Anda di halaman 1dari 12

ASAS-ASAS KURIKULUM

1. Asas Filosofis

Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan kurikulum hendaknya berdasar
dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Falsafah atau filsafat berasal dari bahasa Yunani :
philosopis, philo, philos, philen yang berarti cinta, pecinta, mencintai, sedang Sophia berarti
kebijaksanaan, kearifan, nikmat, hakikat, dan kebenaran.

Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu bangsa seperti pancasila, kapitalisme,
sosialisme, fasisme, komunisme dan sebagainya dapat digolongkan sebagai falsafah dalam arti produk/
sebagai pandangan hidup atau falsafah dalam arti praktis.

Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus diacu adalah filsafat pendidikan Pancasila. Filsafat
pendidikan dijadikan dasar dan terarah, sedang pelaksanaannya melalui pendidikan.

Pandangan hidup bangsa Indonesia berdasar pada Pancasila dan dengan sendirinya segala kegiatan yang
dilakuan baik oleh berbagai lembaga maupun perorangan, harapannya tidak boleh bertentangan dengan
asas pancasila, termasuk dalam kegiatan penyusunan kurikulum. Asas filosofis dalam pengembangan
kurikulum pada hakikatnya adalah menentukan tujuan umum pendidikan.

2. Asas Psikologi

Asas psikologi berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat psikologi. Manusia sebagai
makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek psikologi yang kompleks tetapi
satu. Aspek-aspek tersebut dikembangkan dengan perantara berbagai mata pelajaran yang tercantum
dalam kurikulum sebagai berikut:

a. Aspek ketakwaan : dikembangkan dengan kelompok bidang agama


b. Aspek cipta : dikembangkan dengan kelompok bidang studi ekstra, sosial, bahasa, dan filsafat.
c. Aspek rasa : dikembangkan dengan kelompok bidang studi seni
d. Aspek karsa : dikembangkan dengan kelompok bidang studi etika, budi pekerti, Agama, dan
PPKN.
e. Aspek karya (kreatif) : Dikembangkan melalu kegiatan penelitian, independen studi, dan
pengembangan bakat.
f. Aspek karya (keprigelan) : Dikembangkn dengan berbagai mata pelajaran keterampilan.
g. Aspek kesehatan : Dikembangkan dengan kelompok bidang studi kesehatan, olahraga.
h. Aspek sosial : Dikembangkan melalui kegiatan praktek lapangan, gotong royong, kerja bakti,
KKN, PPL, dan sebagainya.
i. Aspek karya : Dikembangkan melalui pembinan bakat dan kerja madiri.
3. Asas Sosial Budaya/Asas Sosiologi

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan antar individu
dengan individu, antar golongan, lembaga sosial yang disebut juga ilmu masyarakat. Dunia sekitar
merupakan lingkungan hidup bagi manusia. Masyarakat merupakan kelompok manusia yang telah hidup
dan bekerja sama hingga mereka mengatur diri mereka sendiri dan menganggap sebagai suatu kesatuan
sosial.

Sekolah adalah institusi sosial yang didirikan dan ditujukan untuk memenuhi kepentingan dan
kebutuhan asyarakat. Maka kurikulum sekolah dalam penyusunan dan pelaksanaan banyak dipengaruhi
oleh kekuatan-kekuatan sosial yang berkembang dan selalu berubah di dalam masyarakat.

4. Asas Teknologi

Ilmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu pengetahuan yang
hanya sebagai ilmu untuk bahan bacaan tanpa praktikan untuk kepentingan umat manusia hanyalah
suatu teori yang mati. Sebaliknya praktik yang tanpa didasari oleh ilmu pengetahuan hasilnya akan sia-
sia.

Kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan. Peningkatan penggunaan


teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien proses belajar mengajar
selalu menonjolkan peranan guru, terutama dalam memilih bahan dan penyampaiannya. Dengan
majunya teknologi informasi, diharapkan bahwa mengajar adalah membuat yang belajar mengajar diri
sendiri, selanjutnya, system penyampaiannya tidak harus dengan tatap muka antara guru dan siswa.
Sekarang peran guru dapat digantikan dengan media instruksional baik yang berupa media cetak
maupun non cetak terutama media elektronik, misalnya komputer, internet, rekaman video, dan
sebagainya.

Dengan teknologi pendidikan modern, proses pembelajaran akan dilakukan dengan berbagai system
penyampaiannya, misalnya system pembelajaran jarak jauh, yang penyampaiannya dengan cara
menggunakan modul, Televisi Pendidikan Nasional, siaran radio, pendidikan, metode berprogram
internet dan sebagainya.

http://jihadada.blogspot.com/p/asas-asas-pengembangan-kurikulum (Diakses pada 25 Oktober 2022)

Asas-asas atau landasan kurikulum

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan menggunakan acuan dan asas yang berorientasi pada
kemanfaatan hasil pendidikan yang menggunakan kurikulum itu. (Muhammad Ali, 2005: 31). Pada
prinsipnya ada empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar dalam setiap pengembangan
kurikulum, yaitu:

1. Landasan filosofis pengembangan kurikulum

a. Pengertian filsafat
Istilah filsafat adalah terjemahan dari bahasa inggris “Pylosofy” yang berasal dari perpaduan dua kata
yunani Purba Philien yang berarti cinta (love) dan Shopia (Wisdom) yang berarti kebijaksanaan. Jadi
secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau love of Wisdom. Berdasarkan luas lingkup yang
menjadi objek kajianya, filsafat dapat di bagi menjadi dua cabang besar, yaitu : 1). filsafat umum atau
falsafat murni ,dan 2). filsafat khusus atau filsafat terapan.

b. Manfaat filsafat pendidikan

Pandangan-pandangan filsafat sangat di butuhkan dalam pendidikan, terutama dalam menentuhkan


arah dan tujuan pendidikan filsafat akan menentuhkan arah kemana peserta didik akan dibawa. Untuk
itu harus ada kejelasan tentang pandangan hidup manusia atau tentang hidup dan eksistensinya. (Tim
Pengembang MKDP, 2012: 17-19)

c. Kurikulum dan filsafat pendidikan

Bagi para pengembang kurikulum (Curiculum developers) yang memiliki pemahaman yang kuat tentang
rumusan filasat kemungkinan akan memberikan dasar yang kuat pula dalam mengambil suatu
keputasan yang tepat dan konsisten. Namun, suatu hal yang perlu di perhatikan oleh pengembang
kurikululm adalah, dalam mengembangkan kurikulum pengembang tidak hanya menonjolkan atau
mementingkan filsafat pribadinya tetapi juga perlu mempertimbangkan falsafah yang lain, antara lain:
falsafah negara, falsafah lembaga pendidikan, dan stap pengajar atau pendidik.

Pendidikan pada prinsipnya bersifat normatif yang di tentukan oleh sistem nilai yang dianut. Pandangan
mengenai suatu yang baik dan berbagai aspek lainya, tentu berbeda-beda secara esensial berdasarkan
aliran masing-masing. Mengenai hal itu, ada 4 aliran pokok filsafat yang akan membicarakanya, yakni: a).
Idealisme b). arealisme c). Pragmatisme d). Eksistensialisme. (Abdullah Idi, 2007: 68-69)

2. Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum

a. Perkembangan peserta didik dan kurikulum

Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang berasal dari psikologi yang meliputi
kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan peserta didik, serta bagaimana peserta didik belajar.
Atas dasar tu terdapat dua cabang psikologi yang sangat penting diperhatikan dalam pengembangan
kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Pemahaman tentang peserta didik
sangat penting dalam pengembangan kurikulum. Melalui kajian tentang perkembangan peserta didik,
diharapkan upaya pendidikan yang dilakukan sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik penyesuaian
dari segi kemampuan yang harus dicapai, materi atau bahan yang harus disampaikan, proses
penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari segi evaluasi pembelajaran.

Pemahaman tentang perkembangan peserta didik sebagaimana diuraikan di atas berimplikasi terhadap
perkembangan kurikulum antara lain:

1) Setiap peserta didik hendaknya di beri kesempatan intuk berkembang sesuai dengan bakat,minat,
dan kebutuhannya.
2) Disamping di sediahkan pelajaran yng sifatnya umum (program inti) yang wajib dipelajari setiap
anak disekolah, juga perlu di sediakan pelajaran pilihan yang sesuaia dengan minat anak.

3) Lembaga pendidikan hendaknya menyedihkan bahan ajar baik yang bersifat kejuruan maupun
akademik. Bagi anak yang berbakat dibidang akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan studi
kejenjang berikutnya.

4) Kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung aspek pengetahuan nilai/sikap, dan


keterampilan yang menggambarkan pribadi yang utuh lahir dan batin (Tim Pengembang MKDP, 2012:
26-29)

b. Teori belajar dan pengembangan kurikulum.

Untuk merencanakan suatu kurikulum, sangat penting memilki teori bagaimana pembelajaran
ditentukan dan bagaimana kondisi pembelajaran menjadi pembelajaran yang lebih efisien. Berbagai
teori psikologi tentang cara belajar, setidaknya secara eksplisit, membuat petunjuk-petunjuk akurat bagi
para pendidik untuk dipraktikkan ke anak didik. (Abdullah Idi, 2007: 80-81)

Setiap teori belajar dirumuskan berdasarkan kajian tentang tingkah laku individu dalam proses belajar.
Kajian ini menghasilkan teori-teori belajar yang dapat dikelompokan ke dalam dua macam aliran, yaitu:

1) Displin mental atau psikologi daya, yang memandang bahwa mental manusia terdiri dari sejumlah
daya yang beraneka ragam. Belajar pada prinsipnya adalah melatih daya-daya mental itu.

2) Psikologi tingkah laku atau behaviorisme, yang menganggap bahwa tingkah laku manusia pada
hakikatnya merupakan kumpulan respon terhadap rangsangan.

Kajian tentang belajar menurut aliaran psikologi daya banyak menekankan pada pembentukan daya
mental tertentu. Aliran ini berpengaruh pada penyusunan dan perkembangan kurikulum dalam hal
penetuan bahan pelajaran yang menjadi isi kurikulum. Aliran ini tidak mempersoalkan bentuk bahan
yang bagaimana yang seharusnya menjadi isi kurikulum, melainkan mempersoalkan fungsi suatu jenis
bahan pelajaran itu sendiri. Persoalan yang mungkin dihadapi dalam menerapkan teori belajar menurut
psikologi daya adalah menentukan jenis bahan pelajaran apa yang terbaik untuk untuk melatih,
membentuk, atau mengembangkan kemampuan menggunahkan otak.

Teori lain yang menjadi cabang utama aliran tingkah laku adalah teori kognitif. Teori kognitif
menekankan pada proses kognisi, yang merupakan fungsi utama dari intelek atau kecerdasan. Teori
tentang proses kognisi ada yang menekankan pada segi perolehan pemahaman atau insight, yaitu teori
gestalt, dan ada yang menekankan pada proses pengingatan dan kognisi itu sendiri, yaitu teori
pemrosesan informasi.

Teori gestalt ini memandang bahwa perolehan pemahaman atau insight merupakan ciri asasi dari
respons manusia yang diberikan dalam mempersepsi atau menanggapi lingkungan. Dalam memperoleh
pemahaman individu belajar melalui pengalaman. Kurikulum yang disusun berlandaskan teori ini lebih
menekankan pada bahan-bahan yang bertalian dengan latihan berpikir analitik melalui pemecahan
masalah. Bahan pelajaran disusun dengan mementingkan sruktur suatu displin ilmu, yakni ide-ide,
konsep, maupun teori yang asasi dari cabang ilmu pengetahuan tertentu.

Teori pemrosesan informasi menekankan kajian pada proses seseorang dalam menerima, menyimpan,
dan mengungkapkan kembali inpormasi yang diproleh. Teori ini lebih menekankan kajianya pada ingatan
dan proses kognisi. Kurikulum yang disusun dengan berlandaskan pada teori ini menekankan pada
pentingnya pemilihan bahan pelajaran yang informasinya dapat disimpan oleh siswa dalam ingatan
jangka panjang. (Muhammad Ali, 2005: 36-42)

3. Landasan Sosiologis pengembangan kurikulum

Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang
dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Dipandang dari sosiologi, pendidikan adalah
proses mempersiapkan individu agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan. Dengan pendidikan,
kita tidak mengharapkan muncul manusia-manusia yang lain dan asing terhadap masyarakatnya, tetapi
manusia yang lebih bermutu, mengerti, dan mampu membangun masyarakatnya. Oleh karena itu,
tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik kekayaan, dan
perkembangan masyarakat tersebut. Karena itu, kurikulum harus mampu memfasilitasi peserta didik
agar dia mampu bekerja sama, berinteraksi, menyesuiakan diri dengan kehidupan masyarakat dan
mampu menungkatkan harkat dan martabatnya sebagai makluk yang berbudaya. (Tim Pengembang
MKDP, 2012: 36-37)

a. Masyarakat dan kurikulum

Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan mereka sendiri ke dalam kelompok-
kelompok berbeda atau suatu kelompok individu yang terorganisasi yang berpikir tentang dirinya
sebagai suatu yang berbeda dengan kolompok atau masyarakat lainnya. Tiap masyarakat mempunyai
kebudayaan sendiri-sendiri. Dengan demikian, yang membedakan masyarakat satu dengan masyarakat
yang lainnya adalah kebudayaan. Hal ini mempunyai implikasi bahwa apa yang menjadi keyakinan
pemikiran seseorang, dan reaksi seseorang terhadap lingkungannya sangat tergantung kepada
kebudayaan dimana ia hidup.

Adanya perbedaan antara masyarakat satu dengan yang lainnya sebagian besar disebabkan oleh kualitas
individu-individu yang menjadi anggota masyarakat tersebut. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum
yang hanya berdasarkan pada keterampilan dasar saja tidak akan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat modern yang bersifat teknologis dan mengglobal. Akan tetapi, pengembangan kurikulum
juga harus ditekankan pada pengembangan individu dan keterkaitannya dengan lingkungan sosial
setempat. Dalam konteks inilah kurikulum sebagai program pendidikan harus dapat menjawab
tantangan dan tuntunan masyarakat. (Tim Pengembang MKDP, 2012: 37-39)

b. Kebudayaan dan kurikulum


Kebudayaan pada dasarnya merupakan pola kelakuan yang secara umum terdapat dalam satu
masyarakat. Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat dapat pula disebut kebudayaan. Kebudayaan
adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa manusia yang diwujudkan dalam tiga hal:

1) Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, dan peraturan.

2) Kegiatan

3) Benda hasil karya manusia.

Sekolah mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada para siswa dengan salah satu
alat yang disebut kurikulum. Kurikulum pada dasarnya merupakan refleksi dari cara orang berpikir,
berasa, bercita-cita, atau kebiasaan-kebiasaan. Oleh karena itu, dalam mengembangkan suatu kurikulum
guru perlu memahami kebudayaan.

(http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/23/landasan-pengembangan-kurikulum/)

4. Landasan Teknologis Pengembangan Kurikulum

Pembangunan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka
mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa. Dukungan iptek terhadap
pembangunan dimaksudkan untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya masyarakat yang
mandiri, maju dan sejahtera. Di sisi lain, perkembangan iptek itu sendiri berlangsung semakin cepat,
berbarengan dengan persaingan antar bangsa semakin luas, sehingga diperlukan penguasaan,
pemanfaatan, dan pengembangan iptek, yang pada gilirannya mengandung implikasi tertentu terhadap
pengembangan sumber daya manusia supaya memiliki kemampuan dalam penguasaan dan
pemanfataan serta pengembangan dalam bidang iptek. (Oemar Hamalik, 2011: 22-23)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi terhadap pengembangan
kurikulum yang didalamnya mencakup pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan strategi dan
media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak langsung menuntut dunia
pendidikan untuk dapa membekali peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang
dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknoligi. Selain itu perkembangan
ilmu pengetahuan juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan. (Tim Pengembang
MKDP, 2012: 43)

Beberapa pendapat atau teori mengenai landasan pengembangan kurikulum:

1. Robert S. Zais (1976) mengemukakan empat landasan pengembangan kurikulum, yaitu: Philosophy
and the nature of knowledge, society and culture, the individual, dan learning theory. Tyler (1988)
mengemukakan pandangan yang erat kaitannya dengan beberapa aspek yang melandasi suatu
kurikulum (school purposes), yaitu: “Use of philosophy, studies of learners, suggestions from subject
specialist, studies of contemporary life, dan use of psychology of learning”. (Tim Pengembang MKDP,
2012: 16)

2. Menurut . Ralph W. Tailer, landasan pengembangan kurikulum sebuah bangunan yang tinggi tentu
membutuhkan landasan atau fondasi yang kuat agar dapat berdiri tegak, kokoh, dan tahan lama. Apabila
bangunan tersebut tidak memiliki fondasi yang kokoh maka pasti akan cepat hancur. Begitu pula dengan
pengembangan kurikulum. Landasan pengembangan kurikulum pada hakikatnya merupakan faktor-
faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan pada waktu mengembangkan kurikulum lembaga
pendidikan, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Menurut seorang ahli kurikulum bernama
Robert S. Zais (976) kurikulum suatu lembaga pendidikan didasarkan pada lima landasan (foundations).
Kurikulum komponen-komponennya terdiri atas tujuan (aims, goals, objectives), isi/bahan (content),
aktivitas belajar (learning activities), dan evaluasi (evaluation). Landasan utama dari kurikulum tersebut
yaitu landasan filosofis (philosophical assumption), sedangkan landasan yang lainnya yaitu hakikat ilmu
pengetahuan (epistemology), masyarakat dan kebudayaan (society and culuture), individu /peserta didik
(the individual), dan teori-teori belajar (learning theory). Senada dengan pendapat Robert S. Zais, Ralph
W. Tyler (dalam Ornstein dan Hunkins, 1988) mengemukakan pandangan yang erat kaitannya dengan
beberapa aspek yang melandasi suatu kurikulum.
(http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/23/landasan-pengembangan-kurikulum/)

3. Nasution (2001) dalam bukunya ”Asas-asas kurikulum” adalah sebagai berikut:

a. Asas Filosofis yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara dan
bangsa.

b. Asas Psikologis yang memperhitungkan faktor anak dalam kurikulum yakni: 1) Psikologi anak dan
perkembangan anak; 2) Psikologi belajar, bagaimana proses belajar anak.

c. Asas Sosiologis yaitu keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya, kebudayaan


manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan , dan lain-lain

d. Asas Organisatoris yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan.

4. Boyd (1984) dalam Rumli, (2004:15) mengemukakan sebagai berikut :

Pengembangan suatu kurikulum diperlukan untuk:

a. Merespon kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi;

b. Merespon terhadap perubahan sosial di luar sistem pendidikan;

c. Memenuhi kebutuhan khusus;

d. Merespon kemajuan dalam pendidikan, dan

e. Merespon terhadap perubahan sistem pendidikan itu sendiri.


Dari kelima hal tentang perlunya pengembangan kurikulum yang dikemukan Boyd diatas, dapat kita
pahami bahwa dalam pengembangan kurikulum dibutuhkan landasan/ pondasi yang kuat serta
didasarkan dari pemikiran, kajian dan penelitian yang baik, hal ini sejalan dengan pendapat Zais
(1976:101) yang mengemukakan empat landasan pengembangan kurikulum, yaitu : the nature of
knowledge, society and culture, the individual, and learning theory.

5. Sedangkan Tyler (1949: 5 - 37) mengemukakan beberapa aspek yang melandasi suatu kurikulum,
yaitu : use of philosophy, studies of learners, suggestion from subject specialists, studies of
contemporary life, dan use psychology of learning. Sejalan dengan pendapat Zais, Lawton (1978) yang
kami kutip dari Sanjaya (2008:38) juga menggambarkan bahwa yang seharusnya menjadi sumber
landasan kurikulum meliputi landasan filosofis, landasan sosialcultural dan landasan psikologis.

a. Landasan Filosofis

Filsafat akan menentukan arah ke mana peserta didik akan dibawa, filsafat merupakan "perangkat nilai-
nilai yang melandasi dan membimbing ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, filsafat
yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh
perorangan akan sangat mernpengaruhi terhadap tujuan pendidikan yang ingin dicapai" (Sukmadinata,
2004), sejalan dengan pendapat diatas, Sanjaya (2008) mengatakan “ proses pengembangan kurikulum
menurut Zais, harus dimulai dengan asumsi-asumsi pilosofis sebagai sistem nilai (value system) atau
pandangan hidup suatu bangsa. Berdasarkan asas filosofis itulah selanjutnya ditentukan tentang hakikat
pengetahuan, sosiokultural, hakikat anak didik, dan teoriteori belajar. Inilah yang menjadi dasar/
landasan dalam pengembangan kurikulum.

Plato menyebut filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang kebenaran. Filsafat berupaya mengkaji
berbagai masalah yang ddihadapi manusia, termasuk masalah pendidikan. Menurut Mudyahardjo
(1989), terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran
pendidikan pada umumnya, dan pendidikan di Indonesia pada khususnya. Ketiga system filsafat
tersebut, yaitu idealisme, realisme, dan pragmatisme. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella
Yulaelawati yang dikutip Akhmad Sudrajat, di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing
aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.

1) Perenialisme

2) Essensialisme

3) Eksistensialisme

4) Progresivisme

5) Rekonstruktivisme

b. Landasan Psikologi
Menurut Sukmadinata (2004:46) “minimal ada dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan
kurikulum di sekolah, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar “.

1) Psikologi perkembangan

Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi, yaitu masa pertemuan
spermatozoid dengan sel telur sampai dengan dewasa. Ada tiga pendekatan tentang perkembangan
individu yaitu : 1) Pendekatan pentahapan (stage approach); 2) Pendekatan diferensial (differential
approach); dan 3) Pendekatan ipsativ (ipsative approach).

2) Psikologi Belajar.

“Psikologi belajar merupakan suatu cabang studi tentang bagimana individu belajar. Belajar dapat
diartikan sebagai perubahan perilaku yang terjadi melalui pengalaman, segala perubahan perilaku baik
yang berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor dan terjadi proses pengalaman dapat
diketegorikan sebagai perilaku belajar" (Susilana, 2006). Menurut Bigge dan Hunt ( dalam Sukmadinata,
2004) ada tiga keluarga atau rumpun teori belajar yaitu : teori disiplin mental, teori behaviorisme, dan
teori Cognitive Gestalt Field.

c. Landasan Sosiologis

Payne (dalam Nasution, 2004: 4) memandang sosiologi pendidikan sebagai "studi yang komprehensif
tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu yang diterapkan. Bagi Payne sosiologi pendidikan tidak
hanya meliputi segala sesuatu dalam bidang sosiologi yang dapat bertalian dengan proses belajar dan
sosiolisasi, akan tetapi juga segala sesuatu dalam pendidikan yang dapat dikenakan analisis sosiologis".
Menurut Calhoun. Light, dan Keller (dalam Susilana, 2006:28) memaparkan tujuh fungsi sosial
pendidikan, yaitu : 1) mengajar keterampilan, 2) mentransmisikan budaya, 3) mendorong adaptasi
lingkungan, 4) membentuk kedisiplinan, 5) mendorong bekerja berkelompok, 6) meningkatkan perilaku
etik, dan 7) memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi. Baharudin (2008:23) dalam karya
ilmiahnya mengemukakan bahwa: ”Perubahan sosial budaya dalam suatu masyarakat akan mengubah
pula kebutuhan masyarakat itu sendiri. Kebutuhan masyarakat juga dipengaruhi oleh kondisi dari
masyarakat itu sendiri. Kebutuhan masyarakat kota berbeda dengan kebutuhan masyarakat desa,
kebutuhan masyarakat tradisional berbeda dengan masyarakat modern. Pengembangan kurikulum juga
harus ditekankan pada pengembangan individu yang mencakup keterkaitannya dengan lingkungan
sosial setempat. Lingkungan sosial bidaya merupakan sumber daya yang mencakup kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Perkembangan masyarakat menuntut tersedianya proses pendidikan yang
relevan. Untuk terciptanya proses pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat maka
diperlukan rancangan berupa kurikulum yang landasan pengembangannya memperhatikan faktor
perkembangan masyarakat”. Sejalan dengan pendapat di atas Sukmadinata (2007: 106-108)
menjelaskan bahwa pendidikan tidak berlangsung diruang hampa tetapi dalam lingkungan sosial budaya
tertentu, peserta didik datang dari berbagai lingkungan dan membawa ciri-ciri sosial budaya tertentu,
mereka dididik dan disiapkan untuk hidup dan bekerja dalam lingkungan sosial budaya tertentu pula.
Mereka dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan kemampuan yang sesuai karakteristik dan
perkembangan dalam lingkungan sosial budaya, lingkungan sosial budaya disini dalam arti yang cukup
luas bukan hanya berkenaan dengan nilai-nilai tetapi juga berkenaan dengan prilaku dan pola hidup
masyarakat, kebutuhan dan tuntutan masyarakat, perkembangan dan tuntutan dunia kerja, bahkan
tuntutan dan perkembangan dunia global.

d. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Baharudin (2008:24) berpendapat bahwa “perkembangan IPTEK secara langsung akan menjadi isi /
materi pendidikan, sedangkan secara tidak langsung memberikan tugas kepada pendidikan untuk
membekali masyarakat dengan kemampuan pemecahan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh
perkembangan ilmu pngetahuan dan teknologi. Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan
siswa menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin pesat termasuk di dalamnya
perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan
ilmu pengetahuan dan teknologi”.

http://iinapriliyani.blogspot.com/2013/07/asas-atau-landasan-pengembangan. (Diakses 24 Oktober


2022)

PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan,


penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika
pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang
akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi
kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi
kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar
hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-
hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait
langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti :
politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa
berkepentingan dengan pendidikan.

Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya
merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan
kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari
atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di
suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan
kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali
prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum.

Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip – prinsip umum : relevansi, fleksibilitas,
kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan
pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan
proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip
berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002)
mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu :

1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-
komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara
eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu
pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik
(relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi
sosilogis).
2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan
memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya
penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu
berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
2. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun
secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus
memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan,
maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
3. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat
mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan
tepat sehingga hasilnya memadai.
4. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai
tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah prinsip-prinsip
yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki
posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung
pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan
potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi
daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat
istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen
muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun
dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum
dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang
secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk
mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan
pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan
kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.
Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan
sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi
kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan
keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan
memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah
pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan
dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan
daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan satu Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena
prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum.

Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus hanya pada pemenuhan
struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum. Padahal jauh lebih penting adalah perubahan kutural
(perilaku) guna memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan kurikulum.

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/prinsip-pengembangan-kurikulum(diskses online
24 Oktober 2022)

Anda mungkin juga menyukai