis,
Tokoh, Organisasi dan Lembaga Pendidikan” Jurnal Ilmiah Kreatif vol. XII no. 2 Juli 2015:
h. 5.
Nurcholish Madjid, Islam, Kemodernan, dan Keindoensiaan, Bandung: Mizan 2008, h. 367
Darmu’in, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar 1999, h. 187.

Lihat; Baegi Ishak, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek (Ujung Pandang: Yayasan al-Ahkam, 1998), h. 4.
Bandingkan; Soedarmito dkk., Pengembangan Kurikulum Bahan Ajar I, cet. III (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999),
h. 3.

oumy al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam. Penerjemah Hasan Langgulung (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h

15

Anda mungkin juga menyukai