Anda di halaman 1dari 45

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah menciptakan manusia dengan tujuan mengemban tugas sebagai

khalifah Allah di muka bumi. Agar dapat merealisasikan tugasnya sebagai

khalifah di muka bumi maka manusia dituntut harus mampu memahami berbagai

aturan Allah yang telah digariskan dalam ajaran Islam harus memanfaatkan segala

potensi yang dimiliki serta berbagai fasilitas dalam kehidupan dengan sebaik-

baiknya sehingga nantinya kebahagiaan hidup di dunia dan keselamatan hidup di

akhirat dapat tercapai1.

Agar bisa berjalannya tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi

secara optimal maka manusia harus ditempa lewat proses pendidikan Islam yaitu

segala bentuk upaya yang dilakukan untuk mendidik manusia agar mampu

memiliki ilmu atau pengetahuan tentang Islam dan ajaran-ajaran yang dikandung

di dalamnya serta dengan ilmu atau pengetahuan tersebut manusia dibimbing

dalam kehidupan agar hidup sesuai tuntunan aturan yang terkandung dalam Islam

dan nilai-nilai ajarannya. 2

Pemaparan tersebut di atas memberikan pemahaman bahwa lewat proses

pendidikan Islamlah, barulah manusia dapat mewujudkan eksistensi dirinya

sebagai khalifah Allah di muka bumi sebab lewat proses pendidikan Islam

manusia dibimbing dan diajarkan tentang berbagai pengetahuan atau ilmu yang

harus dipahami dan diimplementasikan oleh manusia dalam kehidupan.

1
Halid Hanafi, Ilmu Pendidikan Islam, CV Budi Utama Sleman 2018
2
Halid Hanafi hal 13

1
2

Pendidikan pada dasarnya memiliki peran penting dalam kehidupan ini,

karena sangat penting bahwa tidak ada yang terpisah dari bagian pengajaran,

misalnya dalam bidang ekonomi, pendidikan berhitung diperlukan dalam

mengawasi keuangan, dari sudut pandang hukum, pendidikan tentang hukum

sangat penting. kita tidak bisa membahas hukum tanpa mengetahui hukum

terlebih dahulu, terutama di bagian agama, kita harus mendapatkan agama, dalam

hal ini kita perlu pendidikan agama, sama seperti bidang yang berbeda.3

Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia. Pendidikan

( terutama Islam) dengan berbagai coraknya berorientasi memberikan bekal

kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu,

semestinya pendidikan Islam selalu diperbaharui konsep aktualisasinya dalam

merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis dan temporal, agar peserta

didik dalam pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan hidup

setelah mati tetapi kebahagiaan hidup didunia juga bisa diraih4

Pendidikan di Indonesia sendiri telah menemui pembagian informasi

dalam ranah pendidikan, antara ilmu umum dan sains agama, polaritas atau

pembagian ini telah membuat pendidikan di Indonesia menjadi pengajaran yang

tidak merata dan membuat peneliti yang tidak bertanggung jawab untuk

kehidupan sosial dan daerah setempat. meliputi wilayah, Oleh karena itu,

pendidikan agama yang menghadapi pemisahan dari dunia, sosiologi dan

humaniora telah membuat para peneliti tidak berperasaan terhadap aktivitas

publik, dan gagap tentang kemajuan di dunia maju. Agama bagaimanapun juga
3
Sidi Indra Jati, Menuju Masyarakat Belajar. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan (Jakarta :
Paramadina, 2013),
4
M.Ismail yusanto ,Menggags Pendidikan Islam Bogor Al Azhar Press 2014
3

terlepas dari realitas sosial. Selain itu, investigasi keislaman yang ada sejauh ini

tampaknya menunjukkan sampul yang tidak nyaman bagi kedua pendidikan dan

mereka yang dididik. Penalaran dikotomis bipolar ini membuat individu merasa

terasing dari dirinya sendiri, terasing dari keluarga dan tetangganya, terasing dari

habitat reguler dan keanekaragaman hayati yang menopang kehidupannya, dan

terasing dari lingkungan sosial di sekitarnya. Jadi ujung-ujungnya adalah terjadi

dehumanisasi besar-besaran baik di bidang keilmuan maupun agama.

Dalam ajaran Islam pendidikan adalah sebuah proses untuk

mempersiapkan generasi muda dalam mengisi peranan penting dalam aspek

kehidupan, memberikan atau mentransfer sebuah pengetahuan ajaran-ajaran Islam

yang selaras dalam fungsi manusia sebagaimana mestinya mulai dari dunia hingga

di akhirat kelak. Pendidikan adalah jalan awal pembentukan moral. Moralnya

sangat penting dalam pembentukan pribadi manusia yang baik atau buruk secara

normatif. Selain tauhid, ibadah dan muamalah, akhlak merupakan hal yang sangat

diutamakan dalam Islam5

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang memiliki karakteristik, yakni

pendidikan didirikan dan dikembangkan diatas dasar ajaran Islam, seluruh

pemikiran dan aktifitas pendidikan Islam tidak mungkin lepas dari ketentuan

bahwa semua pengembangan dan aktifitas kependidikan Islam haruslah

merupakan realisasi atau pengembangan dari ajaran Islam 6

5
Ravina Wijayati, Perbandingan Pendidikan Islam Menurut Perspektif KH. Ahmad Dahlan dan
KH. Hasyim Asy ’Ari,Ilmu Al-Qur’an (IQ) Jurnal Pendidikan Islam 2015
6
Asrori Rusman,Filsafat Pendidikan Islam Sebuah Pendekatan Filsafat Islam Klasik, Pustaka
Learning Center Malang 2019
4

Pendidikan Islam seakan tidak ada hentinya untuk selalu diperbincangkan,

baik dalam ruang akademis, media masa, maupun kajian penelitian yang

terkadang sebagian bertujuan untuk mengembangkan maupun hanya mengkaji.

Pendidikan Islam dirasakan sudah mengalami pembaharuan, tetapi kenyataanya

masih terkesan stagnan dan lamban untuk bersaing dengan pendidikanpendidikan

yang lain (pendidikan umum). Ini yang selalu menarik minat kalangan pembelajar

untuk mengkajinya lebih serius, karena sebagai sebuah bidang studi yang masih

baru, tampaknya disiplin ilmu ini belumlah pesat perkembangannya dibandingkan

dengan sejumlah bidang studi Islam lainnya7

Salah satu tantangan pendidikan Islam adalah masih terjadinya dikotomi

ilmu. Artinya, terjadinya pemisahan antara ilmu-ilmu dunia (‘ulum al-dunyâ)

dengan ilmu-ilmu agama (‘ulum al-syar’i) yang saling menafikan satu sama lain.

Seiring dengan terjadinya dikotomi tersebut, berbagai istilah yang kurang

tepatpun muncul, misalnya fakultas agama dan fakultas umum, sekolah agama

dan sekolah umum. Bahkan dikotomi ini menghasilkan kesan bahwa pendidikan

agama berjalan tanpa dukungan iptek dan sebaliknya pendidikan umum hadir

tanpa sentuhan agama8

Pendidikan islam di Indonesia sering sekali berhadapan dengan berbagai

problematika yang tidak ringan diketahui sebuah system pendidikan islam yang

mengandung berbagai koponen yang antara satu dan lainnya lainnya saling

berkaitan.Komponen pendidikan tersebut meliputi Iandasan, tujuan, kurikulum,

7
Waluyo,Pendidikan Islam Dalam Pandangan M.Natsir, Volume 2 Nomor 1, Juni 2021 ISSN:
2723-4894 (cetak), ISSN: 2723-4886
8
Hairul Fauzi, Konsep Pendidikan Islam Integral Menurut Muhammad Natsir, Kajian LKP2M
Periode 2015.
5

kompetensi dan profesionalise guru, pola hubungan guru dan murid, metodologi

pembelajaran sarana dan Prasarana,evaluasi pembiayaan dan lain sebagainya.

Berbagai komponen yang terdapat dalam pendidikan ini sering kali berjalana apa

adanya alami dan tradisional karena dilakukan tanpa perencanaan konsep yang

matang,akibat dari keadaan demikian maka mutu pendidikan islam sering kali

menunjukan keadaan yang kurang megembirakan 9

Hal tersebut menunjukan bahwa umat islam dimana pun termasuk di

Indonesia sangat peduli dengan pendidikan karena di sadari bahwa pendidikan

merupakan wahana yang strategis dalam membawa misi humanism dan misi

vertical yakni dalam bentuk penyadaran akan adanya Allah dan hadir di dalam

dirinya dan alam semseta umat islam di indoensia sangat menyadari bahwa nilai

kemanusian dan misi keutuhan dalam kehidupan umat merupakan titah allah dan

rasul yang harus di kerjakan oleh umat dimana pun ia berada10

Dalam sejarah perjalanan bangsa ini, tidak sedikit para tokoh pelaku

sejarah memberikan kontribusi gagasan-gagasan atau ide-ide tentang pendidikan.

Hal ini tercermin dari sepak terjang mereka dalam mewujudkan landasan negara

dan tata perundang-undangan khususnya mengenai pendidikan, dimana termaktub

salah satunya dalam batang tubuh UUD 45 yaitu ikut memperjuangkan

kecerdasan bangsa. Sebagai wujud dari realisasi UUD 45 tidak sedikit para pelaku

sejarah bangsa Indonesia yang ikut andil dalam merumuskan landasan-landasan

ideologis pendidikan salah satunya adalah Mohammad Natsir 11

9
Muwahid Manajemen pendidikan islam teras yogyakarta 2018
10
Munawir Kamaluddin, Mohammad Natsir Rekontruksi terhadap pemikirannya tentang
pendidikan,Pustaka Almaida,Makasar 2019
11
Munawir hal 17
6

Mohammad Natsir adalah tokoh yang menggagas pembaruan pendidikan

islam yang berbasisikan Al-Quran dan Al Sunnah dengan berbasis pada alquran

dan al sunnah menurut Mohammad Natsir maka pendidikan islam harus bersifat

integral harmonis dan universal mengembangkan segenap potensi manusia agar

menjadi manusia yang bebas dan mandiri sehingga mampu melaksanakan fungsi

nya sebagai khalifah di muka bumi 12

Dalam konteks pendidikan di Indonesia, ada satu aspek yang dapat kita

jadikan sebagai satu titik untuk melihat konteks pendidikan secara lebih luas,

yaitu aksentuasinya yang lebih berorientasi kepada aspek material Tanpa

menafikan dimensi positif yang menjadi tujuan kecenderungan ini, harus jujur dan

objektif diakui bahwa dimensi semacam ini hanya akan menghasilkan output yang

memiliki keterampilan teknis pragmatis selaras dengan kebutuhan dalam dunia

kerja. Orientasi semacam ini merupakan sebuah bentuk distorsi terhadap hakikat

kemanusiaan sebab manusia juga memiliki dimensi lain, yaitu dimensi rohaniyah13

Oleh sebab itu visi misi dan tujuan pendidikan islam menurut natsit harus

di tata kembali sesuai dengan sifat dan kakater ajaran islam Sosok natsir yang juga

di sebutkan dalam berbagai literarur Sebagai tokoh pendidka perlu dikali gagasan

lebih lanjut sebab berbagai ide ide beliau14

Pemikiran natsir tentang pendidikan di latar Belakangi pengamatannya

dengan melihat keadaan sekolah umum yang tidak mengajarkan agama, dimikian

pula sebaliknya sekolah agama tidak mengajarkan ilmu umum kenyatan ini oleh

natsir di anggap nya sebagai suatu yang menyimpang dari konseep pendidik
12
Munawir hal 18
13
Siswanto,Pendidikan Islam dalam Dialektika Perubahan,Pena Salsabila Surabaya 2015
14
Munawir hal 19
7

karena itu lah natsir mendidirkan lembaga pendidikan suatu betnuk pendidkan

modern yang Mengkombinasikan kurikulum pendidikan umum dengan

pendidikan pesantren 15

Berangkat dari Latar Belakang permasalahan di atas dan mengetahui

ketokohan Mohammad Natsir serta pemikirannya dalam dunia pendidikan Islam

maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang PENDIDIKAN

ISLAM MENURUT PEMIKIRAN MOHAMMAD NATSIR DAN

RELEVANSI NYA DENGAN PENDIDIKAN INDONESIA SAAT INI

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang masalah yang dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Pemikiran Mohammad Natsir tentang Pendidikan Islam ?

2. Bagaimana Relevansi Pemikiran Mohammad Natsir terhadap Pendidikan

Islam di Indonesia saat ini?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis adalah:

1. Untuk Mengetahui, memahami bagaimana Pendidikan Islam Menurut

Pemikiran Mohammad Natsir

2. Untuk mengetahui bagaimana Pendidikan Islam Menurut Pemikiran

Mohammad Natsir dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam di Indonesia

saat ini

D. Manfaat Penelitian

15
Tarmizi Taher, Pemikiran Dan Perjuangan Mohammad Natsir,Pustaka Pirdaus,2013
8

Penelitian ini memiliki arti yang sangat penting karena mempunyai manfaat

bagi berbagai pihak antara lain:

1.Bagi Pembaca

a) Dengan membaca karya ilmiah ini diharapkan pembaca mengetahui dan

memiliki gambaran yang jelas mengenai siapa Mohammad Natsir dan

corak pemikirannya

b) Memberikan pengetahuan tentang Pemikiran Mohammad Natsir

khususnya tentang pendidikan .

c) Dengan karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah referensi untuk

penelitian-penelitian sejenis dimasa yang akan datang.

2.Bagi Penulis

a) Kegunaan secara teoritis adalah menambah wawasan dan

perbendaharaan mengenai nilai pendidikan karakter

b) Dapat melatih kemampuan meneliti, menganalisis tentang pemikiran

tokoh-tokoh Indonesia lainnya.

E. Definisi Operasional

Definisi Oprasional adalah penjabaran lebih lanjut terhadap suatu objek

penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga dapat diperoleh

informasi mengenai sesuatu yang dijadikan objek penelitian tersebut16 Dalam

penelitian penjelasannnya adalah sebagai berikut

1. Pendidikan Islam

16
Winarno, Metodologi Penelitian dalam pendididikan Jasmani,UM Pres Malang 2013
9

Pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai

fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya yaitu; Qur’an dan Sunnah.17

2. Pemikiran

Secara etimologi pemikiran berasal dari kata dasar pikir, berarti proses, cara

atau perbuatan memikir yaitu menggunakan akal budi untuk memutuskan suatu

persoalan dengan mempertimbangkan segala sesuatu secara bijaksana. Dalam

konteks ini pemikiran dapat di artikan sebagai upaya cerdas (ijtihady) dari proses

kerja akal dan kalbu untuk melihat fenomena dan berusaha mencari

penyelesaiannya secara bijaksana sedangkan pendidikan ,secara umum berarti

sesuatu proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok

orang (peserta didik) dalam usaha mendewasakan manusia (peserta didik) ,melalui

upaya pengajaran dan latihan. serta proses perbuatan dan cara-cara

mendidik.Dengan berpijak pada definsi di atas, maka yang dimaksud dengan

pemikiran pendidikan islam adalah proses kerja akal dan kalbu yang dilakukan

secara bersungguhsungguh dalam melihat berbagai persoalan yang ada dalam

pendidikan islam dan berupaya untuk membangun sebuah peradaban pendidikan

yang mampu menjadi wahana bagi pembinaan dan pengembangan peserta didik

secara paripurna.

3. Mohammad Natsir

Mohammad Natsir adalah tokoh yang menggagas pembaruan pendidikan

islam yang berbasisikan Al-Quran dan Al Sunnah dengan berbasis pada alquran
17
Halid Hanafi, Pendidikan Islam, Cv Budi Utama Sleman 2018
10

dan al sunnah menurut Mohammad Natsir maka pendidikan islam harus bersifat

integral harmonis dan universal jadi dapat mengembangkan segenap potensi

manusia agar menjadi manusia yang bebas dan mandiri sehingga mampu

melaksanakan fungsi nya sebagai khalifah di muka bumi

BAB II

KAJIAN TEORI
11

A. Kajian Teoritis

1. Kajian Pendidikan Islam

a. Pengertian Pendidikan Islam

Ilmu pendidikan Islam dapat diartikan sebagai proses pendidikan yang di

dasari nilai-niai Islam yang bersumber Al-Qur’an dan Sunnah. Dengan

pikirannya, manusia diperintahkan untuk menggali nilai-nilai di dalam Al-Qur’an

dan Sunnah tentang ilmu pengetahuan. Karena dengan ilmu pengetahuanlah

manusia bisa memahami fenomena alam sekitarnya sehingga menjadi bekal dalam

menjalani hidup sebagai hamba Allah dan khalifatullah. Dan dengan pengetahuan

dan teknologi yang dimikinya manusia disuruh untuk memahami alam semesta

sejauh kemampuan rasionya.18

b. Konsep Pendidikan Islam

Konsep-konsep dan prinsip dasar tentang pendidikan Islam hanya saja para

ahli berbeda pendapat dalam penggunaan istilah tarbiyah, ta‟lim, dan ta‟dib

sebagai istilah yang tepat dan baku untuk menyatakan pendidikan menurut ajaran

Islam dengan argumentasi masing-masing. Untuk memberikan pemahaman lebih

dalam tentang perbedaan para ahli untuk kata yang tepat dan baku untuk istilah

pendidikan Islam antara istilah tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib maka dibawah ini

dikemukakan pendapat mereka tentang istilah-istilah tersebut disertai argumen-

argumenya19

1) Ta’Lim
11

18
Siswanto, Pendidikan Islam dalam Dialektika Perubahan hal 13
19
Halid Hanafi,.Ilmu Pendidikan Islam, CV Budi Utama Sleman 2018
12

Kata ta‟lim merupakan masdar dari kata allama yang berarti pengajaran yang

bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan

keterampilan.Penunjukan kata ta‟lim pada pengertian pendidikan sesuai dengan

firman Allah dalam QS. al-Bakarah (2) : 31, yaitu;


ۤ
‫ُؤاَل ۤ ِء اِ ْن‬Pٓ‫ َم ۤا ِء ٰه‬P‫هُ ْم َعلَى ْال َم ٰل ِٕىكَ ِة فَقَا َل اَ ۢ ْنبُِٔـوْ نِ ْي بِا َ ْس‬P‫ض‬
َ ‫َوعَلَّ َم ٰا َد َم ااْل َ ْس َم ۤا َء ُكلَّهَا ثُ َّم ع ََر‬
َ‫ص ِدقِ ْين‬ٰ ‫ُك ْنتُ ْم‬

Terjemahnya; Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-


benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang
orang-orang yang benar( QS. al-Bakarah (2) : 31) 20

Bila di lihat dari batasan pengertian yang ditawarkan dari kata ta‟lim dan ayat

di atas, terlihat pengertian pendidikan yang dimaksudkan mengandung makna

yang terlalu sempit. Pengertian ta‟lim hanya sebatas proses pentransferan

seperangkat nilai antar manusia. Ia hanya dituntut untuk menguasai nilai yang

ditransfer secara “kognitif” dan psikomotorik, akan tetapi tidak dituntut pada

domain afektif. Namun Abdul Fattah Jalal mengatakan; kata ta‟lim secara implisit

juga menanamkan aspek afektif, karena pengertian ta‟lim juga ditekankan pada

perilaku yang baik sesuai Firman Allah dalam QS.Yunus (10): 5, yaitu;

َ‫نِيْن‬8‫الس‬ ْ ‫ا ِز َل لِتَ ْعلَ ُم‬8َ‫د ََّر ٗه َمن‬8َ‫و ًرا َّوق‬8


ِّ ‫ َد َد‬8َ‫وا ع‬8 ْ ُ‫ر ن‬8َ ‫يَ ۤا ًء َّوا ْلقَ َم‬8‫ض‬
ِ ‫س‬ َ ‫ش ْم‬ َّ ‫ي َج َع َل ال‬ ْ ‫ُه َو الَّ ِذ‬
ۗ ‫هّٰللا‬
ِّ ‫ق ُ ٰذلِ َك اِاَّل بِا ْل َح‬
ِ ‫ص ُل ااْل ٰ ٰي‬
َ‫ت لِقَ ْو ٍم يَّ ْعلَ ُم ْون‬ ِّ َ‫ق يُف‬ َ َ‫اب َما َخل‬َۗ ‫س‬َ ‫َوا ْل ِح‬
Terjemahnya:
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,
supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-
tanda (kebesaran-Nya) kepada orangorang yang mengetahui ( QS.Yunus (10):
5)21

20
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV. Penerbit Jumanatul Ali,
2015, hlm 2
21
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hlm 10
13

Dari ayat di atas menurut Abduh Fatah Jalal bermakna akan berpencaran

ilmu-ilmu lain bagi kemaslahatan manusia sendiri, tanpa terlepas pada nilai

Ilahiah. Kesemuanya itu dalam rangka beribadah kepada Allah swt. Untuk sampai

pada tujuan ini, ta‟lim merupakan suatu proses yang terus menerus, yang

diusahakannya semenjak manusia lahir sampai manusia tua renta atau bahkan

meninggal dunia. Dari argumenya tersebut maka Abu Fatah Jalal menempatkan

Istilah ta‟lim kepada penunjukan pengertian pendidikan karena cakupannya yang

luas, dibanding dengan istilah lain yang sering dipergunakan.22

2) Tarbiyah

Kata tarbiyah merupakan masdar dari kata rabba yang berarti mengasuh,

mendidik dan memelihara. Dalam Leksikologi Qur’an, penunjukan kata tarbiyah

yang merujuk pada pengertian pendidikan secara Inplisif tidak ditemukan.

Penunjukan pada pengertian pendidikan hanya di lihat dari istilah lain yang seakar

dengan kata tarbiyah. Antara lain adalah kata Rab, Rabbayani, Murabbiy dan

rabbaniy. Adapun dalam hadis Nabi penunjukan kata yang bermakna pada

tarbiyah hanya ditemukan lewat term rabbaniy Sebenarnya ke semua kata tersebut

di atas memiliki kesamaan makna, walaupun dalam konteks tertentu memiliki

perbedaan

3) Ta’dib

Kata ta‟dib merupakan masdar dari addaba yang dapat diartikan kepada

proses pendidikan yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak

atau budi pekerti peserta didik. Menurut Muhammad al-Naquib penggunaan ta’dib

22
Halid Hanafi,. Ilmu Pendidikan Islam, hal 25
14

lebih cocok digunakan dalam diskursus pendidikan Islam, dibanding penggunaan

terma ta‟lim maupun tarbiyah. Hal ini disebabkan karena pengertian ta‟lim hanya

ditujukan pada proses pentransferan ilmu (proses pengajaran) tanpa adanya

pengenalan yang lebih mendasar pada perubahan tingkah laku sedangkan terma

tarbiyah penunjukan makna pendidikan masih bersifat umum. Bukan hanya

ditujukan kepada manusia tetapi juga kepada makhluk Allah yang lain.23

Untuk itu jelas bahwa memang terjadinya perbedaan pandangan para ahli

dalam Islam untuk menggunakan istilah yang tepat untuk pendidikan Islam bisa

timbul karena memang di dalam Qur’an maupun hadis Nabi tidak ada kata yang

baku yang langsung menunjukkan pada makna pendidikan Islam, yang ada hanya

term-term yang semakna dengan nilai-nilai kandungan dalam pendidikan Islam.

c. Sumber-Sumber Pendidikan Islam

Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar adalah

memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai sekaligus sebagai landasan

untuk berdirinya sesuatu. Adapun dasar pendidikan Islam adalah identik dengan

ajaran Islam, dimana ia bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan sunnah.

Kemudian dasar tadi dikembangkan dalam pemahaman para ulama.

Dimana secara lengkapnya tentang dasar hukum pelaksanaan pendidikan

Islam meliputi;

1. Al-Qur’an

Islam memberikan perhatian yang sangat signifikan terhadap pendidikan

secara normative perhatian itu bias dilihat dari kandungan al-quran dan al hadist

tentang pendidikan sebagai contoh dalam al quran terdapat sekitar 1500 ayat yang
23
Halid Hanafi,. Ilmu Pendidikan Islam, hal 26
15

secara langsung maupun tidak langsung menyinggung pendidikan bahwa tidak di

ragukan lagi bahwa ajaran islam sarat denga konsep –konsep pendidikan

sehingga bukan pekerjaan yang mengada-ngada bila islam di angkat sebagai

alternative paradigm ilmu pendidiakn 24

Al-Qur’anadalah firman Allah berupaya wahyu yang disampaikan oleh Jibril

kepada Nabi Muhammad saw. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat

dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran

yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu

berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut dengan akidah, dan yang

berhubungan dengan amal yang disebut syari‟ah. Di dalam ajaran-ajaran yang

berkenaan dengan iman tidak banyak dibicarakan dalam al-Qur‟an, tidak

sebanyak ajaran yang berkenaan dengan amal perbuatan. Ini menunjukan bahwa

amal itulah yang paling banyak dilaksanakan, sebab semua amal perbuatan

manusia dalam hubunganya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama

manusia (masyarakat), dengan alam dan lingkungannya, dengan makhluk lainnya,

termasuk dalam ruang lingkup amal shaleh (syari’ah). Istilah-istilah yang banyak

digunakan dalam membicarakan ilmu tentang syari’ah ini adalah; 25

a. Ibadah untuk perbuatan yang langsung berhubungan dengan Allah

b. Muamalah untuk perbuatan yang berhubungan selain dengan Allah

c. Akhlak untuk tindakan yang menyangkut etika dan budi pekerti dalam

pergaulan.

2. Sunnah

24
Muhaimin, Ilmu Pendidikan Islam Institu Press Sulawesi Selatan 2014 hal 17
25
Halid Hanafi,. Ilmu Pendidikan Islam, hal 27
16

Al-Qur’an disampaikan oleh Rasullulah saw, kepada umat manusia

dengan penuh amanat, tidak sedikit pun ditambah atau dikurangi. Selanjutnya

manusia yang hendaklah berusaha memahaminya, menerimanya, kemudian

mengamalkannya. Seringkali manusia menemui kesulitan dalam memahaminya,

dan ini dalami oleh para sahabat sebagai generasi pertama penerima al-Qur’an.

Karenanya, mereka meminta penjelasan kepada Rasulullah saw yang memang

diberi otoritas Allah swt menyatakan otoritas dimaksud dalam firmanya dalam

QS. An-Nahl ( 16 ): 44, yaitu

َ‫اس َما نُ ِّز َل اِلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكرُوْ ن‬ ْ ‫الزب ۗ ُِر َواَ ْن‬
ِ َّ‫زَلنَٓا اِلَ ْيكَ ال ِّذ ْك َر لِتُبَيِّنَ لِلن‬ ِ ‫بِ ْالبَي ِّٰن‬
ُّ ‫ت َو‬
Keterangan-keterangan (mu`jizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al
Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. (QS. An-Nahl ( 16 ): 44,)26

Berdasarkan firman Allah tersebut dapatlah dipahami bahwa kedudukan

Rasullulah adalah menjelaskan kepada umat manusia tentang isi ajaran-ajaran Islam yang

terdapat dalam kitab suci al-Qur‟an.

Penjelasan-penjelasan Rasulullah terhadap materi ajaran Islam yang terdapat

dalam Al-Qur’an disebut al-Sunnah. Para ulama menyatakan bahwa kedudukan sunnah

terhadap Al-Qur’an adalah sebagai penjelas. Sunnah memang berkedudukan

sebagai penjelas bagi al-Qur’an. Namun, pengamalan ketaatan kepada Allah

sesuai dengan ajaran Al-Qur’an seringkali sulit terlaksana tanpa penjelasan dari

sunnah Rasulullah. Karenanya, Allah memerintahkan kepada manusia untuk

menaati Rasul dalam rangka ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya para ulama

memandang sunnah Rasulullah sebagai sumber kedua ajaran Islam setelah al-

Qu’an.

26
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,hlm 16
17

Seperti al-Qur’an, sunnah juga berisi akidah, dan syari’ah. Sunnah berisi

petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya,

untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa.

Untuk itu Rasulullah menjadi guru dan pendidik utama. Beliau sendiri mendidik,

pertama dengan menggunakan rumah al-Arqam Ibn Abi alArqam, kedua dengan

memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis, ketiga dengan

mengirim para sahabat ke daerah-daerah yang baru masuk Islam. Semuanya itu

adalah pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat

Islam 27

Berdasarkan penjelasan tersebut dapatlah dipahami bahwa sebagai sumber

hukum pelaksanaan pendidikan Islam yang ke dua adalah sunnah Rasullah saw

dimana fungsinya sebagai penjelasan terhadap ajaran-ajaran Islam yang tidak

dapat dipahami dalam kitab suci al-Qur’an28

3. Ijtihad.

Ijtihad adalah berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki

oleh ilmuwan syari’at Islam untuk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum

syari’at Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-

Qur’andan sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek

kehidupan, termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-

Qur’andan sunnah. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang

diatur oleh para mujtahid, tidak boleh bertentangan dengan isi Al-Qur’andan

sunnah Rasullah saw.

27
Halid Hanafi,. Ilmu Pendidikan Islam, hal 28
28
Halid Hanafi,. Ilmu Pendidikan Islam, hal 29
18

Karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam yang

sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah rasul Allah wafat. Sasaran Ijtihad

adalah segala sesutu yang diperlukan dalam kehidupan yang senantiasa

berkembang Ijtihad bidang pendidikan sejalan dengan perkembangan zaman yang

semakin maju, terasa semakin urgen dan mendesak, tidak saja di bidang materi

atau isi, melainkan juga di bidang sistem dalam artinya yang luas. Ijtihad dalam

pendidikan harus tetap bersumber pada Al-Qur’an dan sunnah yang diolah oleh

akal yang sehat dari pada para ahli pendidikan Islam

d. Tujuan pendidikan Islam

Segala sesuatu pasti memiliki tujuan, tak terkecuali dengan adanya ilmu

pendidikan Islam. Ilmu Pendidikan Islam merupakan suatu pondasi bagi

terbentuknya pribadi yang terdidik baik secara akademik maupun rohani

(pendidikan agama). Selain itu, ilmu pendidikan Islam merupakan suatu wadah

untuk merealisasikan misi yang sudah tertanam sejak zaman awal munculnya

agama Islam, yakni menyebarkan ajaran agama Islam kepada seluruh umat

manusia dan mendorong pengikutnya untuk memajuakan pola kehidupan yang

terus berkembang dan masih sejalan atau tidak bertentangan dengan norma-norma

serta nilai-nilai ajaran agama Islam yang telah ditetapkan didalam Al-Qur'an dan

Hadis29

29
Cosma (Ilmu Pendidikan Islam), FTK UINSA , Surabaya: 2020 hal 32
19

Selama ini Tujuan pendidikan hanya terpacu pada keinginan guru,

lembaga, kurikulum, amanat pemerintah, dan lain-lain. Padahal, fakta di lapangan

banyak menunjukkan bahwa dalam proses pencapaian tujuan pendidikan tidak

bisa diketahui dengan jelas. Agar tercapai tujuan pendidikan yang jelas, maka

tujuan pendidikan harus dicapai dengan cara yang baik, sistematis. Hirakis, dan

terstruktur. Tak hanya itu, ilmu pendidikan Islam juga membahas segala aspek

yang berhubungan dengan kebiasaan yang masih lumrah dilakukan oleh manusia

normal. Seperti beragam kegiatan di rumah tangga, kegiatan di sekolah, kegiatan

di tempat kerja, dan lainlain.ilmu pendidikan Islam mengajarkan segala teori yang

dibutuhkan oleh masyarakat hingga saat ini. Kebutuhan masyarakat atas teori-

teori tersebut dirasakan amat mendesak, sehingga jika ditiadakan maka tidak

mungkin disediakan model-model pendidikan yang diperlukan.

Dapat disimpulkan bahwa ilmu pendidikan Islam memiliki beberapa tujuan

sebagai berikut:

1. Ajang pembuktian terhadap teori-teori Pendidikan Islam yang merangkum

cita-cita Islam agar menjadi kenyataan melalui langkah ikhtiar.

2. Mengoreksi terhadap kekurangan teori dalam Ilmu Pendidikan Islam

sehingga pertemuan antara teori dan pratik memiliki hubungan interaktif

diantara keduanya.

3. Sebagai lahan informasi tentang pelaksanaan pendidikan dalam berbagai

aspek kehidupan dan perkembangan Ilmu Pendidikan Islam sendiri.

4. Menciptakan pribadi yang memiliki kecerdasan akademik serta memiliki

norma-norma yang selaras dengan aturan ruhaniyah (agama).


20

5. Bentuk pengamalan terhadap perintah Nabi Muhammad SAW. agar kita

senantiasa mencari ilmu dan mengajarkannya.

e. Kurikulum Pendidikan Islam

Kurikulum merupakan rencana pendidikan yang memberi pedoman

tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Kurikulum berasal

dari bahasa latin “curriculum” yang berarti bahan pengajaran dan terdapat pula

dalam bahasa Prancis “Corier” yang berarti berlari. Istilah ini digunakan untuk

sejumlah “Courses” atau mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai

gelar atau ijazah. Secara tradisonal kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran

yang diajarkan di sekolah.30

Kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan kata manhaj yang

berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk

mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka baik yang berada

di lingkungan lembaga pendidikan maupun yang berada di luar lingkungan

pendidikan sehingga terjadi perubahan pada diri peserta didik sesuai dengan

tujuan-tujuan dari kegiatan pendidikan Islam.Selain itu kurikulum juga di pandang

sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk

mencapai tujuan pendidikan.

f. Macam-Macam kurikulum pendidikan Islam.

Secara umum macam-macam kurikulum dalam pendidikan Islam terbagi

kepada tiga sesuai dengan perkembangan kegiatan pendidikan Islam yang

30
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam Media Perintis, Bandung 2011 hal 32
21

meliputi; kurikulum pada masa klasik, kurikulum pada masa pertengahan dan

kurikulum pada masa moderen.31

a) Kurikulum Pada Masa Klasik

Kurikulum pada masa klasik berlangsung pada masa Nabi saw dan masa-

masa para sahabat. Materi pendidikannya pada saat itu tidak terlepas dari masalah

pembinaan dan pemantapan umat serta pembinaan kerukunan antar umat

beragama. Lembaga pendidikan berupa majelis-majelis pengajaran dan masjid

masjid tempat Nabi saw dan para sahabat menyampaikan dakwanya. Pada masa

ini lembaga pendidikan belum didirikan secara formal. Hal ini disebabkan belum

tersebarnya Islam secara luas32

b) Kurikulum pada masa pertengahan.

Kurikulum pada masa pertengahan dapat dikatakan sebagai masa

kemajuan dan masa kemunduran. Masa keemasan dapat di lihat pada masa

pemerintahan Daulat Abasiyah, khususnya pada masa pemerintahan Khalifah al-

Rasyid. Pada masa ini banyak didirikan lembaga-lembaga pendidikan baik untuk

anak-anak maupun orang dewasa. Ilmu-ilmu yang diajarkan disesuaikan dengan

jenjang pendidikan anak dari pemberian mata pelajaran dan pengaturan waktu

untuk belajar. Pada masa ini jenjang pendidikan di mulai dari al-Khuttab (sekolah

tingkat rendah) untuk anak-anak, lama pendidikan selama 5 tahun, lalu kemudian

di lanjutkan ke jenjang pendidikan menengah dan jenjang perguruan tinggi. Pada

jenjang perguruan tinggi ada beberapa jurusan antara lain ilmu agama dan

kesusasteraan serta jurusan ilmu hikmah. Masa kemunduran dalam pendidikan

31
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam Media Perintis, Bandung 2011 hal 32
32
Rahmat Hidayat,Ilmu Pendidikan “Konsep, Teori dan Aplikasinya” hal 46
22

Islam dipengaruhi oleh meletusnya perang salib yang menyebabkan banyak ulama

meninggal dunia dan musnahnya ribuan, bahkan jutaan kitab seiring dengan

musnahnya beberapa perpustakaan Islam saat itu.33

Jadi kurikulum pada masa pertengahan mulai dilaksanakan pada lembaga-

lembaga sekolah atau dikenal dengan madrasah mulai dari tingkat dasar hingga

tingkat pendidikan tinggi. Dengan berdirinya madrasah lengkaplah pendidikan

Islam secara formal. Hanya saja perlu diketahui kondisi lembaga pendidikan pada

saat itu belum mempunyai kurikulum yang seragam tetap bervariasi antara

madrasah satu dengan yang lainnya dimana hal itu tergantung pada keahlian guru-

gurunya, pandangan tentang kepentingan suatu ilmu pengetahuan, dan

berhubungan pula dengan perhatian para pembesar pendiri sekolah-sekolah atau

madrasah yang didirikan.

c) Kurikulum pada masa moderen

Kurikulum pendidikan Islam pada masa moderen adalah sistem kurikulum

yang telah dikembangkan sesuai dengan perkembangan dunia moderen tetapi

tidak terlepas dari esensi dasar ajaran Islam. Prinsip yang dianut kurikulum pada

masa moderen meliputi; berisikan nilai keilmuan murni dan juga memberikan

tuntunan kepada anak didik agar mampu memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan

sesuai dengan bakat dan keahliannya dan kurikulum pendidikan Islam berupaya

mengintegrasikan ilmu yang berkaitan dengan ke dunia dan ajaran Islam.

Mengenai lembaga pendidikannya tetap dibagi pada tiga tingkatan sama dengan

33
Halid Hanafi, Ilmu Pendidikan Islam, Budi Utama Sleman 2018 hal 30
23

masa pertengahan hanya sistemnya sudah lebih dimoderenkan lagi sesuai dengan

tuntutan perkembangan zaman.34

g. Jenis-jenis kurikulum pendidikan Islam

Syamsul Ma’arif mengemukakan bahwa terkait dengan implementasi

kurikulum pendidikan Islam maka ada empat jenis kurikulum dalam kegiatan

pendidikan Islam, meliputi; 35

1. Kurikulum yang berorientasi pada humanistik dalam artian kurikulum ini

harus berorientasi pada pertumbuhan dan integritas pribadi seseorang

secara bebas dan bertanggung jawab

2. Kurikulum bercorak rekonstruksi sosial, maksudnya kurikulum sebagai

alat untuk mempengaruhi perubahan sosial dalam mencipta masa depan

yang lebih baik bagi masyarakat

3. Kurikulum yang bercorak teknologi, dimana melihat kurikulum sebagai

proses teknologi untuk mewujudkan tujuan yang dikehendaki oleh

pembuat kebijakan

4. Kurikulm berorientasi akademik dimana kurikulum ini berorientasi pada

upaya peningkatan intelektual dengan cara memperkenalkan peserta didik

terhadap berbagai macam pelajaran yang terorganisir dengan baik.58

Berdasarkan penjelasan Syamsul Ma‟arif tersebut maka dalam

pelaksanaan pendidikan Islam ada empat jenis kurikulum yang diterapkan

yaitu kurikulum yang berorientasi pada pertumbuhan dan integritas pribadi

manusia, kurikulum yang berorientasi pada upaya perubahan sosial,

34
Halid Hanafi, Ilmu Pendidikan Islam, Budi Utama Sleman 2018 hal 30
35
Halid Hanafi, Ilmu Pendidikan Islam, Budi Utama Sleman 2018 hal 31
24

kurikulum yang berorientasi pada iptek dan kurikulum yang berorientasi

pada kegiatan peningkatan intelektual secara akademik.36

h. Fungsi kurikulum dalam pendidikan Islam

Adapun fungsi kurikulum dalam pendidikan Islam menurut Bukhari Umar

meliputi;

1) Alat untuk mencapai tujuan dan menempatkan harapan manusia sesuai

dengan tujuan yang dicita-citakan

2) Pedoman dan program yang harus dilakukan oleh subyek dan objek

pendidikan

3) Fungsi kesinambungan untuk persiapan pada jenjang sekolah berikutnya

dan penyiapan tenaga kerja bagi yang tidak melanjutkan

4) Standarisasi dalam penilaian kriteria keberhasilan suatu proses

pendidikan, atau sebagai batasan dari program kegiatan yang akan

dijalankan pada caturwulan, semesteran maupun pada tingkat tertentu.

2. Kajian Tentang Pemikiran

a. Pengertian pemikiran

Pemikiran Berasal Dari Kata Dasar pikir yang berarti proses, cara atau

perbuatan memikir, yaitu menggunakan akal budi untuk memutuskan suatu

persoalan dengan mempertimbangkan segala sesuatu secara bijaksana.Dalam

Kamus Filsafat, istilah pemikiran (thought) menunjuk pengertian baik pada proses

kegiatan mental maupun hasilnya. Interpretasinya tergantung pada pandangan

seseorang berkenaan dengan metafisika, universalia, epistemologi. Umumnya,

36
Halid Hanafi, Ilmu Pendidikan Islam, Budi Utama Sleman 2018 hal 32
25

daftar interpretasi macam ini membawa kita kepada pembeberan sejarah filsafat

pemikiran.

Pengertian tersebut menggambarkan bahwa pemikiran dapat diartikan dari

dua aspek, yaitu sebagai proses dan sebagai hasil. Dari aspek pertama, maka

pemikiran dapat diartikan sebagai proses kerja akal untuk melihat fenomena dan

berusaha mencari penyelesaiannya secara bijaksana. Sedangkan dari aspek kedua,

maka pemikiran merupakan hasil dari proses ijtihadi upaya manusia

menyelesaikan segenap persoalan kehidupannya. Dua cara mendefinisikan

pemikiran tersebut sebenarnya tidaklah berbeda, paling tidak keduanya dapat

diartikan dalam satu pengertian, yakni pemikiran adalah hasil upaya cerdas

(ijtihadi) dari proses kerja akal dan kalbu untuk melihat fenomena dan berusaha

mencari penyelesaiannya secara bijaksana.37

Secara khusus pemikiran pendidikan islam memiliki tujuan sangat komplek

di antaranya adalah:

1) Untuk membangun kebiasaan berpikir ilmiah, dinamis dan kritis

terhadap persoalan persoalan di seputar pendidik islam.

2) Untuk memberikan dasar berfikir insklusif terhadap ajaran islam dan

akomodatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang di

kembangkan oleh intelektual diluar islam.

3) Untuk menumbuhkan semangat berijtihad, sebagaimana yang di

tujukan oleh rasulullah dan para kaum intelektual muslim pada abad

pertama sampai abad pertengahan terutama dalam merekonstruksi

sistem pendidikan islam yang lebih baik


37
Mahmud,Tedi Priatna,Pemikiran pendidikan islam ,Sahifa Bandung 2005
26

4) Untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan sistem

pendidikan nasional38

Namun demikian, dua cara mendefinisikan tersebut tentu saja akan

mengakibatkan perbedaan arah, fokus dan orientasi bahasan pemikiran pendidikan

Islam. Apabila pemikiran diartikan sebagai proses, maka arah, fokus dan orientasi

bahasan pemikiran bertumpu pada eksplorasi epistemologis dari pemikiran

tersebut. Artinya pembicaraan tentang pemikiran pendidikan Islam misalkan di

dalamnya akan dibicarakan tentang posisi pemikiran pendidikan Islam dibanding

dengan filsafat dan ilmu pendidikan Islam.39

b. Pemikiran Pendidikan Islam Berparadigma Al-Qur’an Hadits

Dalam Studi Islam, secara epistemologik dikenal tiga macam bentuk dan

sumber penelaahan. Pertama, telaah atas sumber pokok ajaran Islam yaitu al-

Qur’an dan hadits; Kedua, telaah atas hasil pemikiran dan penelitian para ulama

dan pakar; dan Ketiga, telaah atas bentuk perilaku umat Islam yang merupakan

refleksi dari keyakinan terhadap ajaran yang disesuaikan dengan ruang dan waktu.

Jika ditarik relevansinya pada masalah pendidikan, model telaah pertama dan

kedua mengimplementasikan konsep paedagogiek, sedangkan model telaah ketiga

mengimplementasikan konsep paedagogie. 40

Model pertama yaitu telaah terhadap teks-teks kitab suci dan hadits Nabi

digunakan sebagai konsekuensi logis dijadikannya alQur’an dan hadits Nabi

sebagai pondasi atau dasar pendidikan Islam.Tentu saja konteks ini tidak hanya

38
Rusli Malli ,Pemikiran Pendidikan Islam , Jurnal Pilar: Jurnal Kajian Islam Kontemporer
Volume 05 , No. 2, Desember 2014 ISSN: 1978-5119
39
Rusli Malli ,Pemikiran Pendidikan Islam , Jurnal Pilar:2019 hal 4
40
Rusli Malli ,Pemikiran Pendidikan Islam , Jurnal Pilar:2019 hal 5
27

didasarkan atas justifikasi psikologis dan/atau keyakinan semata, tapi lebih dalam

karena al-Qur’an dan hadits Nabi memiliki referensi yang sangat memadai untuk

dijadikan sebagai rujukan pokok dari segala persoalan pendidikan. 41

Al-Qur’an dan hadits meletakkan dasar dan asas teori-teori pendidikan Islam

(pen. hal ini akan dijelaskan kemudian). Sementara itu, model telaah kedua dan

ketiga menjadi semacam creative translator dalam mengembangkan pendidikan

Islam. Potret pendidikan Islam seyogyanya menggambarkan apa yang dihasilkan

ketiga model telaah itu sebagai basis epistemologinya. Bagian tulisan ini akan

mencoba mengungkap bagaimana orientasi pemikiran pendidikan Islam yang

berparadigma AlQur’an Hadits. Secara sistematik (mudah-mudahan), bagian ini

akan mencoba mengungkap konsep paradigma pendidikan secara umum, dan di

bagian akhir akan diungkap pondasi dan sumber penelaahan dalam merumuskan

paradigma pendidikan Islam

3. Kajian Tokok Mohammat Natsir

a. Biografi singkat Mohammat natsir

Dalam suasana kenyamanan daerah Alahan Panjang, tepatnya di kampung

Jembatan Berukir (Jambatan Baukie) Sumatera Barat Indonesia. Muhammad

Natsir yang digelar Datuk Sinaro Panjang, dilahirkan pada hari Jumat 17 Juli

1908. Beliau dibesarkan oleh seorang ibu yang bernama Khadijah dan ayahnya

bernama Idris Sutan Saripado. Muhammad Natsir mempunyai tiga orang saudara,

yaitu Yukinan, Rabi’ah, dan Yohanusun 42

41
Rusli Malli ,Pemikiran Pendidikan Islam , Jurnal Pilar:2019 hal 6
42
Yendra, Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir, Budi Utama, Yogyakarta 2020
28

Muhammad Natsir dibesarkan dalam lingkungan keluarga sederhana yang

taat beribadah. Ayahnya Idris Sutan Saripado adalah seorang juru tulis pada

sebuah pejabat kerajaan Belanda di daerah Maninjau. Keluarganya adalah

keluarga yang mementingkan pendidikan dan pelajaran agama. Ibu-bapaknya

juga telah memberikan contoh yang baik semenjak ia kecil, supaya Muhammad

Natsir bijak menghargai waktu dan mendisiplinkan diri

Pada tahun 1912 pemerintah Belanda mendirikan Sekolah Kelas I berbahasa

Belanda yang kemudian pada tahun 1915 sekolah itu dinamakan Hollandse

Inlandse School (HIS). Sejak berumur delapan tahun, sekitar tahun 1916, Natsir

kecil bercita-cita untuk masuk HIS, Namun ia tidak termasuk antara anak yang

dapat bersekolah di HIS tersebut, karena saat itu murid-murid yang dapat

diterima di sekolah itu dipilih dari anak-anak demang, bangsawan dan pegawai-

pegawai tinggi pemerintahan. Anak- anak dari golongan kaum tani atau buruh dan

pegawai kecil tidak diterima sekolah itu.

Pendidikan formal Muhammad Natsir bermula di sekolah Gubermen Kelas

II yang terletak di Maninjau, Kabupaten Agam. Sekolah ini menggunakan

bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Setelah menyelesaikan pendidikan di

sekolah itu, beliau kemudian melanjutkan sekolah ke Hollandse Inlandse

School (HIS) Adabiyah Partikiler yang didirikan oleh Syarikat Usaha yang

dipimpin oleh salah seorang tokoh pembaharu di kota Padang yaitu Haji

Abdullah Ahmad. Tempo pembelajaran Muhammad Natsir di sini tidak

berlangsung lama, hanya menghabiskan waktu beberapa bulan saja, karena

beliau dipindahkan oleh ayahnya ke HIS pemerintah yang sepenuhnya mengikuti


29

sistem pendidikan Barat (Belanda) di kota Solok. Sekolah ini merupakan sekolah

rendah yang menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.43

Untuk mendapatkan pendidikan agama, Muhammad Natsir mengaji Al-

Qur’an pada malam hari di langgar sebagai kewajiban yang mesti dilakukan oleh

setiap anak Minangkabau. Pagi hari belajar di HIS. Tengah hari sampai petang

beliau belajar agama di Madrasah Diniyah. Di sinilah Muhammad Natsir

memperoleh asas-asas pendidikan agama, mengaji Al- Qur’an dan Bahasa Arab

serta ilmu-keagamaan lainnya.

Selama masa sekolah di HIS Solok, Muhammad Natsir tinggal di rumah

saudagar yang bernama Haji Musa teman ayahnya. Pada tahun ketiga masa

sekolahnya, beliau diminta oleh kakaknya Rabi’ah untuk tinggal bersama-sama

kembali di Padang. Akhirnya beliau pindah ke kota Padang dan duduk di kelas

lima sekolah HIS yang dulu pernah menolaknya dengan alasan anak seorang

pegawai kecil

Pada tahun 1923 Muhammad Natsir berhasil menamatkan belajar di HIS

dengan predikat kelulusan sangat baik, predikat itu telah memberinya peluang

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu di Meer

Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Padang selama empat tahun hingga tahun

1927. Sekolah ini juga menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.

Tidaklah mengherankan jika beliau mampu menguasai bahasa Belanda dengan

baik secara lisan maupun tulisan dalam usia yang masih muda.44

43
Yendra, Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir, Budi Utama, Yogyakarta 2020
hal 5
44
Yendra, Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir, Budi Utama, Yogyakarta 2020
hal 6
30

Semasa bersekolah di MULO Muhammad Natsir menjadi anggota pandu

Natipij yaitu perkumpulan Jong Islamieten Bond (JIB) Padang yang dipimpin oleh

Sanusi Pane. Menurut Muhammad Natsir, persatuan pelajar ini merupakan

pendidikan penunjang selain pendidikan formal yang didapatkan di sekolah.

Kegiatan organisasi ini sangat berarti sekali bagi beliau untuk persiapan hidup di

tengah masyarakat. Pembelajaran seperti ini telah menumbuhkan generasi-

generasi yang akan tampil di masa hadapan sebagai pemimpin bangsa menurutnya

Setelah menamatkan pendidikan di MULO, dengan semangat yang haus

akan ilmu pengetahuan dan sokongan penuh dari kedua orang tuanya, Muhammad

Natsir berpisah dengan ibu bapanya dan meninggalkan kampung halaman.

Muhammad Natsir berangkat ke Bandung, Jawa Barat untuk meneruskan

pendidikan di Algemene Middelbare School (AMS) dalam bidang kesusasteraan

Klasik Barat selama tiga tahun yaitu dari tahun 1927 sampai dengan tahun 1930.

Di sekolah inilah Muhammad Natsir mulai mempelajari ilmu pengetahuan Barat

lebih mendalam dari masa-masa sebelumnya. Beliau mempelajari pelbagai aspek

sejarah peradaban Islam, Romawi, Yunani, dan Eropa, melalui buku-buku

berbahasa Arab, Perancis, dan Latin.45

Pada umur 21 tahun, usia yang masih sangat muda Muhammad Natsir telah

menguasai lima bahasa asing yaitu bahasa Belanda, Arab, Inggris, Perancis, dan

Latin. Selain itu beliau sangat mengerti dengan bahasa Indonesia, Bahasa Minang

dan Sunda. Penguasaan pelbagai bahasa ini membuat Muhammad Natsir dapat

menguasai pelbagai disiplin ilmu di samping beliau belajar agama Islam secara

45
Yendra, Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir, Budi Utama, Yogyakarta 2020
hal 7
31

mendalam dan ikut melibatkan diri dalam pergerakan politik, dakwah dan

pendidikan.

Dalam perjuangannya mencari ilmu di kota Bandung, Muhammad Natsir

mulai tertarik pada pergerakan Islam dan belajar politik di perkumpulan JIB

Bandung. JIB adalah sebuah organisasi pemuda Islam yang beranggotakan

pelajar-pelajar bumi putra yang belajar di sekolah Belanda. Pada saat itulah beliau

bertemu dengan tokoh radikal Ahmad Hassan pendiri Persatuan Islam (Persis),

yang sangat mempengaruhi corak pemikirannya Selain itu, suatu keuntungan pula

bagi Muhammad Natsir, pada usianya yang tergolong muda beliau sempat bergaul

dengan tokoh-tokoh nasional seperti Muhammad Hatta, Prawoto Mangunsasmito,

Yusus Wibisono, Tjokrominoto, dan Muhammad Roem pada saat di JIB

Kemudian, karena kepandaian dan kearifan yang dimiliki Muhammad

Natsir dalam berorganisasi akhirnya beliau dipilih sebagai ketua JIB Bandung

pada tahun 1928 sampai dengan tahun 1932. Jabatan ini turut memberi pengaruh

dalam membina kemampuan politiknya.

Berbagai peristiwa pada masa persekolahannya itu telah menumbuhkan

aspek positif dalam sanubarinya. Beliau yakin bahwa tekad yang kuat dan usaha

yang sungguh-sungguh dan melakukan apa yang sanggup dilakukan, maka Allah

Yang Maha Rahman dan Rahim akan membukakan jalan untuk meraih semua

yang dicita-citakan. Hal ini adalah akibat dari hatinya selalu pilu melihat ketidak

adilan yang berlaku dalam dunia pendidikan karena wujud jurang pemisah antara

orang kaya dangan orang miskin.46

46
Yendra, Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir, Budi Utama, Yogyakarta 2020
hal 8
32

Setelah menyelesaikan pendidikan di AMS, Muhammad Natsir tidak

melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Beliau memilih untuk

mengajar di salah satu Cawangan sekolah MULO di Bandung dan sekolah guru

Gunung Sahari di Lembang. Keputusan ini adalah bentuk kesadarannya untuk

mengajar agama. Pada masa itu jarang dijumpai orang yang ingin untuk menjadi

guru agama. Beliau menyadari sistem aliran sekolah kebangsaan tidak mempunyai

mata pelajaran agama. Semua subjek pelajaran bersifat duniawi lebih

menekankan penguasaan ilmu-ilmu akademik dan keduniaan. Namun kurang

menumpukan aspek kerohanian dan mental para pelajar. Keadaan ini akan

mewujudkan para pelajar yang tidak memahami ajaran agama yang berujung pada

kekosongan jiwa.

Muhammad Natsir senantiasa berusaha meningkatkan kemampuannya

sebagai seorang guru. Beliau tidak merasa puas dengan ilmu yang telah beliau

kuasai. Oleh sebab itu, beliau mengikuti kursus perguruan selama satu tahun.

Kursus ini diadakan oleh pihak kerajaan Belanda. Beliau mengambil kesempatan

baik ini untuk menjadikannya seorang guru yang lebih baik dan juga sebagai

pendukung dalam melaksanakan gagasan pendidikannya ke arah yang lebih

sempurna. Selaintu, beliau meneruskan penyelenggaraan penerbitan majalah

Pembala Islam terbit dua kali sebulan. Kegiatan beliau dalam JIB juga kian

meningkat. Muhammad Natsir adalah orang yang sangat sibuk dan senantiasa

menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Setelah kursus perguruan

berakhir, maka beliau memperoleh Lager Onderwijs (LO) yaitu ijazah yang

memberi izin kepada seseorang untuk menjadi guru profesional. Muhammad


33

Natsir menjadi lebih yakin untuk melanjutkan perjuangannya membina sistem

baru pendidikan Islam.47

Pada tanggal 20 Oktober 1934 beliau menikah dengan Nur Nahar di

Bandung. Dari pernikahannya itu, mereka memperoleh enam orang anak yaitu Siti

Muchlisah yang lahir pada 20 Maret 1936. Abu Hanifah lahir pada 29 April 1937.

Asma Farida lahir pada 17 Maret 1939. Hasna Faizah lahir pada 5 Mei 1941.

Hasyatul Asryah lahir pada 20 Mei 194. dan Ahmad Fauzi lahir pada 26 April

1944

Natsir wafat pada tanggal 6 Februari 1993, bertepatan dengan tanggal 14

Sya’ban 1413 H, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dalam usia 85

tahun. Berita wafatnya menjadi berita utama diberbagai media cetak dan

elektronik. Berbagai komentar muncul, baik dari kalangan kawan seperjuangan

maupun lawan politiknya. Ada yang bersifat pro terhadap kepemimpinannya dan

ada pula yang bersifat kontra. Mantan Perdana Menteri Jepang yang diwakili oleh

Nakadjima, menyampaikan bela sungkawa atas kepergian M. Natsir dengan

ungkapan, “Berita wafatnya M. Natsir terasa lebih dahsyat dari jatuhnya bom

atom di Hirosima48

b.Organisasi dan Karier Muhammad Natsir

Karier Muhammad Natsir semakin meningkat dalam pemerintahan.

Beliau terpilih menjadi Menteri Penerangan pada masa Kabinet Syahril II (12

Maret sampai dengan 2 Oktober 1946). Kemudian beliau kembali menjadi

47
Yendra, Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir, Budi Utama, Yogyakarta 2020
hal 7
48
Munawir Kamaluddin,Mohammad Natsir Rekontruksi terhadap pemikirannya tentang
pendidikan,Pustaka Almaida,Makasar 2019
34

Menteri Penerangan dalam Kabinet Syahril III (2 Oktober 1946 sampai dengan

27 Juli 1947). Selanjutnya beliau juga dipilih kembali sebagai Menteri

Penerangan pada Kabinet Hatta (29 Januari sampai dengan 4 Agustus 1949).

Karier tertinggi beliau dalam pemerintahan adalah menjadi Perdana Menteri

pada tahun 1950 sampai dengan 1951 setelah Negara Indonesia kembali menjadi

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebelumnya Negara Indonesia

berbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS), pelibatan Muhammad Natsir dalam

pelbagai perhimpunan dan organisasi, baik organisasi politik maupun organisasi

sosial dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Ketua Jong Islamiten Bonb (JIB) Bandung (1928-1932).

2. Pengarah Pendidikan Islam di Bandung (1932-1942).

3. Anggota Dewan Kabupaten Bandung (1940-1942).

4. Kepala Biro Pendidikan Kotamadya Bandung (1942-1945)

5. Sekretaris Sekolah Tinggi Islam (STI) (1945-).

6. Anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)

(1945-1946).

7. Menteri Penerangan Republik Indonesia (1946-1949).

8. Perdana Menteri Republik Indonesia (1950-1951).

9. Ketua Partai Islam terbesar Masyumi dari 1949 sehingga Masyumi

dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960.

10. Anggota Parlemen Republik Indonesia (1950-1958).

11. Anggota Konstituante Republik Indonesia (1956-1958).

12. Anggota PRRI (1958-1960).


35

13. Semenjak tahun 1967 sehingga akhir hayatnya tahun 1993, beliau

memimpin sebuah organisasi Islam yang bercorak dakwah, pendidikan

dan sosial yaitu Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).

Muhammad Natsir telah mendapatkan penghargaan dan tanggapan positif

yang begitu mendalam dari dunia antar bangsa khususnya dunia Islam atas

intelektualismenya yang tinggi, komitmen perjuangan dan kesetiaannya yang kuat

kepada Islam. Beliau menjadi salah seorang diantara tokoh muslim Indonesia

yang diberikan kepercayaan untuk menduduki pelbagai jabatan penting dalam

kepemimpinan perhimpunan- perhimpunan Islam antar bangsa. Diantara jabatan

yang dipercayakan kepada beliau adalah:

1. Wakil Presiden Muktamar Alam Islami yang berpusat di


Karachi, Pakistan (1967-1993).
2. Anggota Kehormat Majelis Ta‟sisi Rabithah Alam Islami
yang berpusat di Makkah al-Mukarramah, Arab Saudi
(1969-1993).
3. Anggota Kehormat Majelis A‟la Al alami li al-Masajid
yang berpusat di Makkah al-Mukarramah, Arab Saudi
(1972-1993).
4. Anggota penggagas The Internasional Islamic
Charitable Fondation, Kuwait (1985-1993).
5. Anggota pengasas The Oxford Center for Islamic
Studies, London (1986-1993).
6. Anggota Majelis Umana Internasional Islamic
University, Islamabad, Pakistan (1986-1993).
Berbagai jabatan yang pernah dipercayakan kepada Muhammad Natsir

telah membuktikan bahwa beliau adalah seorang tokoh yang berwibawa dan

disegani. Beliau memiliki kepribadian yang multidimensi, berwawasan luas,

istikamah, berpandangan jauh ke depan, dan bersikap terbuka dalam menerima

pandangan pembaharuan terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan ajaran


36

agama Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengabdian dan

pelibatannya telah meninggalkan lingkaran indah dan mendalam dalam sejarah

Indonesia. Sibghah atau celupan ajaran Ilahi yang melekat dalam kepribadian

beliau adalah senantiasa berbudi bahasa. Sikap terpuji ini dapat dikenang oleh

setiap orang. Sibghah keislaman49

d. Pemikiran Muhammad Natsir Tentang Pendidikan Islam Di Indonesia

Muhammad Natsir merupakan tokoh karismatik yang pandai membaca

situasi dan kondisi. Beliau mengetahui bahwa gaya hidup dan bahasa Belanda

mempunyai peranan besar dalam mengubah gaya hidup sebagian masyarakat

Indonesia. Muhammad Natsir berjuang untuk mengembalikan kepribadian

masyarakat Indonesia yang telah pudar dengan pendekatan bahasa Belanda.

Artinya beliau menyampaikan nilai- nilai dasar Islam dengan menggunakan

bahasa yang dipandang sebagai bahasa yang paling baik dan bergaya. Inilah

kaidah pendidikan yang sangat berpengaruh pada masa itu.50

Muhammad Natsir kemudian memulai gagasan pendidikan Islam beliau

dengan menulis buku-buku yang diterbitkan secara berkala (serial). Buku-buku ini

ditulis dalam bahasa Belanda. Karya-karya awal ini sangat popular terutama di

kalangan orang-orang yang belajar di sekolah Belanda. Diantara buku-buku itu

adalah Het Islamietische Geloof yang menjelaskan mengenai masalah Iman

kepada Allah. Buku Komt tot bet Gebed yang menjelaskan mengenai seruan

untuk melaksanakan shalat. Buku Gulden Regels in Quran mengenai kalimat-

49
Yendra, Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir, Budi Utama, Yogyakarta 2020
hal 10
50
Munawir Mohammad Natsir Rekontruksi terhadap pemikirannya tentang pendidikan,Pustaka
Almaida,Makasar 2019 hal 56
37

kalimat emas dalam Al-Qur’an. Dan selanjutnya, Buku De Ismietische Vrouw en

Haar Recht yang bercerita mengenai hak-hak seorang wanita Islam.51

Buku-buku Muhammad Natsir mengenai nilai-nilai dasar pendidikan Islam

ini memunculkan berbagai tanggapan dari tokoh-tokoh nasional lain. diantaranya

ialah Soekarno. Soekarno menulis sepucuk surat dari Ende kepada Ahmad Hassan

pada tahun 1935. Beliau memuji buku karangan Muhammad Natsir yang

mengandung seruan untuk melaksanakan salat. Pada kesempatan lain Presiden

Soekarno juga memuji Muhammad Natsir sebagai mubalig yang berkualitas dan

berkaliber tinggi

Muhammad Natsir semakin bergiat dalam perjuangannya. Beliau

berkeinginan untuk mengubah sistem pembelajaran ke sistem yang baru. Beliau

tidak mempedulikan masalah gaji yang diterima setiap bulannya. Beliau

merancang gagasan sistem pendidikan yang paling bersesuaian untuk putra dan

putri muslim Indonesia. Alasan utama beliau untuk mengemukakan gagasan ini

berdasarkan kepada realitas pendidikan Islam yang jauh terbelakang jika

dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum lain. Keinginan ini adalah

perjuangan untuk membela Islam dengan meningkatkan taraf pendidikan

masyarakat muslim

Beliau menyadari bahwa pendidikan tradisional Islam saat itu seperti di

pesantren dan madrasah hanya dapat menghasilkan orang-orang yang beriman

dan berakhlak baik tetapi kurang bahkan tidak mampu menguasai ilmu-ilmu lain

yang telah menyokong perkembangan dunia. Kekurangan ini menurut

51
Yendra, Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir, Budi Utama, Yogyakarta 2020
hal 11
38

Muhammad Natsir tidak menepati perintah Allah Swt. untuk membina

keseimbangan hidup di dunia dan di akhirat. Sebaliknya pendidikan pola Barat

yang dilaksanakan oleh penjajah Belanda hanya mengisi kemampuan otak saja.

Pendidikan agama sama sekali tidak diajarkan, bahkan dibatasi dan dilarang.52

Akhirnya Muhammad Natsir bersedia mendirikan satu sekolah dengan

sistem baru. Pembangunan sekolah ini dilakukan setelah beliau memperoleh

pertimbangan dari gurunya Ahmad Hassan dan bantuan daripada kawan-kawan

beliau yang lain. Sekolah baru yang akan didirikan ini mempunyai sistem

bersepadu yaitu satu sistem pendidikan yang harmoni dengan menggabungkan

materi pendidikan (kurikulum) seimbang antara ilmu-ilmu Islam dengan ilmu-

ilmu umum dengan tingkat mulai dari Taman Kanak-kanak (kindergarten) sampai

dengan Tingkat Menengah Yang sederajat dengan MULO

Muhammad Natsir mengharapkan bahwa kaidah ini akan membantu

pelajar-pelajar muslim untuk tidak saja memahami dan mahir menguruskan hal

keduniaan tetapi juga mampu menjadi para muslim yang beriman dan berpribadi

mulia. Dasar-dasar pendidikan yang berpadu ini disusun oleh Muhammad Natsir

dalam sebuah risalah yang bertajuk Cita- Cita Pendidikan Islam. Risalah ini

diterbitkan dalam Capita Selekta 53

Gagasan pembangunan sekolah dengan kaidah baru ini menimbulkan

pelbagai masalah. Mulai dari aspek-aspek penyokong (infrastruktur) sekolah,

guru yang akan mengajar, murid yang akan belajar sampai kepada aspek-aspek

52
Yendra, Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir, Budi Utama, Yogyakarta 2020
hal 15
53
Yendra, Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir, Budi Utama, Yogyakarta 2020
hal 16
39

penyokong lainnya. Setelah membincangkan perkara ini dengan kawan-

kawannya, akhirnya dibuat keputusan bersama mengenai pelaksanaan

pembelajaran di sekolah baru ini. diantaranya beliau sendiri yang akan menjadi

guru pertama. Kemudian sebuah rumah yang terletak di Jalan Sumedang disewa

secara bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan yang berbeda. Pagi

digunakan oleh Muhammad Natsir untuk dijadikan sekolah, dan sore harinya

digunakan oleh penyewa lain untuk belajar tambahan Bahasa Inggris.

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Sebelumnya Penelitian terdahulu adalah penelitian yang telah dilakukan oleh

orangorang sebelum penulis, hal tersebut bertujuan untuk mengetahui letak

perbedaan antara penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian orang-orang

sebelumnya. Penelitian terdahulu memiliki fungsi yang signifikan dalam rangka

tidak terjadinya pengulangan penelitian, plagiat hasil karya orang lain.

1. AULIA ANNISA ― Pemikiran Mohammad Natsir Tentang Pendidikan Islam

Dan Perannya Dalam Mendorong Pembaharuan Pendidikan Islam Di

Indonesia‖ Tahun 2019. Penelitian diatas memaparkan bahwa konsep

pendidikan Mohammad Natsir berbasis Al-Qur‘an dan As-Sunah, maka

pendidikan Islam harus bersifat integral, harmonis, dan universal

mengembangkan segenap potensi manusia agar menjadi manusia yang bebas,

mandiri sehingga mampu melaksanakan fungsinya sebagai khalifa di muka

bumi.

2. MAHFUR ― Konsep Pendidikan Islam Menurut Pemikiran Mohammad

Natsir‖. Tahun 2010. Penelitian ini memaparkan bahwa pendidikan harus


40

dapat membawa manusia mencapai tujuan hidupnya, yaitu menghambakan

diri kepada Allah , berakhlakul karimah dan mendapatkan kehidupan yang

layak didunia. Serta landasan pendidikan Islam adalah mengenal Tuhan,

mentauhidkan Tuhan dan tidak menyekutukan sedikitpun Allah kepada

siapapun. Selain itu ahklakul karimah juga dijadikan sebagai landasan

pendidikan Islam.

3. AHMAD DAN HAYATI NUFUS ―pendidikan dan politikus : analisis

pemikiran Mohammad Natsir tentang pendidikan Islam di Indonesia‖. Konsep

pendidikan Islam yang diterapkan Mohammad Natsir adalah pendidikan yang

harus membawa manusia mencapai tujuan hidupnya, yaitu menghambakan

diri kepada Allah, berakhlakul karimah.

Berdasarkan beberapa isi skripsi diatas, ada beberapa persamaan dan

perbedaan, yaitu: persamaannya, sama-sama meneliti tentang toko pendidikan yaitu

Mohammad Natsir, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kepustakaan (library research) dan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis

isi. Perbedaannya, yaitu: penulis mengkaji tentang ―Konsep Pendidikan Islam

Integral Meurut Mohammad Natsir‖


41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library research), yaitu

penelitian yang memfokuskan pembahasan pada literature-literatur baik berupa

buku,jurnal, maupun terbitan lainnya54

Hal tersebut dikarenakan penelitian dilakukan untuk mencari,

manganalisa, membuat interprestasi serta generalisasi dari fakta-fakta hasil

pemikiran dan ide-ide yang ditulis oleh para pemikir dan ahli, yang dalam hal ini

adalah Mohammad Natsir mengenai pemikan pendidikan Islam.

B. Sifat Penelitian

Dilihat dari sifatnya, penelitian ini termasuk bersifat deskriptif yaitu suatu

penelitian yang bertujuan untuk memberi gambaran yang secermat mungkin

mengenai suatu individu, gejala atau kelompok tertentu55

Dalam hal ini penulis menggambarkan objek penelitian mengenai

pendidikan islam menurut pemikiran Mohammad Natsir. Untuk memperoleh data


54
Basri ,Metodologi Penelitian Sejarah,(Jakarta,Restu Agung 2012 ) hlm 43
55
Hardani, Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, Pustaka Ilmu Group Yogyakarta,2020 hlm
46
42

tersebut maka penulis menggunakan sumber data primer dan skunder berupa

buku, jurnal penelitian dan makalah yang berkaitan dengan pendidikan Islam

menurut pemikiran Mohammad Natsir.

C. Subjek Penelitian

Di pesantern shuffah hizbullah alfatah tanjung pura langkat

D. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data disini adalah subyek darimana data
42
diperoleh.

1.Sumber Data Primer

Sumber primer disini adalah data yang penulis ambil dari karya tulis asli dari

tokoh yang dibahas dalam penulisan skripsi ini. Yang diantaranya adalah sebagai

berikut ::

a. Mohammad Natsir Rekontruksi terhadap pemikirannya tentang

pendidikan,Pustaka Almaida,Makasar 2019

b. Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir, CV Budi Utama,

Yogyakarta 2020

c. Islam dan Aqal Merdeka (Mohammad Natsir, 2013)

2.Sumber Data Skunder

Data sekunder, yaitu sumber data yang mendukung penelitian yang secara

tidak langsung berkaitan dengan persoalan yang menjadi pembahasan dalam

penelitian, seperti buku, jurnal dan hasil penelitian orang lain di antaranya

a. Tokoh-tokoh pembaruan pendidikan Islam di Indonesia (Abudinnata,2015)


43

b. Pemikiran dan Perjuangan Mohammad Natsir

c. Pendidikan Islam dalam Dialektika Perubahan,Pena Salsabila Surabaya

2015

d. Konsep Pendidikan Islam Integral Menurut Muhammad Natsir

e. Perbandingan Pendidikan Islam Menurut Perspektif KH. Ahmad Dahlan dan

KH. Hasyim Asy ’Ari,Ilmu Al-Qur’an

E. Metode Pengumpulan Data

Jenis penelitian ini merupakan penelitian literature atau penelitian

kepustakaan (Library Research) yaitu tekhnik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan pada subyek penelitian, melainkan melalui beberapa buku,

dapat berupa buku-buku, majalah-majalah, pamphlet, dan bahan dokumenter

lainnya.26 Pendapat lain mengatakan bahwa study kepustakaan adalah segala usaha

yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan

topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti.27

F. Metode Analisis Data

Sebelum sampai pada analisis data, terlebih dahulu penulis memproses data-

data yang telah dikumpulkan, baru kemudian penulis menganalisis dan

menginterprestasikannya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pola berfikir

deduktif, maksudnya adalah penelitian yang bertitik tolak dari pernyataan yang

bersifat umum dan menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Jadi, peri kehidupan

Mohammad Natsir ditarik kesimpulan menjadi berbagai nilai pendidikan Islam

serta mengunakan metode deskriptif yaitu merupakan pemaparan gambaran

mengenai yang diteliti dalam bentuk uraian naratif.


44

Selanjutnya, data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis isi

(content anaylisis),56

DAFTAR PUSTAKA

Siswanto, Pendidikan Islam dalam Dialektika Perubahan, Pena


Salsabila Surabaya 2015

Muhaimin Ilmu Pendidikan Islam Press Sulawesi Selatan 2014

Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam Cita pustaka Media Perintis,


Bandung 2014

Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam Sahifa, Bandung 2005

Yendra, Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir, CV


Budi Utama, Yogyakarta 2020

Munawir Mohammad Natsir Rekontruksi terhadap pemikirannya


tentang pendidikan,Pustaka Almaida,Makasar 2019

Hairul Fauzi, Konsep Pendidikan Islam Integral Menurut Muhammad


Natsir, Kajian Pendidikan LKP2M Periode 2013.

Halid Hanafi, Ilmu Pendidikan Islam, CV Budi Utama Sleman 2018

Hardani, Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, CV. Pustaka


Ilmu Group Yogyakarta,2020

Winarno, Metodologi Penelitian dalam pendididikan Jasmani,UM


Pres Malang 2013

Rachmad Sobri , Politik Dan Kebijakan Tentang Pendidikan Agama Dan


Keagamaan Di Indonesia (Analisis Kebijakan PP No. 55
Tahun 2007) Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam,
VOL: 08/NO: 01 Februari 2019
56
Hardani, ,Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, CV. Pustaka Ilmu Group Yogyakarta,2020
45

Ravina Wijayati , Perbandingan Pendidikan Islam Menurut Perspektif KH.


Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy ’ Jurnal Pendidikan
Islam Volume 4 No.02 2021 p.121-138 ISSN: 2338-4131
(Print) 2715-4793 (Online) DOI:

Waluyo, Pendidikan Islam Dalam Pandangan M.Natsir, Volume 2


Nomor 1, Juni 2021 ISSN: 2723-4894 (cetak), ISSN: 2723-
4886

Rusli Malli, Pemikiran Pendidikan Islam , Jurnal Pilar: Jurnal Kajian


Islam Kontemporer Volume 05 , No. 2, Desember 2014
ISSN: 1978-5119

Linda Zakiah, Berpikir Kritis dalam Konteks Pembelajaran, Erzatama


Karya Abadi,Bogor 2019

Anda mungkin juga menyukai