Anda di halaman 1dari 4

RESUME 2 KURIKULUM

DAN PEMBELAJARAN KIMIA


MENYIMPULKAN LANDASAN (FILOSOFIS,
SOSIOLOGIS, PSIKOLOGIS, ORGANISATORIS) DAN
PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

Nama : Bayu Prasetiyo


NIM : 11210162000071
Kelas : Pendidikan Kimia 3C
Mata kuliah : Kurikulum dan Pembelajaran Kimia
Hari/ Tanggal : Rabu, 5 Oktober 2022

A. FILOSOFIS
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan.Dalam dunia pendidikan landasan filosofis memegang peranan yang penting.
Keempat landasan filosofis diatas sangat diperlukan dalam dunia pendidikan, apalagi di negara
kita ini, sehingga dengan adanya landasan filosofi pendidikan maka pendidikan yang sedang
berlangsung dinegara kita ini mempunyai pondasi atau pijakan yang kuat. kemudian peran
landasan filosofi dalam hal pengembangan kurikulum juga sangat penting karena tanpa adnya
landasan filosofi maka pengembangan kurikulum akan menjadi sulit karena landasan filosofit
adalah seperangkat filosofi yang dijadikan titik tolak dalam dunia pendidikan.William Van Til
mengatakan bahwa, "Sumber arah kita ditemukan dalam filosofi panduan kita. Tanpa filsafat,
kita membuat kubah pemikiran terbatas dan kita memiliki kecenderungan untuk melakukannya
"meningkatkan kecenderungan dalam segala arah". Untuk sebagian besar, filosofi pendidikan
kita menentukan keputusan, pilihan, dan alternatif pendidikan kita . Empat filosofis utama telah
mempengaruhi pendidikan : idealisme, realisme,pragmatise, dan eksistensialisme.
1. Idealisme
Bagi idealis, belajar adalah proses intelektual terutama yang melibatkan mengingat dan
bekerja dengan gagasan; pendidikan benar-benar memperhatikan masalah konseptual.
Pendidik idealis lebih suka sebuah kurikulum yang menghubungkan gagasan dan konsep
satu sama lain. Kurikulum bersifat hirarkis; saya t merupakan warisan budaya umat manusia
dan didasarkan pada disiplin belajar, seperti yang dicontohkan oleh kurikulum seni liberal Di
bagian atas hierarki adalah subjek yang paling abstrak: filsafat dan teologi
2. Realisme
Realisme memandang dunia dalam hal objek dan materi. Orang bisa mengenal dunia melalui
indera mereka dan alasan mereka. Semuanya berasal dari alam dan tunduk padanya hukum.
Perilaku manusia itu rasional bila sesuai dengan hukum alam dan bila diperintah oleh hukum
fisik dan sosial.
3. Pragmatisme
pragmatisme (juga disebut sebagai eksperimentalisme) adalah berdasarkan perubahan,
proses, dan relativitas. Sedangkan idealisme dan realisme menekankan materi
pelajaran,
pragmatisme menafsirkan pengetahuan sebagai proses di mana realitas terus berubah.
Bagi pragmatis, pengajaran harus berfokus pada pemikiran kritis. Pengajaran lebih
eksploratif dari penjelasan. Metode ini lebih penting daripada materi
pelajaran. Ajaran yang ideal Metode yang bersangkutan tidak begitu banyak dengan
mengajarkan pembelajar apa yang harus dipikirkan seperti mengajar pelajar untuk
berpikir kritis Pertanyaan seperti "Kenapa?" "Kenapa bisa?" Dan "Bagaimana jika?"
Banyak lebih penting daripada "Apa?" "Siapa?" atau "Kapan?"

4. Eksistensialisme
di tingkat sekolah dasar Eksistensialis percaya bahwa pengetahuan yang paling penting
adalah pengetahuan dari kondisi manusia. Pendidikan harus mengembangkan kesadaran
akan pilihan dan signifikansinya.  Eksistensialis menolak pengenaan norma kelompok,
wewenang, dan tatanan yang mapan. Mereka mengenali beberapa standar, kebiasaan, atau
pendapat yang tidak terbantahkan.

B. SOSIOLOGIS
landasan sosiologis adalah pondasi pengembangan rancangan pembelajaran yang melihat dari
sisi sosial masyarakat. Wiji hidayati menambahkan pendidikan merupakan bagian dari
kebudayaan. Pendidikan merupakan suatu proses kebudayaan. Sosiologi kurikulum awalnya
hanyalah satu kajian dalam sosiologipendidikan. Menurut Musgrave sebagaimana dikutip
Rahmat Hidayat sosiologiberkembang sekitar awal 1970. Diawali dengan konsen para sejarawan yang
menulis tentang kurikulum dan mereka mengunakan konsep-konsep sosiologis. Munculnya sosiologi
kurikulum juga dikarenakan perkembangan dalam sistem pendidikan diberbagai negara yang
menempatkan kurikulum sebagai posisi penting diseluruh sekolah. Penjelasan oleh Muhammad Asyar
menunjukan bahwa landasan sosiologis dalam pengembangan kurikulum sangatlah penting. Peserta
didik bias survive dikehidupan nyata berkat rancangan yang sitematis dari landasan sosiologis

beberapa factor yang menyatakan bahwa faktor sosiologis itu penting dijelaskan oleh Masitoh dkk :

1. Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap,pengetahuan,
keterampilan, dan sebagainya. Semua itu dapat diperoleh individu melalui interaksi dengan
lingkungan budaya, keluarga, masyarakat sekitar, dan sekolah/lembaga pendidikan. Oleh karena
itu, sekolah/lembaga pendidikan mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman
kepada para peserta didik dengan salah satu alat yang disebut kurikulum.
2. Kurikulum pada dasarnya harus mengakomodasi aspek-aspek sosial dan budaya. Aspek
sosiologis adalah yang berkenaan dengan kondisi social masyarakat yang sangat beragam,
seperti masyarakat industri, pertanian,nelayan, dan sebagainya. Pendidikan di sekolah pada
dasarnya bertujuan mendidik anggota masyarakat agar dapat hidup berintegrasi, berinteraksi dan
beradaptasi dengan anggota masyarakat lainnya serta meningkatkan kualitas hidupnya sebagai
mahluk berbudaya. Hal ini membawa implikasi bahwa kurikulum sebagai salah satu alat untuk
mencapai tujuan pendidikan harus bermuatan kebudayaan yang bersifat umum seperti: nilai-
nilai, sikap-sikap, pengetahuan, dan kecakapan
3. Seluruh nilai yang disepakati oleh masyarakat yang kemudian disebut kebudayaan
merupakan konsep yang memiliki kompleksitas tinggi. Adanya kebudayaan karena hasil dari
pemikiran keras dari pengalaman Pengalaman orang terdahulu. Dan kebudayaan adalah hasil
dari cipta, rasa dan karsa manusia

C. PSIKOLOGIS
Dalam landsan psikologis ada dua dimensi yang berkaitan yaitu :
1. teori belajar, yakni bagaimana sebenarnya siswa belajar,
2. hakikat pelajar secara individual antara lain berkenaan dengan taraf sebagai berikut : motivasi,
kesiapan, kematangan intelektual, kematangan emosional, dan latar belakang pengalaman.
Hasibuan mengatakan bahwa landasan psikologis adalah landasn kurikuluim yang didasarkan atas
pertimbangan terhadap jiwa peserta didik. Dengan begitu maka kurikulum harus disesuaikan
menurut usia tingkatan peserta didik, mengikat usia merupakan salah satu tanda untuk
mendapatkan tingkatan perkembangan dan daya serap siswa (Abdullah Shodiq, 2019). Landasan
psikologis adalah salah satu landasan yang penting saat melakukan pengembangan kurikulum
pendidikan. Landasan psikologis merupakan landasan yang mengacu pada aspek kepribadian atau
tingkah laku peserta didik. Landasan psikologis berperan dalam memetakkan atau membagi kondisi
peserta didik serta sebagai referensi dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku harus
dikembangkan. Sehingga dalam prakteknya, pengembangan kurikulum akan tepat sasaran dan dapat
tercapai secara maksimal sesuai dengan kondisi peserta didik di lapangan.Dalam pengembangan
kurikulum, landasan psikologi dibagi menjadi dua bagian, yaitu psikologi belajar dan psikologi
perkembangan. Psikologi belajar berfungsi untuk memilah peserta didik dalam aspek menentukan
metode dan gaya belajar apa yang akan digunakan untuk peserta didik. Sedangkan psikologi
perkembangan berfungsi untuk memilah peserta didik dalam aspek perkembangan fisiknya

D. ORGANISATORIS
Suatu aktivitas dalam mencapai tujuan pendidikan formal perlu suatu bentuk pola yang jelas tentang
bahan yang akan disajikan atau yang akan diproses kepada peserta didik. pola atau bentuk bahan yang
akan disajikan inilah yang dimaksud organisasi kurikulum. Organisasi bahan pelajaran yang dipilih harus
serasi dengan tujuan dan sasaran kurikulum, yang pada dasarnya disusun dari yang sederhana kepada
yang kompleks, dari yang konkrit kepada yang abstrak, dan dari ranah (dominan) tingkt rendah kepada
ranah yang lebih tinggi, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik. Organisasi kurikulum adalah suatu
factor yang penting sekali dalam pengembangan dan pembinaan kurikulum dan bertalian erat dengan
tujuan program pendidikan yang hendak dicapai, karena bentuk kurikulum menentukan isi bahan
pelajaran dan cara menyajikannya. Organisasai bahan pelajalaran yang dipilih harus serasi dengan tujuan
dan sasaran kurikulum, yang pada dasarnya disusun dari yang sederhana kepada yang kompleks, dari yang
kankret kepada yang abstrak, dan dari ranah tingkat rendah kepada ranah tingkat yang lebih tinggi, baik
kognitif, afektif maupun psikomotor. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kaitanya dengan asas
organisatoris adalah: tujuan
1. bahan pelajaran
2. sasaran bahan pelajaran
3. pengorganisasian bahan

E. PRINSIP PENGEMBANG KURIKULUM


a. Prinsip relevansi
Prinsip ini mengacu pada ksesuaian kurikulum dengan berbagai hal, terutama yang berhubunngan
dengan kondisi social- masyarakat,
b. Prinsip kontinuitas
Belajar tiak pernah memandang usia dan mengenal waktu, baik pendidikan formal maupun nonformal.
c. Prinsip fleksibilitas
Prinsip ini menjelaskan bahwa mengusahakan agar pesrta didik mampu beradaptasi akan fleksibiitas
dan kurikulum, misalnya muatan kompetensi yang variatif dan mata pelajaran yang bervariasi.
d. Prinsip efektivitas
Efektivitas dapat dijadikan penentu keterlaksana dan ketercapaian target yang di harapkan dari
implementasi kurikulum.
e. Prinsip efisiensi
Prinsip efisiensi menekankan pada penggunaan biaya dan alokasi waktu yang digunakan saat
implementasi kurikulum

DAFTAR PUSTAKA

http://saprizalkimia.blogspot.com/2017/09/landasan-filosofi-kurikulum.html
(Hunkins.P.Francis, dan Ornstein.C. Allan-Curriculum: Foundations, Principles, and Issues)

Nana Syaodih Sukmadinta,Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik,


(Bandung:Remaja Rosdakarya, 1997), hal.58

Wiji hidayati, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta, Pustaka Insan Madani:2012), hal.35


7Ibid.,hal.142

Dadang sukirman, Landasan Pengembangan Kurikulum. (Bandung, UPI.edu), hal. 34-35

Hari Setiadi. (2016). Pelaksanaan Penilaian Pada Kurikulum 2013. Jurnal penelitian dan
Observasi Pendidikan, Jurnal Al Irsyad Volume 20 NO 2.

Haq, M. Z. (2020, Juli). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Era 4.0.
Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan, Volume 2 Nomor 2, 251-572.

Hidayat, S. (2013). Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hurlock,
E. B. (1980).

Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Kholik, A. N. (2019, Januari-Juni).

Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum Abad 21. As-Salam, Volume. VIII No. 1, 65-86

Johnsen Harta, Kajian Kurikulum Kimia SMA dan SMK hal: 28-29

Anda mungkin juga menyukai