Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ANGKET DAN SKALA PSIKOLOGI


Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
ASESMEN NONTES
Dosen Pengampu : AHMAD GHOZALI M, Pd

Di Susun Oleh :

SITI RIHANA
NIM : 2018.9.2.1.00090
MEGA SILVIA
NIM : 2018.9.2.1.00098

MUAZRI FAJAR SYAHPUTRA


NIM : 2018.9.2.1.00074

SITI NUR ASIAH


NIM : 2018.9.2.1.00089

MUMUH MUHARAM ( tidak mengerjakan tugas & presentasi)


NIM : 2018.9.2.1.

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA
CIREBON
2020

2|Asesment Non Tes


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kita panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya , yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan karunianya. Sholawat serta salam kita curah
dan limpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kepada Keluarga, sahabat
dan kita para pengikutnya. Sehingga tugas makalah “Angket dan Skala Psikologi”
pada mata kuliah Asesmen Non Tes ini dapat terselesaikan.
Tugas Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah ilmu
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembacanya. Untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan ilmu pengetahuan maupun pengalaman. Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, oleh karena
itu,diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Cirebon, Februari 2020


Penyusun

i|Asesment Non Tes


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3
A. ANGKET.............................................................................................................................3
1. Konsep Dasar..................................................................................................................3
2. Fungsi Dan Tujuan Angket.............................................................................................4
3. Macam – Macam Jenis Angket.......................................................................................4
4. Langkah – Langkah Penyusunan Angket........................................................................7
5. Kelebihan Dan Kekurangan Angket...............................................................................8
6. Langkah Pengadministrasian..........................................................................................9
B. SKALA PSIKOLOGI..........................................................................................................9
a. Pengertian Skala Psikologi..............................................................................................9
b. Karakteristik Skala........................................................................................................13
c. Prinsip-prinsip Pembuatan Skala..................................................................................13
d. Kelebihan dan Kekurangan Skala Psikologi.................................................................14
e. Perbedaan angket dan skala psikologis menutut Syaifudin Azwar..............................14
BAB III PENUTUP...................................................................................................................16
A. Kesimpulan....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................17

ii | A s e s m e n t Non Tes
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
 Penelitian hasil belajar tidak hanya dilakukan dengan tes, tetapi dapat juga
dilakukan melalui alat atau instrument pengukuran bukan tes, seperti pedoman
observasi baik berupa check list maupun rating scale, angket, skala sikap, dan
rubrik penilaian. Instrumen untuk memperoleh hasil belajar non tes terutama
digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan keterampilan dan
sikap  Instrumen hasil belajar bentuk tes uraian memiliki banyak keunggulan
seperti mudah disusun, tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi dan
mampu mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun
jawaban dalam bentuk kalimat. Namun perdebatan di kalangan guru dan bahkan
dikalangan orang tua, adalah memandang bahwa tes uraian sering tidak adil.
Bahkan ada pandangan bahwa cara pemberian skor tes uraian cukup dilihat dari
panjang pendeknya tes uraian.
Di lain pihak, penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar
masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan alat melalui tes
dalam menilai hasil dan proses belajar. Padahal ada aspek-aspek yang tidak bisa
terukur secara “realtime” dengan hanya menggunakan test, seperti pada mata
pelajaran matematika. Pada tes siswa dapat menjawab dengan tepat saat diberi
pertanyaan tentang langkah-langkah melukis sudut menggunakan jangka tanpa
busur, tetapi waktu diminta melukis secara langsung di kertas atau papan tulis
ternyata cara menggunakan jangka saja mereka tidak bisa. Jadi dengan teknik non
tes ini guru dapat memegang peranan penting terutama dalam rangka evaluasi
hasil belajar peserta didik dalam ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah
keterampilan (psychomotoric domain), sedangkan teknik tes sering digunakan
guru untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah berfikirnya
(cognitive domain).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dan karakteristik dari skala dan angket ?

1|Asesment Non Tes


2. Apakah kelebihan dan kelemahan dari skala dan angket ?
3. Bagaimana prinsip-prinsip pembuatan skala dan angket ?
4. agaimana pemberian skor atau interpretasi skala dan angket ?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dan karakteristik skala dan angket
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari skala dan angket
3. Mengetahui prinsip-prinsip pembuatan skala dan angket
4. Mengetahui pemberian skor atau interprestasi skala dan angket.

2|Asesment Non Tes


BAB II

PEMBAHASAN

A. ANGKET
1. Konsep Dasar
Angket merupakan salah satu alat pengumpulan data dalam asesmen non tes,
berupa serangkaian pertanyaan atau pernyataan yang diajukan pada responden
(peserta didik, orang tua, dan masyarakat). Winkel mendefinisikan angketsebagai
suatu daftar ataukumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis
juga (Winkel, 1987:271). Angket di kenal juga dengan sebutan kuesioner. Alat
asesmen ini secara garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu : 1. Judul angket, 2.
Pengantar yang berisi tujuan dan petunjuk pengisian angket dan 3. Item – item
pertanyaan, bisa juga opini atau pendapat, dan fakta. Sementara, identitas
pengisiaannya tergantung pada tujjuan angket, karena kadang – kadang identitas
tidak diperlukan.
Angket disusun dengan tujuan untuk menghimpun sejumlah sejumlah
informasi yang relevan dengan keperluan bimbingan dan konseling, seperti
identitas pribadi, peserta didik, keterangan tentang keluarga, riwayat kesehatan,
riwayat pendidikan, kebiasaan belajar di rumah, hobi atau informasi lainnya. Data
yang yang diperoleh berfungsi untuk : mengumpulkan informasi sebagai bahan
dasar dalam rangka penyusunan program, untuk menjami validitas informasi yang
diperoleh dengan metode lain, evaluasi program BK, dan untuk mengambil
samping sikap / pendapat dari responden.
Pertanyaan atau pernyataan dalam angket dapat berupa pertanyaan tertutup
atau terbukan. Pertanyaan atau pernyataan tertututp adalah pertanyaan atau
pernyataan yang telah dapat pengarahan dari penyusun angket. Responden tinggal
memilih jawaban – jawaban yang telah disediakan dalam angket tersebut. Jadi,
jawabannya terikat dan responden tidak dapat memberikan jawaban secara bebas.
Sedangkan pertanyaan atau pernyataan terbuka, yaitu menghendaki jawaban
responden sebebas – bebasnya dengan uraian yang lengkap.
Jika konselor memilih angket sebagai alat asesmen, maka penentuan
responden perlu mendapat perhatian, sebab bila salah, maka informasi yang
dibutuhkan tidak dapat diperoleh secara maksiamal.

3|Asesment Non Tes


2. Fungsi Dan Tujuan Angket
 Angket berfungsi untuk :
a) Mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar dalam rangka penyusunan
program.
b)   Untuk menjamin validitas informasi yang diperoleh dengan metode lain.
c) Evaluasi program BK.
d) Untuk mengambil sampling sikap atau pendapat dari responden.
 Tujuan angket adalah :
a) Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses
pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar
belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah
laku dan proses belajar mereka.
b) Untuk menghimpun sejumlah informasi yang relevan dengan keperluan
bimbingan dan konseling, seperti identitas pribadi peserta didik, keterangan
tentang keluarga, riwayat kesehatan, riwayat pendidikan, kebiasaan belajar
dirumah. Hobi atau informasi lainnya.
c) Jika konselor memilih angket sebagai alat asesmen, maka penentuan
responden perlu mendapat perhatian, sebab bila salah, maka informasi yang
dibutuhkan dapat saja diperoleh secara tidak maksimal.
3. Macam – Macam Jenis Angket
Angket dapat dibedakan berdasarkan tiga jenis, yaitu : 1. Berdasarkan bentuk
pertanyaan atau pernyataan, 2. Berdasarkan respondennya ( sumber data ), dan 3.
Dilihat berdasarkan strukturnya.
1) Berdasarkan bentuk pertanyaan atau pernyataan :
a. Angket terbuka ( open quetionaire ),merupakan bentuk angket yang
pertanyaan dan pernyataan memberi kebebasan kepada responden untuk
memberikan jawaban dan pendapatnyya sesuai dengan keinginan mereka.
b. Angket tertutup ( closed quetionaire ), adalah angket yang pertanyaan
atau pernyataannya tidak memberikan kebebasan kepada responden untuk
menjawabnya sesuai pendapat dan keinginan mereka.

4|Asesment Non Tes


c. Angket semi terbuka ( semi opened quetionaire ), yaitu bentuk angket
yang pertanyaan dan pernyataannya berbentuk tertutup, tetapi, diikuti
pertanyaan terbuka.
 Contoh angket terbuka
1. Apakah anda memiliki kebiasaan belajar setiap hari di rumah? Jelaskan
alasanya ...........................................................................................................
..
2. Berapalama biasanya anda belajar dirumah?
………………………………….
3. Apakah dengan waktu tersebut anda merasa cukup?
………………………….
 Contoh angket tertutup
1. Apakah anda memiliki kebiasaan belajar setiap hari di rumah?
a. YA b. TIDAK
2. Berapa biasanya anda belajar di rumah?
a. 1 JAM b. 2 JAM c. >2 JAM
3. Apakah waktu tersebut anda rasa cukup?
a. YA b. TIDAK
 Contoh angket semi terbuka
1. Apakah anda memiliki kebiasaan belajar setiap hari di rumah?
a. YA b. TIDAK
Jika ya maupun tidak, berikan alasan Anda…………………..
2. Berapa lama biasanya anda belajar di rumah?
a. 1 jam b. 2 jam c. >2 jam
Berikan jawaban lain jika ada ………………………………..
Apakah waktu tersebut anda rasa cukup?
a. YA b. TIDAK
Mengapa? …………………………………………………….
1. Dilihat dari sumber datanya, angket dapat dibedakan:
a. Angket langsung, yaitu bila angket itu langsung dilakukan kepada
responden yang diselidiki. Jawaban diperoleh dari sumber pertama tanpa
menggunakan perantara.

5|Asesment Non Tes


b. Angket tidak langsung, yaitu bila angket disampaikan kepada orang lain
yang di mintai pendapat tentang kondisi orang lain. Jawaban tersebut
diperoleh dengan melalui perantara, sehingga jawaban tersebut diperoleh
dengan melalui perantara, sehingga jawabannya tidak dari sumber
pertama.
Contoh ketiga angket di atas merupakan contoh angket yang langsung, sementara
untuk contoh angket yang tidak langsung dapat dilihat di bawah ini :
1) Apakah putera ibu/bapak memiliki kebiasaan belajar setiap hari di
rumah?
a. YA b. TIDAK
2) Berapa lama biasanya putera ibu/bapak belajar di rumah setiap harinya?
a. 1 jam b. 2 jam c. >2 jam
2. Dilihat dari strukturnya, angket dapat di bedakan menjadi :
a. Angket berstruktur, yaitu angket yang bersifat tegas, konkret dengan
pertanyaan atau pernyataan yang terbatas dan menghendaki jawaban
yang terbatas pula.
b. Angket tidak berstruktur, dipergunakan apabila konselor mengingingkan
uraian lengkap dari subjek tentang sesuatu hal, di mana diminta uraian
terbuka dan panjang lebar. Di sampaikan dengan mengajukan pertanyaan
bebas.
Apa pun jenis angket yang akan digunakan oleh konselor, maka perlu
memperhatiakn bebrapa hal di bawah ini
1. Angket dipergunakan dalam keadaan atau situasi yang setepat –
tepatnya. Misalnya bila kekuarangan waktu, sasaran banyak/luas, maka
dalam situasu demikian akan tepat apabila konselor menggunakan
angket.
2. Terlebih dahulu rumuskan tujuan angket, misalnya ingin memperoleh
data tentang latar belakang sosial peserta didik, sebab tujuan tersebut
angkan menentukan pertanyaan – pertanyaan yang akan disusun, dengan
kata lain, tanpa adanya tujuan yang jelas, konselor akan sulit menyusun
pertanyaan.

6|Asesment Non Tes


3. Tentukan dan susunlah pertanyaan – pertanyaan itu dengan sebaik –
baiknya. Banyak angket yang kurang efektif karena kesalahan –
kesalahan dalam pertanyaannya.
4. Perlu mengkelompokkan pertanyaan berdasarkan aspek – aspek yang
telah ditentukan.
5. Bila telah tersusun, perlu dilakukan uji coba untuk memeriksa
kemungkinan adanya pertanyaan – pertanyaan yang perlu di perbaiki,
sehingga diharapkan akan mendapat angket yang baik.
4. Langkah – Langkah Penyusunan Angket
1. Menentukan tujuan yang akan dicapai dari penggunaan angket.
Misalnya, angket disusun dengan tujuan unruk mengetahui kebiasaan
belajat peserta didik di rumah, ingin mengetahui ketertarikan peserta
didik terhadap tugas, ingin mengetahui kondisi keluarga, dan
sebagaainya.
2. Mengidentifikasikan variabel yang menjadi materi angket, misal
persepsi peserta didik tentang pengasuhan orang tua, kebiasaan belajar,
minat kegiatan ekstrakurikuler, dan sebagainya. Kemudian dijabarkan
dalam kisi – kisi.
3. Menyusun kalimat – kalimat pertanyaan atau pernyataan yang mewakili
setiap indikator sebagaimana yang telah dijabarkan dalam kisi – kisi.
Untuk menyusun pertanyaan atau pernyataan dalam angket ada
beberapa pedoman yang perlu diperhatikan konselor.
a. Menggunakan kata – kata yang tidak menganduk makna ganda
(ambigu).
b. Susunan kalimat hendaknya sederhana tapi jelas.
c. Menghindari pemakaian kata yang tidak ada gunanya.
d. Menghindari pertanyaan – pertanyaan yang tidak perlu.
e. Mencantumkan kemubgkinan jawaban yang sesuai dengan
kebutuhan data yang konstruk teori yang digunakan.
f. Hindarkan kkata – kata yang bersifat sugestif dan kata yang bersifat
negatif.

7|Asesment Non Tes


g. Pergunakan kata – kata yang netral, tidak menyinggung perasaan
dan harga diri responden.
4. Lengkapi angket dengan identitas responden jika diperlukan, dan
pendahuluan yaitu berupa tujuan angket tersebut dan petunjuk
pengisian.
5. Kelebihan Dan Kekurangan Angket
 Kelebihan angket:
a. Angket merupakan metode yang praktis karena dapat digunakan
untuk mengumpulkan data kepada sejumlah responden dalam
jumlah yang banyak dan waktubyang singkat.
b. Merupakan metode yang ekonimis, dari segi tenaga yang
dibutuhkan, antara lain tidak memerlukan kehadiran konselor.
c. Setiap responden menerima pertanyaan yang sama.
d. Pada angket tertutup, memudahkan tabulasi hasil bagi konselor.
e. Pada angket terbuka, respinden mempunyai kebebasan untuk
memberberikan keterangan.
f. Responden mempunyai waktu cukup untuk menjawab pertanyaan.
g. Pengaruh subjektif dapat dihindarkan.
h. Pengisian angket dapat dibuat anonim, sehingga responden bebas,
jujur, dan tidak malu – malu menjawab.
 Kekurangan angket
a. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada
pertanyaan yeng terlewatkan tidak dijawab, padahal sukar diulangi
untuk diberikan kembali kepada responden
b. Sulit untuk mendapat jaminan bahwa reponden akan memberikan
jawaban yang tepat.
c. Penggunaannya terbatas hanya pada responden yang bisa membaca
dan menulis.
d. Pertanyaan atau pernyataan dalam angket daoat saja ditafsirkan
salah oleh responden.
e. Sulit mendapat jaminan bahwa semua responden akan
mengembalikan angket yang diberikan.

8|Asesment Non Tes


6. Langkah Pengadministrasian
1. Persiapan
a. Menentukan kelompok responden yang akan di ukur, apakah
peserta didik, orang tua, atau masyarakat umum.
b. Mempersiapkan angket sesuai tujuan.
c. Membuat layanan satuan asesmen.
2. Pelaksanaan
a. Memberikan verbal setting (menjelaskan tujuan, manfaat, dan
kerahasiaan data).
b. Membagikan angket.
c. Menjelaskan kapan waktu pengisian angket, apakah saat itu juga
atau dapat diisi di rumah.
d. Mengumpulkan kembali angket yang telah selesai diisi.
3. Pengolahan dan analisis hasil
a. Memerikas kelengkapan hasil angket.
b. Membuat tabulasi hasil dan melakukan analisis.
B. SKALA PSIKOLOGI
a. Pengertian Skala Psikologi
Skala adalah instrument pengukuran non tes yang menggunakan suatu
prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang
diobservasi yang menyatakan posisi tertentu dalam hubungannya dengan yang
lain (Asmawi Zaenul dan Noehi Nasution, 2005 ) . Skala menggambarkan
suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Seperti
Oppenheim mengatakan : “ Rating gives a numerical value to some kind of
judgement” , maka suatu skala selalu disajikan dalam bentuk angka.
Skala sikap ( Attitude Scales ) merupakan skala instrument yang sering
digunakan dalam penelitian. Sikap yang perlu dinilai dalam kegiatan
pembelajaran diantaranya adalah sikap terhadap mata pelajaran, materi
pembelajaran, proses pembelajaran, dan sikap terhadap guru. Ada beberapa
bentuk skala sikap, antara lain  :

9|Asesment Non Tes


1) Skala Likert
Prinsip pokok skala Likert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang
dalam suatu sikap terhadap objek sikap, mulai dari sangat negative sampai
dengan sangat positif. Skala ini disusun dalam bentuk pernyataan dan
diikuti oleh pilihan respon yang menunjukan tingkatan.
 Contoh pilihan respon
SS = Sangat Setuju
S  = Setuju
KS  = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
 Contoh instrument untuk mengukur sikap siswa terhadap mata pelajaran
matematika

INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SISWA


TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA
Petunjuk :
a. Pengisian instrument ini tidak mempengaruhi nilai anda
b. Pilihlah jawaban pernyataan di bawah dengan cara memberi tanda silang (x)
atau cek (v) pada kolom yang dianggap paling sesuai .
No Sikap Siswa STS TS KS S SS
1. Pelajaran matematika bermanfaat
2. Pelajaran matematika sulit
3. Tidak semua siswa harus belajar
matematika
4. Pelajaran matematika harus dibuat
mudah
5. Harus banyak latihan pada mata
pelajaran matematika
Untuk membuat skala Likert dapat mengikuti langkah-langkah berikut :
 Memilih variabel efektif yang akan diukur
 Membuat beberapa pernyataan tenang variabel efektif yang akan diukur
 Mengklasifikasikan pernyataan positif dan negative

10 | A s e s m e n t Non Tes
 Menentukan jumlah gradual dan frase atau angka yang dapat menjadi
alternative pilihan
 Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat
penilaian
 Melakukan uji coba
  Membuang butir-butir pernyataan yang kurang baik
 Melaksanakan penilaian
2) Skala  Thurstone
Skala ini merupakan skala mirip descriptive graphic rating scale karena
merupakan suatu instrumen yang responsnya dengan memberi tanda
tertentu pada suatu kontinnum baris. Perbedaannya terletak pada jumlah
skala. Skala Thurstone dibuat dalam bentuk sejumlah (40-50) pernyataan
yang relevan dengan variable yang hendak diukur kemudian sejumlah ahli
(20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan konten atau
konstruk yang hendak diukur.
Skala Thurstone  meminta responden untuk memilih pertanyaan yang
ia setujui dari beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan yang
berbeda-beda. Metode pengukuran ini dikembangkan untuk menilai secara
spesifik terhadap objek atau subjek yang hendak diteliti. Skala Thurstone
dilihat dari bentuk tampilan mirip dengan skala Likert.
Contoh Skala Thurstone :
Minat terhadap pelajaran Sejarah
Skala
No Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7
1 Saya sering belajar sejarah
2 Pelajaran sejarah bermanfaat
Saya berusaha memiliki buku pelajaran
3 sejarah
4 Saya berusaha hadir tiap pelajaran sejarah 
5 Pelajaran sejarah membosankan

3) Skala Beda Semantik

11 | A s e s m e n t Non Tes
Instrumen yang disusun oleh Osgood dan kawan-kawan ini mengukur konsep-
konsep untuk tiga dimensi. Dimensi-dimensi yang ada diukur dalam kategori :
menyenangkan- membosankan, sulit - mudah, baik - tidak baik, kuat - lemah,
berguna – tidak berguna dan sebagainya seperti pada ontoh berikut ini :
Pelajaran Sejarah
1 2 3 4 5 6 7
Menyenangkan Membosankan
Sulit Mudah
Bermanfaat Sia-sia
Menantang Menjenuhkan
Hapalan  Penalaran

4) Skala Guttman
Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang sesuatu objek secara
berurutan. Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya tentang pernyataan
itu (setuju atau tidak setuju). Bila ia setuju dengan pernyataan pada nomor urut
tertentu, maka diasumsikan juga setuju dengan pernyataan sesudahnya.
Contoh :
1. Saya mengizinkan anak saya bermain ke tetangga.
2. Saya mengizinkan anak saya pergi ken a ia mau
3. Saya mengizinkan anak saya pergi kapan saja dan kemana saja
4. Anak saya bebas pergi kemana saja tanpa meminta izin terlebih dahulu
Bila responden setuju degan pernyataan nomor 3 misalnya, maka dianggap setuju
dengan pernyataan nomor 1 dan 2 serta tidak setuju dengan pernyataan nomor 4.
Panjang instrumen berhubugan dengan masalah kebosanan, yaitu tingkat
kejemuan dalam mengisi instrument. Lama pengisian instrumen sebaiknya tidak
lebih dari 30 menit. Langkah pertama dalam menulis suatu pertanyaan atau
pernyataan adalah informasi apa yang inigin diperoleh, struktur pertanyaan, dan
pemilihan kata-kata.

b. Karakteristik Skala
Dalam bukunya, Saifuddin Azwar menyebutkan bahwa ada beberapa
karakteristik skala, yaitu :

12 | A s e s m e n t Non Tes
1. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung
mengungkap atribut     yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator
perilaku dari atribut yang bersangkutan.
2. Dikarenakan atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat
indikator-indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan
dalam bentuk aitem-aitem, maka skala psikologis selalu berisi banyak aitem.
Jawaban subjek terhadap satu aitem baru merupakan sebagian dari banyak
indikasi mengenai atribut yang diukur.
3. Respons subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”.
Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-
sungguh.
c. Prinsip-prinsip Pembuatan Skala
Prinsip-Prinsip Pembuatan Instrumen Skala
1) Panjang instrumen berhubungan dengan masalah kebosanan, yaitu tingkat
kejemuan dalam mengisi instrumen.
2) Lama pengisian instrumen sebaiknya tidak lebih dari 30 menit.
3) Langkah pertama dalam menulis suatu pertanyaan atau pernyataan adalah
informasi apa yang ingin diperoleh, struktur pertanyaan, daan pemilihan
kata-kata.
4)   Pertanyaan yang diajukan jangan sampai bias, yaitu mengarahkan jawaban
responden pada arah tertentu, positif atau negatif.
Beberapa hal yang harus diperhatikaan dalam menggunakan kata-kata untuk suatu
skala yaitu:
1) Gunakan kata-kata yang sederhana sesuai tingkat pendidikan.
2) Pertanyaannya jangan samar-samar.
3) Hindari pertanyaan yang biasa.
4) Hindari pertanyaan hipotetikal ataau pengandaian

d. Kelebihan dan Kekurangan Skala Psikologi


1) Kelebihan Skala Psikologi
Berikut ini adalah beberapa keuntungan dari skala Psikologi

13 | A s e s m e n t Non Tes
a) Mudah dalam pengisian instrument karena responden hanya memberikan
tanda silang (X) atau centang (V) pada kolom yang sesuai dengan keadaan
dirinya
b) Responden sudah diberikan pilihan jawaban dan hanya mengisikan satu
jawaban yang sesuai dengan keadaannya
c) Mudah dalam pemberian skor karena hanya menjumlahkan point pada
kolom yang dipilih responden.
2) Kekurangan Skala Psikologi
Skala Psikologi juga mempunyai kelemahan antara lain
a) Skala dalam penilaian dapat dikatakan subjektif, karenanya banyak
kesalahan dalam melihat rata-rata dan kesamaan dalam setiap
permasalahan. Misalnya guru menilai siswa berdasarkan interaksi
sebelumnya atau berdasarkan emosi dibandingkan dengan objektivitas.
b) Adanya perbedaan mengenai indikator penjelas. Misalnya adanya
perbedaan mengenai “kadang-kadang dan jarang” .

e. Perbedaan angket dan skala psikologis menutut Syaifudin Azwar


1) Data yang diangket berupa data faktual atau yang dianggap fakta dan
kebenaran yang diketahui oleh subjek. Sedangkan yang diungkap oleh
skala psikologis berupa konstrak atau skala psikologis yang
menggambarkan aspek kepribadian individu.
2) Pertanyaan dalam angket berupa pertanyaan langsung yang terarah kepada
informasi mengenai data yang hendak diungkap yaitu mengenai data atau
opini yang berkenan dengan diri responden. Sedangkan skala psikologis,
pertanyaan teruju pada indikator periku guna memancing jawaban yang
merupakan refleksi dari keadaan diri subjek yang biasanya tidak disadari
responden. Pertanyaan yang diajukan memang dirancang untuk
mengumpulkan indikasi dari aspek kepribadian sebanyak mungkin.
3) Responden pada angket tahu persis apa yang ditanyakan dalam angket dan
informasi apa yang dikehendaki. Sedangkan responden pada skala
psikologis meskipun memahami isi pertanyaan biasanya mereka tidak
menyadari arah jawaban yang tidak dikehendaki.

14 | A s e s m e n t Non Tes
4) Jawaban terhadap angket tidak dapat diberi skor. Sedangkan skala
psikologis diberi skor melalui proses penskalaan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

15 | A s e s m e n t Non Tes
Penelitian hasil belajar tidak hanya dilakukan dengan tes, tetapi
dapat juga dilakukan melalui alat atau instrument pengukuran bukan tes,
seperti pedoman observasi baik berupa check list maupun rating scale,
angket, skala sikap, dan rubrik penilaian. Instrumen untuk memperoleh
hasil belajar non tes terutama digunakan untuk mengukur hasil belajar
yang berkenaan dengan keterampilan dan sikap.  Skala adalah instrument
pengukuran non tes yang menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk
memperoleh informasi tentang sesuatu yang diobservasi yang menyatakan
posisi tertentu dalam hubungannya dengan yang lain. Angket atau
kuesioner merupakan salah satu bentuk instrument penilaian yang
dilakukan dengan cara memberi memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada siswa untuk diberikan respons sesuai dengan
keadaan siswa. Jenis instrument yang dikembangkan dibatasi sesuai
dengan ranah afektif yang penting di kelas, agar guru dan para pengelola
pendidikan dapat mengembangkannya.

DAFTAR PUSTAKA

16 | A s e s m e n t Non Tes
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, cet. 9,
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.

Nurkancana, W., Pemahaman Individu, Surabaya: Usaha Nasional, 1993.

Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Teori Konseling, Suatu Uraian Ringkas, Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1985.

Walgito, B, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir), Yogyakarta: CV Andi


Offset, 2004.

Winkel, W.S, Hastuti Sri, Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan,


Yogyakarta: Media Abadi, 2006.

17 | A s e s m e n t Non Tes

Anda mungkin juga menyukai