Anda di halaman 1dari 10

UJIAN AKHIR SEMESTER SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Mata kuliah : Landasan Ilmiah Ilmu Pendidikan (LIIP)


Program Studi : Teknologi Pendidikan
Semester/Tahun : II/2022
Dosen : 1. Prof. Dr. Ibrahim Gultom
2. Prof. Dr. Sahat Siagian

1. Salah satu pembahasan dalam Landasan Ilmiah Ilmu Pendidikan (LIIP) adalah
landasan Filsafat.
a. Mengapa filsafat menjadi salah satu landasan pendidikan? Jelaskan!
b. Dalam hal apa saja landasan filsafat ini dapat memberikan sumbangan dalam
pendidikan? Jelaskan!

Jawab :

a. Mengapa filsafat dijadikan salah satu landasan pendidikan karena filsafat


merupakan suatu sistem gagasan pendidikan yang dideduksi atau dijabarkan
dari suatu sistem gagasan filsafat umum (Metafisika, Epistemologi, Aksiologi)
yang dianjurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu.

Konsep Filsafat Umum Konsep Pendidikan


 Hakikat Realitas  Tujuan Pendidikan
 Hakikat Manusia  Kurikulum Pendidikan
 Hakikat Pengetahuan  Metode Pendidikan
 Hakikat Nilai  Peranan Pendidik dan Peserta Didik

Filsafat landasan pendidikan berisi tentang gagasan-gagasan atau konsep-


konsep yang bersifat normatif atau preskriptif. Filsafat Landasan pendidikan
dikatakan bersifat normatif atau preskriptif, sebab landasan filosofis
pendidikan tidak berisi konsep – konsep tentang pendidikan apa adanya
(faktual), melainkan berisi tentang konsep-konsep pendidikan yang seharusnya
atau yang dicita-citakan (ideal), yang disarankan oleh filsuf tertentu untuk
dijadikan titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan/atau studi
pendidikan.
Aliran dalam Landasan Filosofis Pendidikan. Sebagaimana halnya di
dalam filsafat umum, di dalam landasan filsafat pendidikan juga terdapat
berbagai aliran. Sehubungan dengan ini dikenal adanya landasan filosofis
pendidikan Idealisme, landasan filosofis pendidikan Realisme, landasan
filosofis pendidikan Pragmatisme, dsb.
b. Landasat filsafat dalam dunia pendidikan
 Terhadap Guru
Apabila kita konsekuen terhadap upaya memprofesionalkan pekerjaan
guru maka filsafat pendidikan merupakan landasan berpijak yang
mutlak. Artinya, sebagai pekerja professional, tidaklah cukup bila
seorang guru hanya menguasai apa yang harus dikerjakan dan
bagaimana mengerjakannya. Kedua penguasaan ini baru tercermin
pada kompetensi seorang tukang.
Disamping penguasaan terhadap apa dan bagaimana tentang tugasnya,
seorang guru juga harus menguasai mengapa ia melakukan setiap
bagian serta tahap tugasnya itu dengan cara tertentu dan bukan dengan
cara yang lain. Jawaban terhadap pertanyaan mengapa itu menunjuk
kepada setiap tindakan seorang guru didalam menunaikan tugasnya,
yang pada gilirannya harus dapat dipulangkan kepada tujuan-tujuan
pendidikan yang mau dicapai, baik tujuan-tujuan yang lebih
operasional maupun tujuan-tujuan yang lebih abstrak. Oleh karena itu
maka semua keputusan serta perbuatan instruksional serta non-
instruksional dalam rangka penunaian tugas-tugas seorang guru dan
tenaga kependidikan harus selalu dapat dipertanggung jawabkan
secara pendidikan (tugas professional, pemanusiaan dan civic) yang
dengan sendirinya melihatnya dalam perspektif yang lebih luas dari
pada sekedar pencapaian tujuan-tujuan instruksional khusus. Perlu
digaris bawahi di sini adalah tidak dikacaukannya antara bentuk dan
hakekat. Segala ketentuan prasarana dan sarana sekolah pada
hakekatnya adalah bentuk yang diharapkan mewadahi hakekat proses
pembudayaan subjek didik.
Oleh karena itu maka gerakan ini hanya berhenti pada “penerbitan”
prasarana dan sarana sedangkan transaksi personal antara subjek didik
dan pendidik, antara subjek didik yang satu dengan subjek didik yang
lain dan antara warga sekolah dengan masyarakat di luarnya masih
belum dilandasinya, maka tentu saja proses pembudayaan tidak terjadi.
Seperti telah diisyaratkan dimuka, pemberian bobot yang berlebihan
kepada kedaulatan subjek didik akan melahirkan anarki, sedangkan
pemberian bobot yang berlebihan kepada otoritas pendidik akan
melahirkan penjajahan dan penjinakan. Kedua orientasi yang ekstrim
itu tidak akan menghasilkan pembudayaan manusia.

2. Di era otonomi daerah sekarang ini membuka peluang bagi setiap daerah atau sekolah
untuk mengembangkan kurikulumnya khususnya pengembangan kurikulum satuan
pendidikan.
a. Landasan apakah yang paling sesuai untuk dijadikan sebagai referensi dalam
pengembangan kurikulum tersebut? Jelaskan dan berikan alasan!

Jawab :
Terdapat 4 landasan dalam pengembangan kurikulum
a) Landasan Filosofis
landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum ialah asumsi-
asumsi atau rumusan yang didapatkan dari hasil berpikir secara
mendalam, analitis, logis dan sistematis (filosofis) dalam
merencanakan, melaksanakan, membina dan mengembangkan
kurikulum. Penggunaan filsafat tersebut baik dalam pengembangan
kurikulum dalam bentuk program (tertulis), maupun kurikulum dalam
bentuk pelaksanaan (operasional) di sekolah. karena tujuan
pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup
suatu bangsa, maka tentu saja kurikulum yang dikembangkan juga
akan mencerminkan falsafah / pandangan hidup yang dianut oleh
bangsa tersebut. Oleh karena itu terdapat hubungan yang sangat erat
antara kurikulum pendidikan disuatu negara dengan filsafat negara
yang dianutnya.

Sebagai contoh, Indonesia pada masa penjajahan Belanda, kurikulum


yang dianut pada masa itu sangat berorientasi pada kepentingan
politik Belanda. Demikian pula pada saat negara kita dijajah Jepang,
maka orientasi kurikulum berpindah yaitu disesuiakan dengan
kepentingan dan sistem nilai yang dianut oleh negara Matahari Terbit
itu. Setelah Indonesia mencapai kemerdekaannya, dan secara bulat
dan utuh menggunakan pancasila sebagai dasar dan falsafah dalam
berbangsa dan bernegara, maka kurikulum pendidikanpun
disesuaikan dengan nilai-nilai pancasila itu sendiri.

b) Landasan Psikologis
Dalam mengembangkan kurikulum harus dilandasi oleh psikologi
sebagai acuan dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku peserta
didik itu harus dikembangkan. Karena melalui penerapan landasan
psikologi dalam pengembangan kurikulum, tiada lain agar upaya
pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan dengan hakikat
peserta didik, baik penyesuaian dari segi materi atau bahan yang
harus disampaikan, penyesuaian dari segi proses penyampaian atau
pembelajarannya, dan penyesuaian dari unsur-unsur upaya
pendidikan lainnya. terdapat dua cabang psikologi yang sangat
penting diperhatikan di dalam pengembangan kurikulum, yaitu
psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi belajar
memberikan sumbangan terhadap pengembangan kurikulum terutama
berkenaan dengan bagaimana kurikulum itu diberikan kepada siswa
dan bagaimana siswa harus mempelajarinya, berarti berkenaan
dengan strategi pelaksanaan kurikulum. Psikologi perkembangan
diperlukan terutama dalam menentukan isi kurikulum yang diberikan
kepada siswa, baik tingkat kedalaman dan keluasan materi, tingkat
kesulitan dan kelayakannya serta kebermanfaatan materi senantiasa
disesuaikan dengan tarap perkembangan peserta didik.

c) Landasan Sosiologis dan Ilmu pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Dilihat dari substansinya faktor sosiologis sebagai landasan dalam


mengembangkan kurikulum dpat dikaji dari dua sisi yaitu dari sisi
kebudayaan dan kuriklulum serta dari unsur masyarakat dan
kurikulum.
a. Kebudayaan dan Kurikulum
Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam
pengembangan kurikulum dengan pertimbangan:
1. Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan,
cita-cita, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan lain
sebagainya. Semua itu dapat diperoleh individu melalui
interaksi dengan lingkungan budaya, keluarga, masyarakat
sekitar, dan tentu saja sekolah / lembaga pendidikan. Oleh
karena itu sekolah /lembaga pendidikan mempunyai tugas
khusus untuk memberikan pengalaman kepada para peserta
didik dengan salah satu alat yang disebut kurikulum.
2. Kurikulum dalam setiap masyarakat pada dasarnya
merupakan refleksi dari cara orang berpikir, berasa, bercita-
cita, atau kebiasaan-kebiasaan. Karena itu dalam
mengembangkan suatu kurikulum perlu memahami
kebudayaan. Kebudayaan adalah pola kelakuan yang secara
umum terdapat dalam satu masyarakat yang meliputi
keseluruhan ide, cita-cita, pengetahuan, kepercayaan, cara
berpikir, kesenian, dan lain sebagainya.
3. Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat dapat pula
disebut kebudayaan. Oleh karena itu kebudayaan dapat
dikatakan sebagai suatu konsep yang memiliki kompleksitas
tinggi. Kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa dan karsa
manusia yang diwujudkan dalam tiga gejala, yaitu:
a) Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, peraturan dan lain-
lain. Wujud kebudayaan ini bersifat abstrak dan
adanya dalam alam pikiran manusia dan warga
masyarakat di tempat kebudayaan itu berada.
b) Kegiatan, yaitu tindakan berpola dari manusia dalam
bermasyarakat. Tindakan ini disebut sistem sosial.
Dalam sistem sosial, aktivitas manusia sifatnya
konkrit, bisa dilihat dan diobservasi. Tindakan berpola
manusia tentu didasarkan oleh wujud kebudayaan yang
pertama. Artinya sistem sosial dalam bentuk aktivitas
manusia merupakan refleksi dari ide, konsep, gagasan,
nilai dan norma yang telah dimilikinya.
c) Benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan yang
ketiga ini ialah seluruh fisik perbuatan atau hasil karya
manusia di masyarakat. Oleh karena itu wujud
kebudayaan yang ketiga ini adalah produk dari wujud
kebudayaan yang pertama dan kedua.
b. Masyarakat dan Kurikulum
Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan
mereka sendiri kedalam kelompok-kelompok berbeda.
Kebudayaan hendaknya dibedakan dengan istilah masyarakat
yang mempunyai arti suatu kelompok individu yang terorganisir
yang berpikir tentang dirinya sebagai suatu yang berbeda dengan
kelompok atau masyarakat lainnya. Dalam konteks inilah
kurikulum sebagai program pendidikan harus dapat menjawab
tantangan dan tuntutan masyarakat. Untuk dapat menjawab
tutntutan tersebut bukan hanya pemenuhan dari segi isi
kurikulumnya saja, melainkan juga dari segi pendekatan dan
strategi pelaksanaannya.

Oleh karena itu guru, para pembina dan pelaksana kurikulum dituntut lebih
peka mengantisipasi perkembangan masyarakat, agar apa yang diberikan
kepada siswa relevan dan berguna bagi kehidupan siswa di masyarakat. Teori,
prinsip, hukum, yang terdapat dalam semua ilmu pengetahuan yang ada dalam
kurikulum, penerapannya harus disesuaikan dengan kondisi sosial budaya di
masyarakat setempat, sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa lebih
bermakna dalam hidupnya.

b. Cari dan jelaskan sebuah contoh yang bisa dijadikan sebagai kurikulum muatan
lokal di suatu daerah tertentu dengan melihat dari sudut keunikan kultural dan
kelayakannya untuk dilestarikan!
3. Semua praktisi pendidikan terutama guru wajib memahami konsep psikologi sebagai
landasan pendidikan. Jelaskan, mengapa psikologi ini menjadi salah satu landasan
yang penting dalam pendidikan dan berikan contohnya!

Jawab :
Mengapa guru diharuskan memahami konsep psikologi sebagai landasan pendidikan
karena didalam landasan pendidikan psikologi dapat diartikan sebagai perubahan
perilaku yang terjadi melalui pengalaman. Segala perubahan perilaku baik yang
bebrbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor dan terjadi karena proses
pengalaman dapat dikategorikan sebagai perilaku belajar. Perubahan-perubahan
perilaku yang terjadi secara insting atau terjadi karena kematangan, atau perilaku yang
terjadi secara kebetulan, tidak termasuk belajar. Memahami tentang psikologi / teori
belajar merupakan bekal bagi para guru dalam tugas pokoknya yaitu membelajarkan
anak.
Contohnya, daya mengingat dilatih dengan menghapalkan sesuatu. Daya-daya yang
telah terlatih dapat dipindahkan ke dalam pembentukan daya-daya lain. Pemindahan
(transfer) ini mutlak dilakukan melalui latihan (drill), karena itu pengertian mengajar
menurut teori ini adalah melatih peserta didik dalam daya-daya itu, cara
mempelajarinya pada umumnya melalui hapalan dan latihan.

4. Hukum merupakan hal-hal yang penting dalam pendidikan, sehingga hukum dijadikan
sebagai landasan pendidikan.
a. Mengapa landasan hukum ini menjadi bagian yang penting dalam pendidikan
dewasa ini!
Jawab :
Karena landasan hukum dalam pendidikan dapat memberikan rambu-rambu
tentang bagaimana pelaksanaan sistem pendidikan dan managemen pendidikan
dilaksanakan selaras dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

b. Apa-apa saja menurut saudara yang menjadi problem pendidikan dilihat dari
perspektif landasan hukum dewasa ini? Jelaskan lengkap dengan contohnya!
Jawab :
Ada perbedaan yang jelas antara pendidikan akademik dan pendidikan
profesional. Pendidikan akademik menyiapkan ahli agar mampu mengembangkan
ilmu atau teknik atau seni di bidang masing-masing. Pendidikan profesional
bertujuan menyiapkan peserta didika agar ahli dalam menerapkan teori
tertentu.
Pendidikan profesional tidak cukup hanya menyiapkan ahli dalam menerapkan
suatu teori, tetapi juga mempelajari cara membina para tenaga pembantu,
mengusahakan alat-alat bekerja dll.
Sebagai konsekuensi dari beragamnya bakat dan kemampuan para siswa serta
dibutuhkannya dibutuhkannya tenaga kerja menengah yang banyak, maka perlu
diciptakan berbagai ragam sekolah kejuruan.

5. Pendidikan adalah sebagai sistem yang terdiri dari beberapa komponen.


a. Jelaskan mengapa pendidikan itu disebut sebagai sistem!
Jawab :
Karena pendidikan terdiri dari sejumlah komponen yang saling berkaitan dan
mempengaruhi, dan komponen-komponen tersebut tertuju pada satu tujuan yaitu
tujuan pendidikan.
b. Bedakan antara pendidikan sebagai sistem dengan pembelajaran sebagai sistem.
Jelaskan pula komponen-komponen kedua sistem itu!
Jawab :
Pendidikan Sebagai Sistem
Sama halnya dengan sistem lainnya, komponen-komponen pendidikan dapat
dikategorikan menjadi tiga bagian utama, yaitu komponen INPUT, PROSES dan
OUTPUT.
Contoh:
Komponen input adalah peserta didik baru
Komponen proses adalah proses pembelajaran yang terjadi di sekolah
Sedangkan komponen output adalah lulusan

Pembelajaran Sebagai Sistem


Berbeda dengan pendidikan sebagai sistem, komponen-komponen pembelajaran
dapat dikategorikan menjadi tiga bagian utama, yaitu komponen INPUT, PROSES,
OUTPUT dan OUTCOME.
Contoh :
Komponen input sistem pembelajaran dapat berupa siswa, materi, metode, alat,
media pembelajaran, perangkat-perangkat pembelajaran yang lain termasuk
persiapan atau perencanaan pembelajaran.
Komponen proses berupa tempat atau aktivitas berinteraksinya berbagai input,
baik raw input (masukan siswa), instrumental input (masukan berupa alat-alat
termasuk guru dan kurikulum), maupun environmental input (masukan lingkungan
fisik maupun non fisik).
Proses pembelajaran akan mengahsilkan keluaran (output). Dengan kata lain,
output merupakan cerminan langsung maupun tidak langsung dari proses
pembelajaran yang berlangsung. Output pembelajaran itu biasanya dapat berupa
prestasi belajar, perubahan sikap, perubahan perilaku, skor atau nilai penguasaan
materi suatu mata pelajaran, dan sebagainya.
Outcome dalam sebuah sistem pembelajaran merupakan kebermaknaan output di
dalam sistem yang lebih luas atau sistem lain yang relevan. Di sisi lain, outcome
dapat juga dimaknai sebagai dampak dihasilkannya output. Dengan singkat kata,
outcome merupakan ukuran kebermaknaan output. Jika dikaitkan dengan contoh
output di atas, outcome pembelajaran dapat berupa seberapa jauh nilai atau prestasi
belajar yang dicapai dalam pembelajaran tertentu memiliki makna atau dapat
menopang keberhasilan pembelajaran lain yang relevan

Anda mungkin juga menyukai