PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang bertanggung
jawab mengantarkan putra-putri bangsa menjadi manusia berilmu dan berakhlak.
Putra-putri bangsa adalah generasi yang harus disiapkan menjadi calom pemimpin
dimasa yang akan datang.
Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
manusia dengan melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang hayat.
Pendidikan terjadi karena adanya interaksi antar manusia tanpa ada batas ruang
dan waktu.
Pendidikan terjadi mulai dai lingkaran keluarga, dilanjutkan serta diperkuat
dilingkungan sekolah, tempat ibadah kemudian diperkaya dalam lingkungan
masyarakat. Pendidikan juga sebagai upaya memanusiakan manusia yang
mengembangkan potensi manusia dan kemampuan individu sehingga bisa hidup
optimal, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat, serta memiliki
nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya.
Dalam konteks keislaman, corak pendidikan yang diinginkan oleh Islam
adalah pendidikan yang mampu membentuk manusia yang unggul secara
intelektual, kaya dalam hal amal, serta anggun dalam kebijakan dan moral.
Sehingga pendidikan Islam mempunyai tujuan agar manusia mencapai
keseimbangan pribadi secara menyeluruh. Melihat pengkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, maka pendidikan Islam dituntut
untuk bergerak dan mengadakan inovasi-inovasi pendidikan. Mulai paradigma,
sistem pendidikan dan metode yang digunakan. Hal ini dimaksudkan agar
perkembangan Islam tidak tersendat-sendat.
Eksistensi sekolah sebagai lembaga pendidikan formal diharapkan dapat
bertahan dalam rangka melanjutkan dan mengembangkan pendidikan dan agar
dapat memenuhi berbagai kebutuhan mereka sebagai peserta didik. Lembaga
pendidikan Madrasah Nahdlatul Ulama merupakan lembaga pendidikan formal
berstatus swasta yang menggunakan kurikulum dari kementrian agama.
1
Organisasi NU dipenuhi oleh lembaga-lembaga pendidikan seperti pesantren,
majelis taklim, pendidikan diniyyah, madrasah/sekolah dan perguruan tinggi.
Sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat
sendiri, madrasah dan sekolah NU memiliki karakter yang khusus, yaitu karakter
masyarakat; diakui sebagai milik masyarakat dan untuk masyarakat. Guru-guru
madrasah adalah juga guru-guru masyarakat yang tingkah lakunya dinilai, diawasi
dan ditiru oleh masyarakat.
Dalam pendidikan NU, ada materi pembelajaran yang menjadi ciri khas, atau
corak khusus yang tidak boleh ditiadakan, yaitu materi Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah ( Aswajah ).
Organisai Nahdlatul Ulama (NU) organisai yang bergerak dibidang
pendidikan, politik, dan sosial. Ajaran aswajah merupakan ajaran yang menganut
pada lima sumber hukum berupa Al-Qur’an dan Hadist, ilmu Fiqih, Ijma’dan
Qiyas.
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan peserta didik memaknai nilai-nilai NU?
2. Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan Islam di yayasan
pendididikan Nahdlatul Ulama Medan Tembung?
3. Bagaimana sistem Nahdlatul Ulama menerapkan pendidikannya di dunia
pendidikan Nasional dan pendidikan Islam di Yayasan?
1.3.Tujuan
1. Mengetahui penerapan peserta didik memaknai nilai-nilai NU.
2. Mengetahui implementasi nilai-nilai pendidikan Islam di yayasan
pendididikan Nahdlatul Ulama Medan Tembung,.
3. Mengetahui sistem Nahdlatul Ulama menerapkan pendidikannya di dunia
pendidikan Nasional dan pendidikan Islam di Yayasan.
1.4.Manfaat
2
BAB II
Tinjauan Teori
Tinjauan teoritik adalah teori-teori yang terkait dan menjadi dasar berfikir
dalam melakukan penelitian. Suatu penelitian tentu memerlukan teori yang
mendukungnya. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini mencakup
teori yang dianggap sesuai untuk dijadikan kerangka teoritik.
3
3. Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi
ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Ilmu sejarah berisi
teori-teori tentang sejarah ilmu alam (fisika) berisi teori-toeri tentang alam fisika.
Maka isi ilmu pendidikan islam adalah teori-teori tentang pendidikan berdasarkan
ajaran Islam.1
1
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hal 17.
2
Ibid, hlm 44
3
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006),
hlm 10.
4
Tujuan pendidikan adalah menyiapkan akal pikiran untuk mendapat ilmu
pengetahuan sebagaimana menyiapkan tanah untuk tumbuh–tumbuhan dan tanam-
tanaman. Ada orang yang mengatakan, bahwa tujuan pendidikan Islam ialah
ubudiyah(ber’ibadat) atau memperhambakan diri kepada Allah. Pendapat ini
beralasan kepada firman Allah, pada surat (Al- baiyanah 5)
4
Ibid, hlm 68
5
B. Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Nahdatul Ulama
Setelah NU resmi berdiri menjadi jam’iyah pada tahun 1926, telah banyak
madrasah-madrasah yang berdiri disamping pondok pesantren yang telah lama ada
dan mengakar diindonesia. Melihat kenyataan yang ada pada saat itu, maka
muktamar II tahun 1927 membicarakan masalah perbaikan metode pengajaran di
pondok pesantren dan madrasah-madrasah.
5
Ahmad Baso, NU Studies, (Jakarta: Erlangga, 2006), hal 91.
6
Nizham, Pembaruan Pendidikan Islam Nahdlatul Ulama, 2014, Vol.3,hal. 56-57
6
Namun, dalam perkembangan selanjutnya, perhatian NU lebih banyak
diarahkan pada pembaruan pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah cabang
ranting yang banyak tersebar didaerah-daerah.7
Perbedaan diantara kedua visi tersebut antara lain dalam menyikapi ayat-ayat
mutasyabihat (ayat-ayat yang mengandung arti ganda) yang ada di dalam Al-
Qur’an, utamanya yang perkaitan dengan sifat Allah, seperti kata ‘’yad’’ (tangan),
‘’ain’’ (mata), ‘’istiwa’’ (bersemayam).
7
Nizham, Pembaruan Pendidikan Islam Nahdlatul Ulama, 2014, Vol. 3, hal.60-61.
8
Ali Rahim, Peranan dan Sistem Pendidikannya 2013, Vol XIV, Hal 176-177
7
Al-Asy’Ariyah dan Al-Maturidiyah
Pada awal abad ke-6 Hijriyah, kalangan Ahlusunnah wal Jama’ah khusunya
Asy’ariyah yang mendapat tokoh besar, yakni Hujjatul Islam, Imam Abu Hmid
Muhammad Al-Ghazali (451-505 H/1059-1111 M) lahir di Tus Khurasan, waktu
itu Khurasan masuk wilayah Persi Utara, propinsi yang telah banyak melahirkan
orang-orang Islam yang jenius dalam berbagai macam disiplin ilmu.
Dokrin Ahlusunnah wal Jama’ah dalam tulisan ini dibatasi pada ajaran Al-
Asy’ariyah dan Al-Maturidiyah dan diprioritaskan pada masalah-masalah yang
banyak menjadi pembicaraan dikalangan ahli Ilmu Kalam tetapi hanya difahami
secara samar-samar dikalangan mayoritas warga Nahdliyin.
Diantara masalah tersebut berkembang dan menjadi persoalan baru lagi karena
sudah kurang dipertanggung jawabkan. Kita harus meyadari bahwa ilmu yang
dikuasai manusia itu tetap terbatas:
9
Masdar Hilmy, Pendidikan Islam dan Tradisi Ilmiah, 2016, Malang: Madani, Hal, 17-20.
8
C. Nahdlatul Ulama sebagai Lembaga Pendidikan Islam
9
3. Asas-asas ekonomi yang memberikan persepektif tentang potensi-potensi
manusia dan keuangan serta materi dan persiapan yang mengatur sumber-
sumbernya dan bertanggung jawab terhadap anggaran belanjanya. Asas ini
meliputi sebagian ilmu ekonomi dan accounting, budgeting dan perencanaan yang
dapat menolong dalam investasi yang lebih ideal, peluang yang lebih memuaskan,
dam kemampuan yang lebih tinggi.
4. Asas politik dan administrasi yang memberikan bingkai ideology (aqidah)
dari mana ia bertolak untuk mencapai tujuan dan dicita-citakan dan rencana yang
telah dibuat. Asas ini meliputi sebagian ilmu administrasi dan organisasi, undang-
undang, dan perundang-undangan yang dapat menafsirkan susunan organisasi
pendidikan dan mengarahkan geraknya.
5. Asas-asas psikologis yang memberikan informasi tentang watak pelajar-
pelajar, guru-guru, cara-cara terbaik dalam praktik, pencapain dan penilaian, dan
pengukuran dan bimbingan. Asas ini meliputi sebagian ilmu tingkah laku, biologi,
fisiologi, dan komunikasi yang sesuai untuk memahami pengajaran dan proses
belajar, perkembangan dan pertumbuhan, kematangan, kemampuan dan
kecerdasan, persepsi, dan perbedaan-perbedaan perseorangan, minat dan sikap.
6. Asas filsafat yang berusaha memberinya kemampuan untuk memilih yang
lebih baik, memberi arah suatu system, mengontrolnya, dan memberi arah pada
semua asas-asas yang lain. Asas ini meliputi sebagian ilmu etika dan estetika,
ideology dan logika untuk memberi arah kepada pengajaran dan menyelaraskan
interaksi-interaksi masing-masing, menyusun sistemnya sesudah diteliti dan
dikritik, dianalisis dan dibuat sintesis.10
Tarbiyah
10
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Rajawali Pers,2010), Hlm.13-31.
11
Ibid, hlm 53.
10
1. Rabba, yarbu, tarbiyah: yang memiliki makna ‘tambah’dan ‘berkembang’.
Pengertian ini juga didasarkan QS. ar-Rum ayat 39. “Dan sesustu riba (tambahan)
yang kamuberikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak
menambah pada sisi Allah.” Artinya, pendidikan (twrbiyah)merupakan proses
menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri peserta didik, baik
secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual.
Ta’lim
Ta’limmerupakan kata benda buatan (masdhar) yang berasal dari akar kata
‘allama. Sebagian para ahli menerjemahkan istilah tarbiyah dengan pendidikan,
sedangkan ta’lim diterjemahan dengan pengajaran.
12
Said Aqil Siroj, Tasauf Sebagai Kritik Sosial, 2009, Jakarta: Yayasan KHAS, hlm. 20-24.
11
Muhammad Rasyid Ridha mengartikan ta’lim dengan: “proses transmisi
berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan
ketentuan tertentu.” Pengertian ini didasarkan atas Firman Allah swt. dalam QS.
al-Baqarah ayat 31 tentang secara bertahap sebagaimana Nabi Adam menyaksikan
dan menganalisis asma’ (nama-nama Allah) yang diajarkan oleh Allah kepadanya.
Firma Allah swt. dalam QS. al-Baqarah ayat 31: “Dan dia mengajarkan (allama)
kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman : “Sebutkanlah kepada-
Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”
Ta’dib
Riyadhah
Bersabda Nabi s.a.w. artinya: ”Hanya aku diutus (oleh Allah) untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. ” (Riwayat Imam Malik dalam al-
Muwatthak). Allah memuji Nabi Muhammad ialah karena tinggi akhlaknya.
13
Ibid, hlm.10-22
12
Firman Allah: ”Sesungguhnya engkau (ya Muhammad) mempunyai akhlak
yang besar” Salah seorang sahabat bertanya kepada ’Aisyah: Apakah akhlak Nabi
Muhammad ? Jawabnya : Akhlaknya ialah Al-Quran. Maka teranglah, bahwa
tujuan yang terutama dan tertinggi dari pengutusan Nabi (dan ulama/guru-guru
Agama sebagai warisnya), ialah mendidik ummat dengan akhlak yang mulia dan
budi pekerti yang luhur. Ini tidak berarti, bahwa pendidikan jasmani, akli, amali
tidak dipentingkan sama sekali, tidak, tidak. Bahkan semua macam-macam
pendidikan itu dipentingkan, tetapi pendidikan akhlak terlebih penting dari semua
nya, terutama, sebagai tugas alim ulama dan guru-guru Agama.
Salah satu program permanen Nahdatul Ulama adalah urusan madrasah atau
sekolah, yang diberi nama dengan istilah Ma’arif. Semua program kerja Nahdatul
Ulama, tidaklah semata-mata usaha untuk mencapai sesuatu tujuan baru, tetapi
pertama-tama adalah manefestasi dari pelaksanaan ajaran agama islam.
13
No Keadaan Sebelum Keadaan Sesudah
1. Membangun dan mengembangkan insan Menumbuhkan jiwa
dan masyarakat yang bertakwa kepada pemikiran dan gagasan-
Allah swt. gagasan yang dapat
membentuk pandangan hidup
bagi anak didik sesuai dengan
ajaran Ahlussunnah
Waljam’ah
2. Membangun dan mengembangkan insan Menanamkan sikap terbuka,
dan masyarakat yang cerdas, terampil, watak mandiri, kemapuan
berakhlak mulia, tentram, adil dan bekerja sama dengan pihak
sejahtera. untuk lebih baik,
keterampilan menggunakan
ilmu dan teknologi, yang
kesemuanya adalah
perwujudan pengabdian diri
kepada Allah
3. Mewujudkan cita-cita melalui Menciptakan sikap hidup
serangkaian ikhtiar yang didasari oleh yang berorientasi kepada
dasar-dasar paham keagamaan yang kehidupan duniawi dan
membentuk kepribadian khas NU. ukhrawi sebagai sebuah
kesatuan.
4. Menjadikan pendidikan agama sebagai Menekankan penghayatan
wadah perjuangan para ulama terhadap nilai-nilai ajaran
mencerdaskan para pengikutnya. agama Islam sebagai ajaran
yang dinamis.
Demikian pula urusan Madrasah atau sekolah, pertama-tama adalah
pelaksanaan perintah agama di bidang pendidikan dan pengajaran sekaligus
merupakan keikutsertaan Nahdatul Ulama dalam usaha mencerdaskan bangsa dan
umat.
14
Sebagai organisasi yang benar-benar tumbuh dari bawah, berakar dibumi
masyarakat Kaum Muslimin Indonesia, sebagai besar Madrasah atau sekolah
Ma’arif Nahdatul Ulama didirikan, dibangun dan dibiyai oleh masyarakat sendiri
yang kemudian menggabungkan diri pada Mu’arif Nahdatul Ulama, dengan
kesediaan dikornasikan, dibimbing dan diawasi oleh Mu’arif.Sampai saat ini
kiprah NU dalam bidang social keagamaan terus berlangsung.
14
Abdurrahman ,Sumbangan Pemikiran NU Terhadap Modernisasi Pendidikan Islam Di
Indonesia, 2017, Vol IV, Hal 5-11.
15
Sebagai syarat untuk memperoleh tujuan tertib agama, maka tertib sosial itu
pun wajib. Kaidah yang digunakan NU untuk untuk memecahkan masalah itu
ialah ‘Kewajiban yang tidak dapat dijalankan dengan sempurna kecuali dengan
syarat tertentu maka syarat itu pun wajib. Dengan logika kaidah-kaidah tersebut
diatas NU mencoba memecahkan berbagai persoalan sosial, politik, maupun
keagamaan yang dihadapi ummat Islam dan bangsa Indonesia Umumnya.
Obyek usul al-fiqh ialah dalil umum (ijmal) dan hukum universal (kulli) serta
prosdur penemuan hukum universal dari dalil umum. Obyek fiqh ialah tindakan
orang dewasa (mukallaf) dilihat dari segi wajib, sunnah, haram, masalah dan
hukum fikih yang memiliki kesamaan yang dapat diikat menjadi kesatuan berupa
kaidah umum.
Ada lima kaidah pokok yang lazim disebut al-qawa’id al-Khams al-kubra
(lima kaidah induk):
16
Kaidah-kaidah tersebut merupakan generalisis masalah, baik yang bersumber
dari dasar-dasar hukum syari’ah maupun dari dasar-dasar hukum stari’ah maupun
dari kesamaan-kesamaan hukum fikih yang beranekaragam.15
E. Kurikulum dalam Pendidikan Islam
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh
terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam
pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat
dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan
yang kuat, yang didasarkan pada hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat
berakibat fatal terhadap kegagalan itu sendiri.
15
M. Ali Haidar, Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia, 1994.Vol XX,hal 10-13.
17
PBNU bagian Ma’arif oleh Ma’arif adalah umum, Lembaga
mengadakan kurikulum nasional yang Pendidikan
Musyawarah Tingkat dikeluarkan oleh Ma’arif NU
Wilayah di Bandung, pemerintah dengan menggunakan
Jawa Barat akhirnya ide tambahan mata pelajaran kurikulum yang
kurikulum campuran yang sesuai dengan berlakukan
diresmikan pengguna kebutuhan secara nasional
nya dengan komposisi sekolah/madrasah, yang bersumber
70% agama dan 30 % khususnya mata pelajaran dari Depdiknas,
umum. studi ke-NU-an dan yaitu kurikulum
Ahlussunnah wal jama’ah berbasis
(Aswaja). kompetensi yang
mulai
diaplikasikan
pada tahun 2004
ini. Maksud
sekolah umum
adalah SD,
SLTP, SMU,
SMK dan
lembaga
Pendidikan
umum yang
sejenis.
16
Ibid, hlm 124
18
Fungsi kurikulum dalam pendidikan Islam adalah sebagai:
(1) alat untuk mencapai tujuan dan untuk menempuh harapan manusia sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan;
(2) pedoman dan program harus dilakukan oleh subjek dan objek pendidikan;
(4) standar dalam penilaian kriteria keberhasilan suatu proses pendidikan, atau
sebagai batasan dari program kegiatan yang akan dijalankan pada caturwulan,
semester, maupun pada tingkat pendidikan tertentu. 17
1. Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam mengembangkan kurikulum. Sama
hal nya seperti dalam filsafat pendidikan, dikenalkan pada berbagai aliran filsafat,
seperti: perenialisme, esensialisme, eksistensialisme, progresivisme, dan
rekonstruktivitas. Dalam pengembangan kurikulum senantiasa berpijak pada
aliram-aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan
implementasi kurikulum yang dikembangkan.
1. Landasan psikologis
Sukmadinata (1997) mengemukakn bahwa minimal terdapat dua bidang
psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum, yaitu: (1) psikologi
perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan
ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan denagn
perkembangannya.
17
Ibid, hlm 134
19
2. Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai
suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan.
Dimaklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik
untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk
pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta
nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di
masyarakat.
3. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Firman Allah Swt. Dalam surat Marryam [9]: 43:
18
V eithzal Rivai Zainal dan Fauzi Bahar, Islamic Education
Management(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2013),Hlm.325-334.
20
Kurikulum (manhaj/curriculum) adalah seperangkat perencanaan dan media
untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang
diinginkan. Hakikat kurikilum adalh kegiatan yang mencakup berbagai rencana
kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan,
saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat
diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan mencapai
tujuan yang diinginkan.
Menurut Jaweet dan Bair, teori kurikilum pendidikan tersebut harus didasari
atas asumsi tentang hakikat masyarakat manusia, dan pendidikan sendiri.19
19
Ibid, hlm 122-123
21
F. Madrasah dalam Naungan NU
Madrasah adalah salah satu lembaga pendidikan Islam yang penting selain
pesantren. Keberadaaanya begitu penting dalam upayameningkat kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) dan menciptakan kader-kader bangsa yang memiliki
wawasan keislaman dan nasionalisme yang tinggi.
20
Arief Efendi, Peran Strategis Lembaga Pendidikan Berbasis Islam di Indonesia, 2008.Vol 1,hal
5-6.
22
Kata “madrasah” pada awal perkembangannya, diartikan jalan pemikiran
seorang pemikir atau kelompok pemikir dalam suatu bidang ilmu, kemudian
diartikan tempat belajar atau lembaga pendidikan dan pengajaran seperti sekolah
yang berkonotasi khusus yaitu yang banyak mengajarkan agama Islam atau ilmu-
ilmu keIslaman. Kedua arti tersebut masih terasa dilakukan mayoritas umat Islam
sampai sekarang, karena madrasah merupakan tempat penyebaran paham aliran
atau mazhab yang dianut untuk disosialisasikan ke seluruh umat.
Madrasah merupakan isim makna dari darasa yang berarti tempat untuk
belajar. Istilah madrasah kini telah menyatu dengan istilah sekolah atau perguruan
(terutama perguruan Islam). Menurut Karel A.Steenbrink istilah madrasah dan
sekolah dibedakan, karena keduanya mempunyai cirri khas yang berbeda.
21
Muhammad Tholhah Hasan, Ahlussunnah Wal Jama’ah, 2005, Jakarta: Komplek Perkantoran
Tanjung Raya. Hal, 25-27.
23
Kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam setidaknya
mempunyai empat latar belakang, yaitu:
24
4. Membersihkan pikiran dan jiwa dari pengaruh subjektivitas (emosi), karena
pengaruh zaman dewasa ini lebih mengarah pada penyimpangan fitrah
manusia. Dalam hal ini, lembaga pendidikan madrasah berpengaruh sebagai
benteng yang menjaga kebersihan dan keselamatan fitrah manusia tersebut.
5. Memberikan wawasan nilai dan moral, serta peradaban manusia yang
membawa khazanah pemikiran anak didik menjadi berkembang.
6. Menciptakan suasana kesatuan dan kesamaan antar anak didik.
7. Tugas mengoordinasi dan membenahi kegiatan pendidikan.22
22
Ibid, hlm.241
23
Moh. Toriqul Chaer,Peran Madrasah Dalam Menghadapi Era Globalisasi Dan Budaya, 2016,
Vol .06 No.02, e-ISSN 2540-8348, hal 184-185.
25
Tetapi dalam mendidik, murid-murid harus membahas, menyelidiki dan
mengupas serta memikirkan soal-soal yang sulit dan mencari jalan untuk
mengatasi kesulitan itu dengan tenaga sendiri. Jika dalam mendidik, murid-murid
bekerja dan dalam mengajar murid-murid mendengar.
Sebab itu mengajar adalah sebagian dari pendidikan ‘akli. Tujuannya ialah
supaya murid-murid mendapat ilmu pengetahuan atau pandai dalam suatu
kesenian atau cakap mengusahakan suatu perusahaan.
Tujuan pengajaran
Kebaikan pimpinan sekolah barulah terang dan nyata, bila baik pendidikan
disekolah itu dan manju pengajarannya, serta terpelihara disiplin dan teratur
segala pekerjaan. Lain dari pada itu harus pula diperhatikan keadaan murid-murid
dan masyarakat dan perhubungan antara sekolah dengan kehidupan.
26
kesehatan, dan disiplin didalam kelas-kelas dan dipekarangan sekolah, serta
membiasakan hadir kesekolah tiap-tiap hari.Kemajuan (sukses) pimpinan sekolah
tergantung atas kebijaksaan guru kepala dan kebaikan pimpinannya.
Sifat-sifat yang harus diliki oleh guru kepala dalam memimpin sekolah
1. Harus guru kepala memahami tebiat manusia dengan sebenarnya
2. Haruslah guru kepala khayalan cipta
3. Haruslah guru kepala percaya kepada tenaganya untuk membuat garis
pekerjaan disekolah
4. Haruslah guru kepala orang’amali (suka bekerja), bijaksana, berpikiran
tepat dan tegas
5. Haruslah guru kepala lapang dada dan jauh pemandangan
Perhubungan antara guru kepala dengan guru-guru harus lah baik, penuh
dengan kejujuran, kesetiaan dan keikhlasan serta bertolong-menolong.
Perhubungan guru kepala dengan guru-guru haruslah seperti perhubungan kakak
dengan adik-adiknya. Dengan bertolong-tolongan antara guru kepaladan guru-
guru akan sukseslah sekolah dan maju pendidik dan pengajaran.
Oleh sebab itu guru kepala haruslah memperhatikan keadaan kepada muri-
murid tiap hari, sehingga dikenalnya masing-masing murid itu seperti mengenal
27
anak-anaknya. Dengan demikian murid-murid akan mencintai guru-guru kepala
seperti mencintai orang tuanya.
Guru kepala harus berhubungan baik dengan orang-orang tua murid, serta
bertolng-tolongan dengan mereka itu. Sekali-kali dengan guru kepala
mengasingkan diri dari orang-orang tua murid. Dengan bertolong-tongan dengan
orang tua murid, guru kepala dapat menanamkan adat istiadat yang baik dalam
dada murid-murid, seperti rajin dan sungguh, tetap bekerja menunaikan
kewajiban, suka berkorban dan belajar terus untuk mencapai kebenaran. Dengan
bertolong-tolongan antara guru kepala dengan orang tua murid-murid, antara
sekolah dan rumah tangga, akan dapat kita mendidik murid-murid menjadi
anggota yang bekerja dalam masyarakat.
24
Mahmud Yunus,Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, 1398, (Jakarta: PT. Hidakarya
agung),hal 18-84.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis penelitian
mberikan kritik atau penilaian sesuai dengan sudut pandang atau pendekatan yang
digunakan. Jika dipandang dari sudut tempat penelian maka penelitian ini
termasuk dalam kategori lapangan (field rearch) karena peneliti terjun secara
langsung kelapangan melakukan 0bservasi dan wawancara terhadap implementasi
nilai-nilai pendidikan Nahdlatul Ulama dalam konsep pendidikan alami sekolah
dasar yang digunakan. Jika dipandang dari sudut tempat penelitian maka
penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian lapangan (field research) karena
peneliti terjun secara langsung ke lapangan melakukan observasi dan wawancara
terhadap implementasi nilai-nilai pendidikan nahdatul ulama dalm konsep
pendidikan alami di SDS Nahdlatul Ulama.
a. Pada tahap ini melakukan studi dokumentasi dan melakukan studi lapang
disekolah untuk menemukan model faktual tentang pembelajaran pendidikan
Nahdlatul Ulama, menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sekolah
yang akan menjadi tempat adalah SDS Nahdlatul Ulama.
b. Desain model faktual yang di dapat akan diujicobakan secara terbatas di SDS
Nahdlatul Ulama. Alasan pemilihan sekolah ini karena berbagai alasan yang
menguatkan , sebagai berikut:
Sekolah SDS Nahdlatul Ulama memiliki keunggulan yang sangat baik
termasuk dalam mencapai berbagai prestasi yang telah dimiliki oleh
peserta didik.
Sekolah SDS Nahdlatul Ulama merupakan sekolah satu-satunya didaerah
tersebut.
Saat ini, dalam kepemimpinan Ibu Siti Rahmawati S.pd. sekolah SDS
Nahdlatul Ulama sudah’’ terakreditasi B’’.
29
SDS Nahdlatul Ulama telah membiasakan para siswa/i untuk melakukan
sholat dhuha pada hari jum’at, dan mewajibkan sholat dzuhur setiap
harinya di mushollah.
SDS Nahdataul Ulama juga menerapkan kepada siswa/i nya untuk selalu
melakukan kebersihan, menanam bunga, dan bergotong royong pada
setiap hari sabtu.
Sekolah SDS Nahdlatul Ulama tidak memperbolehkan kepada siswa/i nya
untuk membeli jajanan diluar sekolah karna sekolah tersebut telah
menyediakan kantin yang lebih terjamin kesehatannya yang tidak
mengandung bahan kimia atau pengawet dalam makanan dan lebih sehat
lagi untuk dikonsumsi bagi anak-anak.
SDS Nahdlatul Ulama didukung sembilan tenaga pendidik untuk
menciptakan suatu pembelajaran yang hidup.
SDS Nahdlatul Ulama telah menciptakan suasana menaraik dalam kelas
agar mempermudah peseta didik dalam memahami pembelajaran seperti
bernyanyi dan hal lainnya.
Menanamkan nilai-nilai kejujuran, kebersihan, keterampilan, kedisiplinan,
kesabaran, kebersamaan, keta’atan dalam beribadah, serta kerjasama dan
tanggung jawab kepada siswa/i dan guru.
c). Pendekatan
30
d) Lokasi dan waktu penelitian
e) Sumber data
f) Pengembangan
Model faktual yang telah dicapai setiap tahunnya telah mencapai suatu
prestasi seperti Adiwiyata dan olimpiade sains. SDS Nahdlatul Ulama juga sudah
beberapa kali meraih gelar juara setiap tahunnya tentang melestarikan lingkungan,
dan juga pernah meraih juara dalam kejuaraan sains antara SD diwilayah sekitaran
medan.
g) Pengumpulan Data
a) Wawancara
wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui seberapa
jauh dalam pemahaman subyek penelitian terhadap nilai-nilai pendidikan
Nahdlatul Ulama dalam konsep pendidikan Islam di SDS Nahdlatul Ulama, serta
untuk mengetahui seberapa besar nilai-nilai pendidikan Nahdlatul Ulama dalam
31
konsep pendidikan nasional. Informan yang diwawancarai adalah Ibu Siti
Muhammi, S.Pd. sebagai guru wali kelas V.
b) Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk digunakan
untuk memberikan data berupa catatan, vidio dan foto. Metode dokumentasi ini,
digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya
sekolah, visi dan misi, guru, karyawan dan peserta didik di SDS Nahdlatul Ulama.
BAB IV
1. Identitas Sekolah
a. Profil SDS Nahdlatul Ulama
1. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SDS Nahdlatul Ulama
Alamat Sekolah : Jl. Pukat I No.37, Kel. Bantan
Timur, Kec. Medan Tembung
Kode Pos : 20224
Status Sekolah : Swasta
NSS : 102076013062
NPSN : 10259386
Akreditas :B
SK Pendirian Sekolah : 1753/103/A.87
Tanggal SK Pendirian : 01 Januari 1970
Tahun Didirikan : 1970
2. Visi dan Misi SDS Nahdlatul Ulama
a. Visi
“ Melahirkan generasi yang beriman dan bertakwa, cerdas, jujur
dan berbudaya lingkungan”
b. Misi
1. Membina generasi bangsa yang beriman dan bertakwa
2. Menyiapkan generasi bangsa yang memiliki kejujuran
32
3. Memupuk generasi bangsa yang mampu melestarikan fungsi
lingkungan
4. Memupuk generasi bangsa yang mencintai dan menyelamatkan
lingkungan
5. Membina generasi bangsa yang mampu mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan hidup
6. Memupuk generasi bangsa yang mampu mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan hidup
33
2. Pembahasan dan Hasil Wawancara
Pendidikan Akhlak, Tugas yang pertama dan terutama yang terpikul atas
pundak alim ulama, guru-guru Agama dan pemimpin-pemimpin Islam ialah
mendidik anak-anak, pemuda-pemuda, putera-puteri, orang-orang dewasa dan
masyarakat umumnya, supaya semuanya itu berakhlak yang mulia dan-berbudi
pekerti yang halus. Pandai hidup bermasyarakat, tolong menolong, berlaku jujur
dan peramah, berlaku adil dalam segala hal, berkasih sayang antara satu dengan
yang lain, seolah-olah mereka itu satu tubuh, bila sakit satu anggota, niscaya
merasa sakit seluruh tubuhnya, atau seolah-olah mereka seperti satu bina yang
terdiri dari batu-batu bata, satu sama lain kuat menguatkan, sehingga menjadi bina
yang kokoh kuat.
34
Pendidikan menurut Muhammad SA. Ibrahim (Bangladesh) menyatakan
bahwa pendidikan Islam adalah: Pendidikan Islam dalam pandangan yang
sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkin seseorang dapat
mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideology Islam, sehingga dengan
mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam.
Selain dari pada itu guru hanya melatih daya hafalan saja dan mengabaikan
daya bertikir dan kemauan. Akhimya anak-anak hanya pandai menghafal, tetapi
tidak pandai berfikir dan tiada mempunyai kemauan. Padahal untuk menempuh
25
Ibid, hlm25-28.
35
masyarakat kelak, selain dari berilmu pengetahuan, orang hams pandai berfikir
dan mempunyai kemauan yang keras.
Dari tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah:
“Terbentuknya insan kamil yang di dalamnya memiliki wawasan Khaffah agar
mampu menjalankan tugas-tugas kehambaan, kekhalifahan, dan pewaris Nabi.27
Hasil wawancara dari penelitian ini bahwa Sekolah Dasar Swasta Nahdlatul
Ulama merupakan sekolah swasta yang didirikan pada tahun 1970, dimana tanah
SDS Nahdlatul Ulama ini merupakan tanah wakaf yang luasnya 1600 𝑀2 . SDS
Nahdlatul Ulama ini sudah terakreditasi B dan dibawah kepemimpinan ibu Siti
Rahmawati, S.PD yang merupakan lulusan dari UMN Al-Wasliyah jurusan
Pendidikan Matematika. SD Swasta Nahdlatul Ulama ini menggunakan
kurikulum 2013, dimana peserta didik diarahkan untuk lebih aktif dalam belajar,
tetapi sifat ahlussunnah wal-jama’ah tetap diterapkan. Sekolah ini menggunakan
metode ceramah agar memudahkan peserta didik dalam memahami pelajaran-
pelajaran. Pengajar di SDS Nahdlatul Ulama ini terdiri dari enam guru pengajar,
satu guru agama, satu tata usaha dan satu kepala sekolah. Jumlah muridnya terdiri
dari 130 siswa/siswi pada tahun Ajar 2019/2020, terbagi menjadi sekitar 20 orang
perkelas dan jumlah ruangan kelasnya terdiri dari enam ruangan, satu aula,
mushala, perpustakaan, kantor dan UKS.
26
Ibid, hlm 32.
27
Ibid, hlm 71
36
Sekolah dimulai dari pukul 07.30 sampai 13.40 dimana sholat dzuhur
berjamaah diwajibkan pada setiap harinya dan sholat dhuha setiap hari jum’at
diadakan serta pada hari sabtu diadakan kegiatan sabtu bersih. SDS Nahdlatul
Ulama mengadakan kegiatan atau organisasi seperti Pramuka dan Dokter kecil.
Sarana dan prasarana SDS Nahdlatul Ulama dibiayai oleh pemerintah. Buku-buku
nya sudah memadai, dan system pembelajarannya belum menggunakan alat
elektronik.
37
Guru sebagai fasilitor untuk para peserta didiknya harus mampu menjadi
pemberi pendidikan yang terbaik untuk peserta didiknya. Dalam pemberian
pendidikan tersebut guru
tidakhanyamampumemahamimateridansuasanapendidikan, namun guru
jugaharusmampumemilih media yang
tepatuntukdisampaikankepadapesertadidiknya, agar tercapaipendidikan yang
tepatsasaranseperti yang diinginkan.
Leaflatmengandungmateri yang
lebihringkasdandisusundenganmenggunakanbahasa yang
mudahdimengertisiswakemudiandisertakandengangambar-gambar yang
berhubungandenganmateri yang
disajikansehinggasiswamemilikiminatuntukmembaca. Solusi yang
dilakukanuntukmeningkatkanminatbacadanhasilbelajarsiswaadalahdenganmemfar
38
iasikanpenggunaanbahan ajar berupaleaflat. Agar
terlihatmenarikleaflatberdesainsecaracermatdilengkapidengangambar-
gambardanmenggunakanbahasa yang sederhanadanmudahdipahami.
Penggunaanleaflatterbuktiberpengaruhterhadappenguasaanmaterisiswa,
karenabahan ajar inimerupakanhal yang barubagisiswa yang
belumpernahdigunakansebelumnyaleaflatmerupakanbahancetaktertulisberupalem
baran yang dilipattapitidakdimatikanataudijahit. Agar
terlihatmenarikleaflatbiasanyadidesainsecaracermatdilengkapidenganilustrasidan
menggunakanbahasa yang sederhana, singkatsertamudahdipahami.
Selainpenampilanleaflatsebagaibahan ajar yang menarikdenganpenggunaanwarna-
warnadandidukungdengangambar-gambar yang ada, materipembelajannya.
Pembelajarandidalamnyajugadikemasdenganbahasa yang
sederhanadancukupringkas.
Haltersebutternyatamembangkitkanmotivasibelajarsiswasekaligusmempermudahsi
swadalammemahamimateri.
39
40
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
Kami pelaku penyusun sangat menyadari masih jauh dari sempurna dan
tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembuatan dan penelitian kami ini. Hal
ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan kami. Oleh karena itu, kami
pelaku pembuat makalah dan hasil penelitian kami mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun. Kami juga mengharapkan makalah dan hasil penelitian
kami ini sangat bermanfaat untuk kami khususnya bagi pembaca.
41
DAFTAR PUSTAKA
42
43
44
45
46