Tentang
Disusun oleh:
Kelompok 11
Dosen Pengampu:
Dra. Nini
2022 M/1443 H
PEMBAHASAN
1
W.J.S. Poerwadinata, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1991), cet. II, hlm. 15.
Sejalan dengan penelusuran terhadap makna dari peradaban dan
Islam sebagaimana di atas, maka peradaban Islam adalah peradaban yang
dibangun oleh ilmu pengetahuana Islam yang dihasilkan oleh pandangan
hidup Islam.2 Peradaban Islam adalah kemajuan dalam berbagai bidang
kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya, hukum, pendidikan,
lingkungan hidup, dan lain sebagainya yang didasarkan pada nilai-nilai
ajaran Islam.
B. Strategi Membangun Peradaban Islam
Dengan memahami sejarah jatuh bangunnya peradaban Islam masa
lalu, dapat dihasilkan informasi tentang strategi-strategi yang pernah
digunakan umat Islam dimasa lalu untuk membangun peradaban. Sejarah
mencatat, bahwa pembangunan peradaban dimulai dari mengubah mindset
(pola pikir) atau pandangan umat Islam terlebih dahulu dalam bidang
akidah, ibadah, mu’amalah (sosial, politik, hukum, kebudayaan,
pendidikan dan sebagainya) sesuai dengan konsep Islam. Perubahan pola
pikir ini dilakukan dengan cara terlebih dahulu menyelenggarakan
pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya, baik formal, informal maupun
nonformal yang mengenai berbagai hal didasarkan atas perspektif Islam
dan setelah itu dilanjutkan dengan pendidikan dalam bidang ilmu
pengetahuan umum, keterampilan dan seterusnya.
Selanjutnya dengan memahami kondisi umat Islam masa kini dan
problematika yang dihadapinya. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang
kondisi umat Islam masa kini dan problematika yang dihadapainya secara
komprehensif dan akurat, maka diperlukan sebuah penelitian lapangan.
Dengan cara demikian upaya mengatasi masalah tersebut tidak dilakukan
secara sporadis.
Kondisi umat Islam dan problematika yang dihadapi secara umum
dapat dikemukakan bahwa kondisi umat Islam sekarang telah merdeka dari
penjajahan, ekonomi mulai bangkit, letak geografis cukup ideal, memiliki
2
Hamid Fahmi Zarkasyi, Ikhtiar Membangun Kembali Peradaban Islam
Yang Bermartabat, (Jakarta: Unissula-Republikata, 2010), cet I, hlm. 75.
figur yang handal, dan lain sebagainya. Namun yang paling penting ialah
bahwa umat Islam memiliki sumber rujukan yang handal dan tak pernah
kering, yaitu Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad Saw. 3 Permasalahan
yang dihadapi oleh umat Islam menurut Muhammad Abduh (1849-1905
M.), Sir Ahmad Khan dan Muhammad Iqbal ialah bidang pendidikan dan
pemahaman keislaman. Untuk itu mereka menyarankan agar dilakukan
pembaharuan pemikiran dalam bidang pendidikan dan pemikiran ulang
ajaran Islam, agar lebih dipahami, dihayati dan diamalkan secara utuh,
yakni tidak hanya dimensi ritualis dan ibadah saja, melainkan juga dimensi
filosofis, moral dan semangatnya dalam berbagai bidang kehidupan.
Menurut Fazlur Rahman, dalam bukunya Islam, ia mengatakan
bahwa masalah yang dihadapi atau kelemahan yang dimiliki terletak pada
tiga hal, yaitu: (1) Meninggalkan ideologi Al-Qur’an tentang wajib belajar
dan selalu menggunakan penalaran ilmiah; (2) pendidikan yang dikotomis
yang menghasilkan para ulama yang hanya mengetahui ilmu agama; dan
(3) ketidakberanian untuk mengungkapkan dan mengemukakan gagasan
dan pemikiran yang berdasarkan pada pemikiran ataupun nilai-nilai Islami.
Umat Islam hanya mengikuti, membeo terhadap pendapat dan pemikiran
Barat.4
C. Peran Perguruan Tinggi dalam Membangun Peradaban Islam
Peranan Perguruan Tinggi dalam membangun peradaban Islam
dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut.
Pertama, dengan menghasilkan para cendekiawan muslim yang
biasanya disebut ulil al-bab, yaitu orang muslim yang beriman, memiliki
wawasan keilmuan dan mengamalkan ilmunya serta memperjuangkan
gagasan-gagasannya sampai terwujud suatu tatanan sosial yang adil dan
diridhai Allah Swt. Jumlah cendekiawan yang demikian itu masih harus
terus diupayakan oleh perguruan tinggi, karena jumlah cendekiawan
3
Ibid. hlm. 44.
4
Fazlur Rahman, Islam, (Jakarta: Bina Ilmu, 1978), cet. I, hlm. 78-70.
tersebut masih sangat kecil dan tidak sebanding dengan jumlah umat dan
lembaga pendidikan yang ada.
Kedua, dengan menyebarkan gagasan dan pemikiran yang inovatif
yang bernuansa Islam tentang berbagai hal baik mengenai sosial, ekonomi,
politik, pendidikan dan ilmu pengetahuan. Hal tersebut dapat disebarkan
melalui media seperti brosur, jurnal, buku, dakwah, dan lain sebagainya.
Didalam berbagai media informasi tersebut dapat dikemukakan nilai-nilai
yang harus di pahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan umat
manusia.
Ketiga, dengan menerapkan konsep pendidikan holistik, yakni
pendidikan yang tidak hanya menekankan pada pembinaan fisik,
pancaindera, dan intelektual, melainkan juga pendidikan yang
mempertajam intuisi, estetika dan moral serta intelektual. Visi pendidikan
yang demikian itu perlu ditegaskan dan mendapat perhatian yang sungguh-
sungguh karena saat ini pendidikan tengah menghadapi “badai besar” yang
diakibatkan oleh dampak globalisasi yang menekankan aspek kehidupan
yang materialistis hedonistik, dan sekuleristik dan selanjutnya dapat
berdampak pada kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan. Mereka
memiliki kemampuan di bidang konsep, teknik, dan komunikasi, tetapi
cacat dibidang moral dan spiritual. Tamatan pendidikan saat ini lebih
diarahkan untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil yang
menkankan segi-segi pragmatis ekonomis, dan bukan menghasilkan
manusia yang beradab dalam arti yang sesungguhnya, yaitu manusia ulil
al-bab yang memiliki keseimbangan antara daya pikir dan dzikir, material
dan spiritual, jasmani dan rohani, dunia dan akhirat. M. Rusli karim
mengatakan, bahwa dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pendidikan mengalami degradasi fungsional, karena pendidikan
semakin berorientasi materialistik. Pendidikan cenderung ditetapkan
sebagai aset sosial yang memiliki fungsi khusus dalam menyiapkan tenaga
kerja yang akan memenuhi tuntutan lapangan pekerjaan. Akurasi suatu
program pendidikan dilihat dari seberapa jauh output pendidikan tersebut
dalam berpartisipasi aktif dalam mengisi lapangan pekerjaan yang
disediakan oleh dunia industri.5
Dalam kaitan ini, kalangan pendidikan tinggi tidak boleh kalah
bersaing dan ketinggalan dalam mengantisipasi arah perkembangan
masyarakat. Perkembangan teknologi, misalnya sangat mendorong
pertumbuhan industri komunikasi dan informasi, begitu pula kemajuan
industri komunikasi dan informasi sangat berpengaruh besar terhadap
hubungan kemasyarakatan. Dengan demikian, telah terjadi pergeseran
norma dan nilai yang dihayati masyarakat.
Pendidikan Islam harus tampil mengusahakan keseimbangan
orientasi pendidikan ke arah menghasilkan lulusan yang memiliki
keseimbangan antara fisik, pancaindera, intelektual, estetika, moral dan
spiritual. Dengan cara demikian, maka ilmu pengetahuan yang dihasilkan
pancaindera dan akal pikiran tidak salah jalan atau tersesat. Antara
pendapat pancaindera dan akal harus dibingkai oleh moral dan spiritual,
yakni akhlak mulia yang berbasis keimanan.
D. Hambatan Dalam Membangun Peradaban Islam
Terdapat sejumlah masalah yang dapat dinilai sebagai hambatan
dalam rangka melaksanakan peran perguruan tinggi Islam dalam
membangun peradaban Islam. Hambatan tersebut antara lain:
1. belum tumbuhnya kesadaran untuk melaksanakan ideologi Al-Qur’an
tentang meneliti dan mengembangkan ilmu sebagai sebuah kewajiban.
Perguruan tinggi Islam yang ada saat ini lebih menempatkan diri
sebagai pemelihara, pengawet, pewaris, dan penyempai ilmu
pengetahuan, dan bukan sebagai pencipta atau penemu ilmu
pengetahuan. Dengan kata lain, perguruan tinggi Islam pada umumnya
baru melaksanakan fungsi mentransfer berbagai macam pengetahuan
yang sudah kehilangan daya relevansi dan kegunaan bagi masyarakat
dan belum melaksanakan fungsi penelitian dan melahirkan karya-karya
5
Muslih Usa, Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta,
(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1991), cet. I, hlm. 127.
inovatif yang diperlukan bagi memajukan peradaban umat manusia.
Keadaan ini terjadi karena masil lemahnya dorongan untuk meneliti,
juga karena terbatasnya anggaran yang tersedia;
2. Masih randahnya komitmen para lulusan perguruan tinggi Islam
untuk mendarmabaktikan ilmunya untuk kepentingan pencerahan batin
masyarakat dan membimbingnya ke arah yang bermartabat;
3. Kuatnya dorongan orientasi pendidikan berwawasan global yang
mengutamakan segi pendidikan yang bercorak keterampilan fisik,
intelektual tanpa diimbangi dengan penguatan pada aspek pendidikan
yang memperkuat daya tahan moral dan spiritual, sebagaimana yang
terdapat dalam filsafat, sejarah, bahasa, seni, antropologi, dan
sebagainya;
4. Belum terjalinnya hubungan yang erat antara kalangan perguruan
tinggi Islam dengan para pengambil kebijakan di bidang
pemerintahan, kemasyarakatan, politik dan sebagainya.6
6
Abuddin Nata, Kapita Selekta PAI (Isu-isu Kontemporer Tentang
Pendidikan Islam), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 386-387.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Peradaban Islam adalah kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan
sosial, ekonomi, politik, budaya, hukum, pendidikan, lingkungan
hidup, dan lain sebagainya yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran
Islam.
2. Strategi membangun peradaban Islam dapat dilakukan dengan cara
berikut: (1) memahami sejarah jatuh dan bangunnya peradaban Islam
masa lalu; (2) memahami kondisi dan problematika yang dihadapi; (3)
memahami kembali konsep-konsep kunci dalam Islam; (4) memiliki
etos kerja tinggi dan penuh perhitungan; (5) Kembali pada spirit ajaran
Islam yaitu dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah terutama tentang ideology
mengenai pengembangan ilmu pengetahuan; (6) membangun dan
menjaga kerjasama yang handala antara pemerintah, masyarakat dan
unit sosial lainnya.
3. Perguruan tinggi dalam membangun peradaban Islam memiliki peran
yang amat strategis, yaitu (1) menghasilkan para intelektual atau
cedekiawan muslim yang handal, kredibel dan memiliki tanggung
jawab untuk mengabdikan ilmunya bagi kemajuan masyarakat; (2)
Menyebarkan gagasan yang inovatif dan kreatif yang berdasarkan
ajaran Islam; (3) mengembangkan pendidikan holistik; dan (4)
mengembangkan dan melaksanakan konsep masyarakat madani.
4. Hambatan yang harus diatasi oleh perguruan tinggi Islam dalam
rangka membangun peradaban Islam yaitu: (1) Masih lemahnya
kesadaran untuk melaksanakan ideology Al-Qur’an tentang kewajiban
mengembangkan ilmu pengetahuan; (2) Pandangan yang dikotomis
tentang ilmu agama dan ilmu umum; (3) Rendahnya komitmen
kemasyarakatan dari para lulusan perguruan tinggi ; (4) Kuatnya
orientasi pendidikan global yang sekuler; (5) belum jelasnya komitmen
perguruan tinggi Islam dalam membangun peradaban Islami; dan (6)
Belum terjalinnya kerjasama yang efektif antara perguruan tinggi islam
dengan pemerintah dan berbagai kalangan.
DAFTAR PUSTAKA
Muslih Usa, 1991, Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta,
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.