BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat perlu
memiliki landasan pendidikan agar pendidikan berhasil mewujudkan visi, misi, dan
tujuannya sebagainya yang telah diwariskan secara efektif dan efisien sesuai jenis dan
jenjang pendidikan baik di sekolah, pendidikan di keluarga maupun pendidikan di
masyarakat. . Kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk
wawasan yang tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat,
serta dengan menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat memberi
peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan program pendidikan
yang tepat wawasan.
Landasan pendidikan yang akan dibahas terdiri atas tauhid, hukum, filosofis, kultural,
sosiologis, psikologis, serta ilmiah dan teknologi. Sedangkan asas yang dikaji adalah
asas Tut Wuri
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah:
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai adalah:
BAB II
PEMBAHASAN
Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan
merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak atau dasar
pijakan ini dapat bersifat material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula
bersifat konseptual (contoh: landasan pendidikan). Landasan yang bersifat konseptual
identik dengan asumsi, adapun asumsi dapat dibedakan menjadi tiga macam asumsi,
yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.
Landasan ini merupakan landasan utama yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
proses pendidikan dan pembelajaran bagi anak didik . landasan tauhid dan spritual
keagamaan ini menyangkut dengan hakikat manusia sebagai makluk ciptaan tuhan.
Oleh karena itu , pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan harus mengacu pada
pembentukan kepribadian anak didik yang sesuai dengan nilai- nilai akidah dan
spiritual keagamaan yang menurut ajaran islam.
2. Landasan Hukum
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik
tolak.Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut
ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah ini , bila dilanggar akan
mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula. Landasan hukum dapat
diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan
kegiatan – kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan.
3. Landasan Filosofis
Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat,
falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasaYunani, philein berarti
mencintai, dan sophos atau sophis berarti hikmah, arif, atau bijaksana. Landasan
filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan, meyangkut
keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat
pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang
kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme,
Pragmatisme dan Progresivisme, Ekstensialisme, dan Rekonstruksionalisme.
1. Idealisme menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan.
Apa yang dianggap kebenaran realitas hanyalah bayangan atau refleksi dari ide sebagai
kebenaran bersifat spiritual atau mental. Ide sebagai gagasan kejiwaan itulah sebagai
kebenaran atau nilai sejati yang absolute dan abadi. Aliran ini menekankan bahwa
pendidikan merupakan kegiatan intelektual untuk membangkitkan ide-ide yang masih
laten, antara lain melalui instropeksi dan tanya jawab. Oleh karena itu, sebagai lembaga
pendidikan, sekolah berfungsi membantu siswa mencari dan menemukan kebenaran,
keindahan, dan kehidupan yang luhur.
• Keindahan (beauty).
• Kecintaan kepada kebaikan (goodness).
Oleh karena itu, dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang
konstan atau perenial. Mazhab perenialisme memiliki penganut pada perguruan swasta
di Indonesia, karena mengintegrasikan kebenaran agama dengan kebenaran ilmu.
Karena kebenaran itu satu, maka harus ada satu sistem pendidikan yang berlaku umum
dan terbuka kepada umum. Juga sebaiknya kurikulum bersifat wajib dan berlaku umum,
yang harus mencakup:
• Bahasa
• Matematika
• Logika
• Sejarah
2) Gramatika
3) Kesusasteraan
4) Filsafat
5) Ilmu kealaman
6) Matematika
7) Sejarah
4. Pragmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai
kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang
menentang pendidikan tradisional. Progresivisme atau gerakan pendidikan progresif
mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan diri pada beberapa prinsip,
antara lain sebagai berikut:
5. Rekonstruksionalisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berpikir progresif
dalam pendidikan. Individu tidak hanya belajar tentang pengalaman-pengalaman-
pengalaman kemasyarakatan masa kini disekolah, tapi haruslah memelopori
masyarakat kearah masyarakatbaru yang diinginkan. Dan dalam pengertian lain.
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan
sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat. Oleh karena itu,
sekolah perlu mengembangkan suatu ideologi kemasyarakata yang demokratis.
4. Landasan Kultural
Dimaksudkan dengan kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-
norma, nilai-nilai, kepercayaan, tingkah laku, dan teknologi yang dipelajari.Anggota
masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai denga
perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-
norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini
disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat
transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah
dan keluarga.
Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan
selalu terkait dengan pendidikan, utamanya belajar. Kebudayaan dalam arti luas
tersebut dapat berwujud :
5. Landasan Sosiologis
Sosiologis pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola
interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh
sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:
1) Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari:
b. Hubungan sistem pendidikan dan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan.
c. Fungsi sistem pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan
perubahan kebudayaan.
4) Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan
kelompok sosial lain di dalam komunitasnya, yang meliputi:
b. Analis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada sistem sosial komunitas
kaum tidak terpelajar.
Keempat bidang yang dipelajari tersebut sangat esensial sebagai saran untuk
memahami sistem pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan hidup masyarakat.
5. Landasan Psikologis
Terdapat dua hal kepribadian yang penting di tinjau Pendidikan selalu melibatkan aspek
kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang
penting dalam bidang pendidikan. Pada umumnya landasan psikologis dari pendidikan
tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tentang proses
perkembangan dan proses belajar.
Pemahaman peserta didik utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan
faktor keberhasilan untuk pendididkan. Dalam maksud itu, Psikologi menyediakan
sejumlah informasi/kebutuhan tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya
serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi.
• Kebutuhan rasa aman: kebutuhan terus nenerus merasa aman dan bebasdari ketakutan
• Kebutuhan akan cinta dan pengakuan:kebutuhan rasa kasih sayang dalam kelompok
Salah satu aspek dari pengembangan manusia seutuhnya adalah yang berkaitan dengan
perkembangan kepribadian, utamanya agar dapat diwujudkan kepribadian yang mantap
dan mandiri. Meskipun terdapat variasi pendapat, namun dapat dikemukakan beberapa
prinsip umum kepribadian. Disebut sebagai prinsip prinsip umum karena:
• Prinsip tersebut yang dikemukakan dengan variasi tertentu dalam berbagai teori
kepribadian.
• Prinsip itu akan tampak bervariasi pada kepribadian manusia tertentu (sebab:
kepribadian itu unik)
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik, yang dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan,
utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi
perkembangan iptek. Bahan ajar seyogyanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik
yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi
itu dan manfaatnya bagi masyarakat. Relevansi bahan ajaran dan cara penyajiannya
dengan hakikat ilmu, sumber bahan ajaran itu merupakansatu tuntutan yang tak dapat
ditawar-tawar lagi. Peserta didik seyogyanya sedini mungkin mengalami sosialisasi
ilmiah meskipun dalam bentuk yang masih sederhana. Dengan demikian, baik
kemampuan maupun sikap ilmiah sedini mungkin dikembangkan dalam diri peserta
didik.
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sistem Among perguruan.
Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara ini kemudian dikembangkan oleh
Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso
Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat
merancang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi
vertikal dan horisontal.
Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung erat
kaitannya dengan azas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada
prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri
dalam belajar.
Selanjutnya, asas belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apa bila didasarkan
pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah
tidak mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari
bantuan guru ataupun orang lain.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan mampu menempatkan guru dalam
peran utama sebagai fasilitator dan motivator, disamping peran-peran lain:
informator, organisator dan sebagainya. Sebagai fasilitator guru diharapkan
menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar sedemikian sehingga
memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Sedangkan
sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk
memanfaatkan sumber belajar itu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asas-asas pendidikan yang terdapat di Indonesia tidak lepas dari kiprah Ki Hajar
Dewantara sang pelopor pendidikan yang mempopulerkan tiga asas penting dalam
kegiatan pendidikan yang masih dijadikan teladan sampai sekarang yaitu asas tut wuri
handayani, asas ing ngarso sun tulodo dan asas ing madyo mangun karso. Ketiga asas
ini saling berhubungan hendaknya menjadi acuan untuk menerapkan sistem
pendidikan yang tepat bagi bangsa ini dan terus menjunjung tinggi kebudayaan nasional
daripada kebudayaan asing. Semangat untuk terus melestarikan “Tut Wuri Handayani”
dalam dunia pendidikan dirasa begitu penting, mengingat makna dari semboyan Ki
Hadjar tersebut yaitu membuat orang menjadi pribadi yang mandiri.
B.Saran
Dalam mempelajari makalah ini, diharapkan tidak hanya sekedar diketahui namun
benar-benar dipahami dan menjadi pegangan bagi para calon guru agar dapat
menerapkan landasan dan azas-azas pendidikan dengan benar dan tepat kepada peserta
didiknya kelak.
DAFTAR PUSTAKA
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/08/asas-asas-pendidikan/
http://tutatitutettutut.blogspot.co.id/2013/05/landasan-dan-azas-azas-
pendidikan.html
http://www.idonbiu.com/2009/05/asas-asas-pendidikan-umum.html.
http://www.melodramaticmind.com/2009/10/asas-asas-pendidikan-indonesia-
dan.html