Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang bertanggung
jawab mengantarkan putra-putri bangsa menjadi manusia berilmu dan berakhlak.
Putra-putri bangsa adalah generasi yang harus disiapkan menjadi calom pemimpin
dimasa yang akan datang.
Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
manusia dengan melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang hayat.
Pendidikan terjadi karena adanya interaksi antar manusia tanpa ada batas ruang
dan waktu.
Pendidikan terjadi mulai dai lingkaran keluarga, dilanjutkan serta diperkuat
dilingkungan sekolah, tempat ibadah kemudian diperkaya dalam lingkungan
masyarakat. Pendidikan juga sebagai upaya memanusiakan manusia yang
mengembangkan potensi manusia dan kemampuan individu sehingga bisa hidup
optimal, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat, serta memiliki
nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya.
Dalam konteks keislaman, corak pendidikan yang diinginkan oleh Islam
adalah pendidikan yang mampu membentuk manusia yang unggul secara
intelektual, kaya dalam hal amal, serta anggun dalam kebijakan dan moral.
Sehingga pendidikan Islam mempunyai tujuan agar manusia mencapai
keseimbangan pribadi secara menyeluruh. Melihat pengkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, maka pendidikan Islam dituntut
untuk bergerak dan mengadakan inovasi-inovasi pendidikan. Mulai paradigma,
sistem pendidikan dan metode yang digunakan. Hal ini dimaksudkan agar
perkembangan Islam tidak tersendat-sendat.
Eksistensi sekolah sebagai lembaga pendidikan formal diharapkan dapat
bertahan dalam rangka melanjutkan dan mengembangkan pendidikan dan agar
dapat memenuhi berbagai kebutuhan mereka sebagai peserta didik. Lembaga
pendidikan Madrasah Nahdlatul Ulama merupakan lembaga pendidikan formal
berstatus swasta yang menggunakan kurikulum dari kementrian agama.

1
Organisasi NU dipenuhi oleh lembaga-lembaga pendidikan seperti pesantren,
majelis taklim, pendidikan diniyyah, madrasah/sekolah dan perguruan tinggi.
Sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat
sendiri, madrasah dan sekolah NU memiliki karakter yang khusus, yaitu karakter
masyarakat; diakui sebagai milik masyarakat dan untuk masyarakat. Guru-guru
madrasah adalah juga guru-guru masyarakat yang tingkah lakunya dinilai, diawasi
dan ditiru oleh masyarakat.
Dalam pendidikan NU, ada materi pembelajaran yang menjadi ciri khas, atau
corak khusus yang tidak boleh ditiadakan, yaitu materi Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah ( Aswajah ).
Organisai Nahdlatul Ulama (NU) organisai yang bergerak dibidang
pendidikan, politik, dan sosial. Ajaran aswajah merupakan ajaran yang menganut
pada lima sumber hukum berupa Al-Qur’an dan Hadist, ilmu Fiqih, Ijma’dan
Qiyas.
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan peserta didik memaknai nilai-nilai NU?
2. Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan Islam di yayasan
pendididikan Nahdlatul Ulama Medan Tembung?
3. Bagaimana sistem Nahdlatul Ulama menerapkan pendidikannya di dunia
pendidikan Nasional dan pendidikan Islam di Yayasan?
1.3.Tujuan
1. Mengetahui penerapan peserta didik memaknai nilai-nilai NU.
2. Mengetahui implementasi nilai-nilai pendidikan Islam di yayasan
pendididikan Nahdlatul Ulama Medan Tembung,.
3. Mengetahui sistem Nahdlatul Ulama menerapkan pendidikannya di dunia
pendidikan Nasional dan pendidikan Islam di Yayasan.
1.4.Manfaat

Manfaat dari penelitian adalah untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan


dibawah naungan Nahdlatul Ulama yang terdapat dalam konsep pendidikan
sekolah nasional dan pendidikan Islam dan implementasinya di Yayasan
Madrasah Nahdlatul Ulama Medan Tembung.

2
BAB II

Tinjauan Teori

Tinjauan teoritik adalah teori-teori yang terkait dan menjadi dasar berfikir
dalam melakukan penelitian. Suatu penelitian tentu memerlukan teori yang
mendukungnya. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini mencakup
teori yang dianggap sesuai untuk dijadikan kerangka teoritik.

A. Nahdlatul Ulama dalam pendidikan Islam

Ilmu pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses


kependidikan yang didasarkan pada nilai-nilai berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah
Nabi Muhammad Saw. Dua definisi Ilmu Pendidikan Islam tersebut, selain
menjelaskan karakteristiknya, yakni ajaran Islam yang nanti akan dijelaskan,
secara implisit menunjukkan adanya dua konsepyang melandasi rancang bangun
Ilmu Pendidikan Islam, yaitu :

1. Ilmu Pendidikan Islam dengan konsep education academic, yaitu


pengembangan ilmu yang menuju kepada ilmu yang bersifat terbuka, luwes dan
menuntut redefinisi secara terus-menerus. Dengan menggunakan konsep
education academic, Ilmu Pendidikan Islam akan menerima pengaruh yang luas
dari berbagai disiplin ilmu yang sesuai dan terus berkembang, yaitu ilmu
psikologi, filsafat, sejarah, sosiologi, kebudayaan, politik, manajemen, teknologi
informasi, hukum dan lain-lainnya.
2. Ilmu Pendidikan Islam dengan konsep paedagogie, yaitu hanya akan
memerhatikan interaksi-interaksi yang terjadi antara seorang dewasa dengan anak-
anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan, dengan menempatkan
masalah perkembangan kesadaran nilai dan tata nilai sebagai pusat dan akhir dari
segenap tindakan pendidikan. Sementara itu, tindakan pengajaran merupakan
medium untuk membawa peserta didik kepada tata nilai tersebut.

3
3. Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi
ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Ilmu sejarah berisi
teori-teori tentang sejarah ilmu alam (fisika) berisi teori-toeri tentang alam fisika.
Maka isi ilmu pendidikan islam adalah teori-teori tentang pendidikan berdasarkan
ajaran Islam.1

Dasar pendidikan Islam merupakan landasan operasional yang dijadikan untuk


merealisasikan dasar ideal/sumber pendidikan Islam. Dalam Islam, dasar
operasional segala sesuatu adalah agama, sebab agama menjadi frame bagi setiap
aktifitas kependidikan menjadi bermakna, mewarnai dasar lain, dan bernilai
ubudiyah. Menurut Hasan Langgulung, dasar operasional pendidikan Islam
terdapat enam macam, yaitu historis, sosiologi, ekonomi, politik dan administrasi,
psikologis, dan filosofis.2

Pengertian Etimologi Pendidikan Islam ialah pendidikan dalam wacana


keislaman lebih popular dengan istilah tarbiyah, ta’lim, ta’dib, riyadhah, irsyad,
dan tadris. Masing-masing istilah tersebut memiliki keunikan makna tersendiri
ketika sebagian atau semuanya disebut secara bersamaan. Namun, kesemuanya
akan memiliki makna yang sama jika disebut salah satunya, sebab salah satu
istilah itu sebenarnya mewakili istilah yang lain. 3

Tujuan modernisasi yang dikumandangkan NU juga terjabarkan dalam


berbagai aktivitas organisasi. Dalam praktik pendidikan misalnya, NU
menempatkan anak didik sebagai subjek pencari pengetahuan dan pembentuk
dirinya melalui pengembangan seluruh intelegensinya.

Tujuan pendidikan menurut Undang-undang No. 4 tahun 1950 Republik


Indonesia: ”Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila
yang cakap dan warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab tentang
kesejahteraan masyarakat dan tanah air.” Tujuan ini mirip benar dengan tujuan
pendidikan Islam, yaitu membentuk manusia susila yang cakap.

1
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hal 17.
2
Ibid, hlm 44
3
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006),
hlm 10.

4
Tujuan pendidikan adalah menyiapkan akal pikiran untuk mendapat ilmu
pengetahuan sebagaimana menyiapkan tanah untuk tumbuh–tumbuhan dan tanam-
tanaman. Ada orang yang mengatakan, bahwa tujuan pendidikan Islam ialah
ubudiyah(ber’ibadat) atau memperhambakan diri kepada Allah. Pendapat ini
beralasan kepada firman Allah, pada surat (Al- baiyanah 5)

‫صينَ لَهُ الدِينَ ُحنَفَا َء َويُ ِقي ُموا ال ا‬


َ ‫ص ََلة‬ ‫َو َما أ ُ ِم ُروا إِ اَّل ِليَ ْعبُدُوا ا‬
ِ ‫َّللاَ ُم ْخ ِل‬
ُ ‫الز َكاة َ ۚ َو َٰذَ ِل َك د‬
‫ِين ْالقَ ِي َم ِة‬ ‫َويُؤْ تُوا ا‬
Terjemah Arti: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan
yang demikian itulah agama yang lurus(Al- baiyanah 5).Menurut al-Ghazali,
tujuan umum pendidikan Islam tercermin dalam dua segi, yaituinsan purna yang
bertujuan mendekatkan diri kepada Allah swt dan insan purna yang bertujuan
mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Fungsi pendidikan Islam adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat


memungkinkan tugas-tugas pendidikan Islam tersebut tercapai dan berjalan
dengan lancar. Menurut Kurshid ahmad, yang dikutip Ramayulis, fungsi
pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

1. Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat


kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan bangsa.
2. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara
garis besarnya melalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan, dan
melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk menemukan
perimbangan perubahan sosial dan ekonomi.4

4
Ibid, hlm 68

5
B. Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Nahdatul Ulama

Nahdatul ulama (NU) didirikan pada tanggal 31 januari 1926 bertepatan


dengan tanggal 16 rajab 1334 H. di surabaya oleh K.H. Hasyim Asy’ari beserta
para tokoh ulama tradisional dan usahawan di Jawa Timur. Berdirinya NU diawali
dengan lahirnya Nahdlatuttujjar (1918) yang muncul sebagai gerakan ekonomi
pedesaan, disusul dengan munculnya Taswirul Afkar (1922) sebagai gerakan
keilmuwan dan kebudayaan, dan Nahdatul Watan (1924) sebagai gerakan politik
dalam bentuk pendidikan.

Dengan demikian, maka ditemukanlah tiga pilar penting bagi NU


yaitu:Wawasan Ekonomi Kerakyatan,wawasan Keilmuwan, Sosial Budaya,
danWawasan Kebangsaan.5

Setelah NU resmi berdiri menjadi jam’iyah pada tahun 1926, telah banyak
madrasah-madrasah yang berdiri disamping pondok pesantren yang telah lama ada
dan mengakar diindonesia. Melihat kenyataan yang ada pada saat itu, maka
muktamar II tahun 1927 membicarakan masalah perbaikan metode pengajaran di
pondok pesantren dan madrasah-madrasah.

Selanjutnya pada Muktamar III tahun 1928 di Surabaya dibicarakan


pengembangan dan perluasan pondok Pesantren dan Madrasah. Diilhami gagasan
Muhammad Abduh (1849-1905) dan muridnya Rasyid Ridla (1865-1935), mereka
melancarkan ide-ide pembaruan, tidak saja terkait praktek-praktek keagamaan
kaum Muslim, melainkan juga kelembagaan pendidikan tradisionalnya,
khususnya madrasah. 6

Pada masa-masa awal berdirinya NU sebagai lembaga pendidikan berwatak


kota untuk memudahkannya menjalankan usaha dan program pembaruan
pendidikannya, terutama dalam mendapatkan guru-guru mata pelajaran umum
sebagai penyokong penyelenggaraan pendidikannya dilapangan.

5
Ahmad Baso, NU Studies, (Jakarta: Erlangga, 2006), hal 91.
6
Nizham, Pembaruan Pendidikan Islam Nahdlatul Ulama, 2014, Vol.3,hal. 56-57

6
Namun, dalam perkembangan selanjutnya, perhatian NU lebih banyak
diarahkan pada pembaruan pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah cabang
ranting yang banyak tersebar didaerah-daerah.7

NU telah mendirikan divisi pendidikan yang terorganisir dan tetap berada


dalam naungan NU yang diberi nama Lembaga pendidikan Ma’arif (LP. Ma’arif
NU). Lembaga ini merupakan salah satu aparat Dapartemensi dilingkungan NU
yang didirikan dengan tujuan mewujudkan cita-cita pendidikan NU. Lembaga ini
berfungsi sebagai pelaksan kebijakan-kebijakan pendidikan NU yang ada
ditingkat Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang, dan Pengurus
Majlis Wakil Cabang.8

Ahlusunnah wal jama’ah

Nadhatul ‘Ulama sebagai organisasi keagamaan (jam’iyah Islamiyah) besar,


malah mungkin ‘’terbesar’’ dalam jumlah anggotanya di indonesia, sejak
berdirinya pada tanggal 31 Januari 1926 M. telah menyatakan diri sebagai
organisasi Islam berhaluan ‘’Ahlusunnah wal jama’ah’’, yang dalam aqidah
mengikuti aliran Asy’ariyah-Maturidiyah, dalam syari’ah / fiqih mengikuti salah
satu mahzab empat Hanafi-Maliki-Syafi’i- dan Hambali. Dan dalam tashawwuf
mengikuti Al-Junaid dan Al-Ghozali.

Aqidah Ahlusunnah Wal Jama’ah

‘’Ahlusunnah adalah mereka yang mengikuti dengan konsisten semua jejak-


langkah yang berasal dari Nabi Muhammad Saw dan membelanya. Mereka
mempunyai pendapat tentang masalah agama baik yang fundamental (ushul)
maupun divisional (furu’). Sebagai bandingan syi’ah.

Perbedaan diantara kedua visi tersebut antara lain dalam menyikapi ayat-ayat
mutasyabihat (ayat-ayat yang mengandung arti ganda) yang ada di dalam Al-
Qur’an, utamanya yang perkaitan dengan sifat Allah, seperti kata ‘’yad’’ (tangan),
‘’ain’’ (mata), ‘’istiwa’’ (bersemayam).

7
Nizham, Pembaruan Pendidikan Islam Nahdlatul Ulama, 2014, Vol. 3, hal.60-61.
8
Ali Rahim, Peranan dan Sistem Pendidikannya 2013, Vol XIV, Hal 176-177

7
Al-Asy’Ariyah dan Al-Maturidiyah

Tokoh-tokoh terpenting yang mempunyai andil dalam penyebaran Asy’ariyah


ini antara lain Al-Baqilla (wafat 403 H/1013 M) yang nama lengkapnya
Muhammad bin Thayyib bin Muhammad Abu Bakar Al-Baqillani, ia mendalami
ajaran-ajaran Al-Asy’ari melalui dua gurunya, yakni Ibnu Mujahid dan Abu
Hasan Al-Bahili.

Pada awal abad ke-6 Hijriyah, kalangan Ahlusunnah wal Jama’ah khusunya
Asy’ariyah yang mendapat tokoh besar, yakni Hujjatul Islam, Imam Abu Hmid
Muhammad Al-Ghazali (451-505 H/1059-1111 M) lahir di Tus Khurasan, waktu
itu Khurasan masuk wilayah Persi Utara, propinsi yang telah banyak melahirkan
orang-orang Islam yang jenius dalam berbagai macam disiplin ilmu.

Jasa Al-Ghazali yang sangat besar adalah keberhasilan mempertemukan tiga


dimensi kajian Islam yang selama beberapa abad saling berbenturan, yakni Fiqih,
kalam dan Tashawwuf, dan mendamikan para tokoh dan ahlinya (Fuqaha;
Mutakallimun dan Mutashawifun).

Dokrin Ahlussunnah Wal Jama’ah dan Dinamikanya

Dokrin Ahlusunnah wal Jama’ah dalam tulisan ini dibatasi pada ajaran Al-
Asy’ariyah dan Al-Maturidiyah dan diprioritaskan pada masalah-masalah yang
banyak menjadi pembicaraan dikalangan ahli Ilmu Kalam tetapi hanya difahami
secara samar-samar dikalangan mayoritas warga Nahdliyin.

Diantara masalah tersebut berkembang dan menjadi persoalan baru lagi karena
sudah kurang dipertanggung jawabkan. Kita harus meyadari bahwa ilmu yang
dikuasai manusia itu tetap terbatas:

‫َو َما أُوتِيت ُ ْم ِمنَ ْال ِع ْل ِم إِ اَّل قَ ِلي ًَل‬


Artinya: dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".9

9
Masdar Hilmy, Pendidikan Islam dan Tradisi Ilmiah, 2016, Malang: Madani, Hal, 17-20.

8
C. Nahdlatul Ulama sebagai Lembaga Pendidikan Islam

Difokuskan perhatian NU pada bidang pendidikan-pengajaran merupakan


konsekwensi logis dari sikap pembelaannya terhadap paham Aswajanya dari
serangan kaum muslim reformis, yang mau tidak mau menimbulkan konsekwensi
kedalam. Hal inilah yang pada gilirannya secara perlahan mendorong NU untuk
mendinamisir diktrin keagamaannya guna menghindari kejumudan dan merespon
kemodernan. Jika kemudian NU terlibat dalam usaha pembaruan, hal itu
merupakan keniscayaan agar dirinya bias terus survival menghadapi tuntutan dan
tantangan zaman.

Menurut Ali Ma’shum, merupakan momentum penting bagi terbentuknya NU


sebagai lembaga pendidikan Islam dalam rangka menyampaikan pesan-pesan
ajaran agama seperti dicita-citakan. Jadi, dapat dikatakan bahwa terbentuknya NU
sebagai lembaga pendidikan Islam sesungguhnya telah dimulai sejak organisasi
ini berdiri. Sebagai lembaga pendidikan, NU berkomitmen mengajarkan dan
menyebarluaskan ajaran Islam berdasarkan paham Ahlussunnah wal Jamaah
(Aswaja) dengan berusaha antara lain memperbanyak madrasah/sekolah Islam
berikut pengawasan buku-buku pegangannya.

1. Asas historis yang mempersepsi si pendidik dengan hasil-hasil


pengamalan pendidikan masa lalu, dengan undang-undang dan peraturan-
peraturannya, batas-batas dan kekurangan-kekurangannya. Asas-asas sejarah ini
meliputi sebagian ilmu sejarah dan arkeologi, dokumen-dokumen dan benda-
benda tertulis yang dapat menolong menafsirkan pendidikan dari segi sejarah dan
peradapan.
2. Asas social yang memberinya kerangka budaya dari mana pendidikan itu
bertolak dan bergerak, memindah budaya, memilih dan mengembangkannya. Asas
ini meliputi sebagian ilmu sosiologi dan kependudukan, antropologi, dan etnologi
yang dapat menafsirkan masyarakat dan kumpulan, milieu dan penduduk,
sosialisasi dan perobahan dan lain-lain.

9
3. Asas-asas ekonomi yang memberikan persepektif tentang potensi-potensi
manusia dan keuangan serta materi dan persiapan yang mengatur sumber-
sumbernya dan bertanggung jawab terhadap anggaran belanjanya. Asas ini
meliputi sebagian ilmu ekonomi dan accounting, budgeting dan perencanaan yang
dapat menolong dalam investasi yang lebih ideal, peluang yang lebih memuaskan,
dam kemampuan yang lebih tinggi.
4. Asas politik dan administrasi yang memberikan bingkai ideology (aqidah)
dari mana ia bertolak untuk mencapai tujuan dan dicita-citakan dan rencana yang
telah dibuat. Asas ini meliputi sebagian ilmu administrasi dan organisasi, undang-
undang, dan perundang-undangan yang dapat menafsirkan susunan organisasi
pendidikan dan mengarahkan geraknya.
5. Asas-asas psikologis yang memberikan informasi tentang watak pelajar-
pelajar, guru-guru, cara-cara terbaik dalam praktik, pencapain dan penilaian, dan
pengukuran dan bimbingan. Asas ini meliputi sebagian ilmu tingkah laku, biologi,
fisiologi, dan komunikasi yang sesuai untuk memahami pengajaran dan proses
belajar, perkembangan dan pertumbuhan, kematangan, kemampuan dan
kecerdasan, persepsi, dan perbedaan-perbedaan perseorangan, minat dan sikap.
6. Asas filsafat yang berusaha memberinya kemampuan untuk memilih yang
lebih baik, memberi arah suatu system, mengontrolnya, dan memberi arah pada
semua asas-asas yang lain. Asas ini meliputi sebagian ilmu etika dan estetika,
ideology dan logika untuk memberi arah kepada pengajaran dan menyelaraskan
interaksi-interaksi masing-masing, menyusun sistemnya sesudah diteliti dan
dikritik, dianalisis dan dibuat sintesis.10
Tarbiyah

Dalam leksikologi Al-qur’an dan As-Sunnah tidak ditemukan istilah al-


tarbiyah, namun terdapat istilah kunci yang seakar dengannya, yaitu al-rabb,
rabbayani, nurabbi, yurbi, dan rabbani. 11

10
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Rajawali Pers,2010), Hlm.13-31.
11
Ibid, hlm 53.

10
1. Rabba, yarbu, tarbiyah: yang memiliki makna ‘tambah’dan ‘berkembang’.
Pengertian ini juga didasarkan QS. ar-Rum ayat 39. “Dan sesustu riba (tambahan)
yang kamuberikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak
menambah pada sisi Allah.” Artinya, pendidikan (twrbiyah)merupakan proses
menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri peserta didik, baik
secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual.

2. Rabba, yurbi, tarbiyah: yang memiliki makna tumbuh (nasya’a) dan


menjadi besar atau dewasa (tara’ra’a). Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan
usaha untuk menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, baik secara fisik,
psikis, sosial, maupun spiritual.

3. Rabba, yarubbu tarbiyah: yang memiliki makna memperbaiki (ashlaha),


menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah, member makan,
mengasuh, tuan, memiliki, mengetur dan menjaga kelestarian maupun
eksistensinya. Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk memelihara,
mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik, agar ia
dapat survive lebih baik dalam kehidupannya.

Musthafa al-Maraghi membagi aktifitas al-tarbiyah dengan dua macam (1)


Tarbiyah khalqiyyah, yaitu pendidikan yang terkait dengan pertumbuhan jasmani
manusia, agar dapat dijadikan sebagai sarana dalam pengembangan rohaninya; (2)
Tarbiyah diniyyah tahdzibiyyah, yaitu pendidikan yang terkait dengan pembinan
12
dan pengembangan akhlak dan agama manusia, untuk kelestarian rohaninya.

Ta’lim

Ta’limmerupakan kata benda buatan (masdhar) yang berasal dari akar kata
‘allama. Sebagian para ahli menerjemahkan istilah tarbiyah dengan pendidikan,
sedangkan ta’lim diterjemahan dengan pengajaran.

12
Said Aqil Siroj, Tasauf Sebagai Kritik Sosial, 2009, Jakarta: Yayasan KHAS, hlm. 20-24.

11
Muhammad Rasyid Ridha mengartikan ta’lim dengan: “proses transmisi
berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan
ketentuan tertentu.” Pengertian ini didasarkan atas Firman Allah swt. dalam QS.
al-Baqarah ayat 31 tentang secara bertahap sebagaimana Nabi Adam menyaksikan
dan menganalisis asma’ (nama-nama Allah) yang diajarkan oleh Allah kepadanya.
Firma Allah swt. dalam QS. al-Baqarah ayat 31: “Dan dia mengajarkan (allama)
kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman : “Sebutkanlah kepada-
Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”

Ta’dib

Ta’dib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan santun, tat krama,


adab, budi pekerti, akhlak, moral, dan etika. Ta’dib yang seakar dengan adab
memiliki arti pendidikan peradaban atau kebudayaan. Artinya, orang yang
berpendidikan adalah orang yang berperadaban, sebaliknya, peradaban yang
berkualitas dapat diraih melalui pendidikan. Seluruh aktivitas penddidikan Islam
seharusnya memiliki relevansi dengan peningkatan kualitas budi pekerti
sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah saw.

Riyadhah

Riyadhah secara bahasa diartikan dengan pengajaran dan pelatihan. Menurut


al-Bastani, riyadhah dalam konteks pendidikan berarti mendidik jiwa anak dengan
akhlak yang mulia. Menurut al-Ghazali, kata riyadhah yang dinisbatkan kepada
anak (syibyan/athfal), maka memiliki arti pelatihan atau pendidikan kepada anak.
Dalam pendidikan anak, al-Ghazali lebih menekankan pada domain psikomotorik
dengan cara melatih. 13

Bersabda Nabi s.a.w. artinya: ”Hanya aku diutus (oleh Allah) untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. ” (Riwayat Imam Malik dalam al-
Muwatthak). Allah memuji Nabi Muhammad ialah karena tinggi akhlaknya.

13
Ibid, hlm.10-22

12
Firman Allah: ”Sesungguhnya engkau (ya Muhammad) mempunyai akhlak
yang besar” Salah seorang sahabat bertanya kepada ’Aisyah: Apakah akhlak Nabi
Muhammad ? Jawabnya : Akhlaknya ialah Al-Quran. Maka teranglah, bahwa
tujuan yang terutama dan tertinggi dari pengutusan Nabi (dan ulama/guru-guru
Agama sebagai warisnya), ialah mendidik ummat dengan akhlak yang mulia dan
budi pekerti yang luhur. Ini tidak berarti, bahwa pendidikan jasmani, akli, amali
tidak dipentingkan sama sekali, tidak, tidak. Bahkan semua macam-macam
pendidikan itu dipentingkan, tetapi pendidikan akhlak terlebih penting dari semua
nya, terutama, sebagai tugas alim ulama dan guru-guru Agama.

D. Aspek – Aspek Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia

NU didirikan dengan tujuan memelihara, melestarikan, mengembangkan dan


mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan ahlussunnah wal jamaah serta
menganut mazhab Imam Syafi’i. NU didirikan untuk mempersatukan langkah
para ulama dan pengikutnya dalam melakukan kegiatan untuk menciptakan
kemashlahatan masyarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat dan martabat
manusia. Nahdlatul Ulama mewujudkan tujuannya melalui serangkaian ikhtiar
yang dilandasi oleh dasar-dasar paham keagamaan yang membentuk kepribadian
khas Nahdlatul Ulama. Tujuan ini dimaknai dalam berbagai hal seperti :

 Menempatkan manusia sebagai makhluk social.


 Meningkatkan peran ulama.
 Memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran
Islam.
 Mempersatukan para ulama dalam menciptakan kemashlahatan
masyarakat.
 Menjadikan ajaran Islam sebagai landasan gerakan keagamaan.

Salah satu program permanen Nahdatul Ulama adalah urusan madrasah atau
sekolah, yang diberi nama dengan istilah Ma’arif. Semua program kerja Nahdatul
Ulama, tidaklah semata-mata usaha untuk mencapai sesuatu tujuan baru, tetapi
pertama-tama adalah manefestasi dari pelaksanaan ajaran agama islam.

13
No Keadaan Sebelum Keadaan Sesudah
1. Membangun dan mengembangkan insan Menumbuhkan jiwa
dan masyarakat yang bertakwa kepada pemikiran dan gagasan-
Allah swt. gagasan yang dapat
membentuk pandangan hidup
bagi anak didik sesuai dengan
ajaran Ahlussunnah
Waljam’ah
2. Membangun dan mengembangkan insan Menanamkan sikap terbuka,
dan masyarakat yang cerdas, terampil, watak mandiri, kemapuan
berakhlak mulia, tentram, adil dan bekerja sama dengan pihak
sejahtera. untuk lebih baik,
keterampilan menggunakan
ilmu dan teknologi, yang
kesemuanya adalah
perwujudan pengabdian diri
kepada Allah
3. Mewujudkan cita-cita melalui Menciptakan sikap hidup
serangkaian ikhtiar yang didasari oleh yang berorientasi kepada
dasar-dasar paham keagamaan yang kehidupan duniawi dan
membentuk kepribadian khas NU. ukhrawi sebagai sebuah
kesatuan.
4. Menjadikan pendidikan agama sebagai Menekankan penghayatan
wadah perjuangan para ulama terhadap nilai-nilai ajaran
mencerdaskan para pengikutnya. agama Islam sebagai ajaran
yang dinamis.
Demikian pula urusan Madrasah atau sekolah, pertama-tama adalah
pelaksanaan perintah agama di bidang pendidikan dan pengajaran sekaligus
merupakan keikutsertaan Nahdatul Ulama dalam usaha mencerdaskan bangsa dan
umat.

14
Sebagai organisasi yang benar-benar tumbuh dari bawah, berakar dibumi
masyarakat Kaum Muslimin Indonesia, sebagai besar Madrasah atau sekolah
Ma’arif Nahdatul Ulama didirikan, dibangun dan dibiyai oleh masyarakat sendiri
yang kemudian menggabungkan diri pada Mu’arif Nahdatul Ulama, dengan
kesediaan dikornasikan, dibimbing dan diawasi oleh Mu’arif.Sampai saat ini
kiprah NU dalam bidang social keagamaan terus berlangsung.

NU mampu memelihara identitasnya sebagai sebuah organisasi modern


yang terbuka menerima perubahan dan sekaligus mampu melintasi arus perubahan
tanpa kehilangan jati dirinya. 14

Keadaan Sebelum Keadaan Sesudah Proses Modernisasi


Metode pembelajaran Metode demokratis dengan Pembaruan metode
yang diterapkan memberikan kesempatan pendidikan di
diantaranya adalah kepada para santri untuk lingkungan
sorogan, bandongan, dan memperkuat diri dengan Nahdlatul Ulama
musyawarah untuk berbagai macam keahlian dilakukan melalui
mengajarkan ilmu agama yang dalam dunia metode transformasi
dengan santri/peserta pendidikan sekarang teosentris ke
didik menghadap kiai dikenal dengan life skill anthroposentris,
atau ustadz pengajarnya education dengan dikotomik kepada
seorang dan memanfaatkan berbagai non-dikotomik, dan
menyodorkan kitab untuk macam sumber ilmu dan teoritik ke praktis
dibaca atau dikaji tidak terbatas hanya pada untuk menekankan
bersama dengan kiai atau kyai. pentingnya
ustadz tersebut, kemudian pengamalan ilmu
melakukan Tanya jawab yang dipelajari.

14
Abdurrahman ,Sumbangan Pemikiran NU Terhadap Modernisasi Pendidikan Islam Di
Indonesia, 2017, Vol IV, Hal 5-11.

15
Sebagai syarat untuk memperoleh tujuan tertib agama, maka tertib sosial itu
pun wajib. Kaidah yang digunakan NU untuk untuk memecahkan masalah itu
ialah ‘Kewajiban yang tidak dapat dijalankan dengan sempurna kecuali dengan
syarat tertentu maka syarat itu pun wajib. Dengan logika kaidah-kaidah tersebut
diatas NU mencoba memecahkan berbagai persoalan sosial, politik, maupun
keagamaan yang dihadapi ummat Islam dan bangsa Indonesia Umumnya.

Obyek usul al-fiqh ialah dalil umum (ijmal) dan hukum universal (kulli) serta
prosdur penemuan hukum universal dari dalil umum. Obyek fiqh ialah tindakan
orang dewasa (mukallaf) dilihat dari segi wajib, sunnah, haram, masalah dan
hukum fikih yang memiliki kesamaan yang dapat diikat menjadi kesatuan berupa
kaidah umum.

Ada lima kaidah pokok yang lazim disebut al-qawa’id al-Khams al-kubra
(lima kaidah induk):

 ‘’ Al-umur bi maqasidihi’’, artinya setiap perbuatan tergantung kepada niatnya


(tujuan).
 ‘’Al-yaqin la yazulu bi al-syakk’’, artinya keyakianan tidak hilang karena
keraguan.
 ‘’Al-darar yuzul atau la darara wa la dirar’’, artinya ‘’bahaya dihilangkan’’
atau ‘’tidak ada bahaya dan tidak ada yang membahayakan.
 ‘’ Al-masyaqqah tajlib al-taisir’’, artinya kesulitan dapat memberikan
kemudahan.
 ‘’Al-adah muhakkamah’’, artinya sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan
diakui.
Kaidah-kaidah pokok tersebut memiliki cabang atau pecahan. Antara lain
kaidah la darara wa la dirar dapat dirumuskan beberapa kaidah lain seperti:
 ‘’Dar’ al-mafasid muqaddam ‘ala jalb al-masalih’’, artinya menghindari
bahaya diutamakan deripada melaksanakan kebaikan.
 ‘’Iza ta’arada mafsadatani ru’iya a’zamuha dararan bi irtikabi akhaffihima’’,
artinya jika terjadi pertentangan beberapa bahaya dipertimbangkan bahaya
yang paling besar akibatnya dengan melaksanakan yang paling kecil
resikonya.

16
Kaidah-kaidah tersebut merupakan generalisis masalah, baik yang bersumber
dari dasar-dasar hukum syari’ah maupun dari dasar-dasar hukum stari’ah maupun
dari kesamaan-kesamaan hukum fikih yang beranekaragam.15
E. Kurikulum dalam Pendidikan Islam
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh
terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam
pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat
dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan
yang kuat, yang didasarkan pada hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat
berakibat fatal terhadap kegagalan itu sendiri.

No Keadaan Sebelum Keadaan Sesudah Proses


Modernisasi
1. Kurikulum NU Menyelenggarakan Melakukan
cenderung berkosentrasi kurikulum campuran, yang penambahan
pada kurikulum meberikan pengajaran pengajaran
keagamaan (pesantren) pengetahuan umum, bahasa Belanda
dengan hanya disamping ilmu-ilmu dan sejarah dan
mempelajari kitab-kitab agama yang sudah ada, menghadirkan
kuning atau kitab klasik mencakup bahasa para tenaga
berbahasa Arab yang Indonesia (Melayu), pengajar ahli
mempelajari Fiqih, Al- matematika, dan ilmu dibidang tersebut
Qur’an, Ilmu Tasaquf, bumi, yang kesemuanya seperti Kyai
dan kajian keagamaan ditulis dengan huruf Latin. Ilyas, santri dan
lainnya. keponakan KH.
Hasyim Asy’ari
sendiri, yang
alumni HIS
Surabaya.
2. Pada tahun 1962, saat Kurikulum yang dipakai Untuk sekolah

15
M. Ali Haidar, Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia, 1994.Vol XX,hal 10-13.

17
PBNU bagian Ma’arif oleh Ma’arif adalah umum, Lembaga
mengadakan kurikulum nasional yang Pendidikan
Musyawarah Tingkat dikeluarkan oleh Ma’arif NU
Wilayah di Bandung, pemerintah dengan menggunakan
Jawa Barat akhirnya ide tambahan mata pelajaran kurikulum yang
kurikulum campuran yang sesuai dengan berlakukan
diresmikan pengguna kebutuhan secara nasional
nya dengan komposisi sekolah/madrasah, yang bersumber
70% agama dan 30 % khususnya mata pelajaran dari Depdiknas,
umum. studi ke-NU-an dan yaitu kurikulum
Ahlussunnah wal jama’ah berbasis
(Aswaja). kompetensi yang
mulai
diaplikasikan
pada tahun 2004
ini. Maksud
sekolah umum
adalah SD,
SLTP, SMU,
SMK dan
lembaga
Pendidikan
umum yang
sejenis.

Dasar kurikulum ialah kekuatan-kekuatan utama yang memengaruhi dan


membentuk materi kurikulum, susunan atau organisasi kurikulum. Dasar
kurikulum disebut juga sumber kurikulum atau determinan kurikulum (penentu).
Al-Syaibani menetapkan empat dasar pokok dalam kurikulum pendidikan Islam,
yaitu dasar religi, dasar falsafah, dasar psikologis, dasar sosiologis dan dapat pula
ditambah dasar organisatoris.16

16
Ibid, hlm 124

18
Fungsi kurikulum dalam pendidikan Islam adalah sebagai:

(1) alat untuk mencapai tujuan dan untuk menempuh harapan manusia sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan;

(2) pedoman dan program harus dilakukan oleh subjek dan objek pendidikan;

(3) fungsi kesinambungan untuk persiapan pada jenjang sekolah berikutnya


dan penyiapan tenaga kerja bagi yang tidak melanjutkan;

(4) standar dalam penilaian kriteria keberhasilan suatu proses pendidikan, atau
sebagai batasan dari program kegiatan yang akan dijalankan pada caturwulan,
semester, maupun pada tingkat pendidikan tertentu. 17

Dalam hal ini sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama


dalam pengembangan kurikulum.

1. Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam mengembangkan kurikulum. Sama
hal nya seperti dalam filsafat pendidikan, dikenalkan pada berbagai aliran filsafat,
seperti: perenialisme, esensialisme, eksistensialisme, progresivisme, dan
rekonstruktivitas. Dalam pengembangan kurikulum senantiasa berpijak pada
aliram-aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan
implementasi kurikulum yang dikembangkan.
1. Landasan psikologis
Sukmadinata (1997) mengemukakn bahwa minimal terdapat dua bidang
psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum, yaitu: (1) psikologi
perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan
ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan denagn
perkembangannya.

17
Ibid, hlm 134

19
2. Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai
suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan.
Dimaklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik
untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk
pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta
nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di
masyarakat.
3. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Firman Allah Swt. Dalam surat Marryam [9]: 43:

‫س ِويًّا‬ ً ‫ِص َرا‬


َ ‫ًطا‬ َ ‫َک َفَات ا ِبعۡ نِ ٰۡۤی ا َ ۡۡہ ِد‬
ِ ‫َک‬ ِ ‫َٰٰۤيا َ َب‬
َ ِ‫ت اِنِ ۡی قَ ۡد َجا ٓ َءنِ ۡی ِمنَ ۡال ِع ۡل ِم َما لَ ۡم َي ۡات‬
Artinya : Wahai ayahku! Sungguh, telah sampai kepadaku sebagian ilmu yang
tidak diberikan kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan
kepadamu jalan yang lurus.

Surat Luqman [31] : 20 :

‫ض َوأ َ ْسبَ َغ َعلَ ْي ُك ْم‬


ِ ‫ت َو َما َفِي ْاْل َ ْر‬ ‫س اخ َر لَ ُك ْم َما َفِي ال ا‬
ِ ‫س َم َاوا‬ ‫أَلَ ْم ت َ َر ْوا أ َ ان ا‬
َ َ‫َّللا‬
ً‫َّللاِ ِبَْي ِْنر ِع ْل انم َو ََّل ُهند‬ ْ ‫اس َم‬
‫نن يُ ََنا ِد ُ َِفني ا‬ ِ ‫اًطنَةً ۗ َو ِمنَ النا‬ َ ُ‫ِن َع َمه‬
ِ ‫ظا ِه َرة ً َو َب‬
‫ير‬ ‫َو ََّل ِكتَا ا‬
‫ب ُمنِ ا‬
Terjemah Arti: Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah
menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi
dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara
manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan
atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.18

18
V eithzal Rivai Zainal dan Fauzi Bahar, Islamic Education
Management(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2013),Hlm.325-334.

20
Kurikulum (manhaj/curriculum) adalah seperangkat perencanaan dan media
untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang
diinginkan. Hakikat kurikilum adalh kegiatan yang mencakup berbagai rencana
kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan,
saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat
diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan mencapai
tujuan yang diinginkan.

Menurut Jaweet dan Bair, teori kurikilum pendidikan tersebut harus didasari
atas asumsi tentang hakikat masyarakat manusia, dan pendidikan sendiri.19

Menurut al-Syaibani, prinsip utama dalam kurikulum pendidikan Islam adalah


sebagai berikut:

 Berorientasi pada Islam, termasuk ajaran dan nulai-nilainya. Adapun


kegiatan kurikulum yang baik berupa falsafah, tujuan, metode, prosedur,
cara melakukan, dan hubungan-hubungan yang berlaku di lembaga harus
berdasarkan Islam.
 Prinsip menyeluruh (syumuliyah) baik dalam tujuan maupun isi
kandungannya.
 Prinsip keseimbangan (tawazun) antara tujuan dan kandungan kurikulum.
 Prinsip interaksi (ittishaliyah) antara kebutuhan siswa dan kebutuhan
masyarakat.
 Prinsip pemeliharaan (wiqayah) antara perbedaan-perbedaan individu.
 Prinsip perkembangan (tanmiyah) dan perubahan (taghayyur) seiring dengan
tuntutan yang ada dengan tidak mengabaikan nilai-nilai absolute ilahiyah.
 Prinsip integritas (muwahhadah) antara mata pelajaran, pengalaman dan
aktivitas kurikulum dengan kebutuhan peserta disik, masyarakat, dan
tuntutan zaman, tempat peserta didik berada.

19
Ibid, hlm 122-123

21
F. Madrasah dalam Naungan NU

Madrasah adalah salah satu lembaga pendidikan Islam yang penting selain
pesantren. Keberadaaanya begitu penting dalam upayameningkat kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) dan menciptakan kader-kader bangsa yang memiliki
wawasan keislaman dan nasionalisme yang tinggi.

Madrasah berupaya mengintegrasikan ilmu agama dan umum.


Menyeimbangkan keduanya untuk menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Q.S. (Al-Qasas (28): 77.

ْ‫ِن‬ْ ‫نْ الن اد ْص َيا َوأ َ ْحس‬


َ َِ َ‫هار ْاْل ِخ َنَََ َو َا تَن ْس َ صَ ِينيََم‬ َ ‫َّللاُ الد‬‫َوا ْبت َ ِغ فِي َما آتَاكَ ه‬
‫َّللاَ َا ُ ِ نننن ا‬ ‫سننننا َن فِنننن ْاح َ ْر ِ ِ ه ه‬
َ َ‫نننغ ا ْلر‬
ِ ‫َّللاُ ِلَ ْيننننمَ َو َا ت َ َْن‬ َ ‫َك َمننننا أ َ ْح‬
َ ‫سن‬
‫نننْ ه‬
َْ ‫س ِد‬ ِ ‫ا ْل ُم ْر‬
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Q.S. (Al-Qasas (28): 77.

Di Indonesia, permulaan munculnya madrasah baru terjadi sekitar abad ke-20.


Meski demikian, latar belakang berdirinya madrasah tidak lepas dari dua faktor,
yaitu; semangat pembaharuan Islam yang berasal dari Islam pusat (Timur Tengah)
dan merupakan respon pendidikan terhadap kebijakan pemerintah Hindia Belanda
yang mendirikan serta mengembangkan sekolah (Maksum, 1999). Berdirinya
madrasah tidak terlepas dari adanya kekhawatiran terhadap sekolah-sekolah yang
didirikan oleh kolonial belanda yang tidak memasukkan pelajaran agama.20

20
Arief Efendi, Peran Strategis Lembaga Pendidikan Berbasis Islam di Indonesia, 2008.Vol 1,hal
5-6.

22
Kata “madrasah” pada awal perkembangannya, diartikan jalan pemikiran
seorang pemikir atau kelompok pemikir dalam suatu bidang ilmu, kemudian
diartikan tempat belajar atau lembaga pendidikan dan pengajaran seperti sekolah
yang berkonotasi khusus yaitu yang banyak mengajarkan agama Islam atau ilmu-
ilmu keIslaman. Kedua arti tersebut masih terasa dilakukan mayoritas umat Islam
sampai sekarang, karena madrasah merupakan tempat penyebaran paham aliran
atau mazhab yang dianut untuk disosialisasikan ke seluruh umat.

Misalnya madrasah NU yang disebut dengan “Al-Ma’arif” menyebarkan misi


Syafi’iyahnya, dan madrasah Muhammadiyah yang membawa paham
kemuhammadiyahannya, dan seterusnya. Kata “madrasah” pada awal
perkembangannya, diartikan jalan pemikiran seorang pemikir atau kelompok
pemikir dalam suatu bidang ilmu, kemudian diartikan tempat belajar atau lembaga
pendidikan dan pengajaran seperti sekolah yang berkonotasi khusus yaitu yang
banyak mengajarkan agama Islam atau ilmu-ilmu keIslaman.

Madrasah merupakan isim makna dari darasa yang berarti tempat untuk
belajar. Istilah madrasah kini telah menyatu dengan istilah sekolah atau perguruan
(terutama perguruan Islam). Menurut Karel A.Steenbrink istilah madrasah dan
sekolah dibedakan, karena keduanya mempunyai cirri khas yang berbeda.

Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam muncul dari penduduk Nisapur,


tetapi tersiarnya melalui menteri Saljuqi yang bernama Nizam al-Mulk yang
mendirikan madrasah Nizamiyah (tahun 1065 M). Selanjutnya, Gibb dab Kramers
menuturkan bahwa pendiri madrasah terbesar setelah Nizam al-Mulk adalah
Shalah al-Din al-Ayyubi.21

21
Muhammad Tholhah Hasan, Ahlussunnah Wal Jama’ah, 2005, Jakarta: Komplek Perkantoran
Tanjung Raya. Hal, 25-27.

23
Kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam setidaknya
mempunyai empat latar belakang, yaitu:

1. sebagai manifestasi dan realisasi pembaruan sistem Pendidikan Islam;


2. Usaha penyempurnaan terhadap sistem pesantren kea rah suatu sistem
pendidikan yang lebih memungkinkan lulusannya untuk memperoleh
kesempatan yang sama dengan sekolah umum, misalnya masalah
kesamaan kesempatan kerja dan perolehan ijazah;
3. Adanya sikap mental pada sementara golongan umat Islam, khususnya
santri yang terpukau pada Barat sebagai sistem pendidikan mereka, dan (4)
sebagai upaya untuk menjembatani antara sistem pendidikan tradisional
yang dilakukan oleh pesantren dan sistem pendidikan modern dari hasil
akulturasi.

Tugas-tugas madrasah (sekolah) setidaknya mencerminkan sebagai lembaga


pendidikan Islam yang lain. Menurut al-Nahlawi, tugas lembaga madrasah sebagai
lembaga pendidikan Islam adalah:

1. Merealisasikan pendidikan islam yang didasarkan atas prinsip pikir, akidah,


dan tasyri’ yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Bentuk dan
realisasi itu ialah agar peserta didik beribadah, mentauhidkan allah swt,
tunduk dan patuh atas perintah-nya serta syariat-nya.
2. Memelihara fitrah anak didik sebagai insane yang mulia, agar ia tak
menyimpang tujuan allah menciptakannya. Kecenderungannya sekarang,
madrasah telah membuat penyimpangan-penyimpangan dalam format yang
berbeda yang bahayanya tak kurang dari bentuk lamanya, misalnya membuat
senjata untuk berperang yang tidak manusiawi. Oleh karena itu, dasar
operasioinalisasi pendidikan harus dijiwai oleh fitrah manusiawi, sehingga
menghindari adanya penyimpangan.
3. Memberikan kepada anak didik dengan seperangkat peradaban dan
kebudayaan islami.

24
4. Membersihkan pikiran dan jiwa dari pengaruh subjektivitas (emosi), karena
pengaruh zaman dewasa ini lebih mengarah pada penyimpangan fitrah
manusia. Dalam hal ini, lembaga pendidikan madrasah berpengaruh sebagai
benteng yang menjaga kebersihan dan keselamatan fitrah manusia tersebut.
5. Memberikan wawasan nilai dan moral, serta peradaban manusia yang
membawa khazanah pemikiran anak didik menjadi berkembang.
6. Menciptakan suasana kesatuan dan kesamaan antar anak didik.
7. Tugas mengoordinasi dan membenahi kegiatan pendidikan.22

Pendidikan merupakan hak setiap individu. Karenanya setiap individu harus


diberikan kebebasan dalam menentukan pilihannya sendiri untuk menempuh jalur
pendidikan dan materi keilmuan yang akan dipelajarinya.

Upaya merespon pentingnya pendidikan tersebut menurut Rais (1987:7), di


Indonesia muncul tiga tipologi pendidikan; Pertama, pendidikan pesantren yang
direpsentasikan oleh Nahdlatul Ulama (NU). Pesantren umumnya berada di desa-
desa terpencil. Ini akibat dari sikap para ulama dahulu yang bersikap non-
kooperatif terhadap penjajah. Pendidikan pesantren lebih menitik beratkan pada
pendidikan agama seperti fiqh, tafsir, tauhid, dan pemahaman bahasa Arab.23

Perbedaan antara pendidik dan mengajar

Perbedaan antara mendidik dan mengajar besar sekali. Mendidik menyiapkan


anak-anak dengan segala macam jalan, supaya dapat mempergunakan tenaga dan
bakatnya dengan sebaik-baiknya, sehingga mencapai kehidupan yang sempurna
dalam masyarakat tempat tinggalnya, sebab itu pendidikan mencakup pendidikan
jasmani,’akli’, chuluqi, perasaan, keindahan, kemasyarakatan. Adapun mengajar
adalah salah satu segi dari beberapa segi pendidikan yang bermacam-macam itu.
Dalam mengajar guru memberikan ikmu, pendapat dan fikiran kepada murid-
murid menurut metode yang disukainya. Guru berbicara, murid-murid mendengar,
guru berbuat, murid-murid melihat. Guru aktif, murid-murid pasif.

22
Ibid, hlm.241
23
Moh. Toriqul Chaer,Peran Madrasah Dalam Menghadapi Era Globalisasi Dan Budaya, 2016,
Vol .06 No.02, e-ISSN 2540-8348, hal 184-185.

25
Tetapi dalam mendidik, murid-murid harus membahas, menyelidiki dan
mengupas serta memikirkan soal-soal yang sulit dan mencari jalan untuk
mengatasi kesulitan itu dengan tenaga sendiri. Jika dalam mendidik, murid-murid
bekerja dan dalam mengajar murid-murid mendengar.

Sebab itu mengajar adalah sebagian dari pendidikan ‘akli. Tujuannya ialah
supaya murid-murid mendapat ilmu pengetahuan atau pandai dalam suatu
kesenian atau cakap mengusahakan suatu perusahaan.

Adapun mendidik menyiapkan muri-murid supaya hidup dengan berilmu,


beramal dan bekerja, serta bertubuh tegap dan sehat, berakal cerdas, berakhlak
mulia, pandai dalam masyarkat.

Tujuan pengajaran

Tujuan pengajaran yang asasi ialah memungkinkan manusia untuk mengetahui


dirinya alam sekitarnya dengan pengetahuan yang berdasrkan amal perbuatan.
Maka amal perbuatan adalah tujuan yang hakiki dari pada ilmu pengetahuan.
Apakah gunanyailmu pengetahuan, kalau tiada disertai dengan amal perbuatan.

Sesungguhnya bertolong-tolongan antara guru-guru dan kepala sekolah amat


penting sekali untuk mengatur pekerjaan sekolah dan kebaikan pimpinan sekolah.
Dengan jiwa gotong-royong dapat terpelihari disiplin sekolah dan tenaga
peraturan-peraturannya. Murid-murid dapat mempergunakan waktu dengan
sebaik-baiknya serta membiasakan adat-istiadat yang baik dalam menunaikan
pekerjaannya.

Kebaikan pimpinan sekolah barulah terang dan nyata, bila baik pendidikan
disekolah itu dan manju pengajarannya, serta terpelihara disiplin dan teratur
segala pekerjaan. Lain dari pada itu harus pula diperhatikan keadaan murid-murid
dan masyarakat dan perhubungan antara sekolah dengan kehidupan.

Untuk mencapai kemajuan (sukses) pimpinan sekolah haruslah bekerja sama


antara guru-guru dan murid-murid dan bertolong-menolong antar murid-murid
dengan guru kepada serta guru-guru semuanya untuk menjaga syarat-syarat

26
kesehatan, dan disiplin didalam kelas-kelas dan dipekarangan sekolah, serta
membiasakan hadir kesekolah tiap-tiap hari.Kemajuan (sukses) pimpinan sekolah
tergantung atas kebijaksaan guru kepala dan kebaikan pimpinannya.

Sifat-sifat yang harus diliki oleh guru kepala dalam memimpin sekolah
1. Harus guru kepala memahami tebiat manusia dengan sebenarnya
2. Haruslah guru kepala khayalan cipta
3. Haruslah guru kepala percaya kepada tenaganya untuk membuat garis
pekerjaan disekolah
4. Haruslah guru kepala orang’amali (suka bekerja), bijaksana, berpikiran
tepat dan tegas
5. Haruslah guru kepala lapang dada dan jauh pemandangan

Perhubungan guru kepala dengan guru-guru

Perhubungan antara guru kepala dengan guru-guru harus lah baik, penuh
dengan kejujuran, kesetiaan dan keikhlasan serta bertolong-menolong.
Perhubungan guru kepala dengan guru-guru haruslah seperti perhubungan kakak
dengan adik-adiknya. Dengan bertolong-tolongan antara guru kepaladan guru-
guru akan sukseslah sekolah dan maju pendidik dan pengajaran.

Perhubungan guru kepala dengan murid-murid

Perhubungan guru kepala dengan murid-murid haruslah seperti perhubungan


bapa dengan anak-anaknya. Ia harus mengakui masing-masing murid dan
kecenderungan hatinya, dimana tempat kelemahanannya dan bagaimana jalan
mengobatinya. Dengan demikian ia dapat memperkuat murid-murid yang lemah
dan memperbaiki kelakuan yang salah.

Oleh sebab itu guru kepala haruslah memperhatikan keadaan kepada muri-
murid tiap hari, sehingga dikenalnya masing-masing murid itu seperti mengenal

27
anak-anaknya. Dengan demikian murid-murid akan mencintai guru-guru kepala
seperti mencintai orang tuanya.

Perhubungan guru kepala dengan orang tua murid

Guru kepala harus berhubungan baik dengan orang-orang tua murid, serta
bertolng-tolongan dengan mereka itu. Sekali-kali dengan guru kepala
mengasingkan diri dari orang-orang tua murid. Dengan bertolong-tongan dengan
orang tua murid, guru kepala dapat menanamkan adat istiadat yang baik dalam
dada murid-murid, seperti rajin dan sungguh, tetap bekerja menunaikan
kewajiban, suka berkorban dan belajar terus untuk mencapai kebenaran. Dengan
bertolong-tolongan antara guru kepala dengan orang tua murid-murid, antara
sekolah dan rumah tangga, akan dapat kita mendidik murid-murid menjadi
anggota yang bekerja dalam masyarakat.

Apabila ada saling percaya-mempercayai dan bertolong-tolongan antara


orang-orang tua murid dan sekolah, maka orang-orang tua murid dapat
bermusyawarah dangan guru kepala tentang keadaan anak-anaknya dan kesulitan-
kesulitan yang menimpa anak-anak itu. Mereka juga harus bertolong-tolongan
dengan semua guru-guru untuk mempersiapkan anak-anak untuk menempuh
kehidupan dimasa yang akan datang.24

24
Mahmud Yunus,Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, 1398, (Jakarta: PT. Hidakarya
agung),hal 18-84.

28
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian deskriptif., yakni


mendeskriptifkan secara terperinci realitas dengan me

mberikan kritik atau penilaian sesuai dengan sudut pandang atau pendekatan yang
digunakan. Jika dipandang dari sudut tempat penelian maka penelitian ini
termasuk dalam kategori lapangan (field rearch) karena peneliti terjun secara
langsung kelapangan melakukan 0bservasi dan wawancara terhadap implementasi
nilai-nilai pendidikan Nahdlatul Ulama dalam konsep pendidikan alami sekolah
dasar yang digunakan. Jika dipandang dari sudut tempat penelitian maka
penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian lapangan (field research) karena
peneliti terjun secara langsung ke lapangan melakukan observasi dan wawancara
terhadap implementasi nilai-nilai pendidikan nahdatul ulama dalm konsep
pendidikan alami di SDS Nahdlatul Ulama.

2. Tahap Studi Lapang Untuk Menemukan Faktual

a. Pada tahap ini melakukan studi dokumentasi dan melakukan studi lapang
disekolah untuk menemukan model faktual tentang pembelajaran pendidikan
Nahdlatul Ulama, menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sekolah
yang akan menjadi tempat adalah SDS Nahdlatul Ulama.
b. Desain model faktual yang di dapat akan diujicobakan secara terbatas di SDS
Nahdlatul Ulama. Alasan pemilihan sekolah ini karena berbagai alasan yang
menguatkan , sebagai berikut:
 Sekolah SDS Nahdlatul Ulama memiliki keunggulan yang sangat baik
termasuk dalam mencapai berbagai prestasi yang telah dimiliki oleh
peserta didik.
 Sekolah SDS Nahdlatul Ulama merupakan sekolah satu-satunya didaerah
tersebut.
 Saat ini, dalam kepemimpinan Ibu Siti Rahmawati S.pd. sekolah SDS
Nahdlatul Ulama sudah’’ terakreditasi B’’.

29
 SDS Nahdlatul Ulama telah membiasakan para siswa/i untuk melakukan
sholat dhuha pada hari jum’at, dan mewajibkan sholat dzuhur setiap
harinya di mushollah.
 SDS Nahdataul Ulama juga menerapkan kepada siswa/i nya untuk selalu
melakukan kebersihan, menanam bunga, dan bergotong royong pada
setiap hari sabtu.
 Sekolah SDS Nahdlatul Ulama tidak memperbolehkan kepada siswa/i nya
untuk membeli jajanan diluar sekolah karna sekolah tersebut telah
menyediakan kantin yang lebih terjamin kesehatannya yang tidak
mengandung bahan kimia atau pengawet dalam makanan dan lebih sehat
lagi untuk dikonsumsi bagi anak-anak.
 SDS Nahdlatul Ulama didukung sembilan tenaga pendidik untuk
menciptakan suatu pembelajaran yang hidup.
 SDS Nahdlatul Ulama telah menciptakan suasana menaraik dalam kelas
agar mempermudah peseta didik dalam memahami pembelajaran seperti
bernyanyi dan hal lainnya.
 Menanamkan nilai-nilai kejujuran, kebersihan, keterampilan, kedisiplinan,
kesabaran, kebersamaan, keta’atan dalam beribadah, serta kerjasama dan
tanggung jawab kepada siswa/i dan guru.
c). Pendekatan

Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam mengkaji masalah


ini adalah pendekatan ednografi. Pendekatan ednografimerpakan penelitian
kualitatif yang meneliti kebudayaan kelompok masyarakat. Penelitian ini
dilakukan dengan keterlibatan langsung peneliti dilingkungan alamiah. Sehingga
peneliti mengalami bersama kelompok masyarakat diSDS Nahdlatul Ulama dalam
kehidupan sekolah. Sebagai suatu pendekatan, melalui pendekatan egnografi,
maka penelitian ini diharapkan di hasilkan pengetahuan tentang implementasi
nilai-nilai pendidikan Nahdlatul Ulama.

30
d) Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 1 hari. Penelitian ini dilakukan di SDS


Nahdlatul Ulama jl. Pukat I No.37, Bantan Timur, Medan Tembung, pada jam
9.30 sampai jam 10.30.

e) Sumber data

Data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan.


Selebihnya adalah data-data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sehingga
sumber data yang terdapat dalam penelitian ini adalah dokumen yang
berhubungan dengan SDS Nahdlatul Ulama. Hasil wawancara yang dilakukan
oleh peneliti dengan pihak SDS Nahdlatul Ulama, dan foto-foto kegiatan di SDS
Nahdlatul Ulama yang semuanya merupakan sumber data primer dan penelitian.

f) Pengembangan

Model faktual yang telah dicapai setiap tahunnya telah mencapai suatu
prestasi seperti Adiwiyata dan olimpiade sains. SDS Nahdlatul Ulama juga sudah
beberapa kali meraih gelar juara setiap tahunnya tentang melestarikan lingkungan,
dan juga pernah meraih juara dalam kejuaraan sains antara SD diwilayah sekitaran
medan.

g) Pengumpulan Data

Pada penelitian ini dilaksanakan untuk mengamati secara langsung nilai-nilai


pendidikan Nahdlatul Ulama dalam konsep pendidikan sekolah alam di SDS
Nahdlatul Ulama sehingga hal ini sesuai dengan pendekatan penelitian yang
digunakan, yaitu pendekatan ednografi yang secara konsisten mendreskripsikan
dan menginterprestasikan budaya, kelompok sosial atau sistem yang dilaksanakan
di lapangan. (SDS Nahdlatul Ulama). Hal ini dilakukan dengan 2 cara.

a) Wawancara
wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui seberapa
jauh dalam pemahaman subyek penelitian terhadap nilai-nilai pendidikan
Nahdlatul Ulama dalam konsep pendidikan Islam di SDS Nahdlatul Ulama, serta
untuk mengetahui seberapa besar nilai-nilai pendidikan Nahdlatul Ulama dalam

31
konsep pendidikan nasional. Informan yang diwawancarai adalah Ibu Siti
Muhammi, S.Pd. sebagai guru wali kelas V.

b) Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk digunakan
untuk memberikan data berupa catatan, vidio dan foto. Metode dokumentasi ini,
digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya
sekolah, visi dan misi, guru, karyawan dan peserta didik di SDS Nahdlatul Ulama.

BAB IV

TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN

1. Identitas Sekolah
a. Profil SDS Nahdlatul Ulama
1. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SDS Nahdlatul Ulama
Alamat Sekolah : Jl. Pukat I No.37, Kel. Bantan
Timur, Kec. Medan Tembung
Kode Pos : 20224
Status Sekolah : Swasta
NSS : 102076013062
NPSN : 10259386
Akreditas :B
SK Pendirian Sekolah : 1753/103/A.87
Tanggal SK Pendirian : 01 Januari 1970
Tahun Didirikan : 1970
2. Visi dan Misi SDS Nahdlatul Ulama
a. Visi
“ Melahirkan generasi yang beriman dan bertakwa, cerdas, jujur
dan berbudaya lingkungan”
b. Misi
1. Membina generasi bangsa yang beriman dan bertakwa
2. Menyiapkan generasi bangsa yang memiliki kejujuran

32
3. Memupuk generasi bangsa yang mampu melestarikan fungsi
lingkungan
4. Memupuk generasi bangsa yang mencintai dan menyelamatkan
lingkungan
5. Membina generasi bangsa yang mampu mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan hidup
6. Memupuk generasi bangsa yang mampu mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan hidup

3. Fasilitas dalam proses belajar mengajar


1. Banguna sekolah
2. Ruang kelas
3. Mushollah
4. Kantin sehat
5. Koperasi sekolah
6. Ruang perpustakaan
7. Area bermain
8. Uks ( Unit Kesehatan Sekolah )
4. Profil Kepala Sekolah SDS Nahdlatul Ulama
Nama : Siti Rahmawati, S.Pd
Jabatan : Kepala Sekolah
Pendidikan Terakhir : S1
Agama : Islam
5. Data pegawaian SDS Nahdlatul Ulama
1. Siti Aminah Nst, S.Pd : Guru kelas I
2. Fauziah Tambunan, S.Pd.I : Guru kelas II
3. Zubaidah Nur, S.Pd : Guru kelas III
4. Evi Sundari, S.Pd : Guru kelas IV
5. Siti Muhammi, S.Pd : Guru kelas V
6. Gadis Ichsan Nst, S.Pd : Guru kelas VI
7. Suwarni, S.Pd : Guru PAI
8. Mukhtari Andriani, S.Pd : Tata Usaha

33
2. Pembahasan dan Hasil Wawancara

Pendidikan ialah mengasuh jasmani dan rohani, supaya sampai kepada


keindahan dan sesempurnaan yang mungkin dicapai. Pendidikan yang sempurna
itu alah mendidik anak-anak supaya dapat melaksanakan segala pekerjaan, baik
pekerjaan khusus atau umum dengan ketelitian, kejujuran dan kemahiran, baik
waktu aman atau waktu peperangan. Pendidikan menyiapkan manusia supaya
hidup dengan kehidupan yang sempurna, pendidikan juga menyucikan tenaga
tabi’at anak-anak supaya dapat hidup berbudi luhur, berbadan sehat serta
berbahagia. Tujuan pendidikan membawa manusia ke arah kesempurnaan yang
mungkin dicapai, menyiapkan seseorang supaya dapat membahagiakan khususnya
dirinya dan orang lain umumnya. Tujuan yang asli dari upaya pendidikan ialah
mempertinggi akhlak kemanusiaan, pendidikan itu memberi kita perbekalan yang
taka da pada masa kanak-kanak, tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
Tujuan pendidikan juga untuk mengeluarkan manusia yang sempurna atau insan
kamil.

Pendidikan Akhlak, Tugas yang pertama dan terutama yang terpikul atas
pundak alim ulama, guru-guru Agama dan pemimpin-pemimpin Islam ialah
mendidik anak-anak, pemuda-pemuda, putera-puteri, orang-orang dewasa dan
masyarakat umumnya, supaya semuanya itu berakhlak yang mulia dan-berbudi
pekerti yang halus. Pandai hidup bermasyarakat, tolong menolong, berlaku jujur
dan peramah, berlaku adil dalam segala hal, berkasih sayang antara satu dengan
yang lain, seolah-olah mereka itu satu tubuh, bila sakit satu anggota, niscaya
merasa sakit seluruh tubuhnya, atau seolah-olah mereka seperti satu bina yang
terdiri dari batu-batu bata, satu sama lain kuat menguatkan, sehingga menjadi bina
yang kokoh kuat.

Pendidikan menurut pendapat M.’Atihiyah Al-Abrasjy ”Pendidikan ialah


mempersiapkan manusia, supaya hidup dengan sempurna dan berbahagia,
mencintai tanah ainya, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya)
teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, bertolong-
tolongan dengan orang lainnya, manis tutur bahasanya, baik dengan lisan atau
tulisan”.

34
Pendidikan menurut Muhammad SA. Ibrahim (Bangladesh) menyatakan
bahwa pendidikan Islam adalah: Pendidikan Islam dalam pandangan yang
sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkin seseorang dapat
mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideology Islam, sehingga dengan
mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam.

Dalam pengertian ini dinyatakan bahwa pendidikan Islam merupakan suatu


sistem, yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling kait mengait.
Misalnya kesatuan sistem akidah, syariah, dan akhlak, yang meliputu kognitif,
afektif dan psikomotorik, yang mana keberartian satu komponen sangat
tergantungdengan keberartian komponen yang lainnya. Pendidikan Islam juga
dilandaskan atas ideology Islam, sehingga proses pendidikan Islam tidak
bertentangan dengan norma dan nilai dasar ajaran Islam.

Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas,


maka pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai berikut: “ Proses
transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya
pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan
pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup
di dunia dan akhirat.”25

Sebagian guru-guru berpendapat, bahwa tujuan pendidikan ialah mengisi otak


anak-anak dengan bermacam-macam ilmu pengetahuan serta menghafal ilmu-
ilmu itu sehafal-hafalnya, supaya maju dalam ujian penghabisan, bahkan supaya
mendapat nilai angka yang tinggi dan nomor satu dalam ujian itu. Sebab itu
mereka pompakan ilmu-ilmu itu sebanyak-banyaknya ke dalam otak anak-anak
dan mereka suruh menghafal malam dan siang, pagi dan petang. Dengan demikian
guru itu telah mengorbankan kesehatan anak-anak, karena tak ada waktu lagi
untuk pergerakan badan untuk menjaga kesehatan.

Selain dari pada itu guru hanya melatih daya hafalan saja dan mengabaikan
daya bertikir dan kemauan. Akhimya anak-anak hanya pandai menghafal, tetapi
tidak pandai berfikir dan tiada mempunyai kemauan. Padahal untuk menempuh

25
Ibid, hlm25-28.

35
masyarakat kelak, selain dari berilmu pengetahuan, orang hams pandai berfikir
dan mempunyai kemauan yang keras.

Tujuan pendidikan Islam ialah menyiapkan anak-anak, supaya waktu dewasa


kelak mereka cakap melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat, sehingga
tercipta kebahagiaan bersama dunia akhirat.Perumusan ini ringkas dan pendek,
tetapi isinya dalam dan luas. Supaya anak-anak cakap melaksanakan amalan
akhirat mereka harus dididik, supaya. Beriman teguh dan beramal saleh. 26

Dari tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah:
“Terbentuknya insan kamil yang di dalamnya memiliki wawasan Khaffah agar
mampu menjalankan tugas-tugas kehambaan, kekhalifahan, dan pewaris Nabi.27

Upaya dalam pencapaian tujuan pendidikan harus dilaksanakan dengan


semaksimal mungkin, walaupun pada kenyataannya manusia tidak mungkin
menemukan kesempurnaan dalam berbagai hal.

Hasil wawancara dari penelitian ini bahwa Sekolah Dasar Swasta Nahdlatul
Ulama merupakan sekolah swasta yang didirikan pada tahun 1970, dimana tanah
SDS Nahdlatul Ulama ini merupakan tanah wakaf yang luasnya 1600 𝑀2 . SDS
Nahdlatul Ulama ini sudah terakreditasi B dan dibawah kepemimpinan ibu Siti
Rahmawati, S.PD yang merupakan lulusan dari UMN Al-Wasliyah jurusan
Pendidikan Matematika. SD Swasta Nahdlatul Ulama ini menggunakan
kurikulum 2013, dimana peserta didik diarahkan untuk lebih aktif dalam belajar,
tetapi sifat ahlussunnah wal-jama’ah tetap diterapkan. Sekolah ini menggunakan
metode ceramah agar memudahkan peserta didik dalam memahami pelajaran-
pelajaran. Pengajar di SDS Nahdlatul Ulama ini terdiri dari enam guru pengajar,
satu guru agama, satu tata usaha dan satu kepala sekolah. Jumlah muridnya terdiri
dari 130 siswa/siswi pada tahun Ajar 2019/2020, terbagi menjadi sekitar 20 orang
perkelas dan jumlah ruangan kelasnya terdiri dari enam ruangan, satu aula,
mushala, perpustakaan, kantor dan UKS.

26
Ibid, hlm 32.
27
Ibid, hlm 71

36
Sekolah dimulai dari pukul 07.30 sampai 13.40 dimana sholat dzuhur
berjamaah diwajibkan pada setiap harinya dan sholat dhuha setiap hari jum’at
diadakan serta pada hari sabtu diadakan kegiatan sabtu bersih. SDS Nahdlatul
Ulama mengadakan kegiatan atau organisasi seperti Pramuka dan Dokter kecil.
Sarana dan prasarana SDS Nahdlatul Ulama dibiayai oleh pemerintah. Buku-buku
nya sudah memadai, dan system pembelajarannya belum menggunakan alat
elektronik.

Strategi yang dilakukan pendidik dalam proses mengajar yaitu tergantung


setiap pendidik dan tema yang ingin disampaikan, apakah itu menggunakan alat
peraga maupun menggunakan lingkungan alam sekitar. Minat belajar peserta
didik di SDS Nahdlatul masih kurang karena peserta didiknya masih lebih
memikirkan untuk bermain daripada belajar, tetapi setelah lanjut ketingkat yang
lebih tinggi lagi anak-anak lulusan SDS Nahdlatul Ulama masuk ke lembaga
pendidikan yang unggul. SDS Nahdlatul Ulama ini telah mencapai suatu prestasi
seperti sekolah Adiwiyata atau sekolah hijau, dan telah mengikuti olimpiade-
olimpiade sains antar SD di wilayah sekitaran Medan.Selain SDS Nahdlatul
Ulama, ada beberapa sekolah Naddlatul Ulama lainnta di Sumatera Utara ini,
antara lain sebagai berikut :

1. SMP Nahdlatul Ulama


Jl. Gaperta Ujung No.2, Tj. Gusta, Kec. Medan Helvetia, Kota Medan,
Sumatera Utara 20123
2. SMK Nahdlatul Ulama 2
Jl. H. A. Manaf Lubis No.2, Tj. Gusta, Kec. Medan Helvetia, Kota Medan.
Sumatera Utaea 20123
3. Yayasan Perguruan Nahdlatul Ulama
Jl. Brigjend HA Manaf Lubis No.2, Tj. Gusta, Kec. Medan Helvetia, Kota
Medan, Sumatera Utara 20123
4. SMK, SMA dan MAS AL-MA’ARIF NU
Jl. Pendidikan, Dusun V Tebasan No. Desa, Kepala Sungai, Secanggang,
Kabupaten Langkat, Sumatera Utara 20855
5. SMK/SMP NU Al Ma’arif P.Berandan
Sei Bilah Tim., Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Sumareta Utara 20881

37
Guru sebagai fasilitor untuk para peserta didiknya harus mampu menjadi
pemberi pendidikan yang terbaik untuk peserta didiknya. Dalam pemberian
pendidikan tersebut guru
tidakhanyamampumemahamimateridansuasanapendidikan, namun guru
jugaharusmampumemilih media yang
tepatuntukdisampaikankepadapesertadidiknya, agar tercapaipendidikan yang
tepatsasaranseperti yang diinginkan.

Pemilihan media iniadalahsalahsatusolusi yang


mampumeningkatkanminatbelajaranak, mengapa
demikian?Itudikarenakansifatbuku yang
terlalumonotonterhadapminatmembacaanak, tidakadadorongandarikonsep lain
seperti: keterampilan, kreativitas, sosial, dan lain-lain.

Lefletadalahsalahsatumedia pembelajaran yang tepatuntuk di


terapkanpadaanak, leaflet merupakanmedia berbentukselembarkertas yang di
berigambardantulisanpadakeduasisikertassertadilipatsehinggaberukurankecildanpr
aktisdibawak. Denganukuran A4 dilipat 3. Media
iniberisigagasansecaralangsungkepokokpersoalannyadanmemaparkancaramelakuk
antindakansecarapendekdan luges. Lefletinibisa dibawakemana-
manakarenabentuknya yang simple danmenarik.

Jadipembahasanakandisajikandalam rekayasa ide


inidenganmenggunakanmetode library risetdimanapenulis mencari,
mengumpulkan, danmembacabuku-bukusebagaisumberpembuatanrekayasa ide
inisehinggatercapaitujuanpenulisan yang
akanmemberikanwawasanbarubagipendidikankepadaumumnyadantujuanpembelaj
aran di sekolahpadakhususnya.

Leaflatmengandungmateri yang
lebihringkasdandisusundenganmenggunakanbahasa yang
mudahdimengertisiswakemudiandisertakandengangambar-gambar yang
berhubungandenganmateri yang
disajikansehinggasiswamemilikiminatuntukmembaca. Solusi yang
dilakukanuntukmeningkatkanminatbacadanhasilbelajarsiswaadalahdenganmemfar

38
iasikanpenggunaanbahan ajar berupaleaflat. Agar
terlihatmenarikleaflatberdesainsecaracermatdilengkapidengangambar-
gambardanmenggunakanbahasa yang sederhanadanmudahdipahami.

Penggunaanleaflatterbuktiberpengaruhterhadappenguasaanmaterisiswa,
karenabahan ajar inimerupakanhal yang barubagisiswa yang
belumpernahdigunakansebelumnyaleaflatmerupakanbahancetaktertulisberupalem
baran yang dilipattapitidakdimatikanataudijahit. Agar
terlihatmenarikleaflatbiasanyadidesainsecaracermatdilengkapidenganilustrasidan
menggunakanbahasa yang sederhana, singkatsertamudahdipahami.
Selainpenampilanleaflatsebagaibahan ajar yang menarikdenganpenggunaanwarna-
warnadandidukungdengangambar-gambar yang ada, materipembelajannya.
Pembelajarandidalamnyajugadikemasdenganbahasa yang
sederhanadancukupringkas.
Haltersebutternyatamembangkitkanmotivasibelajarsiswasekaligusmempermudahsi
swadalammemahamimateri.

Sekolah yang kami ajukansepertigambardibawahini, yang merupakansekolah


Islam untukmemajukangenerasimuda yang melahirkan moral
danetikasehinggabermanfaatuntuknusadanbangsa. Sekolah yang kami
impikanialahsekolah yang nantinyaakansangatbermanfaatbagianak-
anakbangsakhususnyabagianak-anak yang berniattinggiuntukmeraihcita-citanya.

Model pembelajaran yang kami gunakanadalah model pembelajaranProbing-


Prompting merupakanpembelajarandengancara guru menyajikanserangkaian yang
sifatnyamenuntutdanmenggalisehinggaterjadi proses berpikir yang
mengaitkanpengetahuandanpengalamansiswadenganpengetahuanbaru yang
sedangdipelajari. Selanjutnyasiswamengontruksikonsep, prinsip,
danaturanmenjadipengetahuanbaru.

Pada model pembelajaranini, proses Tanya


jawabdilakukandenganmenunjuksiswa
secaraacaksehinggasetiapsiswamautidakmauharusberpartisipasiaktif,
siswatidakbisa menghindardari proses pembelajaran, setiapsaatiabisa
dilibatkandalam proses tanya jawab.

39
40
BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari materi-materi yang sudah disampaikan diatas maka dapat ditarik


kesimpulan bahwa Nahdlatul Ulama adalah sebuah organisasi Islam terbesar di
Indonesia. Nahdlatul Ulama didirikan pada 16 Rajab 1334 H(31 Januari 1926).
Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar, Nahdlatul
Ulama menganut paham Ahlussunah Wal Jama’ah, sebuah pola pikir yang
mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim
naqli (skripturalis), jumlah warga Nahdlatul Ulama atau basis pendukungnya
diperkirakan mencapai lebih dari 40 juta orang, dari mereka adalah rakyat jelata,
baik kota maupun di deasa. Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi karena
secara sesial-ekonomi memiliki masalah yang sama, selain itu mereka juga sangat
menjiwai ajaran Ahlussunah Wal Jama’ah dan pada umumnya mereka memiliki
ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat pendidikan
rakyat dan cagar budaya NU.

SARAN

Kami pelaku penyusun sangat menyadari masih jauh dari sempurna dan
tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembuatan dan penelitian kami ini. Hal
ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan kami. Oleh karena itu, kami
pelaku pembuat makalah dan hasil penelitian kami mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun. Kami juga mengharapkan makalah dan hasil penelitian
kami ini sangat bermanfaat untuk kami khususnya bagi pembaca.

41
DAFTAR PUSTAKA

Tafsir, Ahmad. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.
Baso, Ahmad. 2006. NU Studies. Jakarta: Erlangga.
Nata, Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Mujib, Abdul dkk. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Prenada Media.
Bahar, Fauzi dkk. 2013. Islam Education Managrment. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Yunus, Mahmud. 1398. Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran.
Jakarta: PT. Hidakarya Agung.
Siroj, Aqil, Said. 2009. Tasauf Sebagai Kritik Sosial. Jakarta: Yayasan
KHAS.
Hilmy, Masdar. 2016. Pendidikan Islam dan Tradisi Ilmiah. Malang:
Madani.
Hasan, Tholhah, Muhammad. 2005. Ahlusunnah Wal Jama’ah. Jakarta:
Komplek Perkantoran Tanjung Raya.
As’ad, Mahrus. “Pembaruan Pendidikan Islam Nahdlatul Ulama.” Nizam
3 (2014): 56-57. Print.
Rahim, Ali. “Peranan dan Sistem Pendidikannya.” Al Hikmah XIV
(2013): 176-177. Print.
Abdurrahman. “Sumbangan Pemikiran NU Terhadap Modernisasi
Pendidikan Islam Di Indonesia.” Consilium IV (2017): 5-11. Print.
Efendi. Arief. “Peran Strategis Lembaga Pendidikan Berbasis Islam Di
Indonesia.” Vol 1 (2008): 5-6. Print.
Chaer, Toriqul, Moh. “Peran Madrasah Dalam Menghadapi Era
Globalisasi dan Budaya.” Vol 06 (2016): 184-185. Print.
Haidar, Ali, M. “Nahdlatul Ulama dan Islam Di Indonesia.” Vol XX
(1994): 10-13. Print.

42
43
44
45
46

Anda mungkin juga menyukai