Anda di halaman 1dari 29

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA

MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING


PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN
BERPIKIR KRITIS SISWA

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

SARI MAULINA HARAHAP


NIM: 8216122010

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PRODI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................i

BAB I. PENDAHULUAN.............................................................1

A. Latar Belakang......................................................................1
B. Identifikasi Masalah..............................................................6
C. Pembatasan Masalah.............................................................7
D. Rumusan Masalah.................................................................7
E. Tujuan Pengembangan..........................................................8
F. Manfaat Pengembangan........................................................8

BAB II. KAJIAN TEORITIS.......................................................10

A. Kajian Teoritis......................................................................10
1. Penelitian Pengembangan...........................................10
2. Pembelajaran IPA.......................................................10
3. Model Pembelajaran Problem Based Learning..........11
a. Pengertian Problem Based Learning................11
b. Karakteristik Problem Based Learning............11
c. Tujuan Problem Based Learning......................13
4. Sistem Reproduksi Manusia.......................................14
a. Pengertian Sistem Reproduksi Manusia...........14
b. Organ Reproduksi Pria.....................................14
c. Organ Reproduktif Wanita...............................16
B. Penelitian Terdahulu.............................................................17

i
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN..................................20

A. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................20


B. Metode Penelitian.................................................................20
C. Teknik Pengumpulan Data....................................................21
D. Teknik Analisis Data.............................................................21

DAFTAR PUSTAKA....................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu

guna mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perbaikan dalam system pendidikan harus dilakukan, mengingat jenjang

pendidikan tingkat lanjut merupakan suatu yang mendasar bagi setiap warga

negara untuk dapat meraih kehidupan yang lebih baik.

Kegiatan pembelajaran pada hakekatnya merupakan praktek pendidikan

yang tidak sederhana terutama berkaitan dengan kualitas lulusan. Pendidikan

dan Pembelajaran merupakan suatu konsep dalam bidang sosial yang biasanya

berhubungan dengan proses dan produk. Peningkatan proses pembelajaran

sangat mempengaruhi kualitas, baik produk akhir maupun proses yang

dijalaninya sehingga jika salah satu dari faktor tersebut mengalami isolasi

maka proses berjalan tidak efektif (Mulyasa, 2009)

Pendidikan IPA memiliki potensi yang sangat besar dalam upaya

membangun bangsa, namun ternyata selama ini hanya dianggap beban berat

yang kurang disenangi oleh peserta didik. Hanya sedikit peserta didik yang

berminat untuk belajar IPA, sehingga hal ini mengakibatkan kualitas

pendidikan IPA menjadi rendah.


2

Hasil studi lembaga internasional Programme for International Student

Assessment (PISA) tahun 2009 menunjukkan bahwa dimensi scientific

processes or skills, concepts and content, context or application peserta didik

SMP (OECD/ PISA, 2000: 76) berada pada urutan 50 dari 65 negara (Tim

PISA, 2011). Hasil penelitian Trends in Mathematics and Science Study

(TIMSS) tahun 2011 menunjukkan bahwa dimensi knowing, applying, dan

reasoning (Martin, et al.., 2012: 119) peserta didik SMP menempati urutan ke-

40 dari 42 negara (Tim TIMSS, 2011), ini menunjukkan pembelajaran IPA

masih dalam level rendah (low level) dengan penekanan pembelajaran pada

konsep (basic learning). Dettmer (2006: 73) menjelaskan bahwa basic

learning lebih mementingkan penguasaan konsep sehingga tujuan pencapaian

pembelajaran sebatas aspek mengetahui (know) dan memahami (comprehend).

Rendahnya kualitas pendidikan memberikan tekanan pada pemerintah

untuk melakukan pembaharuan dalam sistem pendidikan. Salah satunya yaitu

dikeluarkannya kurikulum Merdeka Belajar sebagai dasar dalam pelaksanaan

proses pendidikan di Indone sia. Kurikulum 2013 yang dikembangkan dengan

berbasis kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan

peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif

menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2) manusia terdidik yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokrasi,

bertanggung jawab (Kemendikbud, 2014: 2).


3

Permasalahan yang timbul saat ini yaitu penyeragaman pembelajaran di

berbagai aspek seperti kurikulum, strategi pembelajaran, bahan ajar, dan

evaluasi belajar, gaya mengajar guru yang masih kurang sesuai dengan gaya

belajar siswa, sehingga para siswa merasa jenuh dan kurang termotivasi untuk

mengikuti proses pembelajaran. Usaha untuk melakukan pembaharuan yaitu

dengan mengetahui gaya belajar dari masing-masing siswa serta usaha dari

gaya mengajar Guru yang harus bervariasi, sehingga siswa termotivasi untuk

mengikuti proses pembelajaran yang pada akhirnya akan berpengaruh pada

hasil belajar siswa itu .

Salah satu kesulitan guru dalam mengimplementasikan Permendiknas

nomor 41 Tahun 2007 Tntang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah adalah pengembangan perangkat pembelajaran dan pemilihan

model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Realita saat ini ditemukan bahwa masih ada silabus dan RPP yang disusun

dengan cara menyalin dari pihak lain, misalnya internet atau kawan.

Pembuatanya belum sesuai dengan standar dari BNSP dan pakar pendidikan.

Keahlian guru dalam menentukan penggunaan model pembelajaran yang

tepat berguna dalam meningkatkan keaktif dan pemahaman yang baik bagi

siswa. Guru sebagai fasilitator seharusnya perlu bertindak dalam

meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didikmelalui proses

memahami karakteristik peserta didik, mencari model pembelajaran yang

cocok dengan materi dan kemampuan peserta didik. Model pembelajaran

berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan model pembelajaran


4

yang melibatkan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari, tidak

terorganisasi, serta bersifat terbuka, sehingga peserta didik dapat

menyelasaikan permasalah dan menciptakan pengetahuan baru

(Fathurrohman, 2015).

Keterampilan berpikir kritis perlu dimiliki oleh peserta didik dalam

pembelajaran sains karena merupakan bagian dari keterampilan berpikir

tingkat tinggi (higher order thingking skills). Hal ini sejalan dengan pendapat

Adi (2007) bahwa “Proses berpikir level tinggi (HOT) adalah proses berpikir

yang mengharuskan peserta didik untuk memanipulasi informasi dan ide-ide

dalam cara tertentu yang memberi mereka pengertian dan implikasi baru”.

Keterampilan berpikir kritispeserta didik dalam pembelajaran sains bertujuan

untuk menciptakan pola pikir dan tindakan ilmiah peserta didik yang diperoleh

dari kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah dikehidupan

nyata dengan mengaplikasikan konsep sains, dapat mengambil keputusam

dengan tepat berdasarkan konsep ilmiah, dan mampu memecahkan masalah

dengan sikap ilmiah (Wahyudi, 2002).

Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dapat

mendorong siswa melakukan kegiatan investigasi dan penemuan sehingga

mampu membuat peserta didik lebih faham. Peserta didik berperan aktif

dalam proses penyelidikan masalah untuk mengembangkan pengetahuan dan

kognitifnya. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)

menyediakan sebuah struktur penemuan yang dapat membantu peserta didik

belajar lebih mendalam dan mengarahkan pada pemahaman yang luas.


5

Interaksi peserta didik dengan masalah dalam pembelajaran menjadi sarana

untuk memperoleh pemahamannya. Kegiatan diskusi dan evaluasi dalam

model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) menjadi

salah satu sarana untuk mengembangkan pengetahuan (Cahyono, 2017).

Implementasi model pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik

aktif dalam pembelajaran masih perlu ditingkatkan. Hasil wawancara bersama

salah satu guru IPA di SMPN 42 Medan mengatakan masih sering

menggunakan metode ceramah dan hanya berpusat pada guru hal tersebut

disebabkan karena kurangnya perangkat pembelajaran yang dimiliki guru

untuk pembelajaran serta kurang aktifnya peserta didik terhadap kegiatan

pembelajaran.

Pokok bahasan sistem pencernaan dipilih dalam penelitian ini dengan

alasan: (1) sistem reproduksi manusia merupakan pokok bahasan yang harus

diajarkan dalam mata pelajaran IPA kelas IX menurut kurikulum 2013, (2)

pokok bahasan sistem reproduksi merupakan kunci materi yang terintegrasi

dengan materi dan mata pelajaran lainnya, (3) pada kompetensi dasar 3.1

sistem reproduksi pada manusia dan gangguan pada sistem reproduksi dengan

penerapan pola hidup yang menunjang kesehatan reproduksi, dan kompetensi

dasar 4.1 menyajikan hasil penelusuran informasi dari berbagai sumber terkait

kesehatan dan upaya pencegahan gangguan pada organ reproduksi, (4) materi

ini berkaitan dengan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta

didik sehingga dapat mendorong terjadinya relasi antara ilmu yang

dimilikinya dan pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan


6

karakteristik tersebut sistem reproduksi perlu diajarkan menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning).

Materi sistem reproduksi pada manusia merupakan salah satu mata

pelajaran IPA kurikulum 2013 yang memerlukan pemahaman dan hapalan,

kemampuan menganalisis, dan mempresentasikan hasil penyelidikan. Sistem

reproduksi banyak sekali berhubungan dengan masalah nyata (autentik)

dikehidupan seharihari. Contoh permasalahan yang sering dihadapi peserta

didik adalah ketika peserta didik mulai mengalami perubahan anatomi dan

fisiologi dari tubuhnya, mulai mengalami perubahan emosional yang

mengarah pada psikologis yang dapat mengarah pada tindakan seksual

berisiko.

Berdasarkan uraian diatas diperlukan upaya untuk membantu guru dalam

melaksanakan proses pembelajaran yang baik melalui penelitian dengan

tujuan “Menghasilkan Perangkat Pembelajaran IPA Menggunakan Model

PBL (Problem Based Learning) pada Materi Sistem Reproduksi Manusia

untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik Di SMPN 42

Medan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat diidentifikasi

kesenjangan sebagai berikut : 1) rendahnya kemampuan berpikir kritis

siswa terhadap mata pelajaran IPA karena tidak menghungkan materi

pelajaran dengan permasalahan kehidupan sehari – hari, 2) rendahnya


7

keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPA, 3) metode

pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi masih

memakai metode pembelajaran yang konvensional.

Dari kesenjangan tersebut, muncul pernyataan sebagai berikut :

1. Apakah tidak menghubungan materi pelajaran dengan

permasalahan kehidupan sehari-hari menyebabkan siswa kurang

terampil dalam berpikir kritis?

2. Apakah rendahnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran

menyebabkan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa?

3. Apakah guru mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat

dalam kegiatan belajar mengajar?

C. Pembatasan Masalah

Pengembangan perangkat pembelajaran pada pelajaran IPA materi Sistem

Reproduksi Manusia menggunakan model Problem Based Learning.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian dan pengembangan ini adalah apakah

pengembangan perangkat pembelajaran IPA materi Sistem Reproduksi pada

Manusia menggunakan model Problem Based Learning efektif meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa?


8

E. Tujuan Pengembangan

Adapun tujuan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah untuk

mengetahui keefektifan pengembangan perangkat pembelajaran IPA materi

Sistem Reproduksi pada Manusia menggunakan model Problem Based

Learning dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

F. Manfaat Pengembangan

Manfaat penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memperkaya

lingkup penelitian pendidikan terkait dengan bidang pendidikan dalam mata

pelajaran IPA untuk:

1. Melengkapi, memperluas, dan mengembangkan teori dalam bidang

pendidikan secara khusus bidang Ilmu Pengetahuan Alam yang

telah diperoleh melalui penelitian sebelumnya.

2. Memberikan informasi untuk penelitian lanjutan mengenai hal

yang sama dengan menggunakan teori dan metode lain yang belum

pernah digunakan sebelumnya.

Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

1. Menghasilkan pengembangan perangkat pembelajaran yang

interaktif untuk pembelajaran IPA.

2. Bahan untuk memperkaya metode pembelajaran dan sebagai

sumber inspirasi bagi guru IPA lain dalam meningkatkan


9

kualitas pembelajaran di kelas sehingga mampu membuat

siswa terampil berpikir kritis.

3. Bagi siswa penelitian ini diharapkan dapat menciptakan

suasana belajar yang aktif dan menyenangkan sehingga

membantu siswa dalam memahami serta menggunakan

penalaran yang kritis sehingga meningkatkan prestasi belajar

siswa.
10
BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Teoritis
1. Penelitian Pengembangan
Menurut Bong and Gall (1983) mendefinisikan penelitian
pengembangan merupakan sebuah proses yang dipakai untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang sudah ada atau
mengembangkan produk baru, bisa juga penelitian pengembangan digunakan
untuk menemukan pengetahuan atau menjawab pemasalahan yang sedang
dihadapi. Pendapat lain juga mendefinisikan penelitian dan pengembangan
adalah usaha mengembangkan suatu produk untuk dimanfaatkan atau
digunakan bukan untuk menguji teori, Gay (1991). Sedangkan Seals dan
Richey (1994) mendefinisikan penelitian dan pengembangan merupakan
prosedur atau langkah-langkah pengkajian secara sistematis terhadap desain,
pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk yang harus
memenuhi kriteria validitas, praktis dan efektif. Penelitian dan pengembangan
merupakan penelitian yang menghasilkan suatu luaran atau produk, dan
menguji efektifitasnya.
Pada dasarnya setiap penelitian dan pengembangan yang dilakukan
untuk membuat sebuah produk menjadi lebih mudah lebih murah (efektif dan
efisien) berdasarkan tingkat kegunaannya atau manfaat dari produk tersebut.
Artinya apakah nilai manfaatnya produk tersebut setara dengan biaya yang
dikeluarkan untuk pengembangan atau bahkan jauh lebih murah, tidak hanya
itu penelitian dan pengembangan didasarkan pada kebutuhan dari pengguna.

2. Pembelajaran IPA
Pembelajaran adalah proses kegiatan belajar mengajar yang
melibatkan siswa dan guru dalam pencapaian sebuah tujuan atau indikator
yang sudah ditentukan (Hamzah Uno dan Nurdin, 2014: 142). Eveline Siregar
dan Hartini Nara (2011: 13) mengatakan bahwa pembelajaran memiliki ciri-
ciri sebagai berikut (1) Pembelajaran itu sadar dan direncana; (2)
12

Pembelajaran mengharuskan siswa untuk belajar; (3) Tujuan pembelajaran


terlebih dahulu harus ditetapka sebelum proses kegiatan belajar-mengajar
terlaksana; (4) pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun
hasilnya. Metode keilmuwan merupakan dasar dari sebuah pemahaman
terhadap hakikat IPA yang diperoleh dari pembelajaran IPA. Hakika IPA
menyatakan bahwa terdapat keterampilan proses intelektual yang harus
dimiliki oleh setiap perorangan dalam pembelajran IPA yaitu (1) membangun
sebuah prinsip; (2) menjelaskan dan meramalkan; (3) pengamatan dan
mencatat data; (4) identifikasi dan mengendalikan variable; (5) membuat
sebuah grafik untuk menemukan hubungan; (6) perancangan dan
melaksanakan penyelidikan; (8) menggambarkan simpulan dari bukti-bukti (I
Gusti Ayu Tri Agustiana, 2014: 433).

3. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)


a. Pengertian Problem Based Learning (PBL)
(Dwi Astuti Pertiwi 2010: 7) dalam tesisnya mengatakan
bahwa problem based learning adalah strategi pengajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata ke suatu konteks bagi siswa
untuk belajar tentang cara berpikir kritis, keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan konsep yang
esensial dari materi pelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa model pembelajaran berbasis masalah adalah model
kerangka konseptual yang menggambarkan proses rincian dan
penciptaan lingkungan belajar yang menggunakan masalah
kontekstual sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah.
b. Karakteristik Problem Based Learning (PBL)
Menurut pendapat (Trianto 2009: 93-94), problem based
learning memiliki karakteristik sebagai berikut:
13

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. PBL


mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan
masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara
pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi
kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana
dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk
situasi ini.
2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun PBL
mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (ilmu
pengetahuan alam, matematika dan ilmu-ilmu sosial),
masalah yang diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar
dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari
banyak mata pelajaran. Sebagai contoh, masalah polusi
yang dimunculkan dalam pelajaran di Teluk Chesapeake
mencakup berbagai subjek akademik dan terapan mata
pelajaran seperti biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata,
dan pemerintahan.
3) Penyelidikan autentik. PBL mengharuskan siswa
melakukan penyelidikan autentik untuk mencari
penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus
menganalisis dan mendefinisikan masalah,
mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan,
mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan
eksperimen (jika diperlukan), membuat referensi, dan
merumuskan kesimpulan.
4) Menghasilkan produk dan memamerkannya. PBL menuntut
siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk
karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan
atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka
temukan. Produk tersebut dapat berupa laporan, model
fisik, video maupun program komputer.
14

5) Kolaborasi. PBL dicirikan oleh siswa yang bekerja sama


satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan
atau dalam kelompok kecil. Bekerja kelompok dapat
memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat
dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang
untuk berbagai inkuiri dan dialog dan mengembangkan
keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
c. Tujuan Problem Based Learning (PBL)
Menurut pendapat (Trianto 2009: 94-96) mengatakan
bahwa Problem Based Learning dirancang bukan untuk
memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya namun untuk
melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting.
PBL membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri. Adapun
tujuan PBL yaitu sebagai berikut:
1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan
berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.
PBL memberikan dorongan kepada siswa untuk tidak
hanya berpikir yang bersifat konkret tetapi lebih kepada yang
bersifat kompleks. Kolaborasi yang dilakukan dalam PBL
membantu siswa untuk berpikir kritis dalam pemecahan
masalah yang disajikan.
2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik.
PBL mendorong siswa untuk bekerja sama dengan orang
lain baik dengan siswa maupun guru. Siswa juga dituntut untuk
belajar mandiri untuk memecahkan masalah tanpa diberikan
materi oleh guru sehingga memungkinkan siswa untuk
membangun pemahaman terhadap masalah tersebut.
Kemandirian dan kerjasama yang dilakukan oleh siswa secara
tidak langsung dapat dikatakan berlatih peran sebagai orang
dewasa.
15

3) Menjadi pembelajar yang mandiri.


PBL berusaha membantu siswa menjadi pembelajaran yang
mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru yang secara
berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk
mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap
masalah nyata oleh mereka sendiri, siswa belajar untuk
menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri dalam hidupnya
kelak.

4. Sistem Reproduksi Manusia


a. Pengertian Sistem Reproduksi Manusia
Reproduksi manusia adalah cara makhluk hidup untuk
menghasilkan individu baru. Fertilisasi adalah proses
penggabungan sperma dan ovum. Salah satu ciri makhluk hidup
ialah kemampuan untuk memperbanyak jenisnya. Pada manusia
untuk menghasilkan keturunan yang baru diawali dengan fertilisasi
sehingga dengan demikian reproduksi pada manusia dilakukan
dengan cara generatif atau seksual. Proses reproduksi meliput
seksual (perangkat fisiologis untuk reproduksi), pembentukan
gamet (spermatozoa dan ovum), fertilisasi (penyatuan gamet),
kehamilan, dan laktasi. Untuk lebih jelasnya, berikut akan
dijelaskan masing-masing dari kedua sistem reproduksi tersebut.
b. Organ Reproduksi Pria
Alat kelamin atau alat reproduksi pada pria memiliki dua
fungsi yaitu untuk menghasilkan sel-sel kelamin dan menyalurkan
sel-sel kelamin tersebut ke saluran kelamin wanita. Campbell,
(2008:172) membagi organ reproduktif pria menjadi dua bagian
utama, yaitu organ reproduktif eksternal dan organ reproduktif
internal. Organ reproduktif eksternal laki-laki terdiri dari skrotum
dan penis. Sedangkan organ – organ reproduktif internal laki-laki
terdiri dari gonad yang menghasilkan sperma maupun hormon-
16

hormon reproduktif, kelenjar-kelenjar aksesori yang


menyekresikan produk-produk esensial untuk penggerakan sperma,
dan saluran-saluran yang mengangkut sperma dan sekresi-sekresi
kelenjar, seperti ditunjukkan pada gambar 2.1.

Sumber: Campbell, 2008:173

Gambar 2.1
Organ Reproduktif Eksternal dan Internal Laki-laki

Berdasarkan gambar diatas, organ reproduksi laki laki internal


terdiri dari testis, kelenjar kelamin, saluran reproduksi. Testis
merupakan gonad laki-laki berjumlah sepasang dan akan
menghasilkan sel sperma serta hormon testosterone. Selanjutnya
saluran reproduksi terdiri dari epiddimis, yaitu tempat pematangan
sperma. vasa deferensia yang merupakan suatu saluran untuk
mengangkut sperma ke vesikula seminalis (kantong sperma).
Kemudian berakhir pada kelenjar prostat, bersatu membentuk
duktus ejakulatorius yang berakhir di uretra. Uretra dan duktus
ejakulatorius sama-sama berakhir di ujung penis. Di dalam organ
reproduksi laki laki terdapat juga kelenjar kelamin, terdiri atas
vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar boulbouretral
atau kelenjar cowper. Vesikula seminalis merupakan kelenjar
sebagai penghasil semen. Kelenjar boulbouretral atau kelenjar
cowper, adalah sepasang kelenjar kecil di sepanjang uretra, di
bawah prostat. Kelenjar prostat menyekresikan sekret yang berupa
cairan encer yang menyerupai susu, serta mengandung enzim-
17

enzim antikoagulan dan sitrat. Sedangkan organ reproduksi bagian


luar terdapat penis yang berfungsi sebagai alat kopulasi atau organ
persetubuhan. Skrotum merupakan kantung yang didalamnya berisi
testis.
c. Organ Reproduktif Wanita
Seperti halnya organ reproduktif pada pria, organ reproduktif
pada wanita juga terbagi menjadi organ reproduktif eksternal dan
organ reproduktif internal. Campbell, (2008:171) membaginya
menjadi organ reproduktif eksternal perempuan adalah klitoris dan
dua pasang labia, yang mengelilingi klitoris dan bukaan vagina.
Organ-organ internalnya adalah gonad, yang menghasilkan sel-sel
telur maupun hormon-hormon reproduktif, seperti ditunjukkan
pada gambar 2.2.

Sumber: Campbell, 2008: 172

Gambar 2.2 Organ Reproduktif Eksternal dan Internal Wanita

Berdasarkan gambar di atas, organ- organ internal adalah


gonad atau ovarium yang menghasilkan sel-sel telur maupun
hormon-hormon kelamin wanita seperti progesterone dan
esterogen. Tuba fallopi ini merupakan suatu saluran yang
menghubungkan ovarium dengan rahim (uterus). Kemudian Uterus
adalah organ yang tebal dan berotot, yang dapat mengembang
selama masa kehamilan untuk mengakomodasi fetus seberat 4 kg.
18

Vagina merupakan saluran yang menghubungkan organ uterus


dengan tbuh bagian luar. Berfungsi sebagai organ organ
persetubuhan (kopulasi) pada wanita.

Sedangkan organ reproduksi eksternal pada wanita disebut


vulva, terdiri atas labia mayora, mons pubis, labia minora, organ
klitoris, orificium uretra, dan himen (selaput dara). Labia mayora
adalah bibir bagian luar dari vagina yang tebal dan berlapiskan
lemak, sedangkan mons pubis merupakan bagian tempat
bertemunya dua bibir vagina dengan bagian atas yang terlihat
membukit. Labia minora atau bibir kecil, yaitu sepasang lipatan
kulit pada vagina yang halus dan tipis serta tidak mengandung
lapisan lemak. Organ klitoris, merupakan bagian vagina yang
berbentuk tonjolan kecil yang sering kali disebut klentit. Adapun
orificium uretra adalah muara saluran kencing yang letaknya tepat
di bawah organ klitoris. Di bagian bawah saluran kencing yang
mengelilingi tempat masuk ke vagina, terdapat himen yang dikenal
dengan nama selaput dara. Campbell (2008:172).

B. Penelitian Terdahulu
Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu
yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, kemudian
membuat ringkasan baik penelitian yang sudah terpublikasikan atau belum
dipublikasikan (skripsi, dan jurnal). Dengan ini, maka dapat dilihat sejauh
mana orisinilitas dan posisi penelitian yang akan dilakukan.

Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang disajikan oleh peneliti:

a. Mastang, 2017. Program S1 Pendidikan Biologi di Universitas Islam


Negeri (UIN) Alauddin makasar dengan judul “Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem based Learning Kelas X
MIA 1 SMA Muhammadiyah Limbung”.
19

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: a) pengembangan perangkat


pembelajaran ini menggunakan model 4D (Define, Design, Develop,
dan Disseminate) tetapi dalam penelitian pengembangan ini dibatasi
hingga tahapan develop sehingga menghasilkan produk perangkat
pembelajaran yang berupa RPP, LKPD, PPT, dan instrumen penilaian
kognitif. b) Perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi
kategori valid, praktis dan efektif dengan masing-masing skor rata-rata
3,29, 3,44 dan 81,7%.
b. Heny Ekawati Haryono, 2017. Universitas Islam Darul Ulum
Lamongan dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran
untuk Melatihkan Karakter Siswa Kelas VII pada Materi lensa di SMP
N 1 Lamongan.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran
SETS yang layak, guna meningkatkan kemampuan berfikir siswa dan
mengetahui keefektifan perangkat pembelajaran SETS. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian pengembangan menggunakan
metode Research and Development (R&D). Penelitian ini
menggunakan metode pengembangan Borg & Gall. Teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dan
kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada perbedaan
yang signifikan terhadap kemampuan berfikir kreatif antara siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran SETS dan yang tidak
menggunakan perangkat pembelajaran hasil pengembangan.
c. Nurdin, 2017. Program S1 Pendidikan IPA Biologi di Universitas
Islam Negeri Mataram dengan judul Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Biologi Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa di MTs Babussalam Rungkang Lombok Barat Kelas VII
Tahun Ajaran 2016/2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat
pembelajaran berbasis inkuiri dan menganalisis pengaruh
implementasinya terhadap hasil belajar siswa. Pengembangan
20

perangkat pembelajaran dilaksanakan dengan mengikuti langkah-


langkah model dick & carey, teknik pengumpulan data dengan
menggunakan instrumen kelayakan perangkat pembelajaran. Hasil
penelitian model inkuiri memiliki perbedaan dengan pembelajaran
biasanya yaitu pada kelas eksperimen 40% kategori tinggi sedangkan
sedang 60% dan sedangkan kelas biasanya 50% sedang dan 50%
rendah. Pengembangan perangkat yang di kembangkan sudah valid
dan dapat dijadikan acuan dalam proses pembelajaran.
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 42 Medan, Kecamatan Titipapan,

Kota Medan, Sumatera Utara. Adapun waktu pelaksanaan penelitian

dijadwalkan pada bulan November-Desember 2022.

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dan kuantitatif, dengan

tujuan menghasilkan perangkat pembelajaran menggunakan model PBL

(Problem Based Learning) pada materi sistem pencernaan pada manusia yang

layak sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Dasar

pengembangan perangkat pembelajaraan tersebut menggunakan hasil adaptasi

dari pengembangan perangkat pembelajaran Dick and Carey.

Subjek penelitian ini adalah perangkat pembelajaran berupa RPP, LKPD,

Bahan Ajar, dan Instrumen Penilaian dengan model pembelajaran berbasis

masalah (Problem Based Learning) pada materi sistem reproduksi pada

manusia yang diuji cobakan pada peserta didik kelas IX sebanyak satu kelas .

Tahap uji coba perangkat pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis

masalah (Problem Based Learning) untuk meningkatkan keterampilan

berpikir kritis peserta didik dilakukan di SMPN 42 Medan, kelas IX semester

ganjil tahun ajaran 2022/2023 pada bulan November-Desember 2022.


23

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Teknik Validasi (Teknik validasi digunakan untuk mengetahui

validitas perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, RPP,

LKPD, Bahan Ajar, dan Tes Keterampilan Berpikir Kritis)

2. Teknik Observasi (Teknik observasi digunakan untuk memperoleh

data mengenai keterlaksanaan RPP, aktivitas siswa, dan

kendalakendala selama pembelajaran menggunakan perangkat

pembelajaran yang dikembangkan)

3. Pemberian Tes (Pemberian tes dilakukan untuk mengukur

keterampilan berpikir kritis siswa)

4. Pemberian Angket (Pemberian angket digunakan untuk mengetahui

respon siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan)

D. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini meliputi: analisis validitas perangkat

pembelajaran, analisis keterlaksanaan RPP, analisis aktivitas siswa, analisis

kendala pembelajaran, analisis tes keterampilan berpikir kritis, dan analisis

respon siswa. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi Silabus,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik

(LKPD), Bahan Ajar Peserta Didik, dan Tes Keterampilan Berpikir Kritis
24

yang telah melalui proses validasi oleh ahli. Perangkat yang telah divalidasi

selanjutnya diujicobakan.
DAFTAR PUSTAKA

Agustiana, I Gusti Ayu. 2014. Konsep Dasar IPA Aspek Biologi. Yogyakarta:

Penerbit Ombak

Dettmer, P. 2006. New Blooms in Established Fields: Four Domains of Learning

and Doing. Roeper Review, 28, (2): 73, (Online, 28 Oktober 2007).

Dwi Astuti Pertiwi, “Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

dengan Metode Proyek dan Resitasi Ditinjau dari Kreativitas dan

Konsep Diri (Self Concept) Siswa”. (Tesis, Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010), 7.

Fathurrohman, M. (2015). Model-model pembelajaran Inovatif. Jogjakarta: Ar-

Ruzz Media.

Hamzah B. Uno & Nurdin Muhammad, Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2014)

Heny Ekawati Haryono, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran untuk

Melatihkan Karakter Siswa Kelas VII pada Materi lensa di SMP N 1

Lamongan”, Jurnal Pembelajaran Fisika, Volume 5, Universitas Islam

Darul Ulum Lamongan (2017), 351-357.

Kemendikbud. 2014.Panduan Teknis Pembelajaran dan Penilaian.Jakarta:

Kementrian Pendidikan danKebudayaan.

Mastang, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem based

Learning Kelas X MIA 1 SMA Muhammadiyah Limbung”, Skripsi

(2017).
26

Mulyasa, E, 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Siregar, Evelin dan Hartini Nara. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:

Ghalia Indonesia.

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Surabaya : Prenada

Media Group, 2009), 93-94.

26

Anda mungkin juga menyukai