Anda di halaman 1dari 8

KERJASAMA YANG BERDASARKAN IMAN

QS. AL-HUJURAT : 10

Disusun Oleh :
Ine Fajar
Nurul Nida Rizka
Tetih Suprihatin
 
Paradigma Islam Proses

َ ‫ون إِ ْخ َوةٌ فَأَصْ لِحُوا بَي َْن أَ َخ َو ْي ُك ْم ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُم‬
‫ون‬ َ ُ‫إِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمن‬

Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara (ikhwah), karena itu


damaikanlah (ishlah) antara kedua saudaramu (yang berselisih), dan bertakwalah
kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.(ayat 10)
Surah itu mengemukakan bahwa antar orang beriman memiliki kesamaan, karena
itu dianggap (atau selayaknya) bersaudara. Sebagai konsekuensinya dari persaudaraan
itu adalah melakukan “ishlah antar-sesama saudara”. Kata ishah secara harfiah bisa
diartikan sebagai “mendamaikan antara dua orang (atau lebih) yang berselisih.
“Sesungguhnya muslim bersaudara dengan muslim yang lain. Ia
tidak menganiayanya. Tidak pula menyerahkan (kepada musuh-
nya). Barang siapa memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan
memenuhi kebetuhannya. Siapa yang melapangkan suatu kesulitan
seorang muslim, allah akan melapangkan baginya satu kesulitan
pula dari kesulitan-kesulitan yang di hadapi pada hari kemudian.
Demikian Al-Quran mencontohkan bagaimana ukhuwah bisa
dilakukan secara konkret. Jadi, Al-Quran mengajak umat islam
untuk lebih mengutamakan tindakan bersama dalam menghadapi
masalah keumatan, ketimbang menghabiskan waktu untuk
menghitung kesamaan dan perbedaan anatara satu sama lain.
Persaudaraan dalam Al-Hujurat itu dikaitkan dengan
kualitas keimanan seseorang. Jika orang bisa bersaudara
dengan tulus, ia berada dalam keimanan yang bertakwa;
sebaliknya jika iman tidak disertai rasa persaudaraan, ia
harus melengkapi keimannya dengan tobat dan takwa
yang dengan cara demikian ia di pastikan akan
membangun relasi ukhuwah.
Nilai-nilai Agama dalam Kerjasama
Kemanusiaan.

Al-Qur’an menggariskan pula secara tegas kode etik dan moral bagi umat Islam
dalam menghadapi komunitas-komunitas agama lain. Al-Qur’an menyatakan yang
artinya:
"Tidak ada paksaan dalam menerima: suatu agama" (QS, 2 : 256) ;

"Dan sekiranya Tuhanmu menghendaki tentulah beriman semua orang yang ada di
bumi. Maka apakah kamu hendak memaksa manusia supaya mereka semua menjadi
orang-orang beriman (QS, 10:99);

"Dan katakanlah kami beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada kami dan
yang diturunkan kepada kamu, Tuhan kami dan Tuhan kamu adalah satu dan kami
hanya kepada-Nya berserah diri"(QS, 29: 46).
Kemudian Allah memberi petunjuk kepada umat Islam mengenai kode etik dan
moral pergaulan dengan penganut agama dan keyakinan lain, yaitu berlaku baik dan
adil terhadap mereka, jika mereka tidak berlaku zalim.
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan
tidak pula mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berlaku adil.
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai
kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan
mengusir kamu dari negerimu dan membantu orang lain untuk
mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan,
maka mereka itulah orang-orang yang zalim (QS, 60: 8-9).
KESIMPULAN
Melalui Al-Quran dan kenyataan social yang plural, Nabi
saw. Beserta umatnya telah berhasil membantuk suatumasyarakat
yang bersatu dalam keragaman, bahkan secara religious.
Sekarang saatnya seluruh komponen umat islam memikirkan
kembali makna persatuan dan persaudaraan sejati yang realistis
dalam prinsip memperlakukan perbedaan dan pluralitas ini secara
arif, bersikap tasamuh, tafahum, dan t’awun dengan cara
memberi kebebasandan kesempatan seluas-luasnya bagi setiap
individu atau kelompok untuk menjalankan paham agamanya
masing-masing. Dengan demikian Islam dapat menjadi rahmat
bagi alam semesta.
•  

Anda mungkin juga menyukai