Anda di halaman 1dari 60

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS

LEARNING CYCLE 5E PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SMPN 1


KEC. HARAU

PROPOSAL

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

SYIFA SYAKIRA
NIM : 1814040037

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

2022
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 6
C. Rumusan Masalah .......................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
E. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ....................................... 7
F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 11
G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan .................................... 12
BAB II : KAJIAN TEORI
A. Hakikat Pembelajaran Matematika ................................................ 14
B. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E ....................................... 15
C. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ............................................. 25
1. Pengertian Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)..................... 25
2. Fungsi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ........................... 27
3. Tujuan Penyusunan lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ....... 27
4. Manfaat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ........................ 28
D. Kerangka Pikir ............................................................................... 29
E. Penelitian yang Relevan ................................................................. 31
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Model Pengembangan .................................................................... 36
B. Prosedur Pengembangan ................................................................ 37
C. Subjek Uji Coba ............................................................................. 47
D. Tekhnik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................... 47
E. Tekhnik Analisis Data .................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah

untuk mencerdaskan suatu bangsa. Melalui pendidikan diharapkan dapat

mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas dapat diwujudkan dengan

pendidikan yang bermutu yaitu mampu mengembangkan potensi-potensi

positif yang terpendam dalam diri peserta didik.1 Hal ini ditunjukkan dengan

adanya pergantian kurikulum terus-menerus guna mencari kurikulum terbaik

untuk pendidikan di Indonesia, karena kurikulum memiliki peranan terpenting

terhadap pendidikan. Dengan adanya penyempurnaan kurikulum dari waktu

ke waktu, maka pendidikan dianggap menjadi salah satu tolak ukur

keberhasilan suatu bangsa.

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi setiap umat manusia.

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.2

1
Widodo, H. Potret Pendidikan di Indonesia dan Kesiapannya Dalam Menghadapi Masyarakat
Ekonomi Asia (MEA) (jurnal Cendikia, Vol.13, 2015) h.294
2
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Persida, Grafindo, 2005), h.4

1
Islam adalah agama yang membawa misi agar umatnya

menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran.Ayat al-Qur„an yang pertama

kali turun berkenaan dengan masalah keimanan dan masalah pendidikan.

Sebagaimana yang tercantum didalam Q.S. Az – Zumar 39/9 berikut:

Terjemahnya :

(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang

yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena

takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?

Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan

orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang

berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.3

Berdasarkan ayat di atas, Allah SWT mengisyaratkan betapa

pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia. Sebab, pendidikan sangan

3
Alqur’an dan Terjemahnya

2
menentukan pola piker manusia, baik buruknya sifat manusia sangat

ditentukan oleh pendidikan yang diperolehnya.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

semua tingkat sekolah. Tujuan pendidikan dalam pembelajaran dikatakan

tercapai apabila siswa mampu memahami, mendalami matematika dan

mampu mengaplikasikannya dalam menyelesaikan masalah yang ada.4 Tujuan

tersebut sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika yang tercantum pada

Permendikbud No.37 tahun 2018 yaitu: 1) Memahami, menerapkan, dan

menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa

ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

humaniora serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah, 2)

Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. Di

samping itu karena matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan dasar

yang berperan dalam meningkatkan kemampuan generasi penerus bangsa

melalui pengembangan pola pikir dan daya nalar.5 Pola pikir dan daya nalar

ini dibutuhkan siswa untuk memecahkan suatu permasalahan. Dari tujuan

4
Jana, P. Analisis Kesalahan Mahasiswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika pada Pokok Bahasan
Vektor (Jurnal Mercumatika, 2017. 3(1)) h. 9.
5
Jana, P. Pembinaan Olimpiade Matematika Kelas VA CI SD Negeri Ungaran I Yogyakarta. (Jurnal
Pengabdian Masyarakat J-DINAMIKA, 2(2), 2017) h. 125.

3
pembelajaran matematika yang dijabarkan tersebut dan pendapat dari Padrul

Jana, kemampuan pemecahan masalah menjadi salah satu kemampuan yang

diharapkan dapat dimiliki siswa setelah belajar matematika. Untuk

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, siswa dapat menggunakan

pengetahuan proseduralnya.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan selama Praktik

Pengalaman Lapangan (PPL) yang dilaksanakan pada tanggal 12 Juli-16

Oktober 2021, pada proses pembelajaran matematika di SMPN 1 Kec. Harau

cenderung pasif dan guru yang lebih aktif pada proses pembelajaran

berlangsung. Siswa lebih banyak diam saat guru menerangkan materi.

Beberapa perhatian siswa tidak terfokus pada guru, banyak hal lain yang

dilakukan oleh siswa, seperti : mengganggu temannya, siswa sering minta

permisi untuk meninggalkan kelas dan itu akan mengganggu proses

pembelajaran dan menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.

Sangat perlu dilakukan perbaikan agar hasil belajar siswa dapat

tumbuh berkembang sesuai potensi masing-masing siswa. Salah satu

usahanya adalah dengan memperhatikan media pembelajaran yang digunakan.

Peneliti akan mengembangkan media pembelajaran berupa LKPD yang dapat

meminimalisirkan peran guru, mengaktifkan siswa serta mempermudah siswa

untuk memahami materi yang diberikan dan melatih siswa dalam

mengerjakan soal. LKPD berisi tugas dan langkah-langkah yang menuntun

4
siswa mengelola pola pikir yang terarah dan diharapkan siswa dapat belajar

secara mandiri dan memahami materi secara tertulis. LKPD ini lebih

memfokuskan minat serta keaktifan siswa daripada guru dan siswa dituntuk

menuangkan inspirasi kreatifnya pada saat melakukan proses pembelajaran

dengan cara individu maaupun kelompok.

Dalam pengaplikasian LKPD pada pembelajaran matematika

diperlukan suatu model pembelajaran yang sesuai. Salah satu model

pembelajarannya yaitu model Learning Cycle 5E. Learning Cycle (siklus

belajar) 5E adalah model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme

yaitu pendekatan yang dapat membangun konsep siswa. Model ini

mengedepankan proses belajar siswa yang meliputi 5 tahapan yaitu meliputi :

engagement, exploration, elaboration, dan evaluation. Tahapan tersebut

dilakukan dengan kegiatan yang berkesinambungan satu sama lain yaitu

Engagement siswa diberikan pertanyaan tentang topik yang dipelajari

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Exploration siswa dibentuk menjadi

kelompok kecil yang kemudian diberi kesempatan untuk bekerjasama

memecahkan permasalahan yang diberikan. Kemudian Explanation siswa

diminta untuk menjelaskan hasil diskusi yang mereka lakukan. Selanjutnya

Elaboration siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari

dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. Terakhir Evaluation pada tahap

5
ini guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam

menerapkan konsep baru.

Model Learning Cycle 5e ini menawarkan sebuah proses pembelajaran

yang memberi ruang bagi siswa untuk berpendapat, menemukan sendiri suatu

konsep, mencari solusi, dan membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini

memberikan pengalaman yang berbeda sehingga diharapkan dapat

memfasilitasi kemampuan pada siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti akan

melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Peserta

Didik (LKPD) Matematika Berbasis Learning Cycle 5e Pada

Pembelajaran Matematika di SMPN 1 Kec. Harau”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka

peneliti mengidentifikasi masalah yang terdapat pada peserta didik sebagai

berikut:

1. Pembelajaran masih berlangsung secara konvesional sehingga belum

meningkatkan minat dan semangat peserta didik.

2. Belum tersedianya media pembelajaran yang berupa LKPD berbasis

Learning Cycle 5E.

6
3. Kurang optimalnya media pembelajaran yang dapat membantu

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian

ini adalah

1. Bagaimana Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Matematika Berbasis Learning Cycle 5e Pada Pembelajaran Matematika

Di SMPN 1 Kec. Harau yang valid?

2. Bagaimana Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Matematika Berbasis Learning Cycle 5e Pada Pembelajaran Matematika

Di SMPN 1 Kec. Harau yang praktis?

D. Tujuan Pengembangan

Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengembangkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Matematika

Berbasis Learning Cycle 5e Pada Pembelajaran Matematika Di Smpn 1

Kec. Harau yang valid.

2. Untuk mengembangkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Matematika

Berbasis Learning Cycle 5e Pada Pembelajaran Matematika Di Smpn 1

Kec. Harau yang praktis.

E. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

LKPD berbasis model learning cycle 5e ini memiliki spesifikasi yaitu

pengembangan LKPD dirancang sesuai dengan format LKPD. LKPD yang

7
dirancang memuat komponen-komponen LKPD berbasis Learning Cycle 5E,

meliputi Engangement (mengajak), Exploration (menyelidiki), Explanation

(menjelaskan), Elaboration (Memperluas), Evaluation (Evaluasi)

Dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan LKPD berbasis model

Learning Cycle 5e pada pembelajaran matematika dengan spesifikasi sebagai

berikut :

1. LKPD berbasis model Learning Cycle 5e dikembangkan terdiri

dari beberapa bagian yaitu :

a. Cover LKPD

Pada cover LKPD yang dikembangkan memuat judul

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis model learning

cycle 5e, materi yang dibahas, kelas dan kurikulum sekolah,

nama peneliti serta identitas peserta didik.

b. Petunjuk Penggunaan LKPD

Petunjuk penggunaan berisi tentang cara penggunaan

LKPD berbasis learning cycle 5e.

c. Kompetensi Dasar atau Materi Pokok

Kompetensi dasar atau materi pokok adalah tujuan

yang dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran. Fungsinya

untuk memberikan fokus pada siswa pada sub pokok bahasan

yang sedang dihadapi.

d. Informasi Pendukung

8
Informasi pendukung yaitu informasi yang dapat

mendukung materi pokok pembelajaran seperti tokoh/ahli

matematika yang berperan dalam materi tersebut, juga dapat

berupa gambar atau fenomena dunia nyata.

e. Format Kegiatan pada LKPD berbasis Learning Cycle 5E

Kegiatan pada LKPD ini disusun berdasarkan

komponen-komponen Learning Cycle 5E meliputi

Engangement (mengajak), Exploration (menyelidiki),

Explanation (menjelaskan), Elaboration (Memperluas),

Evaluation (Evaluasi). Semua kegiatannya dinamakan

berdasarkan komponen-komponen Learning Cycle 5E. Pada

bagian awal kegiatan di LKPD disajikan sebuah permasalahan

konstektual dengan kehidupan peserta didik dan menuntut

peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada

dengan memecahkan masalah yang disajikan. Tahap-tahap

kegiatannya yaitu :

1) Engagement (mengajak), pada tahap ini LKPD tersebut

akan berisikan ilustrasi tentang materi yang akan dipelajari

yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari agar minat

dan rasa ingin tahu siswa dapat dibangkitkan. Engagement

disajikan dengan memberikan permasalahan, pertanyaan

9
yang berkaitan pembelajaran yang akan dibahas dan

permasalahan nyata.

2) Exploration (eksplorasi), pada tahap ini LKPD tersebut

akan berisikan suatu permasalahan yang dikembangkan

dari ilustrasi yang telah diberikan sebelumnya untuk

membangun pengetahuan peserta didik tentang materi yang

akan dipelajari. Melalui permasalahan ini diharapkan siswa

dapat menemukan sendiri definisi, rumus, maupun ciri- ciri

dari konsep yang akan dipelajari.

3) Explanation (Penjelasan), pada tahap ini LKPD tersebut

akan berisikan perintah untuk peserta didik menjelaskan

materi yang didiskusikan secara berkelompok dengan

bahasa sendiri, kemudian membuat kesimpulan bersama

berdasarkan penjelasan yang mereka berikan.

4) Elaboration (Elaborasi), pada tahap ini LKPD tersebut

akan berisikan permasalahan baru yang dikemas menjadi

soal- soal berpikir kritis agar konsep yang telah dimiliki

dapat diterapkan dan kemampuan berpikir kritis siwa juga

dapat dikembangkan.

5) Evaluation (evaluasi), pada tahap terakhir LKPD akan

berisikan sejumlah soal yang akan dikerjakan secara

individu. Kemudian akan dibahas oleh guru sehingga siswa

10
mengetahui kesalahan atau kekurangannya. Dan siswa akan

diminta membuat kesimpulan mengenai konsep yang sudah

dipelajari.

f. Daftar Pustaka

2. LKPD dirancang sedemikian rupa dengan warna yang variatif

sehingga membangkitkan minat baca siswa.

3. LKPD dirancang dengan menggunakan aplikasi microsoft word.

F. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalampenelitian ini, maka

diharapkan manfaat penelitian sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan yang mampu

memberikan konstribusi terhadap pembelajaran matematika terutama

media pembelajaran yang digunakan berupa lembar kerja peserta didik

matematika dengan model learning cycle 5e dapat meningkatkan hasil

belajar peserta didik dalam belajar matematika.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peserta didik: melalui pengembangan lembar kerja pesrta didik

dengan model learning cycle 5e mampu meningkatkan hasil belajar

matematika peserta didik

b. Bagi pendidik: pengembangan lembar kerja peserta didik ini dapat

digunakan oleh pendidik dalam membantu proses belajar mengajar

11
dan diharapkan dapat memberikan masukan dan motivasi untuk

mengembangkan lembar kerja pesrta didik dengan model learning

cycle 5e mata pelajaran matematika.

c. Bagi sekolah: sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam usaha

memperbaiki sisem pembelajaran yang ada di sekolah, sehingga dapat

meningkatkan mutu pendidikan.

d. Bagi peneliti: sebagai suatu pengalaman berharga sebagai calon guru

profesional yang selanjutnya dapat dijadikan masukan untuk

mengembangkan bahan ajar khususnya pada lembar kerja peserta

didik.

G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas bahwa

pengembangan ini menghasilkan produk berupa LKPD yang berbasis model

learning cycle 5e pada pembelajaran matematika. Asumsi produk

pembelajaran ini adalah :

a. LKPD matematika berbasis learning cycle 5e membantu siswa untuk

meningkatkan rasa ingin tahunya terhadap materi yang sedang

dipelajari.

b. LKPD matematika berbasis learning cycle 5e membuat siswa

berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

c. Validator yaitu dosen dan guru yang sudah berpengalaman dalam

mengajar dan dipilih sesuai dengan bidangnya.

12
Sebagai upaya menghindari meluasnya masalah yang dikaji dalam

penelitian dan pengembangan ini, maka perlu adanya keterbatasan

pengembangan.

Adapun keterbatasan pengembangan dalam penelitian ini adalah:

a. Produk yang dihasilkan merupakan lembar kerja peserta didik

terbatas pada kelas VIII SMP/MTs. Menggunakan model

pengembangan model pengembangan yang digunakan peneliti

adalah model 4D, yaitu define, design, develop, dan disseminate

atau diadaptasikan menjadi model 4P yaitu pendefenisian,

perancangan, pengembangan, dan penyebaran.

b. Model yang digunakan adalah pembelajaran bersiklus dengan lima

fase inti yaitu (engagement, exploration, explanation, elaboration,

evaluation).

13
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Pembelajaran Matematika

Berbagai ahli memberikan pendapatnya tentang pengertian

matematika, hal tersebut dikarenakan pengetahuan dan pengalaman masing-

masing yang berbeda. James mengatakan bahwa matematika adalah ilmu

tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang

berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang

terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri. 6 Senada

dengan itu Johnson dan Rising mengemukakan pendapatnya bahwa

Matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang

logik, bahasa yang menggunakan istilah yang didefenisikan dengan cermat,

jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa

bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi.7 Sedangkan Kline

mengemukakan pendapatnya bahwa Matematika bukanlah pengetahuan yang

menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya

6
Suherman,E. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Bnadung : JICA-UPI, 2001) h.16
7
Ibid. h.17

14
matematika dapat membantu manusia dan menguasai permasalahan sosial,

ekonomi dan alam.8

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran matematika adalah sebuah proses interaksi antara guru dan

peserta didik melalui serangkaian kegiatan belajar dan mengajar yang

mempelajari ilmu matematika untuk mencapai tujuan agar bermanfaat dan

mampu mempraktekkan hasil belajar matematika dalam kehidupan sehari-

hari. Dalam proses pembelajaran matematika, peserta didik diharapkan

melakukan kegiatan pembelajaran secara aktif. Untuk menciptakan proses

pembelajaran matematika yang efektif, terdapat faktor yang yang menentukan

keberhasilan pembelajaran matematika yakni dengan bantuan bahan ajar

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

B. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E

Pergeseran paradigma pendidikan dari behavioristik menuju

konstruktivistik melahirkan model, metode, pendekatan, dan strategi-strategi

baru dalam sistem pembelajaran khususnya dalam pembelajaran matematika.

Learning cycle merupakan model pembelajaran yang berbasis konstruktivisme

dan dikembangkan oleh Robert Karplus dalam Sience Curiculum

Improvement Study/SCIS.9 Teori konstruktivisme menekankan agar peserta

didik secara aktif menyusun dan membangun (to Construct) pengetahuan dan

8
Ibid. h.17
9
Wena, M. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009) h.170

15
pemahaman mereka sendiri.10 Artinya pengetahuan tidak diberikan secara

langsung melainkan peserta didik harus menemukan sendiri atas dasar

pengetahuan yang sudah ditemukan sebelumnya.

Menurut pandangan konstruktivis, “guru bukan sekedar memberi

informasi ke pikiran siswa, akan tetapi guru harus mendorong siswa untuk

mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, dan berpikir secara

kritis”.11 Melalui pembelajaran konstruktivisme, peserta didik diharapkan

dapat menganalisis, membandingkan, menggeneralisasi, hingga mengambil

kesimpulan dari masalah yang ada. Peran guru sebagai fasilitator dan

motivator belajar peserta didik, menata lingkungan belajar peserta didik agar

dapat melakukan kegiatan belajar mengajar sebaik-baiknya. Keterlibatan

peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran mendukung peserta didik

untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga pembelajaran akan

berpusat pada peserta didik bukan pada guru.

Model Pembelajaran Learning cycle juga sejalan dengan teori belajar

piaget, yang juga membahas teori belajar konstruktivisme.

Piaget mengatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek

kognitif yang meliputi: struktur, isi, dan fungsi. Struktur intelektual adalah

organisasi- organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu untuk

memecahkan masalah-masalah. Isi adalah perilaku khas individu dalam

10
Santrock, J. W, Psikologi Pendidikan (Jakarta : Kencana, 2008) h.8
11
Ibid h.8

16
merespon masalah yang dihadapi. Sedangkan fungsi merupakan respon

perkembangan intelektual yang mencakup adaptasi dan organisasi, proses

adaptasi terdiri atas akomodasi dan asimilasi.12

Karplus dan Their, mengimplementasikan teori piaget tersebut

menjadi 3 tahap learning cycle, yaitu eksplorasi, pengenalan konsep dan

aplikasi konsep, tiga langkah tersebut memberikan siswa kesempatan untuk

mengasimilasi informasi, mengakomodasi informasi, mengorganisasikan

informasi dan menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan

atau memperluas konsep yang dimiliki.13

Selanjutnya tiga langkah tersebut dikembangkan menjadi 5 langkah.

Wena dalam bukunya mengatakan bahwa learning cycle merupakan model

pembelajaran dengan tiga tahapan yaitu eksplorasi, pengenalan konsep dan

penerapan konsep, kemudian dikembangkan oleh Lorsbach menjadi lima

tahap; engage, explore, explain, elaborate, dan evaluate atau lebih dikenal

dengan Learning Cycle 5e.14 Model pembelajaran learning cycle 5e

merupakan pengembangan dari model pembelajaran learning cycle yang

berlandaskan teori konstruktivisme.

Learning cycle pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu : eksplorasi

(exploration), pengenalan konsep (concept introduction), dan penerapan

konsep (concept applicaton). Pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus

12
Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran (Banjarmasin : Aswaja Pressindo, 2012) h.146
13
Ibid h.148
14
Wena, M, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009) h.171

17
tersebut mengalami perkembangan menjadi lima tahap,yaitu: mengajak

(engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan (explanation), elaborasi

(elaboration), dan evaluasi (evaluation). Pada learning cycle 5 tahap,

ditambahkan tahap engagement sebelum exploration dan pada bagian akhir

siklus ditambahkan pula tahap evaluation. Dalam model ini, tahap concept

introduction dan tahap concept application masing-masing diistilahkan

menjadi explanation dan elaboration. Kemudian learning cycle yang terdiri

dari lima tahap dinamakan dengan learning cycle “5e”(engagement,

exploration, explanation, elaboration, dan evaluation) atau bisa disingkat LC

“5e”.

Langkah-langkah dalam setiap tahapan pembelajaran Learning Cycle

“5e” dijelaskan oleh Anthony W Lorsbach yang dikutip oleh Made Wena

sebagai berikut :15

1. Engagement(Mengajak)

Tahap ini adalah tahap dini dari learning cycle 5e, pada tahap ini,

guru berupaya membangkitkan serta meningkatkan minat dan

keingintahuan siswa (curiosity) siswa tentang topik yang diajarkan

diajarkan. Hal ini dilakukan dengan metode mengajukan pertanyaan

tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan

dengan topik bahasan). Dengan demikian, siswa hendak memberikan

respon/jawaban, setelah itu jawaban siswa tersebut bisa dijadikan pijakan


15
Ibid h.170

18
oleh guru untuk mengenali pengetahuan dini siswa tentang pokok

bahasan. Kemudian guru perlu mengadakan identifikasi

ada/tidaknyakesalahan konsep pada siswa. Dalam hal ini siswa harus

membangun keterkaitan/perikatan antara pengalaman keseharian siswa

dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.

2. Exploration (Menyelidiki)

Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam

kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk

menguji prediksi, melakukan, dan mencatat pengamatan serta ide-ide

melalui kegiatan-kegiatan seperti pratikum dan telaahliteratur. Siswa dapat

mengobservasi, bertanya, dan menyelidiki konsep dari bahan pelajaran

sebelumnya.Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator.

3. Explanation (Menjelaskan)

Pada tahap penjelasan, guru dituntut mendorong siswa untuk

menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta

fakta serta klarifikasi atas uraian siswa, dan saling mendengar secara kritis

uraian antar siswa ataupun guru.Dengan terdapatnya diskusi tersebut, guru

memberi definisi dan uraian tentang konsep yang dibahas.Dengan

mengenakan uraian siswa terlebih dulu sebagai dasar.

4. Elaboration (Memperluas)

Pada tahap memperluas siswa mempraktikkan konsep dan keahlian

yang sudah dipelajari dalam situasi baru ataupun konteks yang berbeda.

19
Dengan demikian, siswa akan dapat belajar secara bermakna, sebab sudah

bisa mempraktikkan/mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya

dalam situasi baru. Apabila tahap ini dirancang dengan baik oleh guru

maka motifasi belajar siswa akan mendorong meningkatnya hasil belajar

siswa.

5. Evaluation (Evaluasi)

Tahap ini adalah tahap terakhir dari LC 5e.Pada tahap evaluasi,

guru bisa mengamati pengetahuan ataupun uraian siswa dalam

mempraktikkan konsep baru.Siswa bisa melaksanakan evaluasi diri

dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang

menggunakan observasi, fakta, serta uraian yang diperoleh tadinya. Hasil

evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi tentang proses

pemakaiantata caraLC yang lagi diterapkan, apakah telah berjalan dengan

sangat baik, lumayan baik, ataupun masih kurang. Demikian pula lewat

evaluasi diri, siswa bisa megenali kekurangan ataupun kemajuan dalam

proses pembelajaran yang sudah dicoba.

Kelima tahap diatas merupakan hal-hal yang wajib dilakukan dalam

mempraktikkan model LC 5e. Guru serta siswa memiliki kedudukan masing-

masing dalam setiap kegiatan pembelajaran.

Secara operasional langkah-langkah model pembelajaran learning

cycle 5e yang digunakan dalam penelitian ini adalah engage, explore, explain,

elaborate, dan evaluate.

20
1. Tahap Engage

a. Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil (4-5orang)

b. Guru membagikan LKPD yang berisi ilustrasi tentang materi

yang akan dipelajari yang berkaitan dengan kehidupan sehari-

hari agar minat dan rasa ingin tahu siswa dapat dibangkitkan.

c. Siswa diminta untuk memperhatikan ilustrasi tersebut,

kemudian menjawab beberapa pertanyaan terkait dengan

ilustrasi tersebut.

d. Melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru dapat

mengidentifikasi ada tidaknya miskonsepsi siswa pada materi

sebelumnya yang berhubungan dengan materi yang akan

dipelajari.

2. Tahap Explore

a. Setiap kelompok diberikan suatu permasalahan yang

dikembangkan dari ilustrasi yang telah diberikan sebelumnya

untuk membangun pengetahuan siswa tentang materi yang akan

dipelajari. Melalui permasalahan ini diharapkan siswa dapat

menemukan sendiri definisi, rumus, maupun ciri- ciri dari konsep

yang akan dipelajari.

b. Siswa mengamati permasalahan, kemudian siswa mengikuti

instruksi yang tertera pada LKPD untuk langkah-langkah

berikutnya dalam menyelesaikan masalah.

21
c. Siswa menjawab satu per satu pertanyaan yang tertera pada LKPD

yang menuntut siswa untuk dapat menggungkapkan gagasan yang

disertai alasan yang logis.

d. Siswa berdiskusi untuk mempertimbangkan setiap gagasan agar

dapat menemukan konsep yang dipelajari melalui masalah

tersebut.

e. Apabila ada kelompok yang bertanya, guru tidak langsung

memberitahu, tetapi guru memberikan pertanyaan pengarah untuk

membantu siswa sehingga siswa akan terus berpikir dalam proses

pembelajaran.

3. Tahap Explain

a. Perwakilan dari beberapa kelompok maju untuk mempresentasikan

atau menjelaskan konsep yang telah didiskusikan dalam kelompok

dengan menyertakan alasan-alasan yang logis.

b. Kelompok lain mendengarkan secara kritis, maksudnya adalah

kelompok lain yang mendengarkan diberikan kesempatan untuk

bertanya kepada kelompok yang presentasi apabila ada yang ingin

ditanyakan atau kelompok lain juga dapat menyanggah pendapat

dari kelompok yang presentasi dengan syarat dapat memberikan

alasan-alasan yang logis.

c. Guru meluruskan hasil diskusi sehingga konsep yang dipelajari

dapat disepakati oleh semua siswa.

22
4. Tahap Elaborate

a. Setelah siswa mengetahui definisi, rumus, maupun ciri-ciri dari

konsep tersebut, siswa diberikan permasalahan baru yang dikemas

menjadi soal- soal berpikir kritis agar konsep yang telah dimiliki

dapat diterapkan dan kemampuan berpikir kritis siwa juga dapat

dikembangkan.

b. Siswa dapat menerapkan konsep yang sudah disepakati

sebelumnya pada suatu permasalahan., ataupun mengembangkan

konsep yang ada untuk memberikan penjelasan lebih lanjut

mengenai suatu pernyataan.

c. Siswa menentukan strategi penyelesaian masalah dengan

menuliskan langkah-langkah penyelesaian secara sistematis.

5. Tahap Evaluate

6) Guru memberikan soal kuis kepada para siswa.

7) Siswa mengerjakan soal tersebut secara individu.

8) Guru bersama siswa membahas soal tersebut sehingga

siswa mengetahui kesalahan atau kekurangannya.

9) Setelah konsep didiskusikan, dipertimbangkan, diterapkan,

dan diputuskan, maka siswa diminta membuat kesimpulan

mengenai konsep yang sudah dipelajari.

23
Penerapan model berbasis learning cycle ini memperluas wawasan dan

meningkatkan kreatifitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran.16

Menurut Aris Shoimin ditinjau dari dimensi pembelajar, kelebihan learning

cycle sebagai berikut:17

1. Meningkatkan motivasi belajar karena pembelajar dilibatkan secara aktif

dalam proses pembelajaran

2. Siswa dapat menerima pengalaman dan dimengerti oleh orang lain

3. Siswa mampu mengembangkan potensi individu yang berhasil dan

berguna, kreatif, bertanggung jawab, mengaktualisasikan, dan

mengoptimalkan dirinya terhadap perubahan yang terjadi

4. Pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Aris Shoimin menjelaskan kekurangan Learning Cycle sebagai

berikut:18

1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan

langkah-langkah pembelajaran.

2. Menuntut kesungguhan dan kreatifitas guru dalam merancang dan

melaksanakan proses pembelajaran.

3. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.

16
Istarani, 50 Tipe, Strategi Dan Teknik Pembelajaran Kooperatif.(Medan: Media Persada, 2014),
h.80
17
Aris Shoimin, Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013, (Yoyakarta: ArRuzz Media,
2014), h. 61
18
Ibid, h.62

24
4. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun

rencana serta melaksanakan pembelajarandan menyenangkan untuk

meningkatkan motivasi.

Dilihat dari kelemahan yang diuraikan tersebut, menurut peneliti hal

tersebut tidak terlalu mempengaruhi LKPD yang merupakan produk dalam

penelitian ini. Karena kelemahan tersebut lebih mengacu kepada penerapan

learning cycle 5E dalm proses pembelajaran langsung dikelas. Sedangkan

dalam penelitian ini langkah-langah yang ada dalam learning cycle 5E

dijadikan dasar dalam desain dan uji coba Lembar kerja peserta didik yang

ditujukan untuk mempermudah guru dan peserta didik dalam proses

pembelajaran

C. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

1. Pengertian Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan salah satu bahan ajar

cetak. Sebagaimana diungkapkan dalam pedoman umum pengembangan

bahan ajar, lembar kerja peserta didik (LKPD) adalah lembaran-lembaran

berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.19 Lembar kerja peserta

didik (LKPD) berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan

tugas pembelajaran yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus

dicapai.

19
Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014) h.176

25
Materi pada LKPD dikemas sedemikian rupa, sehingga siswa

diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri.20 Selain

itu, siswa juga diberikan arahan yang terstruktur untuk memahami materi.

Jadi, bisa dipahami bahwa LKPD merupakan suatu bahan ajar cetak yang

berupa lembaran-lembaran kertas yang berisi materi, ringkasan, petunjuk-

petunjuk tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa yang telah

dirancang sedemikian rupa yang sesuai dengan kompetensi yang ingin

dicapai serta langkah pengerjaan tugasnya dapat membantu meringankan

peran guru sebagai penyampai informasi dengan melibatkan peran aktif

siswa dalam pembelajaran sehingga pembelajaran lebih terarah dan

efesien. Oleh karena itu, pembelajaran dengan LKPD secara efektif akan

dapat membuat siswa terarah dan mampu menyelesaikan masalah

sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan seoptimal mungkin.

Adapun ciri-ciri yang dimiliki oleh sebuah LKPD menurut Rustman

dalam Majid adalah sebagai berikut (Majid, 2014: 374):21

1. Memuat semua petunjuk yang diperlukan siswa.

2. Petunjuk ditulis dalam bentuk sederhana dengan kalimat singkat dari

kosakata yang sesuai dengan umur dan kemampuan pengguna.

3. Berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi oleh siswa.

20
Hamdani Dedy. Pengaruh Model Pembelajaran Generative Dengan Menggunakan Alat Peraga
Terhadap Pemahaman Konsepcahaya Kelas VIII SMPN 7 Kota Bengkulu. (Jurnal Exacta. ISSN 1412-
3617) h.82
21
Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014) h.374

26
4. Memberikan catatan yang jelas bagi siswa atas apa yang telah mereka

lakukan.

5. Membuat gambar yang sederhana dan jelas.

2. Fungsi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Lembar kerja peserta didik memiliki beberapa fungsi sebagi berikut:22

1. Sebagai panduan peserta didik di dalam melaksanakan aktivitas

belajar;

2. Sebagai lembar pengamatan, di mana lembar kerja peserta didik

menyediakan dan memandu peserta didik menuliskan data hasil

pengamatan;

3. Sebagai lembar diskusi, dimana lembar kerja peserta didik berisi

sejumlah pertanyaan yang menentukan peserta didik melakukan

diskusi dalam rangka konseptualisasi;

4. Sebagai lembar penemuan, di mana peserta didik mengekspresikan

temuannya berupa hal-hal baru yang belum pernah ia kenal

sebelumnya

3. Tujuan Penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Sebagai bahan ajar, ada empat tujuan penyusunan LKPD, yaitu :23

22
Das Salirawati, Penyusunan dan Kegunaan LKS Dalam Proses Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2004), h. 4
23
A. Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif (Bandung: Plos Medicine, 2014), h.
206.

27
1. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi

dengan materi yang diberikan.

2. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa

terhadap materi yang diberikan.

3. Melatih kemandirian belajar siswa.

4. Memudahkan guru dalam memberikan tugas kepada siswa.

Sejalan dengan fungsinya, LKPD ditujukan agar siswa dapat

menguasai dan memahami serta menggunakan nalarnya dengan baik.

Materi yang disajikan dalam LKPD dapat membantu siswa dalam

membangun pengetahuan serta penggunaan nalarnya lebih terarah.

4. Manfaat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Manfaat yang diperoleh dengan mengenakanlembar kerja peserta didik

antara lain:24

1. Memudahkan pendidik dalam mengelolah proses belajar,

2. Menolong pendidik memusatkan peserta didiknya untuk bisa

menciptakan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri ataupun

dalam kelompok kerja,

3. Dapat digunakan untuk meningkatkan keahlian proses, meningkatkan

perilaku giat serta membangkitkan minat peserta didik terhadap alam

sekitarnya,

24
Das Salirawati, Penyusunan dan Kegunaan LKS Dalam Proses Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2004), h. 2.

28
4. Membantu pendidik memantau kebersihan peserta didik untuk

menggapai target belajar.

D. Kerangka Pikir

Dalam proses pembelajaran diperlukan bahan ajar untuk mengantarkan

materi pembelajaran agar lebih gampang diterima oleh peserta didik dalam

mengantarkan materi. perihal ini menuntut supaya mempunyai keahlian untuk

meningkatkan bahan ajar. Salah satu bahan ajar tersebut bisa berbentuk

lembar kerja peserta didik matematika dengan model learning cycle 5e.

Kurikulum Indonesia saat ini, yaitu kurikulum 2013 yang menekankan

pembelajaran dengan berpikir dan berpartisipasi penuh, sehingga peserta didik

mampu untuk mengkomunikasikan gagasannya. LKPD berbasis learning

cycle 5e ini mampu mewujudkan pembelajaran yang dimana peserta didik

berpikir dan berpartisipasi penuh.

LKPD yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah LKPD yang

berbasis learning cycle 5e. LKPD melalui pendekatan learning cycle 5e

merupakan perangkat pembelajaran yang dirancang sesuai dengan spesifikasi

produk yang sudah peneliti jelaskan, dimana LKPD ini sesuai dengan

langkah-langkah model pembelajaran learning cycle 5e yang berupa

pertanyaan-pertanyaan dan soal-soal yang berisi petunjuk dan langkah-

langkah yang akan dikerjakan peserta didik.

29
Kerangka konseptual untuk pengembangan LKPD berbasis Learning

Cycle 5e pada pembelajaran matematika di SMPN 1 Kec. Harau ditunjukan

Gambar 2.1 sebagai berikut:

Masalah 1. Pembelajaran masih berlangsung secara

konvesional sehingga belum meningkatkan

minat dan semangat peserta didik.

2. Belum tersedianya media pembelajaran yang

berupa LKPD berbasis Learning Cycle 5E.

3. Kurang optimalnya media pembelajaran yang

dapat membantu meningkatkan hasil belajar

siswa

Mengembangkan lembar kerja peserta didik


Solusi berbasis model Learning Cycle 5e untuk pendidik
dan peserta didik

Tersedianya lembar kerja peserta didik


Hal yang berbasis model Learning Cycle 5e yang
diharapkan valid dan praktis

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

30
E. Penelitian yang Relevan

Berikut penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dhita Murti Santari, MM. Endang

Susetyawati (2019) tentang “Pengembangan LKS Matematika Berbasis

Learning Cycle 5E Untuk Memfasilitasi Kemampuan Pemecahan Masalah

Siswa SMA”. Berdasarkan pengembangan yang dilakukan di dapatkan

hasil LKS yang dikembangkan dinyatakan valid, praktis, dan efektif.

Berdasarkan hasil pengembangan yang telah di dapatkan, Pada aspek

kevalidan diperoleh skor 1) 2,95 dari ahli media; 2) 3,00 dari ahli materi;

serta 3) 3,15 dari guru matematika SMA, dari skor maksimal 4,00. Aspek

kepraktisan memperoleh skor 3,03 dari angket respon siswa dan 3,04 dari

guru dari skor maksimal 4,00. Aspek keefektifan memperoleh skor 1)

indikator memahami masalah 74,75; 2) indikator merumuskan masalah

64,85; 3) indikator menerapkan strategi 88,33; serta 4) indikator

menjelaskan hasil 65,15. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

akan peneliti lakukan adalah fokus penelitian peneliti yaitu

mengembangakan LKPD berbasis Learning Cycle 5e.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Feby agustin (2018) tentang

“Pengembangan Lembar Kerja Siswa Dengan Model Pembelajaran

Learning Cycle 5e Untuk Mendukung Kemampuan Representasi

Matematis Siswa Pada Materi Persamaan Dan Pertidaksamaan Nilai

31
Mutlak Kelas X SMK Negeri 1 Mojoanyar”. Berdasarkan pengembangan

yang dilakukan di dapatkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lembar

Kerja Siswa (LKS 1) memenuhi kriteria kevalidan dengan RTVLKS

sebesar 4,63 dengan kategori sangat valid, sedangkan Lembar Kerja Siswa

(LKS 2) memenuhi kriteria kevalidan dengan RTVLKS sebesar 4,875

dengan kategori sangat valid. Lembar kerja siswa (LKS) memenuhi

kriteria kepraktisan setelah dilakukan uji coba terbatas selama dua kali

pertemuan dengan mendapat rata-rata total keterlaksanaan pembelajaran

dari pengamat 1 adalah 4,55 dengan kategori sangat baik, sedangkan rata-

rata total keterlaksanaan pembelajaran dari pengamat 2 adalah 4,32

dengan kategori sangat baik. Lembar kerja siswa (LKS) dikatakan efektif

dengan mendapatkan respon positif siswa sebesar 91,66% dalam kategori

sangat efektif. Lembar kerja siswa (LKS) mendapatkan % KSK>70%

yaitu sebesar 80,44 %. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

peneliti akan lakukan adalah pada tujuannya. Penelitian ini bertujuan

untuk menegetahui penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan

representasi matematis siswa dalam memecahkan masalah dengan LKS

berbasis Learning Cycle 5e sedangkan penelitian yang akan peneliti

lakukan adalah fokus mengembangakan LKPD berbasis Learning Cycle

5e.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Miftahul Ulum dalam skripsinya yang

berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Model

32
Learning Cycle 5E Pada Materi Integral Di Kelas XII IPA” pada tahun

2014-2015. Hasil penelitian menghasilkan pengembangan perangkat

pembelajaran matematika model Learning Cycle 5E pada materi integral

di kelas XII IPA dengan menggunakan model 4-D yang telah dimodifikasi

telah menghasilkan perangkat pembelajaran yang valid, praktis dan

efektif. Perangkat pembelajaran dengan model Learning Cycle 5E

dinyatakan valid oleh para validator dan memenuhi valid, reliabel dan

sensitif. Kemampuan guru mengelola pembelajaran dalam kategori baik,

aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan model Learning Cycle

5E pada materi integral dari pertemuan pertama sampai pertemuan

keempat berada dalam rentang waktu yang ideal, maka dapat diartikan

bahwa aktifitas siswa selama proses pembelajaran memenuhi kriteria

efektif kategori aktif untuk aktivitas siswa. Respons siswa terhadap

pembelajaran dengan model Learning Cycle 5E pada materi integral

dikategorikan positif, hal ini dapat dilihat dari rata-rata semua aspek

berada di atas 80%, dan hasil belajar tuntas secara klasikal. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah dari

produk yang dikembangkan. Penelitian ini mengembangkan perangkat

pembelajaran berbasis Learning Cycle 5e sedangkan peneliti

mengembangkan LKPD berbasis Learning Cycle 5e

4. Penelitian yang dilakukan oleh Cahyaning Tyas Putri Utami tentang

“Hasil Belajar Matematika Dengan Model Learning Cycle 5e Berbantuan

33
Media Komik Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa SMP”. Berdasarkan

analisis data diperoleh kesimpulan bahwa: (1) Terdapat pengaruh model

pembelajaran Learning Cycle 5E dan Learning Cycle 5E berbantuan

media komik terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dengan

model Learning Cycle 5E berbantuan media komik lebih baik daripada

hanya diberi model Learning Cycle 5E saja. (2) Terdapat pengaruh gaya

belajar terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil uji lanjut pasca

anava, dapat disimpulkan bahwa siswa dengan gaya belajar visual

memiliki hasil belajar yang lebih baik daripada siswa dengan gaya belajar

auditorial dan kinestetik. Hasil belajar siswa dengan gaya belajar

auditorial sama baiknya dengan hasil belajar siswa dengan gaya belajar

kinestetik. (3) tidak terdapat efek interaksi model pembelajaran dan gaya

belajar terhadap hasil belajar siswa. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang peneliti akan lakukan adalah pada tujuannya. Penelitian ini

bertujuan untuk menegetahui hasil belajar matematika dengan model

learning cycle 5e berbantuan media komik ditinjau dari gaya belajar.

sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah mengembangkan

LKPD berbasis learning cycle 5e.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Karimah Mabrukah (2021) tentang

“Pengembangan Model Pembelajaran Learning Cycle 5e Berbantuan

Lembar Kerja Siswa Berbasis Kemampuan Komunikasi Matematis Pada

Siswa SMP” . Berdasarkan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

34
proses dan hasil pengembangan model pembelajaran Learning Cycle 5E

berbantuan lembar kerja siswa dalam menumbuhkan kemampuan

komunikasi matematis pada siswa SMP. Kemampuan komunikasi yang

dinilai meliputi kemampuan komunikasi secara tertulis dan lisan. Adapun

produk yang dikembangkan pada penelitian ini dibatasi pada

pengembangan RPP dan LKS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan LKS dinyatakan valid dan

dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, yakni mampu

menumbuhkan kemampuan komunikasi matematis siswa baik secara

tertulis maupun lisan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

peneliti akan lakukan adalah pada tujuannya. Penelitian ini bertujuan

untuk menegetahui proses dan hasil pengembangan model pembelajaran

Learning Cycle 5E berbantuan lembar kerja siswa dalam menumbuhkan

kemampuan komunikasi matematis pada siswa SMP, sedangkan penelitian

yang akan peneliti lakukan adalah mengembangkan LKPD berbasis

Learning Cycle 5e.

35
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan
Ada beberapa model-model pengembangan yang biasa digunakan

dalam penelitian pengembangan, yaitu: Model 4D, Model ASSURE, Model

Dick and Carry, Model ADDIE, Model smith and ragan, Model plom dan

model lainya. Pada umumnya model-model pengembangan ini memiliki

keunikan dan perbedaan dalam langkah-langkah dan prosedur yang

digunakan. Perbedaan juga sering terdapat pada istilah-istilah yang digunakan.

Namun demikian, model-model pengembangan tersebut memiliki dasar

prinsip yang sama dalam merancang program atau produk pembelajaran yang

berkualitas.

Pada pengembangan LKPD ini, model pengembangan yang digunakan

peneliti adalah model 4D, yaitu define, design, develop, dan disseminate atau

diadaptasikan menjadi model 4P yaitu pendefenisian, perancangan,

pengembangan, dan penyebaran. Pada penelitian ini, tahap disseminate atau

penyebaran tidak dilakukan karena keterbatasan waktu dan biaya. Maka

pengembangan LKPD ini hanya terdiri dari tiga tahap yaitu pendefenisian,

perancangan dan pengembangan. Langkah-langkah 4-D dalam penelitian ini

digambarkan melalui Gambar 3.1 dibawah ini:

36
Gambar 3.1 langkah-langkah 4-D

B. Prosedur Pengembangan

Pada penelitian ini, tujuan peneliti adalah mengembangkan LKPD berbasis

Learning Cycle 5E pada pembelajaran matematika di SMPN 1 Kec. Harau

yang valid dan praktis. Langkah-langkah rancangan pengembangan LKPD

berbasis Learning Cycle 5E pada pembelajaran matematika di SMPN 1 Kec.

Harau dapat digambarkan pada diagram berikut :

37
1. Tahap Pendefenisian (Define)

Analisi Dokumentasi

2. Tahap Perancangan (Design)

Merancang LKPD berbasis Learning Cycle


5E

Validasi RPP dan LKPD oleh pakar/ahli

Ya
Tidak
Revisi
Valid
3.Tahap
Pengembangan
(Develop) Praktikalitas : Uji Coba LKPD

Ya
Tidak
Revisi
Praktis

LKPD berbasis Learning Cycle 5E yang valid dan praktis

Secara lengkap prosedur penelitian yang dilakukan dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Tahap Pendefinisian (Define)

Pada tahap ini dilakukan analisis pendidik, analisis peserta didik,

analisis silabus dan analisis konsep guna melihat gambaran kondisi di

lapangan yang berkaitan dengan proses pembelajaran matematika di

38
SMPN 1 Kec. Harau kemudian menganalisis permasalahan. Tindakan

yang dilakukan tahap ini adalah:

a. Analisis Pendidik

1) Tujuan

Analisis pendidik dilakukan dengan cara wawancara.

Wawancara bertujuan untuk mengetahui masalah atau hambatan

apa saja yang dihadapi dilapangan yang berkaitan dengan

perangkat pembelajaran. Wawancara ditujukan kepada satu orang

pendidik yang mengajar matematika di SMPN 1 Kec. Harau

dengan menanyakan masalah yang dihadapi pendidik dan peserta

didik tentang perangkat yang akan di kembangkan.

2) Instrument

Instrument analisis kebutuhan pendidik yaitu menggunakan

pedoman wawancara dengan pendidik sesuai kisi-kisi yang

diinginkan.

3) Subjek uji coba

Subjek uji coba pada analisis pendidik adalah 2 orang pendidik

yang mengajar matematika di SMPN 1 Kec. Harau.

b. Analisis Peserta Didik

1) Tujuan

Analisis ini dilakukan untuk melihat karakteristik siswa

meliputi gaya belajar dan kecepatan belajar. Dengan mengetahui

39
dan memahami gaya belajar dan kecepatan belajar siswa, sehingga

bisa merancang LKPD berbasis model learning cycle 5e sesuai

dengan yang diharapkan. Selanjutnya analisis siswa juga melihat

karakter siswa yang memiliki nilai religius, cerdas, integritas,

berbudaya, dan nasionalisme. Dengan adanya LKPD ini mampu

meningkatkan karakter siswa sesuai dengan kurikulum 2013.

2) Instrumen

Analisis peserta didik ini dapat dilakukan melalui wawancara

dengan peserta didik.

3) Subjek uji coba

Subjek uji coba dalam analisis peserta didik adalah 3 orang

peserta didik dari kelas VII MTsN Muhammadiyah Surantih.

c. Analisis Silabus

1) Tujuan

Tujuan dari analisis silabus adalah untuk mengetahui apakah

materi yang diajarkan sudah sesuai dengan kompetensi inti dan

kompetensi dasar. Selain itu, juga melihat apakah kegiatan

pembelajaran bersifat student centered atan teacher centered.

2) Instrumen

Analisis silabus dilakukan dengan cara observasi dengan

pendidik matematika yang berpatokan pada silabus kelas VIII

3) Subjek Uji Coba

40
Subjek uji coba pada analisis silabus adalah 2 orang pendidik

yang mengajar matematika di SMPN 1 Kec. Harau.

d. Analisis Sumber Belajar

Menganalisis sumber belajar bertujuan untuk mengetahui

apakah sumber belajar matematika yang biasa digunakan seperti

buku paket atau bahan ajar lainnya, telah sesuai dengan kebutuhan

siswa untuk mengasah kemampuan matematis siswa. Selain itu

bertujuan untuk mengetahui format penelitian bahan ajar yang

telah digunakan, agar LKPD yang dikembangkan dapat dirancang

dengan sebaik mungkin sehingga terukur kevalidan dan

kepraktisannya.

Tahap Kegiatan Instrument Hasil


Pendefenisian  Analisis  Observasi Gambaran
(define) pendidik  Wawancara awal
 Analisis produk
peserta didik yang akan
 Analisisi dikembang
silabus kan
 Analisis
sumber
belajar
Tabel 3.1 langkah-langkah Pada Tahap Pendefenisian (Define)

2. Tahap Perancangan (Design)

Tahap ini bertujuan untuk menyiapkan prototipe LKPD. Hasil dari

tahap pendefinisian digunakan sebagai acuan dan pertimbangan dalam

merancang LKPD matematika berbasis model learning cycle 5e pada

41
pembelajaran matematika. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap

ini adalah merancang LKPD berbasis learning cycle 5e. Kerangka LKPD

berbasis Learning Cycle 5E adalah :

a. Cover LKPD

Pada cover LKPD yang dikembangkan memuat judul Lembar

Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis model learning cycle 5e, materi

yang dibahas, kelas dan kurikulum sekolah, nama peneliti serta

identitas peserta didik.

b. Kata Pengantar

Kata pengantar berisi ulasan tentang pujian kepada Allah

S.W.T dan selawat serta dalam kepada Rasulullah serta ucapan

terimakasih peneliti kepada pihak terkait yang sudah membantu dalam

penelitian LKPD ini.

c. Daftar Isi

Daftar isi LKPD bertujuan untuk melihat gambaran umum

serta letak isi pada LKPD.

d. Petunjuk Penggunaan LKPD

Petunjuk penggunaan berisi tentang cara penggunaan LKPD

berbasis learning cycle 5e.

e. Kompetensi Dasar atau Materi Pokok

Kompetensi dasar atau materi pokok adalah tujuan yang

dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran. Fungsinya untuk

42
memberikan fokus pada siswa pada sub pokok bahasan yang sedang

dihadapi.

f. Informasi Pendukung

Informasi pendukung yaitu informasi yang dapat mendukung

materi pokok pembelajaran seperti tokoh/ahli matematika yang

berperan dalam materi tersebut, juga dapat berupa gambar atau

fenomena dunia nyata.

g. Tugas atau Langkah Kerja

Tugas atau langkah kerja berisi tugas-tugas atau soal yang

dipecahkan oleh siswa. Pada bagian awal kegiatan di LKPD disajikan

sebuah permasalahan konstektual dengan kehidupan peserta didik dan

menuntut peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada

dengan memecahkan masalah yang disajikan. Tahap-tahap kegiatan

siswa sebagai berikut :

1) Engagement (pembangkitan minat) dalam LKPD ini membantu


siswa dalam mengkonstruksi pemikirannya berdasarkan benda-
benda kongkrit yang mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Engagement disajikan dengan memberikan permasalahan,
pertanyaan yang berkaitan pembelajaran yang akan dibahas dan
permasalahan nyata.
2) Exploration (eksploration) dalam LKPD ini menekankan pada
siswa berdiskusi, saling berbagi dalam kelompok atau teman
sebangku untuk menemukan konsep atau memecahkan suatu
persoalan. Diawali dengan memberi sebuah permasalahan lalu

43
menuntun mereka mengikuti langkah-langkah kegiatan untuk
menemukan konsep materi.
3) Explanation (Penjelasan) siswa diminta untuk menjelaskan materi
yang didiskusikan secara berkelompok dengan bahasa sendiri,
kemudian membuat kesimpuln bersama berdasarkan penjelasan
yang mereka berikan.
4) Elaboration (elaborasi) diletakkan pada akhir pertemuan yang
berguna sebagai umpan balik dalam proses pembelajaran untuk
melihat pemahaman siswa.
5) Evaluation (evaluasi) ini menilai hasil belajar siswa pada setiap
akhir pertemuan LKPD ini.
h. Penilaian

Penilaian yaitu evaluasi dari pembelajaran dengan LKPD

untuk melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah yang terdapat dalam LKPD. Pada penilaian ini terdapat kunci

jawaban, rubrik penskoran serta rumus untuk menentukan tingkat

penguasaan peserta didik.

i. Daftar Pustaka

Tahap Kegiatan Hasil


Perancangan Merancang LKPD berbasis LKPD berbasis
(design) Learning Cycle 5E Learning Cycle 5E
Tabel 3.2 langkah-langkah Pada Tahap Perancangan (Design)

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap develop yaitu melakukan kajian empirik tentang pengembangan

produk awal, melakukan uji coba, revisi, validasi, praktikalitas, dan

efektifitas. Tujuan tahap pengembangan adalah untuk menghasilkan

44
perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari

para pakar.25 Pada tahap ini tindakan yang dilakukan adalah validasi dan

praktikalitas LKPD.

a. Tahap Validasi

Validasi dilakukan dalam bentuk tertulis dan diskusi dengan

pakar sampai pakar berpendapat bahwa LKPD berbasis model

learning cycle 5e yang dikembangkan telah valid.

Guna menghasilkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang

valid, maka LKPD yang dihasilkan perlu untuk divalidasi. Validasi

LKPD dilakukan oleh pakar dan praktisi pendidikan sesuai dengan

bidang kajiannya. Para pakar dan praktisi itu disebut dengan validator.

Pakar yang hendak melakukan validasi LKPD terdiri dari dosen, dan

praktisi terdiri dari guru.

LKPD yang sudah dirancang dikonsultasikan dan didiskusikan

dengan validator. Validasi akan dilakukan oleh dua orang dosen

matematika, dan dua orang guru mata pelajaran matematika. Saran

dari validator akan digunakan untuk penyempurnaan LKPD. Kegiatan

validasi akan dilakukan dalam bentuk mengisi lembar validasi LKPD

dan diskusi sampai diperolehnya LKPD berbasis Learning Cycle 5E

yang valid dan layak digunakan.

25
Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik (Jakarta: PT Prestasi Pustaka,2011), h.192

45
Aspek-aspek yang divalidasi dapat dilihat pada tabel 1.

No Indikator Validitas Instrumen

1. Kelayakan Isi

2. Kelayakan Penyajian Lembar Validasi

3. Kelayakan Bahasa Pakar/Ahli

4. Kelayakan Kegrafikan

b. Tahap Praktikalitas

Setelah divalidasi, selanjutnya LKPD yang telah direvisi akan diuji

cobakan untuk mengetahui tingkat praktikalitas (keterpakaian) LKPD. Uji

coba dilaksanakan terbatas dalam kelompok kecil, misalnya 5-10 orang

siswa.26 Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan dan

manfaat penggunaan LKPD dalam pembelajaran untuk bahan revisi dan

penyempurnaan sebelum diproduksi.

Uji praktikalitas LKPD dilaksanakan setelah produk direvisi sesuai

perbaikan atau saran yang telah diberikan oleh validator, dengan tujuan

untuk mengetahui praktis atau tidaknya produk yang akan digunakan

dalam pembelajaran. Pada penelitian ini, praktikalitas dilihat dengan

dilakukan uji coba terbatas pada 6 orang, yang terdiri dari 2 orang

berkemampuan tinggi, 2 orang berkemampuan sedang dan 2 orang

26
Asyhar, Kreatif mengembangkan Media Pembelajaran (Jakarta: Gaung Persada Press,2011)

46
berkemampuan rendah, kemudian nilai kepraktisan LKPD dapat dilihat

dengan menggunakan angket yang telah diisi oleh guru dan siswa.

Adapun indikator praktikalitas LKPD dapat dilihat pada tabel 2.

No Indikator Praktikalitas Instrumen

1. Daya tarik

2. Kemudahan penggunaan Angket respon

3. Kemudahan dipahami pendidik dan peserta

4. Efesiensi waktu didik

Apabila LKPD belum dianggap valid dan praktis, maka perlu

dilakukan revisi pada bagian yang masih dianggap kurang, dan kemudian

hasil revisi akan dijadikan sebagai tolak ukur dalam memperbaiki LKPD yang

dikembangkan.

C. Subjek Uji Coba

Subjek uji coba dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII.I

SMPN 1 Kec. Harau

D. Tekhnik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Tekhnik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian pengembangan lembar

kerja peserta didik ini menggunakan dua jenis wawancara dan kuesioner

(angket).

a. Wawancara

47
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana

pewawancara (peneliti atau yang diberi tugas melakukan pengumpulan

data) dalam mengumpulkan data mengajukan suatu pertanyaan kepada

yang diwawancarai. Wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan

untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam

dan jumlah respondennya sedikit/kecil.27 Wawancara yang dilakukan

untuk mengetahui data awal dalam penelitian dan informasi yang

diperoleh digunakan sebagai masukan untuk mengembangkan RPP

dan LKPD

b. Angket (kuesioner)

Kuesionar merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya.28 Angket dalam penelitian dan

pengembangan perangkat pembelajaran RPP dan LKPD ini diberikan

kepada validator, guru dan peserta didik untuk menilai produk

pengembangan. Penelitian ini menggunakan angket dari BNSP.

Angket yang digunakan adalah angket validasi untuk validator ahli

materi dan ahli media serta angket untuk mengetahui respon peserta

27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Alfabeta : Bandung, 2016), H.194
28
Ibid.

48
didik dan guru yang digunakan untuk alat uji coba kemenarikan oleh

peserta didik dan guru.

2. Instumen Pengumpulan Data

Instrument pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

beberapa instrument yang mendukung untuk mendapatkan data tentang

kevaliditan dan kepraktisan LKPD berbasis Learning Cycle 5E.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi,

angket praktikalitas dan pedoman wawancara.

a. Lembar validitas

Lembar validasi pada penelitian ini terbagi atas dua yaitu lembar

validasi instrument dan lembar validasi produk. Uraiannya sebagai

berikut:

1) Lembar validitas instrument

Sebelum instrument ini digunakan dalam penelitian terlebih

dahulu divalidasi oleh validator instrument. Adapun validator yang

dipilih dalam memvalidkan instrument ini yaitu 1 orang dosen

Tadris Matematika UIN Imam Bonjol Padang. Instrument dapat

digunakan jika instrument dikatakan valid oleh validator

instrument. Instrumen yang divalidasi terdiri dari:

i. Lembar validasi instrument LKPD

ii. Lembar validasi instrument praktikalitas LKPD

iii. Lembar validasi instrument pedoman wawancara

49
2) Lembar Validasi Produk

Lembar validasi produk berupa perangkat pembelajaran (RPP dan

LKPD) digunakan untuk mengetahui apakah perangkat pembelajaran

yang telah dirancang valid. Valid berarti sahih, artinya keabsahan

instrument ini tidak diragukan lagi.29 Lembar validasi yang digunakan

berupa angket skala likert. Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena soaial (variabel penelitian).30 Lembar validasi digunakan

pada saat evaluasi dari ahli. Pada lembar validitas LKPD berisi aspek-

aspek yang telah dirumuskan dan masing-masing aspek untuk validasi

perangkat pembelajaran.

i. Lembar Validasi LKPD

Lembar validasi digunakan untuk mengetahui apakah

LKPD dan instrumen yang telah dirancang valid atau tidak.

Lembar validasi LKPD berisi aspek-aspek yang telah

dirumuskan. masing-masing aspek dikembangkan dalam

beberapa pernyataan.

Skala penilaian pada lembar validasi menggunakan

skala likert.

29
Hamzah, Model Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) h. 214
30
Sugiyono, Op.Cit, hal.134

50
Tabel 3.3
Skor Penilaian Terhadap Validitas LKPD
Simbol Keterangan Bobot

SS Sangat Setuju 4
S Setuju 3
TS Tidak Setuju 2
STS Sangat Tidak Setuju 1

ii. Lembar Uji Kepraktisan

Instrument ini digunakan untuk mendapatkan data

kepraktisan LKPD yang dikembangkan. Instrument berupa

angket. Angket merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data secara tidak lansung di dalam angket

terdapat beberapa macam pertanyaan yang berhubungan erat

dengan masalah penelitian yang hendak dipecahkan dan

disusun untuk memperoleh informasi dilapangan. Angket

diberikan kepada pendidik dan peserta didik sebagai pengguna

LKPD.

Tabel 3.4
Skor Penilaian Terhadap Lembar Kepraktisan
Simbol Keterangan Bobot

SS Sangat Setuju 4
S Setuju 3

51
TS Tidak Setuju 2
STS Sangat Tidak Setuju 1

iii. Pedoman Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan

data dengan cara melakukan interview yang dilakukan oleh

pewawancara terhadap tewawancara. Wawancara dilakukan

pada tahap pendefenisian dan setelah one to one evaluation.

Wawancara yang dilakukan yaitu wawancara yang bebas

dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang

telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk melengkapi

datanya.31

E. Tekhnik Analisis Data

Teknik analisis data adalah bagaimana data akan dianalisis atau diolah

setelah data dikumpulkan.32

a. Analisis Validitas Perangkat

Hasil validasi dan validator terhadap seluruh aspek yang dinilai,

disajikan dalam bentuk tabel. Langkah-langkah yang digunakan untuk

mengetahui tingkat validitas sebagai berikut:

31
Sugiyono, Op.Cit. hal 197
32
Punaji Setyosari, “Metode Penelitian Pendidikan Pengembangan”, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2013), hal.209

52
1) Lembar validasi yang telah dinilai, disajikan dalam bentuk tabel

dengan cara memberi skor setiap jawaban, sebagai berikut:33

Tabel 3.5
Skor Penilaian Terhadap Validitas Perangkat Pembelajaran
Symbol Keterangan Bobot

SS Sangat Setuju 4
S Setuju 3
TS Tidak Setuju 2
STS Sangat Tidak Setuju 1

2) Melakukan perhitungan data nilai validitas

Rumus:34

( )

Keterangan:

NV = nilai akhir dari masing-masing validator

S = jumlah semua skor

SM = skor maksimum

3) Memberikan penilaian validitas dengan kriteria sebagai berikut:35

Tabel 3.6
Kriteria Validitas Perangkat Pembelajaran
(%) Kategori

33
Ridwan, “Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula”,
(Bandung:Alfabeta, 2012) hal.87
34
Ibid. hal.89
35
Ibid

53
Sangat Valid
Valid
Cukup Valid
Tidak Valid
Sangat Tidak Valid
Perangkat pembelajaran dikatakan valid jika hasil validasi

maksimal berada pada kategori valid.

b. Analisis Data Kepraktilitas

Analaisis data praktikalitas adalah dengan menggunakan

angket. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan

praktikalitas perangkat pembelajaran berdasarkan data angket

yang diperoleh adalah:

1) Memberikan skor penilaian sebagai berikut:36

Tabel 3.7
Skala Untuk Lembar Praktikalitas
Symbol Keterangan Bobot

SS Sangat Setuju 4
S Setuju 3
TS Tidak Setuju 2
STS Sangat Tidak Setuju 1

2) Melakukan perhitungan tingkat kepraktisan

Rumus:37

36
Ibid

54
( )

Keterangan:

NP = nilai akhir dari masing-masing validator

S = jumlah semua skor

3) Memberikan penilaian praktikalitas dengan kriteria

sebagai berikut:38

Tabel 3.8
Kriteris Praktikalitas LKPD
(%) Kategori

Sangat Parktis
Parktis
Cukup Parktis
Tidak Parktis
Sangat Tidak Parktis

c. Lembar Wawancara

Menganalisis data kepraktisan yang diperoleh dari

wawancara akan digunakan analisis deskriptif dengan cara

menggambarkan data hasil wawancara dengan peserta didik

mengenai kepraktisan LKPD yang dirancang. Menurut Miles dan

37
Ridwan, Op.Cit, hal.87
38
Ibid , hal.89

55
Huberman terdapat tiga tahapan yang dilakukan untuk

menganalisis data kualitatif yaitu:39

a. Reduksi data, yaitu proses analisis untuk memilih hal-hal

pokok membuat rangkuman serta membuang hal-hal yang

dianggap tidak perlu.

b. Penyajian data, yaitu menyajikan data yang telah direduksi

secara sistematis sehingga mudah dipahami.

c. Verifikasi data, yaitu menarik kesimpulan.

39
Sugiono, Op.Cit, hal.337

56
DAFTAR PUSTAKA

Asyhar. (2011). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung


Persada Press.

Dedy, H. (n.d.). Pengaruh Model Pembelajaran Generative Dengan Menggunakan


Alat Peraga Terhadap Pemahaman Konsepcahaya Kelas VIII SMPN 7 Kota
Bengkulu. Jurnal Exacta.

Hamzah. (2011). Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Istarani, M. R. (2015). 50 Tipe, Strategi Dan Teknik Pembelajaran Kooperatif.


Surabaya: Media Persada.

Jana, P. (2017). Analisis Kesalahan Mahasiswa dalam Menyelesaikan Soal


Matematika Pada Pokok Bahasan Vektor. Jurnal Mercumatika, 3, 9.

Jana, P. (2017). Pembinaan Olimpiade Matematika Kelas VA CI SD Negeri Ungaran


I Yogyakarta. Jurnal Pengabdian Masyarakat J-DINAMIKA, 2, 125.

Majid, A. (2014). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ngalimun. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin: Aswaja


Pressindo.

Prastowo, A. (2014). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Bandung: Plos
Medicine.

Ridwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.

Salirawati, D. (2004). Penyusunan dan Kegunaan LKS dalam Proses Pembelajaran.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Santrock, J. W. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Setyosari, P. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pengembangan. Jakarta: Prenada


Media Group.
Shoimin, A. (2014). Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suherman, E. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung :


JICA-UPI.

Trianto. (2011). Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT Prestasi


Pustaka.

Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT. Bumi


Aksara.

widodo, H. (2015). potret pendidikan di indonesia dan kesiapannya dalam


menghadapi masyarakat ekonomi asia (MEA). jurnal cendikia, 13.

Widodo, H. (2015). potret pendidikan di indonesia dan kesiapannya dalam


menghadapi masyarakat ekonomi asia (MEA). jurnal cendikia, vol.13.

Anda mungkin juga menyukai