Anda di halaman 1dari 26

LANDASAN PENDIDIKAN

ISLAM
MUSTOPA, S.Pd.I, M.Pd
KONSEP DASAR
Pengertian Landasan Pendidikan Secara leksikal,
landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu
landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak
atau dasar pijakan.
Pendidikan
Kata pendidikan yang umum kita guanakan sekarang,
dalam bahasa Arab adalah “Tarbiyah”. Dengan kata kerja
“Rabba”. Kata “Pengajaran” dalam bahasa Arabnya adalah
“Ta’lim” dengan kata kerja “Allama”. Pendidiak dan
pengajaran dalam bahasa Arabnya “Tarbiyah Wa Ta’lim”
sedangkan pendidikan Islam dalam bahasa Arab adalah
“Tarbiyah Islamiyah”.
B.LANDASAN PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan Islam sebagai suatu usaha membentuk
manusia, harus mempunyai landasan ke mana semua
kegiatan dan semua perumusan tujuan pendidikan
Islam itu di hubungkan.

Landasan Islam itu terdiri dari Al-Qur’an dan Sunnah


Nabi Muhammad SAW yang dapat dikembangkan
dengan ijtihad, al maslahah al mursalah, istihsan,
qiyas dll
Landasan Pendidikan marupakan salah satu
kajian yang dikembangkan dalam kaitannya
dengan dunia pendidikan. landasan hukum,
landasan filsafat, landasan sejarah, landasan
sosialbudaya, landasan psikologi, dan landasan
ekonomi .
LANDASAN - LANDASAN:
1. Landasan Hukum
a. Pendidikan menurut Undang-Undang 1945 Undang – Undang
Dasar 1945 adalah merupakan hokum tertinggi di Indonesia.Pasal –
pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang – Undang
Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu
menceritakan tentang pendidikan dan yang satu menceritakan
tentang kebudayaan. Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap – tiap warga
Negara berhak mendapatkan pengajaran. Dan ayat 2 pasal ini
berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
system pengajar Pasal 32 pada Undang – Undang Dasar berbunyi :
Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.an nasional,
yang diatur dengan Undang – Undang.
b. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pertama – tama adalah Pasal 1 Ayat 2 dan Ayat
5. Ayat 2 berbunyi sebagai berikut : Pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman.“Selanjutnya Pasal 1 Ayat 5 berbunyi :
Tenaga Pendidik adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri
dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Menurut ayat ini yang berhak menjadi tenaga kependidikan adalah
setiap anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya dalam
penyelenggaraan pendidikan. Sedang yang dimaksud dengan
Pendidik tertera dalam pasal 27 ayat 6, yang mengatakan bahwa
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.”
2. Landasan Filsafat
 Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai
keakar – akarnya mengenai pendidikanAgar uraian tentang filsafat pendidikan ini
menjadi lebih lengkap, berikut akan dipaparkan tentang beberapa aliran filsafat
pendidikan yang dominan di dunia ini. Aliran itu ialah : Esensialis,Parenialis,Progresivis
Rekonstruksionis, Eksistensialis
 Filsafat pendidikan Esensialis bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad –
abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah suatu kebenaran
secara kebetulan saja.
 Filsafat pendidikan Parenialis tidak jauh berbeda dengan filsafat pendidikan Esensialis.
Kalau kebenaran yang esensial pada esensialis ada pada kebudayaan klasik dengan Great
Booknya, maka kebenaran Parenialis ada pada wahyu Tuhan.
 Filsafat Progresivisme mempunyai jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika,
ilmiah, dan perbuatan nyata. Ukuran kebenaran ialah yang berguna bagi kehidupan
manusia hari ini.
 Filsafat pendidikan Rekonstruksionis merupakan variasi dari Progresivisme, yang
menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki
 Filsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adalah
eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia di dunia ini tidak
punya tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena ada manusia.
3. Landasan Sejarah
Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum Negara
Indonesia berdiri. Sebab itu sejarah pendidikan di
Indonesia juga cukup panjang. Pendidikan itu telah ada
sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan zaman
pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh
agama Islam, pendidikan pada zaman kemerdekaan.
Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis
kemerdekaan ada tiga tokoh pendidikan sekaligus
pejuang kemerdekaan, yang berjuang melalui
pendidikan.
4. Landasan Sosial Budaya
Sosial mengacu kepada hubungan antar individu,
antarmasyarakat, dan individu secara alami, artinya
aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan.Sama
halnya dengan social, aspek budaya inipun sangat
berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat
dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki
unsure budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah
budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula
kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang
dikerjakan juga budaya.
5. Landasan Psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari
jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam
keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat
dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu jiwa atau
psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan
manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu
sendiri.a.   Psikologi Perkembangan Ada tiga teori atau
pendekatan tentang perkembangan.
6. Landasan Ekonomi
Pada zaman pasca modern atau globalisasi sekarang ini,
yang sebagian besar manusianya cenderung mengutamakan
kesejahteraan materi disbanding kesejahteraan rohani,
membuat ekonomi mendapat perhatian yang sangat besar.
Tidak banyak orang mementingkan peningkatan spiritual.
Sebagian besar dari mereka ingin hidup enak dalam arti
jasmaniah. Seperti diketahui dana pendidikan di Indonesia
sangat terbatas. Oleh sebab itu ada kewajiban suatu
lembaga pendidikan untuk memperbanyak sumber-sumber
dana yang mungkin bias digali
Al-Qur’an
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan
oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Didalamnya
terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk
keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran
yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip
besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan
yang disebut AQIDAH, dan yang berhubungan dengan amal
yang disebut syariah.
As Sunnah
As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun
pengakuan Rasul Allah SWT. Yang dimaksud dengan
pengakuan itu adalah kejadian atau perbuatan orang
lain yang diketaui Rasulullah dan beliau membiarkan
saja kejadian atau perbuatan itu berjalan.
Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-
Qur’an. Seperti Al-Qur’an, Sunnah juga berisi aqidah
dan syari’ah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk
kemashlahatan hidup manusia dalam segala aspeknya,
untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya
atau muslim yang bertaqwa.
Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha, berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu
yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at islam untuk menetapkan atau menentukan
sesuatu hukum syari’at islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan
hukumnya oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja
meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap
berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah. Namun demikian, ijtihad harus
mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para mujtahid tidak boleh
bertentangan dengan isi Al-Qur’an dan Sunnah tersebut. Karena itu ijtihad
dipandang sebagi salah satu sumber hukum islam yang sangat dibutuhkan
sepanjang masa setelah Rasul Allah wafat.


Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah
yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan Islam. Ijtihad
tersebut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan langsung dengan
kebutuhan hidup di suatu tempat pada kondisi dan situasi tertentu.
Sembilan prinsip pendidikan islami, yaitu :
1. Prinsip Syumuliyyah (komprehensif) Prinsip syumuliyyah berarti
bahwa pendidikan luas dan lengkap. Pendidikan harus
memperhatikan seluruh dimensi kehidupan yang mencakup
individu dan social, ilmu dan amal, dunia dan akhirat semuanya
diperhatikan dalam pembelajaran sehingga mengembangkan
potensi manusia secara menyeluruh.
2. Prinsip Takimuliyah (integratif) Prinsip takimuliyah adalah
prinsip yang memadukan antara teori dan praktik dan
tauhidullah sebagai fondasinya. karena pada hakikatnya manusia
merupakan suatu kesatuan jasad-akal-ruh. Dan terlihat jelas
perbedaanya dengan pendidikan saat ini yang cenderung sekuler.
3. Prinsip Tawazuniyyah (keseimbangan) Prinsip
Tawazuniyyah berarti pendidikan harus mengembangkan
potensi secara proporsional. Akal, spiritual, jasad,
kemanusiaan, ketuhanan, teori, praktik, ilmu, amal, dan
lain-lain harus diberdayakan secara proporsional.
4. Prinsip Wasaliyyah (kemediaan) Prinsip Wasaliyyah berarti
pendidikan bersifat mediasi, proses pendidikan benar-benar
harus membelajarkan bukan hanya menyampaikan ilmu
namun melakukan bimbingan secara intensif.
5. Prinsip Istimrariyyah (kontinu) Prinsip Istimrariyyah
berarti bahwa pendidikan dilakukan sepanjang hayat,
dilakukan secara terus menerus selama manusia mampu
menangkap pesan maka pendidikan harus tetap berlanjut.
Pendidikan harus terus eksis dan memberikan solusi terbaik
bagi seluruh dimensi kehidupan.
6. Prinsip Waqi’iyyah (kontekstual) Prinsip Waqi’iyyah berarti
konsep belajar kontekstual yang mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata sehingga pengetahuan yang
dimiliki mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
7. Prinsip Rabbaniyyah (ketuhanan) Prinsip Rabbaniyyah berarti
bahwa pendidikan menempatkan Rabb sebagai sentral. Dengan
prinsip ini maka dapat melihat dan menghayati kehadiran dan
keterlibatan Rabb dalam seluruh fenomena. Dilihat dari
pendidikan modern, Prinsip Rabbaniyyah tidak mendapatkan
tempat didalamnya.
8. Prinsip Rahmaniyah (kasih sayang) Prinsip Rahmaniyah
diartikan sebagi prinsip dimana cara pandang dan pola sikap
berinteraksi dalam pendidikan didasarkan oleh kasih sayang
serta ketulusan. Prinsip ini pun tidak mendapatkan tempat
dalam pendidikan modern.
9. Prinsip Uswiyyah (keteladanan) Yang dimaksud
dalam prinsip uswiyyah bahwa nilai-nilai yang
terdapat dalam prinsip-prinsip sebelumnya harus
tercermin dalam wujud perilaku nyata. Pembelajaran
akan memiliki dampak yang lebih jika dalam proses
pembelajaran tercermin melalui perilaku nyata
dibanding dengan verbal. Hakikat pendidikan adalah
untuk memanusiakan manusia.
EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Evaluasi berasal dari kata “To Evaluate” yang berarti


menilai. Disamping kata evaluasi terdapat pula istilah
measurement yang berarti mengukur. Pengukuran dalam
pendidikan adalah usaha untuk memahami kondisi-kondisi
objektif tenang sesuatu yang akan dinilai. Penilaian dalam
pendidikan islam akan objektif apabila disandarkan pada
nilai- nilai Al-Quran dan Al-Hadits.
Evaluasi secara harfiah berasal dari bahasa inggris
Evaluation, dalam bahasa arab : Al-Taqdiir, dalam bahasa
Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value,
dalam bahasa arab (Al-Qiimah). Dengan demikian evaluasi
pendidikan secara harfiyah berarti penilaian dalam bidang
pendidikan atau hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
pendidikan.
Sasaran-sasaran dari evaluasi pendidikan islam secara garis
besarnya meliputi empat kemampuan dasar anak didik yaitu:
1) Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan
pribadinya dengan Tuhannya.
2) Sikap dan pengamalan terhadap arti hubungan dirinya
dengan masyarakat.
3) Sikap dan pengamalan terhadap arti kehidupannya
dengan alam sekitarnya.
4) Sikap dan pandangannya terhadap dirinya sendiri selaku
hamba Allah dan selaku anggota masyarakat serta selaku
kholifah di muka bumi.
OBJEK EVALUASI
a. Kemampuan
b. Kepribadian
1. INPUT c. Sikap
d. Intelegensi

a. Kurikulum/materi pelajaran,
b. Metode pengajaran dan cara
penilaian,
c. Sarana pendidikan/media
OBJEK 2. TRANSFORMASI
pendidikan,
d. Sistem administrasi,
e. Guru dan personal lainnya
dalam proses pendidikan.

a. Kognitif
3. OUTPUT b. Afektif
c. psikomotor.
TUJUAN EVALUASI
Pendidikan islam secara rasional filosofis adalah bertujuan untuk
membentuk al-insan al- kamil, atau manusia paripurna.
Tujuan pendidikan islam :
1. Tujuan horizontal pendidikan hendaknya dapat
mengembangkan pengalaman kehidupan yang konkrit yang
terkait dengan pemahaman diri, sesama manusia dan alam
semesta. Oleh karena itu akumulasi dari berbagai pengetahuan,
keterampilan dan sikap mental merupakan bekal utama dalam
hubungannya pemahaman tentang kehidupan konkrit tersebut.
2.Tujuan vertical pendidikan sains dan tekhnologi selain menjadi
alat untuk pemanfaatan, pemeliharaan dan melestarikan
sumber daya alam, juga henndaknya menjadi jembatan dalam
mencapai hubungan yang abadi dengan sang pencipta.
Menurut Anas Sudijono, tujuan evaluasi secara umum adalah
adalah, pertama, untuk mencari informasi atau bukuti- bukti
tentang sejauhmana kegiatan-kegiatan yang dilakukan telah
mencapai tujuan, atau sejauhmana batas kemampuan yang
telah dicapai oleh seseorang atau sebuah lembaga. Kedua,
untuk mengetahui sejauhmana efektifitas cara dan proses
yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.
Secara khusus, tujuan pelaksanaan evaluasi dalam
pendidikan islam adalah untuk mengetahui kadar pemikiran
dan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran,
baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Fungsi Evaluasi menurut Abudin Nata
1. Mengetahui tercapai tidaknya tujuan.
2. Memberi umpan balik bagi guru dalam melakukan proses
pembelajaran.
3. Untuk menentukan kemajuan belajar.
4. Untuk mengenal peserta didik yang mengalami kesulitan.
5. Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar yang tepat.

Sedangkan evaluasi bagi pendidik, untuk mengatur proses


pembelajaran. Bagi peserta didik untuk mengetahui kemampuan
yang telah dicapai, bagi masyarakat untuk mengetahui berhasil
tidaknya pelaksanaan program.
Selain itu, ada beberapa fungsi lain yang bisa disebut, yaitu: fungsi
seleksi, fungsi penempatan, fungsi pengukur keberhasilan dan
fungsi diagnosis.
Prinsip – prinsip Evaluasi
Kalau dilihat prinsip evaluasi dalam Al-Quran dan yang dipraktekan oleh Nabi, maka evaluasi
berfungsi sebagai berikut :
1). Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema
kehidupan yang dihadapi (Q.S. Al-Baqoroh : 2 : 155).
2).Untuk mengetahui sejauh mana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang di
aplikasikan Rasulullah SAW kepada umatnya (Q.S. An Naml : 27 : 40). Setiap perbuatan dan
tindakan dalam pendidikan selalu menghendaki hasil, pendidik selalu berharap bahwa hasil
yang diperoleh sekarang lebih memuaskan dari yang sebelumnya. Untuk menentukan dan
membandingkan antara hasil yang satu dengan yang lainnya diperlukan adanya evaluasi.

Seorang pendidik melakukan evaluasi di sekolah mempunyai fungsi sebagai berikut:


1).Untuk mengetahui mana peserta didik yang pandai dan yang bodoh dikelasnya.
2).Untuk mengetahui apakah bahan yang telah diajarkan sudah dimiliki peserta didik atau
belum.
3). Untuk mendorong persaingan yang sehat antara peserta didik.
4).Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mengalami didikan
dan ajaran.
5).Untuk mengetahui tepat atau tidaknya guru memilih bahan, metode, dan berbagai
penyesuaian dalam kelas.
6).Sebagai laporan terhadap orang tua peserta didik dalam bentuk raport ijazah, piagam dan
sebagainya.
Kriteria Pendidik Islam

1. Al iltizaamu bita’aalimil islam sulukan wa’amalan


= Kesesuaian antara perilaku dan amal perbuatan
2. Quwwatussyakhsiyyah = mempunyai kepribadian
yang kuat
3. Qudrotul ilmiyyah = Mempunyai kompetensi
pedagogik
4. Asshobru wal hilm = Mempunyai kesabaran dan sikap
lemah lembut
( Dr. Abdurrahman Bin Mubarok Faraj )

Anda mungkin juga menyukai