PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Matematika
Oleh :
KAYAN RUSDIANDRI
NIM. 13510187
PENDIDIKAN MATEMATIKA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik.
Salawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada suri tauladan kita, Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, pada sahabat dan umatnya yang selalu mendambakan
berpikir kritis matematik dan kepercayaan diri siswa SMA dengan pendekatan
pembelajaran berbasis masalah. Proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini tidak luput dari berbagai
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk menyempurnakan proposal sekripsi ini sehingga dapat menjadi acuan tindak
lanjut penelitian selanjutnya dan bermanfaat bagi kita semua terutama bagi ilmu
pendidikan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Judul ………………………………………………………………………………………………………… 1
H. Hipotesis ..………………………………………………………………………………………………… 17
ii
1
PROPOSAL SKRIPSI
A. Judul
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan Sumber Daya
satu kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia dan kewajiban yang
harus diemban oleh setiap negara agar dapat membentuk masyarakat yang
mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, salah
satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya
1
2
kompeten dan berakhlak mulia agar dapat memainkan berbagai peran di dalam
memperoleh pendidikan.
penunjang berbagai ilmu lain sehingga tidak sedikit ilmu dan pengetahuan yang
dengan Kline dalam Suherman (2003) yang menyatakan bahwa matematika itu
memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Hal ini sejalan
dengan Hudoyo (2003) yang menyatakan bahwa matematika adalah alat untuk
mengemukakan bahwa:
mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk
salah satu aspek yang harus dikuasai siswa adalah berpikir kritis matematik.
Berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif
terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi. Berpikir kritis akan
membantu siswa memiliki pemikiran mengenai hal-hal yang dapat dipercaya atau
yang tidak dapat dipercaya. Masalah lain yang terjadi di sekolah adalah saat di
sekolah siswa lebih banyak menerima begitu saja materi yang diberikan oleh guru.
Hal ini senada dengan pendapat Widyastuti & Pujiastuti (2014) yang menyatakan
menarik kesimpulan yang sah menurut aturan logika. Jadi, kemampuan berpikir
kritis atau logis ini bukan merupakan hasil transfer ilmu dari seseorang ke orang lain
dalam hal ini guru ke siswa, akan tetapi dibentuk sendiri oleh siswa melalui
Fisher (2009) mendefinisikan berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang
terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi.
siswa.
Selain kemampuan berpikir kritis matematik, ada aspek lain yang juga
diri sendiri dan dapat menghadapi situasi di sekelilingnya. Siswa yang memiliki
and Science Study (TIMSS) dalam Mullis, Martin, Foy dan Arora (2011) menunjukkan
Salah satu hal yang perlu kita soroti untuk mengetahui penyebab
rendahnya berpikir kritis dan kepercayaan diri siswa adalah proses pembelajaran.
yaitu pembelajaran langsung yang berpusat pada guru (teacher centered). Menurut
tersebut. Dalam kondisi seperti ini tidak jarang guru hanya memberikan catatan
kritis siswa rendah karena tidak distimulus oleh guru. Siswa menyelesaikan soal
hanya mengikuti algoritma yang sudah ada. Oleh karena itu pembelajaran yang
berpusat pada guru dianggap tidak cocok lagi digunakan, sebab siswa tidak kreatif
sehari-hari sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan siswa menjadi lebih
peserta didik dilibatkan untuk memecahkan suatu masalah melalui fase-fase ilmiah.
Misalnya pada fase mengorganisasi siswa untuk belajar, siswa dituntut berpikir
dalam mengevaluasi hasil pemecahan masalah, siswa juga dituntut berpikir objektif
dan rasional. Pada fase menyajikan hasil karya, siswa dituntut memiliki kepercayaan
diri dalam menyampaikan hasil karyanya. Selain itu pembelajaran berbasis masalah
melatih siswa untuk bisa berpikir rasional dan percaya diri yang merupakan
kemampuan berpikir kritis matematik dan kepercayaan diri siswa SMA dengan
C. Rumusan Masalah
matematik?
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
2. Bagi Siswa
datang.
9
F. Definisi Operasional
G. Studi Literatur
Salah satu bentuk berpikir adalah berpikir kritis (critical thinking). Dalam
Johnson (2002) berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas
penelitian ilmiah. Indikator berpikir kritis menurut Ennis dalam Rante (2008)
taktik.”
membuat pilihan”. Dede Rosyada (2004) kemampuan berpikir kritis tiada lain
dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi,
rasional, logis, dan reflektif berpikir evaluatif, dalam hal apa untuk menerima
(atau menolak) dan apa yang harus percaya, diikuti oleh keputusan apa yang
sikap yang diambil dan bertanggung jawab baik keputusan yang dibuat dan
konsekuensinya (Zoller, 1999 dalam Miri, David & Uri, 2007). Berpikir kritis
penting bagi masa depan siswa, mengingat bahwa itu mempersiapkan siswa
untuk menghadapi banyak tantangan yang akan muncul dalam hidup mereka,
karier dan pada tingkat kewajiban dan tanggung jawab pribadi mereka (Tsui,
2. Kepercayaan diri
2009). Menurut Fishbein & Ajzen dalam Parson, Croft & Harrison (2011), “self-
mampu, nyaman dan puas dengan diri sendiri, dan pada akhirnya tanpa perlu
persetujuan dari orang lain”. Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015) yaitu:
(2009) adalah interaksi siswa dengan guru juga siswa dengan sesama siswa.
langsung pada kepercayaan diri siswa, saat siswa dihadapkan pada situasi yang
pun akan meningkat. Menurut Lauster dalam Ghufron & Risnawati (2011)
yaitu :
adalah kesadaran diri, niat, berpikir positif dan rasional, berpikir kreatif pada
penyelesaian yang baik dan efektif serta kepercayaan diri atas kemampuan
14
yang dimiliki siswa dalam mengambil keputusan dilihat dari kemampuan diri,
Checkly dalam Apriono (2011) adalah suatu sarana yang relevan untuk
dalam Huda (2013), problem based learning mempunyai 3 elemen dasar yang
jelas akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa sehingga siswa tertarik untuk
kriteria penting, yang pertama yaitu situasi mestinya autentik yang berarti
bahwa masalahnya harus dikaitkan dengan pengalaman riil siswa dan bukan
Ketiga, masalah itu seharusnya bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat
dilihat dari segi waktu, ruang, dan keterbatasan sumber daya. Dan yang
terakhir masalah yang baik harus mendapatkan manfaat dari usaha kelompok,
learning melatih siswa untuk bisa berpikir rasional dan percaya diri yang
siswa untuk belajar dan memperoleh pengetahuan dan konsep dari materi
pelajaran.
17
H. Hipotesis
O X O X O
O O O
Dimana:
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA. Dengan subjek
sampelnya adalah dua kelas XI di salah satu SMA Negeri di Kota Cimahi. Alasan
pemilihan subjek sampel karena kemampuan berpikir kritis matematik adalah salah
satu kemampuan berpikir tingkat tinggi sehingga cocok pada usia siswa di kelas XI
yang sudah mulai dewasa, sehingga kemampuan berpikir kritis matematik dan
kepercayaan diri siswa sudah harus mereka miliki sebagai bekal mereka khususnya
K. Instrumen Penelitian
pembimbing agar memiliki validitas isi. Sedangkan agar memiliki validitas empiris
a. Validitas
dahulu pengujian validitas isi yang dilakukan oleh dosen pembimbing. Validitas
soal yang dinilai oleh validator adalah (1) kesesuaian antara indikator dan butir
soal; (2) kejelasan bahasa dan gambar dalam soal; (3) kesesuaian soal dengan
tingkat kemampuan siswa kelas XI SMA; dan (4) kebenaran materi atau konsep.
19
𝑛 ∑ 𝑥𝑦−(∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
r=
√{𝑛 ∑ 𝑥 2 −(∑ 𝑥)2 }{𝑛 ∑ 𝑦 2 −(∑ 𝑦)2 }
Keterangan :
r = koefisien korelasi
n = banyaknya subjek
Tabel 1.1
Nilai r Interpretasi
b. Reliabilitas
k St Si
2 2
r ( )
k 1 St2
Keterangan :
r = koefisien reliabilitas
k = banyaknya subjek
sebagai berikut :
Tabel 1.2
Nilai r Interpretasi
c. Daya Pembeda
S A SB
DB
JA
Keterangan :
Tabel 1.3
Klasifikasi Nilai Daya Pembeda
Nilai DB Interpretasi
d. Indeks Kesukaran
jumlah skor jawaban benar pada butir tes yang bersangkutan terhadap jumlah
untuk menghitung indeks kesukaran tiap butir soal digunakan rumus sebagai
berikut :
S A SB
IK
2J A
Keterangan :
Tabel 1.4
Klasifikasi Indeks Kesukaran
Nilai IK Interpretasi
0,00 ≤ IK < 0,20 Soal terlalu sukar
0,20 ≤ IK < 0,30 Soal sukar
0,30 ≤ IK < 0,70 Soal sedang
0,70 ≤ IK < 0,90 Soal mudah
0,90 ≤ IK < 1,00 Soal sangat mudah
23
diberikan dalam penelitian ini adalah suatu bentuk evaluasi siswa dalam
pernyataan positif dan negatif terhadap suatu objek psikologis atau juga
empat pilihan jawaban yaitu sangat sering (SS), sering (S), jarang (JR) dan
Tabel 1.5
Bobot Nilai Angket Kepercayaan Diri
Bobot Pernyataan
No Pernyataan
Positif Negatif
1 Sangat Sering 4 1
2 Sering 3 2
3 Jarang 2 3
4 Jarang Sekali 1 4
24
b. Bahan Ajar
Kegiatan Siswa (LKS). Sementara itu, pada kelas kontrol diberikan LKS yang
biasa.
ajar.
L. Prosedur Penelitian
a. Studi perpustakaan
b. Pengajuan judul
g. Melakukan uji coba tes kemampuan pemahaman matematis pada kelas yang
satu tingkat lebih tinggi dengan kelas yang akan jadi eksperimen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
tinking pada kelas eksperimen dan pembelajaran biasa pada kelas kontrol.
3. Tahap Evaluasi
a. Menganalis data yang tekumpul pretes, postes, lembar observasi, dan jurnal
siswa
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini diolah dengan menggunakan
beberapa software, yaitu Microsoft Excel 2010 digunakan untuk mengolah data hasil uji
coba instrumen, rekapitulasi postes berpikir kritis matematik dan kepercayaan diri siswa
SMA. Software SPSS digunakan untuk mengolah uji beda mean kemampuan berpikir
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua kelas sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Apabila hasil pengujian
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal maka pengujian dilanjutkan dengan uji
Sedangkan jika hasil pengujian menunjukkan data tidak berdistribusi normal maka
digunakan uji Mann-Whitney yang merupakan alat uji statistik yang digunakan untuk
menguji hipotesis komparatif (uji beda) bila datanya berskala ordinal (ranking) pada
sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Apabila kedua kelompok data
(sampel) tersebut berasal dari populasi-populasi dengan varians yang sama dinamakan
H1 : 𝜎12 ≠ 𝜎22 : Varians skor kelas eksperimen dan kontrol tidak sama
Keterangan:
Uji statistikanya menggunakan uji homogenitas variansi dua buah peubah bebas
yaitu uji-F.
H0 : Rerata pretes kelas eksperimen sama dengan rerata pretes kelas kontrol
H1 : Rerata pretes kelas eksperimen tidak sama dengan rerata pretes kelas kontrol
Selanjutnya melakukan uji perbedaan dua rerata untuk data postes serta
peningkatan pretes dan postes pada kedua kelompok tersebut. Jika kedua rerata skor
beristribusi normal dan homogen maka uji statistik yang digunakan adalah uji-t dan
apabila data tidak berdistribusi normal, maka uji statistik yang digunakan adalah dengan
pengujian non-parametrik, yaitu uji Mann-Whitney. Jika data berdistribusi normal tetapi
4. Uji Gain
Perhitungan gain ini dilakukan apabila pada pengolahan data pretes kemampuan
Tabel 1.6
Uji Normalitas
Data Tidak
Uji Homogenitas Homogen
Data Homogen
Uji Perbedaan Dua
Rata-rata Uji t’
Gambar 1.1
N. Jadwal Penelitian
Tabel 1.7
Jadwal Penelitian
Bulan
No. Langkah Penelitian
10 11 12 1 2 3 4 5 6
Membuat proposal
1
penelitian
2 Membuat instrument
3 Mengurus perijinan
5 Pengumpulan data
6 Pengolahan data
Refika Aditama.
Hendriana, H., dkk. (2017). Hard Skills dan Soft Skills Matematika Siswa. Bandung: Refika
Aditama.
30
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston VA: The NCTM.
Ruseffendi, E.T. (1991). “Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam
Sugiyarti, H. (2005). Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa
31