Anda di halaman 1dari 7

Nama : Rahmayanti Sudirman

Prodi/npm : PGSD.2/ 91886206066

No. Urut : 13

Pengembangan Teori Kurikulum

Pengembangan teori kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan


rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Ada empat asas yang dijadikan landasan dalam
pengembangan kurikulum, yakni : asas filosofis, psikologis, sosiologis, Organisatoris dan
IPTEKS.

Asas Filosofis

Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan kurikulum


hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Falsafah atau filsafat berasal
dari bahasa Yunani yaitu philosopis, philo, philos, philen yang berarti cinta, pecinta, mencintai,
sedang Sophia berarti kebijaksanaan, kearifan, nikmat, hakikat, dan kebenaran.

Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu bangsa seperti
pancasila, kapitalisme, sosialisme, komunisme dan sebagainya dapat digolongkan sebagai
falsafah dalam arti (produk) sebagai pandangan hidup atau falsafah dalam arti praktis. Dalam
penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus diacu adalah filsafat pendidikan Pancasila.
Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan terarah, sedang pelaksanaannya melalui pendidikan.

Pandangan hidup bangsa Indonesia berdasar pada Pancasila dan dengan sendirinya segala
kegiatan yang dilakuan baik oleh berbagai lembaga maupun perorangan, harapannya tidak boleh
bertentangan dengan asas pancasila, termasuk dalam kegiatan penyusunan kurikulum. Asas
filosofis dalam pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah menentukan tujuan umum
pendidikan. Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”. Faktor “baik”
tidak hanya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita, atau filsafat yang dianut sebuah negara, tetapi
juga oleh guru, orang tua, masyarakat, bahkan dunia.

Kurikulum mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat suatu bangsa, terutama dalam
menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai melalui pendidikan
formal. Kurikulum yang dikembangkan harus mampu menjamin terwujudnya tujuan pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat.

Jadi, asas filosofis berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat
negara. Perbedaan filsafat suatu negara menimbulkan implikasi yang berbeda di dalam
merumuskan tujuan pendidikan, menentukan bahan pelajaran dan tata cara mengajarkan, serta
menentukan cara-cara evaluasi yang ditempuh. Apabila pemerintah bertukar, tujuan pendidikan
akan berubah sama sekali. Di Indonesia, penyusunan, pengembangan, dan pelaksanaan
kurikulum harus memperhatikan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Garis-Garis Besar
Haluan Negara sebagai landasan filosofis negara. Mengapa filsafat sangat diperlukan dalam
dunia pendidikan? Menurut Nasution (2008: 28), filsafat besar manfaatnya bagi kurikulum,
yakni: Filsafat pendidikan menentukan arah kemana anak- anak harus dibimbing.

Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak
menjadi manusia dan warga negara yang dicita- citakan oleh masyarakat itu. Jadi, filsafat
menentukan tujuan pendidikan. Dengan adanya tujuan pendidikan ada gambaran yang jelas
tentang hasil pendidikan yang harus dicapai, manusia yang bagaimana yang harus dibentuk.
Filsafat juga menentukan cara dan proses yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan itu.
Filsafat memberikan kebulatan kepada usaha pendidikan, sehingga tidak lepas-lepas. Dengan
demikian terdapat kontinuitas dalam perkembangan anak. Tujuan pendidikan memberikan
petunjuk apa yang harus dinilai dan sampai mana tujuan itu telah tercapai. Tujuan pendidikan
memberi motivasi dalam proses belajar-mengajar, bila jelas diketahui apa yang ingin dicapai.

B. Asas Psikologi

Asas psikologi berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat psikologi.
Pendidikan pada hakekatnya adalah suatu pelayanan yang diperuntukkan pada siswa, oleh karena
dalam psikologi juga dibahas aspek psikis yang terdapat pada [5]Manusia sebagai makhluk yang
bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek psikologi yang kompleks. Aspek-aspek
tersebut dikembangkan dengan perantara berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam
kurikulum sebagai berikut:

Aspek ketakwaan : dikembangkan dengan kelompok bidang pendidikan keagamaan.

Aspek cipta : dikembangkan dengan kelompok bidang studi ekstrakurikuler, sosial, bahasa, dan
filsafat.

Aspek rasa : dikembangkan dengan kelompok bidang studi seni

Aspek karsa : dikembangkan dengan kelompok bidang studi etika, budi pekerti, Agama, dan
PPKN.

Aspek karya (kreatif) : Dikembangkan melalu kegiatan penelitian, independen studi, dan
pengembangan bakat.

Aspek karya : Dikembangkn dengan berbagai mata pelajaran keterampilan.

Aspek kesehatan : Dikembangkan dengan kelompok bidang studi kesehatan, olahraga.

Aspek sosial : Dikembangkan melalui kegiatan praktek lapangan, gotong royong, kerja bakti,
KKN, PPL, dan sebagainya.
Aspek karya : Dikembangkan melalui pembinan bakat, wirausaha dan kerja mandiri.

C. Asas Sosial Budaya/Asas Sosiologi

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan
antar individu dengan individu, antar golongan, lembaga sosial yang disebut juga ilmu
masyarakat. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia. Masyarakat merupakan
kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama hingga mereka mengatur diri mereka
sendiri dan menganggap sebagai suatu kesatuan sosial. Sekolah adalah institusi sosial yang
didirikan dan ditujukan untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan asyarakat. Maka kurikulum
sekolah dalam penyusunan dan pelaksanaan banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial
yang berkembang dan selalu berubah di dalam masyarakat.

D. Asas Organisatoris

Asas ini berkenaan dengan masalah bagaimana bahan pelajaran akan disajikan. Apakah
dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya hubungan antara
pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broad field atau bidang studi seperti IPA, IPS,
Bahasa, dan lain-lain. Ataukah diusahakan hubungan secara lebih mendalam dengan
menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran (dalam bentuk kurikulum terpadu).

Penganut ilmu jiwa asosiasi akan memilih bentuk organisasi kurikulum yang berpusat
pada mata pelajaran, sedangkan penganut ilmu jiwa Gestalt akan cenderung memilih kurikulum
terpadu. 8 Ilmu jiwa asosiasi yang berpendirian bahwa keseluruhan sama dengan jumlah bagian-
bagiannya, cenderung memilih kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran, yang dengan
sendirinya akan terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu jiwa Gestalt lebih mengutamakan keseluruhan
karena keseluruhan itu bermakna dan lebih relevan dengan kebutuhan anak dan masyarakat.

Perlu diingatkan kembali, bahwa tidak ada kurikulum yang baik dan tidak baik. Setiap
organisasi kurikulum mempunyai kebaikan akan tetapi tidak lepas dari kekurangan ditinjau dari
segi-segi tertentu. Selain itu, bermacam-macam organisasi kurikulum dapat dijalankan secara
bersama di satu sekolah, bahkan yang satu dapat membantu atau melengkapi yang satunya.
Kurikulum yang bagaimana yang harus dipilih? Pertanyaan itu diajukan karena macamnya
kemungkinan. Dalam mengembangkan kurikulum harus diadakan pilihan, jadi selalu ada hasil
semacam kompromi antara anggota panitia kurikulum. Sering dikatakan bahwa, kurikulum
adalah soal pilihan. Dalam hal ini pilihan banyak bergantung pada pendirian atau sikap seseorang
tentang pendidikan. Pada umumnya dapat dibedakan dua pendirian utama, yakni yang tradisional
dan yang progresif.

E. Asas Teknologi

Ilmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu
pengetahuan yang hanya sebagai ilmu untuk bahan bacaan tanpa praktikan untuk kepentingan
umat manusia hanyalah suatu teori yang mati. Sebaliknya praktik yang tanpa didasari oleh ilmu
pengetahuan hasilnya akan sia-sia.

Kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan. Peningkatan


penggunaan teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien
proses belajar mengajar selalu menonjolkan peranan guru, terutama dalam memilih bahan dan
penyampaiannya.

Dengan majunya teknologi informasi, diharapkan bahwa mengajar adalah membuat yang
belajar mengajar diri sendiri, selanjutnya, system penyampaiannya tidak harus dengan tatap
muka antara guru dan siswa. Sekarang peran guru dapat digantikan dengan media instruksional
baik yang berupa media cetak maupun non cetak terutama media elektronik, misalnya komputer,
internet, rekaman video, dan sebagainya. Dengan teknologi pendidikan modern, proses
pembelajaran akan dilakukan dengan berbagai system penyampaiannya, misalnya system
pembelajaran jarak jauh, yang penyampaiannya dengan cara menggunakan modul, Televisi
Pendidikan Nasional, siaran radio, pendidikan, metode berprogram internet dan sebagainya.

Teori Pengembangan Kurikulum

Teori merupakan suatu set atau sistem pernyataan (seperangkat pernyataan) yang
menjelaskan definisi hal. Teori merupakan perangkat yang menyatakan yang bertalian satu sama
lain, yang di susun sesuai dengan yang disediakan artinya yang fungsional terhadap yang terjadi.

Dalam Kamus Filsafat Yang Ditulis oleh Tim Penulis Rosda (1995) dijelaskan bahwa teori
Adalah:

1. Pemahaman akan berbagai hal dalam hubungan universal dan idealnya satu sama lain,
lawan dari praktis dan / atau eksistensi faktual.

2. Dalam prinsip abstrak atau umum dalam pengetahuan yang menampilkan pandangan yang
jelas dan sistemik tentang sebagian materi pokoknya, seperti dalam teori senior atau dalam teori
atom.

3. Sebuah prinsip atau model umum, abstrak dan ideal yang digunakan untuk menjelaskan
fenomena, seperti dalam teori seleksi alam.

Dari beberapa resolusi tentang teori yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan teori
memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

Sebuah. Adanya terjemahan yang universal.

b. Konsep ini dianggap sebagai konstruk.


c. Merupakan lawan dari praktik.

d. Menampilkan pandangan yang jelas dan sistermik tentang suatu fenomena.

e. Berdasarkan Fakta-Fakta empiris.

f. Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksi, dan memadukan


fenomena.

Teori yang membentuk suatu disiplin ilmu yang menentukan arah dari ilmu itu, menentukan data
apa yang harus dikumpulkan, menyediakan data konseptual tentang cara mengelompokan dan
mengumpulkan darta, mengumpulkan fakta-fakta menjadi: generalisasi empiris, generalisasi
sistem, menjelakan dan memprediksi fakta-fakta , dan menunjukkan kekurangan pengetahuan
kita tentang disiplin ilmu itu.

Teori kurikulum merupakan konsep yang berkaitan dengan konsep pendidikan yang membahas
soal sistematis, perspektif terhadap kurikulum. Teori kurikulum (teori kurikulum atau teori
peristiwa) merupakan teori yang menguraikan pemilihan dan menyelesaikan peristiwa atau
kurikulum yang berkaitan dengan kurikulum dan yang bukan.

Konsep-konsep teori kurikulum sebagai suatu perangkat pertimbangan yang memberikan makna
terhadap kurikulum sekolah, makna yang disebabkan karena adanya penegasan hubungan antara
tidak-tidak kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan pengujian
kurikulum . Bahan penyajian dari teori kurikulum adalah hal-hal yang terkait dengan penetuan
keputusan, penggunaan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kurikulum, dan lain-lain.

Teori kurikulum bukan hanya sebagai landasan dan acuan, tetapi juga dapat menjelaskan dan
memprediksi bagaimana kurikulum. Teori kurikulum mencari prinsip-prinsip atau pernyataan
tentang apa yang seharusnya atau tidak ada di dalam pendidikan.

Teori kurikulum selalu memengaruhi sikap dan perilaku yang akan dilakukan. Oleh karena itu,
kurikulum selalu melibatkan aspek-aspek epistemologis (pengetahuan), ontologis (eksistensi dan
realitas), dan aksiologis (nilai-nilai). Meskipun aspek-aspek tersebut sulit diselesaikan antara satu
dengan yang lain, ahli teori kurikulum dapat membantu pada salah satu aspek yang
dipertimbangkan mendesak.

Perkembangan teori selanjutnya dilanjutkan dengan Hollis Caswell. Dalam perannya sebagai
ketua divisi pengembangan kurikulum di beberapa negara bagian di Amerika Serikat (Tennessee,
Alabama, Florida, Virginia), adalah mengembangkan konsep kurikulum yang berpusat pada
masyarakat atau pekerjaan (masyarakat berpusat) maka Caswell mengembangkan kurikulum
yang bersifat interaktif. Dalam pengembangan kurikulum, Caswell menekankan pada partisipasi
guru-guru, setuju dalam menentukan kurikulum, menentukan struktur organisasi dari persiapan
kurikulum, dalam merumuskan kurikulum, merumuskan tujuan, memilih isi, menentukan
kegiatan belajar, merancang kurikulum, mencari hasil, dan sebagainya.
Teori kurikulum dapat ditinjau dari dua fungsi pokok, yaitu:

1. Sebagai alat dan kegiatan intelektual untuk mendukung pengalaman belajar peserta didik
dalam proses pembelajaraan yang dibantu oleh disiplin ilmu sosial lainnya. Dalam fungsi ini
tidak digunakan data-data empiris. Teori kurikulum bukan menjadi acuan dalam implementasi
teori kurikulum (praktik pembelajaraan). Fungsi pertama ini lebih fokus keunikan dan
kebebasaan individu serta kegiatan-kegiatan yang memengaruhi temporer. Implementasi
kurikulum hanya sebagai upaya dan tanggung jawab moral, bukan sebagai masalah teknis.
Tujuan teori kurikulum mengembangkan, menilai, dan memilih konsep-konsep tentang
kurikulum sehingga dapat diterima serta memahami tentang kurikulum.

2. Sebagai strategi atau metode untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan berdasarkan data-data
empiris. Fungsi kedua ini lebih banyak menganalisis hubungan antara teori dengan praktik.

Teori kurikulum harus memberikan konstribusi yang signifikan untuk para pengembang
kurikulum untuk menyusun konsep tentang pendidikan yang mereka hadapi, sehingga dapat
membantu mereka untuk menjawab tantangan dan tantangan yang ada. Teori kurikulum dapat
dilihat dari empat aspek penting, yaitu:

1) Hubungan antara kurikulum dengan berbagai faktor yang dapat meningkatkan kompetensi dan
efesiensi kurikulum.

2) Hubungan antara kurikulum dengan struktur kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap,


dan nilai-nilai) yang harus dikuasai oleh peserta didik.

3) Hubungan antara kurikulum dengan komponen-komponen kurikulum itu sendiri seperti


tujuan, isi / materi, metode dan evaluasi.

4) Hubungan antara kurikulum dengan pembelajaran.

John D McNeil memutuskan teori kurikulum harus dapat membantu dan memprediksi hubungan
antara variabel variabel dengan tujuan, proses belajar, dan perencanaan program. Implikasinya,
teori kurikulum harus dapat:

a. Menjadi acuan dalam penelitian dan pengembangan kurikulum serta menjadi alat penilaian
kurikulum

b. Mengidentifikasikan dan menjelaskan berbagai variabel dan mengevaluasi dengan


komponen-komponen kurikulum yang dapat divalidasi secara empiris

c. Memberikan prinsip dan hubungan-hubungan yang dapat mendukung secara empiris untuk
mengembangkan kurikulum

d. Menjadi kegiatan intelektual yang kreatif


Melalui teori, beberapa hal yang diharapkan dari peserta didik.

Dalam mengembangkan teori kurikulum sebagai disiplin ilmu, harus diperhatikan hal-hal berikut
ini:

a. Menggunakan bahasa yang tepat dan ilmiah agar lebih objektif dan bukan persuasif

b. Prinsip-prinsip dan metode baru dan yang lebih efektif

c. Peran teori dari disiplin ilmu lain dalam kurikulum

d. Konstribusi teori kurikulum terhadap Peningkatan mutu pendidikan

e. Keseimbangan antara teori dan praktik.

Teori dan praktik merupakan dua kutub yang berbeda, tetapi ada dalam suatu kesatuan. Teori
tanpa praktik adalah pincang, sedangkan teori tanpa prakti adalah sangat besar. Teori diharapkan
dapat memperbaiki praktik, dan hasil praktik dapat mempebaiki teori.

Anda mungkin juga menyukai