MAKALAH REVISI
Oleh:
PARMAN PULUMUDUYO
NIM : 80100211112
Dosen Pemandu;
PROGRAM PASCASARJANA
UIN ALAUDDINMAKASSAR
2012
1
I. PENDAHULUAN
Dalam menjalani hidup dan kehidupan ini, manusia terikat dalam sistem.
mengikatnya, yang membuat kehidupannya bisa menjadi lebih teratur, tertib, dan
terarah. Hidup dengan sistem dapat membuat manusia tidak gampang terjerumus
mengambil peran yang signifikan dalam kegiatan pendidikan. Peran ini dilakukan
akan memberi seseorang keyakinan yang berdasarkan pada landasan yang kuat, yang
beragam sistem dan tingkatan dari waktu kewaktu senantiasa mengalami tantangan.
berbagai tantangan yang dihadapi. Tantangan yang dihadapi pendidikan Islam saat ini
jauh lebih berat dibandingkan dengan tantangan yang dihadapi pendidikan Islam di
diatas telah melahirkan berbagai paradigma baru dalam dunia pendidikan. Visi, misi,
dapat memberikan jawaban yang tepat atas berbagai tantangan tersebut. Untuk
Bashori Muchsin, Pendidikan Islam Kontemporer (Cet. I; Bandung: Rafika Aditama, 2009),
1
h. 6. 1
2
yang andal, memiliki komitmen dan etos kerja yang tinggi, manajemen yang berbasis
sistem dan infra – struktur yang kuat, serta standar yang unggul. Untuk dapat
Islam. Hanya dengan usaha yang sungguh – sungguh dan berkesinambungan itulah,
B. RUMUSAN MASALAH
II. PEMBAHASAN
2
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam Isu – Isu Kontemporer Tentang Pendidikan
Islam (Cet. 1; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 17.
3
pribadi maupun kolektif antara mubaligh (pendidik) dengan peserta didiknya. Setelah
tempat peribadatan dalam hal ini masjid. Masjid merupakan lembaga pendidikan
Islam yang pertama muncul di samping rumah tempat kediaman ulama atau
Indonesia, ide ini muncul disebabkan sudah mulai banyak orang yang tidak puas
dengan sistem pendidikan yang berlaku saat itu. Karenanya ada beberapa sisi yang
perlu diperbaharui, yakni dari segi isi (materi), metode, sistem, dan manajemen. Ada
1. Daya dorong dari ajaran Islam itu sendiri yang memotivasi umatnya untuk
2. Daya dorong yang muncul dari para pembaharu pemikiran Islam yang telah
147.
4
sebagai pendidikan agama, secara ideal pendidikan Islam berfungsi dalam penyiapan
SDM yang berkualitas tinggi, baik dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi maupun dalam hal karakter, sikap moral, dan penghayatan dan pengalaman
ajaran agama. Singkatnya, pendidikan Islam secara ideal berfungsi membina dan
menyiapkan anak didik yang berilmu, berteknologi, berketrampilan tinggi dan
sekaligus beriman dan beramal saleh.4
Harun Nasution dalam buku sejarah pendidikan islam, secara garis besar
membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode, yaitu periode kalsik, pertengahan, dan
moderen. Periode pembahasan tentang lintasan atau periode sejarah pendidikan islam
sebagai berikut:
1. Periode pembinaan pendidikan Islam, yang berlangsung pada masa Nabi
Muhammad SAW. Lebih kurang 23 tahun semenjak beliau menerima wahyu
pertama sebagai tanda kerasulannya sampai wafat.
2. Periode pertumbuhan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak wafatnya
Nabi Muhammad SAW. Sampai dengan akhir kekuasaan Bani Umayyah,
yang diwarnai oleh penyebaran Islam ke dalam lingkungan budaya Bangsa
Arab dan berkembangnya ilmu-ilmu naqli.
3. Periode kejayaan Islam, yang berlangsung sejak permulaan Daulah Bani
Abbasiyah sampai dengan jatuhnya kota bagdad yang diwarnai dengan
berkembangnya secara pesat ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam serta
mencapai puncak kejayaannya.
4. Tahap kemunduran pendidikan, yang berlangsung sejak jatuhnya Kota
Baghdad sampai dengan jatuhnya Mesir oleh Nepoleon Bonaparte disekitar
4
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi ditengah tantangan Milenium
III(Cet. I; Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2012), h. 63.
5
fungsi dan tujuan yang tidak berbeda. Semuanya hidup dalam upaya yang bermaksud
Persamaan akan timbul karena sama-sama berangkat dari dua arah pendidikan yakni
dari diri manusia sendiri yang memang fitrahnya untuk melakukan proses pendidikan,
kemudian adalah dari budaya yakni masyarakat yang memang menginginkan usaha
perhitungan tersebut, maka proses pendidikan Islam akan lebih terarah kepada tujuan
yang hendak dicapai, karena segala sesuatunya telah direncanakan secara matang.
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam (Cet. 4; Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2011), h.
5
297.
Hasbullah, Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan (Cet. 1; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999),
6
h. 149.
6
dengan melihat situasi dan kondisi yang ada, dan juga bagaimana agar dalam proses
tersebut tidak terdapat hambatan serta gangguan baik internal maupun eksternal yang
Dari sekian banyak pendapat berkenaan dengan posisi sejarah sebagai ilmu di
dalam jajaran ilmu-ilmu lainya, baik agama maupun umum, dalam prakteknya
yang bersifat elementer mungkin yang lebih dominan. Hal itu terbukti sejarah hanya
masuk dalam bagian pendidikan dasar dan menengah Islam pada zaman klasik dan
kenyataan terpenting yang dapat dikatakan adalah perluasan keagamaan. Dari segi
kuantitas, lembaga pendidikan Islam mengalami peningkatan, dan dari segi jenis dan
varian semakin mengalami keragaman. Keragaman dan pada tingkat tertentu juga
Modernisasi pendidikan Islam yang berlangsung sejak awal abad ke-20 merupakan
7
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. 1; Jakarta: Sinar Grafika Ofset, 1996), h. 57.
8
Badri Yatim, Historiografi Islam (Cet. 1; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 19.
9
Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia (Cet. 1; Jakarta: Prenada Media Group,
2012), h. 315.
7
sama terhadap pendidikan Islam. Saat ini keadaan madrasah amat beragam. Ada
Madrasah tersebut. Maka terdapat program peningkatan mutu dan kesejahteraan guru
Madrasah dan dosen perguruan tinggi Islam, dengan cara memberikan kesempatan
melanjutkan studi dalam bidang ilmu keagamaan dan ilmu umum pada berbagai
dunia pendidikan Islam yaitu sekolah Islam yang elite diberapa provinsi di Indonesia
ialah sekolah al-Izhar dipondok labu, jakarta, SMU Cendekia di serpong, dan SMU
sekolah elite Islam yang paling kompetitif adalah SMU Insan Cendekia di Serpong,
10
Abuddin Nata, op.cit., h. 38.
11
Azyumardi Azra, op.cit., h. 86.
8
ajaran Islam. Dengan inisiatifnya sendiri, umat Islam berusaha membangun sistem
dan lembaga pendidikan sesuai dengan keadaan zaman, mulai dari tingkat dasar
kegiatan pendidikan. Dari satu sisi Islam memberikan dasar bagi perumusan visi,
misi, tujuan dan berbagai aspek pendidikan, sedangkan dari sisi lain, Islam
dan praktek ajaran Islam kepada masyarakat. Adanya penduduk Indonesia yang
mayoritas beragama Islam adalah sebagai bukti keberhasilan pendidikan dan dakwa
Islamiyah.
strategis untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dalam berbagai bidang
kehidupan. Itulah sebabnya tidak mengherankan, jika ayat 1-5 surat Al-‘Alaq,
12
Yoyon Bahtiar Irianto, Kebijakan Pembaruan Pendidikan (Cet.1; Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011), h. 11.
9
sebagai ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan telah mengandung isyarat
Terjemahanya
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.14
Tujuan pendidikan akan sama dengan gambaran manusia terbaik menurut
orang tertentu. Mungkin saja seseorang tidak mampu melukiskan dengan kata – kata
tentang bagaimana manusia yang baik yang ia maksud. Sekalipun demikian tetap saja
guru menginginkan tujuan pendidikan itu haruslah manusia terbaik. Tujuan
pendidikan sama dengan tujuan manusia. Manusia menginginkan semua manusia,
termasuk anak keturunannya, menjadi manusia yang baik. Sampai disini tidaklah ada
perbedaan akan muncul tatkala merumuskan ciri – ciri manusia yang baik itu. Kata
Ahmad Syafi’i Maarif, manusia yamg baik merupakan sosok manusia yang tidak
menghabiskan masa hidup yang ringkas ini dengan sia – sia.15
sistem pendidikan nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana un
tuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
13
Abuddin Nata, op.cit., h. 8.
14
Departemen Agama R.I., Al-Qur’an dan terjemahanya (Bandung: Sygma Examedia
Arkanleema, 2007), h. 597.
15
Bashori Muchsin. op.cit., hal.3.
10
semua potensi manusia, moral, intelektual maupun jasmani, oleh dan untuk
agama (mantan) dalam kabinet pemerintah Gus Dur, Muhammad Tholhah Hasan
Syiria.” Apa memang betul umat islam yang menunaikan ibadah haji dari negara anda
paling banyak didunia ini”?, “betul jawab Tholhah Hasan. “ Apa memang benar pula,
diantara mereka banyak yang sudah haji berkali-kali”?, ia kembali bertantya. “Benar,
jawab Tholhah Hasan lagi. “ Apa memang benar pula yang saya dengar, bahwa anak-
anak diantara mereka yang berhaji itu, banyak yang tidak terurus sekolahnya”,
tanyanya lagi. Tholhah Hasan Tidak bisa menjawab selain “ya, memang ada sejumlah
16
Undang-Undang Repoblik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Citra Umbara, Jakarta, 2003.
Muhammad Tholhah Hasan, Islam Dalam Perspektif Sosial Budaya. Cet. II; Jakarta: Galasa
17
mendapatkan prioritasnya.
masih terganjal.19
Ketiga, perlu dibangun jaringan yang luas sebagai bentuk pembuktian atau
kepedulian yang tinggi terhadap pendidikan Islam. Hal ini selayaknya dibuktikan oleh
setiap pejabat negara seperti masih menduduki jabatan strategis untuk berusaha keras
18
Muhammad Tholchah Hasan, Pendidikan Islam dalam Menghadapi perkembangan global,
(Cet. II; Jakarta: Rafika Aditama, 2008), h. 15.
Muhammad Tolchah hasan, Pendidikan Islam Sebagai Upaya Sadar Penyelamatan dan
19
Hal ini didasarkan pada sebuah asumsi, bahwa dakwah dan pendidikan Islam
lebih merupakan praktik atau pengalaman, yakni bahwa setiap orang yang memiliki
ilmu walaupun hanya sedikit, harus disampaikan dalam arti didakwakan dan
diajarkan pada orang lain. Praktek dakwa dan pendidikan Islam yang sejalan
sebelumnya hanya berdasarkan pada kebiasaan yang telah ada sebelumnya, tanpa
pelajaran tentang agama atau pengetahuan tentang ilmu agama, dan kehilangan
dan kecerahan hati nurani, pendidikan agama di sekolah umum atau kejuruan
menjadi seperti bonsai yang hanya cukup untuk memperindah ruangan, tetapi tidak
dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tantangan global. Banyak guru
agama yang lebih suka melihat pelajaran agama sebagai ilmu, bukan sebagai standar-
standar nilai yang harus diaplikasikan secara kontekstual dan aktual bagi kehidupan
Dalam ajaran islam, salah satu dimensi strategis yang mendapatkan perhatian
adalah masalah ilmu. Bukti responsi Islam ini dapat terbaca sejak awal diturunkannya
kunci pembuka yang menuntun dan menuntut setiap manusia untuk mencari dan
20
Muhammad Tolchah hasan, Ibid., h.18.
21
Imam Kabul,Agama Dalam Semesta Pergulatan manusia(Cet. IV; Jakarta: Nirmala Media,
2007), hal.20.
13
Terjemahan :
Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran.22
Firman Allah SWT ini menunjukan, bahwa hidup manusia di muka bumi ini
dipertemukan dengan waktu. Waktu dijadikan oleh Tuhan sebagai pintu pembuka dan
tahapan bergulat bagi manusia yang punya obsesi pada kesuksesan, baik kesusksesan
(hablum-minannas).23
tawanan perang. Beliau menghukum tawanan perang untuk menjadi guru-guru bagi
pengikutnya yang masih buta aksara dan baca. Kebijakan penghukuman ini ditujukan
tidak membiarkan pengikutnya menempati posisi sebagai sumber daya manusia yang
tidak unggul.
Dalam posisi seperti itu, seharusnya kita bisa menangkap atau membaca
22
Departemen Agama R.I., Al-Qur’an dan terjemahanya (Bandung: Sygma Examedia
Arkanleema, 2007), h. 601.
23
Imam Kabul. op.cit., hal.20.
14
nanti dihadapkan dengan kaum yang lain, Nabi (Islam) sudah mempunyai sumber
positif dan optimistis. Menurut Islam, manusia berasal dari satu asal yang sama;
keturunan Adam dan Hawa. Meskipun berasal dari nenek moyang yang sama, tetapi
dan distingsi ini selanjutnya mendorong mereka untuk kenal mengenal dan
menumbuhkan apresiasi dan respek satu sama lain. Perbedaan diantara umat manusia,
dalam pandangan islam, bukanlah karena warna kulit dan bangsa, tetapi hanyalah
penerimaan pancasila sebagai dasar negara dan idiologi nasional pada 18 agustus
1945. Dalam konteks hubungan antar agama di Indonesia, pancasila dapat dikatakan
disinggung diatas. Dari proses penerimaan pancasila itu, jelas terlihat bahwa para
pemimpin Islam lebih mementingkan kerukunan dan integrasi nasional, dari pada
mendahulukan kepentingan Islam dan umat muslim belaka. Tidak ragu lagi, dalam
teologis yang terjadi dalam masyarakat Islam Indonesia terlihat lebih jelas lagi sejak
24
Azyumardi Azra,Konteks Berteologi di Indonesia Pengalaman Isam (Cet. I; Jakarta:
Pramadina, 1999), hal.32.
15
Berdasarkan kesan-kesan ini, maka gambaran yang ada mengenai posisi dunia
telah disebutkan diatas, dalam soal peremajaan sistem pendidikan formal, pendidikan
Islam Indonesia merupakan semacam beban yang harus diangkat oleh induknya, yaitu
sistem pendidikan non formal ia menjadi semacam pelopor yang tak mudah diikuti.
Indonesia pada suatu pihak dengan dunia pendidikan umum diluar Islam.26
Struktur Internal pendidikan Islam Indonesia dewasa ini. Dilihat dari segi
secara tradisional, yang bertolak dari pengajaran al-Qur’an dan Hadits, dan
klasikal, dan berusaha menanamkan islam sebagai landasan hidup kedalam diri
para siswa;
25
Azyumardi Azra,Ibid., hal.41-51.
26
Muchtar Buchori. Spektrum Problematika Pendidikan Pendidikan di Indonesia (Cet.I;
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1994), hal.242.
16
27
Bashori Muchsin,Ibid., hal.14.
28
Abuddin Nata,op.cit., hal.102.
29
Abuddin Nata,op.cit., hal.73.
17
A. Kesimpulan
komitmen dan etos kerja yang tinggi, manajemen yang berbasis sistem dan
moralitas. Jika ucapan, sikap, dan perilakunya bisa dibentuk dengan cara
18
17
DAFTAR PUSTAKA
18
Arifin, MIlmu Pendidikan Islam Cet. 1; Jakarta: Sinar Grafika Ofset, 1996.
Azra, Azyumardi.Konteks Berteologi di Indonesia Pengalaman Isam Cet. I; Jakarta:
Pramadina, 1999.
Buchori, Muchtar.Spektrum Problematika Pendidikan Pendidikan di Indonesia Cet.
I; Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1994.
Daulay, Haidar Putra.Pendidikan Islam Cet. 2; Jakarta: Fajar Interpratama Offset,
2007.
Departemen Agama R.I., Al-Qur’an dan terjemahanyaBandung: Sygma Examedia
Arkanleema, 2007
Hasan, Muhammad Tholhah. Islam Dalam Perspektif Sosial Budaya. Cet. II; Jakarta:
Galasa Nusantara, 1987.
-------. Pendidikan Islam dalam Menghadapi perkembangan global, Cet. II; Jakarta:
PT Rafika Aditama, 2008.
-------.Pendidikan Islam Sebagai Upaya Sadar Penyelamatan dan Pengebangan
Fithrah Manusia. Cet. I; Jakarta: Rafika Aditama, 2005.
Hasbullah, Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan Cet.1; Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1999.
Irianto, Yoyon Bahtiar. Kebijakan Pembaruan Pendidikan Cet. 1; Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011
Kabul, Imam.Agama Dalam Semesta Pergulatan manusiaCet. IV; Jakarta: Nirmala
Media, 2007.
Muchsin, Bashori.Pendidikan Islam Kontemporer Cet. I; Bandung: Rafika Aditama
2009.
Nata, Abuddin.Kapita Selekta Pendidikan Islam Isu – Isu Kontemporer Tentang
Pendidikan Islam Cet.1; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Nizar, Samsu.Sejarah Pendidikan Islam Cet. 4; Jakarta: Kharisma Putra Utama,
2011.
Subhan, Arief.Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Cet. 1; Jakarta: Prenada Media
Group, 2012.
Undang-Undang Repoblik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Citra Umbara, Jakarta, 2003
Yatim, Badri.Historiografi slam Cet. 1; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.