Anda di halaman 1dari 25

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS


MATERI SPLDV KELAS VIII SMP

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Matematika

Disusun oleh :
Hana Afiana Khoerunnisa 19510177
Karlina Mutiara Sihombing 19510102
Razy Satria 19510043
Rezki Adelima Lubis 19510189

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN SAINS


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) SILIWANGI
CIMAHI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia beserta rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan proposal
penelitian tidakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Materi SPLDV Kelas IX
SMP”.
Proposal skripsi ini disusun atas kerjasama dan berkat bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada Doden pengampu matakuliah
Penelitian Tindakan Kelas yaitu ibu Aflich Yusnita Fitrianna, M.Pd. yang telah membimbing
dan membantu dalam penyelesaian proposal PTK ini . Penyusun menyadari adanya
keterbatasan di dalam penyusunan proposal skripsin ini. Besar harapan penyusun akan saran
dan kritik yang bersifat membangun. Akhirnya Penyusun berharap agar proposal skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penyusun dan bagi pembaca sekalian.

Cimahi, 22 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
ABSTRAK.................................................................................................................................iii
BAB I PENFAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.........................................................................................................2
C. Pembahasan dan Rumusan Masalah................................................................................3
D. Tujuan Penelitian.............................................................................................................3
E. Manfaat Hasil Penelitian..................................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................................5
A. Kajian Teori.....................................................................................................................5
F. Kajian Hasil Penelitian....................................................................................................9
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN..............................................................................11
A. Objek Tindakan..............................................................................................................11
B. Lokasi penelitian............................................................................................................11
C. Metode Pengumpulan Data............................................................................................11
D. Metode Analisis Data.....................................................................................................11
E. Cara Pengambilan Kesimpulan......................................................................................11
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..........................................................12
A. Gambaran tentang setting..............................................................................................12
B. Uraian Penelitian secara umum......................................................................................12
C. Penjelasan Per Siklus.....................................................................................................12
D. Proses Menganalisis Data..............................................................................................13
E. Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan...................................................................14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................16
A. Kesimpulan....................................................................................................................16
B. Saran untuk Tindakan Lebih Lanjut..............................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................17

ii
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil survey lapangan dan wawancara terhadap siswa
tentang materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Berdasarkan survey lapangan banyak
siswa yang tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis khususnya pada materi
SPLDV ini rendah. Selain itu saat di wawancarai siswa juga mengaku kesulitan dalam
menyelesaikan soal permasalahan SPLDV karena beragamnya soal permasalahan tersebut.
Maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa pada materi SPLDV dengan penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah). Penelitian ini dilakukan dengan
metode tindakan kelas yaitu penerapan model pembelajaran PBL pada saat pembelajaran
berlangsung. Adapun subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Pasundan
Cimahi. Penelitian ini dilaksanakan pada akhir semester 1 tahun ajaran 2022/2023 yaitu pada
bulan Desember. Instrument peneitian ini meliputi RPP, LKPD, dan soal tes juga instrument
wawancara kepada siswa dan guru. Kemudian data diambil dari hasil tes siswa untuk
kemudian di periksa dan di olah untuk megetahui apakah model pembelajaran PBL dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis pada siswa. Hasil dari data tersebut
menyebutkan bahwa model pembelajaran PBL dapat mempengaruhi tingkat kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa.
Kata Kunci : Problem Based Learning, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis,
SPLDV

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan menurut UUD 1945 dalam (Hakim, 2016) adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam arti
sederhana pendidikan seringkali diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.
(Djamaluddin, 2014). Lebih sempit lagi pendidikan adalah sebuah sekolah, yang mana
sistem itu berlaku untuk orang dengan status sebagai siswa atau peserta didik di
sekolah atau pada suatu universitas (Pristiwanti., Badariah., Hidayat., Dewi., 2022).
Setiap sekolah berusaha menguapayakan yang terbaik dalam proses
pengajarannya agar para siswanya dapat mencapai tujuan pendidikan. Sebagaimana
diungkapkan oleh A. Tresna Sastrawijaya dalam (Sujana, 2019) bahwa tujuan
pendidikan adalah segala sesuatu yang mencakup kesiapan jabatan, keterampilan
memecahkan masalah, pengguanaan waktu senggang secara membangun, dan
sebagainya. Diantara banyaknya tujuan pendidikan yang telah diungkapkan tersebut
salah satunya adalah keterampilan memecahkan masalah. Hal ini dianggap penting
karena ini merupakan sebuah kemampuan dasar dalam pembelajaran juga erat
kaitannya dengan kehidupan. Dimana kita akan selalu menemui sebuah permasalahan
dalam hidup, maka kemampuan ini dirasa penting untuk dimiliki oleh setiap peserta
didik di sekolah. Dalam hal ini khusunya pada pembelajaran matematika. Karena
matematika adalah salah satu pelajaran yang akan selalu kita temui di setiap jenjang
pendidikan. Oleh sebab itu matematika dianggap sebagai salah satu pelajaran yang
penting dalam sebuah pembelajaran.
Demi tercapainya suatu tujuan pendidikan, maka seorang guru harus mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa, lebih selektif dan inovatif dalam menentukan
model pembelajaran sesuai dengan materi ajar dan gaya belajar yang mudah difahami
oleh siswa. Sebagimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Rike Ardiani dan Rasto
bahwa motivasi belajar siswa berpengaruh terhadap hasil belajara siswa sebesar 21%
(Andriani & Rasto, 2019). Sejalan dengan ini menurut Prihatini (2017) menyatakan
bahwa metode pembelajaran berfungsi sebagai salah satu penunjang dan daya dukung
terjadinya keefektifan proses pembelajaran, sehingga dapat menambah minat belajar
serta mempermudah siswa dalam belajar yang pada akhirnya siswa mendapatkan hasil
belajar yang memuaskan. Arends dalam Suprijono dalam (Rahayu., Saputra., Susilo.,
2019) menyatakan “Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan

1
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas”.
Maka dalam hal ini model pembelajaran yang dirasa cocok untuk mencapai
suatu tujuan pendidikan yaitu kemampuan memecahkan masalah adalah pembelajaran
yang berbasis pada masalah atau yang biasa disebut model pembelajaran Problem
Based Learning. Menurut (Supiadi & Julung, 2016) Pada prinsipnya PBL menekankan
pada peningkatan dan perbaikan cara belajar dengan tujuan untuk menguatkan konsep
dalam situasi nyata, mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi,
keterampilan memecahkan masalah, meningkatkan keaktifan belajar siswa,
mengembangkan keterampilan membuat keputusan, menggali informasi,
meningkatkan percaya diri, tanggung jawab, kerjasama dan komunikasi. Berdasarkan
hasil penelitiannya juga mengatakan bahwa model PBL secara signifikan
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan hasil belajar kognitif pada
siswa. Problem base learning membantu siswa untuk menerapkan pemahaman
suatu konsep, dengan terlebih dahulu diberikan masalah di awal
pembelajaran untuk didiskusikan dan diselesaikan secara bersama-sama. Adapun
masalah yang diberikan disesuaikan dengan jangkauan pemikiran dan kebutuhan
(Ariandi, 2016).
Namun berdasarkan hasil survey lapangan dan wawancara menyatakan bahwa
siswa kelas VIII SMP Pasundan masih banyak yang mengalami kesulitan (kurang
menguasai) kemampuan pemecahan masalah matematis khususnya pada materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel. Dimana siswa kurang tergali motivasinya untuk
belajar yang menyebabkan siswa tidak peduli terhadap materi pembelajaran. Selain
itu, siswa juga tidak terbiasa dalam menyelesaikan soal. Yang mana hal ini sangat
berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Terlebih
karena soal permasalahan pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel itu
sangat beragam. Dalam keberlangsungan pembelajaran juga guru hanya menggunakan
model pembelajaran konvensional atau ceramah saja, tanya jawab dan diskuisi,
sehingga tidak dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, juga tidak dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Sehingga saat
pembelajaran siswa cenderung pasif dan tidak peduli. Oleh karena itu penulis akan
melakukan penelitian dengan judul “ Penerapan Model pembelajaran Problem Based
Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Kelas VIII SMP Pasundan pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel” .

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat diketahui bahwa minimnya
tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa disebabkan oleh :
1. Siswa kurang motivasi dalam belajar.
Hal ini dapat dilihat ketika proses kegiatan belajar mengajar dikelas, mayoritas
siswa kurang motivasi belajar dan mintanya terhadap pelajaran matematika.
Sehingga banyak siswa yang terlihat tidak peduli terhadap materi yang
disampaikan. Ini juga meyebabkan siswa kurang faham terhadap konsep materi
khususnya pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

2. Siswa tidak terbiasa dalam menyelesaikan soal.


Pada saat pemberian soal permasalahan banyak siswa yang malu untuk bertanya
dan menyelesaikan soal seenaknya. Bahkan tidak jarang siswa yang tidak
menyelesaikan soal permasalahan tersebut dan hanya menunggu pembahasan dari
guru.
3. Soal permasalahan SPLDV yang sangat beragam.
Terkadang siswa langsung berfikir susah jika diberi soal modifikasi atau soal
permasalahan kontekstual. Sehingga keberagaman soal pada materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel ini juga berpengaruh terhadap tingkat kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa.
4. Model pembelajaran yang tidak efektif
Pada saat pembelajaran berlangsung guru lebih sering menggunakan model
pembelajaran ceramah, tanya jawab dan diskusi. Sehingga model pembelajaran
tersebut dirasa kurang efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.

C. Pembahasan dan Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan model PBL terhadap peningkatan kemampuan pemecahan
masalah pada siswa ?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada siswa?
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah dari penelitian ini maka muncul lah
hipotesis yaitu :
H0 : Model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalaha
matematis pada siswa.
H1 : Model pembelajaran PBL tidak dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalaha matematis pada siswa.

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan menelaah:
1. Mendeskripsikan implementasi PBL terhadap peningkatan kemampuan
pemecahan masalah pada siswa .
2. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada siswa

E. Manfaat Hasil Penelitian


Beberapa manfaat yang ingin didapatkan melalui penelitian ini ialah:
1. Bagi siswa, melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam
pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil
belajar matematika siswa kelas IX SMP terutama pada materi SPLDV.
2. Bagi guru, model pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat menjadi
salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan pada
pembelajaran matematika siswa kelas IX SMP
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk
mengembangkan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam
pembelajaran matematika dalam ruang lingkup yang lebih luas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Ciri yang membedakan model pembelajaran dengan strategi atau metode
pembelajaran adalah adanya sintaks atau langkah-langkah pembelajaran.
Demikian pula halnya denga yang digunakan dalam pembelajaran berbasis
masalah.
Murut Nisak, 2016 model pembelajaran PBL adalah suatu model
pembelajaran yang mengajak siswa untuk berkelompok dan mengembangkan
pengetahuan, penalaran, berfikir kritis, serta memperoleh pengalaman dalam
diskusi kelompok itu. Model pembelajaran PBL terdiri dari 5 tahapan yaitu: (1).
Orientasi siswa pada masalah yaitu menjelaskan tujuan pembelajaran dan hal-hal
penting yang dianggap perlu, (2). Mengorganisasikan siswa dalam belajar,
maksudnya membantu siswa mengkoordinasikan tugas-tugas yang berkaitan
dengan masalah, (3). Memberi bantuan dalam penyelidikan secara mandiri atau
bersama kelompok, (4). Mengembangkan dan menyediakan alat-alat, membantu
siswa dalam perencanaan, (5). Menganalisis dan mengevaluasi pada penyeledikan
dan proses yang digunakan.
Sedangkan menurut Sudirman (dalam (Ariandi, 2016) pembelajaran PBL
adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan yang esensial dari
materi pelajaran.
Berdasarkan pengertian diatas, yang penyusun maksud dalam penelitian
dengan model pembelajaran PBL adalah suatu pembelajaran yang menggunakan
langkah-langkah/sintaks dengam mengembangkan cara berpikir kritis,
pengalaman, pengetahuan yang dikaitkan dengan masalah dunia
nyata/kontekstual.
2. Kemampuan Pemecahan Masalah
Menurut (Supartinah, 2009) kemampuan merupakan kesanggupan baawaan
sejak lahir atau merupakan hasil latihan yang menunjukkan suatu kegiatan yang
bisa dilakukan sekarang dan dapat dilakukan pada waktu mendatang.
Pengetahuan, sikap dan keterampilan yang terdapat pada seseorang pada dasarnya
merupakan kompetensi. Maka dari itu kemampuan bisa dikembangkan melalui
beberapa aspek. Aspek dari lingkungan maupun dari diri sendiri. Menurut
(Sariningsih & Purwasih, 2017) pemecahan masalah merupakan tujuan umum
dalam pembelajaran matematika, bahkan sebagai jantungnya matematika, artinya
kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar
matematika. Maka dari itu, pembiasaan latihan secara terus menerus dan berusaha

5
sekuat tenaga dan pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan sehingga
kemampuan itu bisa berkembang optimal. Kemampuan setiap orang berbeda-
beda, ada yang hebat dibidang akademik dan ada yang hebat dibidang
keterampilan. Dengan adanya perbedaan itu, tingkat kemampuanpu akan berbeda-
beda.
Beberapa tokoh menjelaskan betapa pentingnya pemecahan masalah
matematika. Diantaranya Klurik & Rudnick dan Dewey Swadener (dalam
(Herlambang, 2013) mengatakan bahwa ada lima langkah yang dapat dilakukan
dalam memecahkan masalah. Adapun langkah-langkah pemecahan masalah
menurut Klurik & Rudnick dalam tesis Herlambang sebagai berikut: 1. Membaca
dan berfikir (read and think) Aktifitas yang dilakukan pada tahap ini adalah
menganalisis masalah, menguji dan mengevaluasi fakta-fakta; menentukan
pertanyaan, seting secara fisik yang divisualisasikan, dideskripsikan dan
dipahami; masalah diterjemahkan ke dalam bahasa siswa dan menghubungkan
antara bagian- bagian dari masalah. 2. Mengeksplorasi dan merencanakan
(explore and plan) Aktifitas yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis
data dan menentukan syarat cukup suatu informasi, mengeliminasi hal-hal yang
tidak perlu, mengorgaisasikan data dalam suatu table, gambar atau model. 3.
Memilih suatu stategi (select a strategy) Strategi merupakan bagian penting dari
proses pemecahan masalah untuk memberi arah atau petunjuk kepada siswa dalam
menemukan jawabannya. Ada beberapa strategi yang umum dan dapat dipilih
untuk digunakan dalam memecahkan masalah yaitu: (a) mengenal pola-pola, (b)
bekerja mundur/balik, (c) menebak dan menguji, (d) melakukan percobaan dan
simulasi, (e) mereduksi atau memperluas, (f) mengorganisasi daftar atau
melengkapi daftar, (g) mendeduksi secara logis, (h) memisahkan dan mengatasi.
4. Menemukan suatu jawaban (find and answer) Pada langkah ini, semua
keterampilan-keterampilan matematika digunakan secara tepat untuk menemukan
suatu jawaban. Lakukan perkiraan secara tepat, gunakan bantuan teknologi seperti
kalkulator bila diperlukan. 5. Meninjau kembali dan mendiskusikan (reflect and
extend). Aktivitas yang dilakukan pada langkah ini adalah: (a) mengecek jawaban:
apakah perhitungan benar?, apakah pertanyaan terjawab?, apakah jawaban
rasional?, bagaimana jawaban bila dibandingkan dengan hasil perkiraan?, (b)
menemukan alternatif solusi, (c) membahas secara generalisasi, (e) menciptakan
variasi-variasi yang menarik pada maslah semula.
Sedangkan langkah pemecahan masalah menurut Dewey dalam tesis
Herlambang, sebagai berikut:
1. Pengenalan (recognition): merasakan suatu kesulitan
a) Menyadari hal yang belum diketahui
b) Frustasi pada ketidak jelasan situasi
2. Pendefinisian (definition): mengklarifikasi karakteristik-karakteristik situasi
a) Mengkhususkan apa yang diketahui dan yang tidak diketahui
b) Menemukan tujuan-tujuan
c) Mengidentifikasi kondisi-kondisi yang standar dan ekstrim
3. Perumusan (formulation): menyatakan dengan jelas hipotesis-hipotesis dan
kondisi-kondisi
a) Memperhatikan pola-pola
b) Mengidentifikasi langkah-langkah dalam membuat perencanaan
c) Memilih dan menemukan algoritma
4. Mencoba (test): melaksanakan rencana
a) Menggunakan algoritma yang ada
b) Mengumpulkan data tambahan
c) Melakukan analisis kebutuhan
d) Merumuskan kembali masalah
e) Mencoba untuk situasi-situasi yang serupa
f) Mendapatkan hasil (jawaban)
5. Evaluasi (evaluation): apakah definisi masalah cocok dengan situasinya?
a) Apakah hipotesis-hipotesisnya sesuai?
b) Apakah tepat data yang digunakan?
c) Apakah tepat analisis yang digunakan?
d) Apakah analisis sesuai dengan tipe data yang ada?
e) Apakah hasilnya masuk akal?
f) Apakah hasilnya dapat diaplikasikan di tempat (soal) lain?
g) Apakah rencana (algoritma dapat diaplikasikan di tempat (soal) lain?
Berdasarkan uraian langkah-langkah pemecahan masalah yang
dikemukakan diatas terlihat bahwa aktivitas pada langkah kedua dan ketiga dari
Klurik & Rudnick sama dengan langkah kedua pemecahan masalah Polya.
Sedangkan aktivitas langkah pertama dan kedua dari Dewey sama dengan langkah
pertama pemecahan Polya.
Dari pembahasan diatas, pada penelitian ini pemecahan masalah yang
dimaksud adalah tahap-tahap yang dikemukakan Polya, yaitu: memahami
masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana dan
melakukan pengecekan terhadap semua langkah yang telah dikerjakan. Kegiatan
yang dilakukan setiap langkah jelas serta secara rinci mencakup semua langkah
pemecahan masalah dari pendapat ahli lain.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka indikator yang digunakan untuk
mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Tahap
Pemecahan Masalah Polya

Tahap pemecahan masalah oleh Polya Indikator


Memahami masalah Siswa dapat menyebut informasi-
informasi yang diberikan dengan
pernyataan yang diajukan (seperti: apa
yang diketahui pada soal?, apa yang
ditanya pada soal?)
Merencanakan pemecahan masalah Siswa memiliki rencana pemecahan
masalah yang ia gunakan serta alasan
yang ia gunakan (seperti:
merencanakan langkah-langkah apa
saja yang akan digunakan dalam
menyelesaikan permaslahan)
Melaksanakan rencana pemecahan Siswa dapat memecahkan masalah yang
permasalahan ia gunakan dengan hasil benar (yaitu:
melaksanakan langka-langkah yang
telah direncanakan pada tahap 2.
Seperti : kebenaran operasional hitung
dan ketuntasan)
Memeriksa kembali dan menarik Siswa memeriksa kembali langkah
kesimpulan pemecahan pemecahan yang ia gunakan serta
menarik kesimpulan

3. Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel


Persamaan linear dua variabel (PLDV) adalah suatu persamaan matematika yang
memeiliki dua jenis variabel (Rahayan, 2020). Menurut Dris & Tasari (2011)
PLDV merupakan suatu permasaan matematika yang memilliki dua variabel yang
berbentuk ax + by = c, dengan masing-masing variabel berpangkat satu dan tidak
ada perkalian diantara kedua variabel tersebut. Dimana a, b dan c bilangan real
dan a ≠ 0, b ≠ 0. x dan y dinamakan variabel, a dinamakan koefisien dari x,
dinamakan koefisien dari y dan c dinamakan konstanta. Contoh:
3x – 2y = 10 (persamaan linear dua variabel)
2
x – 2y = 5 (persamaan linear dua variabel)
Sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) merupakan salah satu materi
pokok yang diadakan dalam pembelajaran matematika. Dengan mempelajari
materi SPLDV diharapkan siswa dapat: 1) mengidentifikasi dan mengaitkan
maslah dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep SPLDV, 2)
mengimplementasikan konsep SPLDV dalam menyelesaikan masalah kehidupan
yang terkait, dan 3) menggunakan berbagai cara untuk menyelesaikan SPLDV.
Dari penelitian (Indahsari & Fitrianna, 2019) diketahui bahwa konsep dasar pada
soal SPLDV siswa masih kurang sehingga terdapat kekeliruan dalam
menyelesaikan soal, dikarenakan siswa hanya bisa memahami soal sebesar 2,57%,
menyusun rencana sebesar 8,63%, membuat rencana dan mengoreksi kembali
sebesar 15%, maka kesimpulannya adalah bahwa kemampuan pemecahan
masalah siswa SMK yang dimiliki masih rendah.

F. Kajian Hasil Penelitian


Menurut KOLB (1976) (dalam (Supartinah, 2009), pembelajaran efektif apabila
dimulai dengan pengalaman yang nyata (kongkrit). Pertanyaan, pengalaman, formulasi
serta penyusunan konsep tentang permasalahan yang mereka ciptakan sendiri
merupakan dasar pembelajaran. Aspek penting dalam problem based learning adalah
bahwa pembelajaran dimulai dengan permasalahan dan permasalahan akan
menentukan arah pembelajaran kelompok. Dengan tumpuan permasalahan, siswa
didorong untuk mencari informasi untuk memecahkan permasalahan serta
kecendrungan eksplorasi yang telah dimilikinya kemudian mengembangkan sesuai
dengan kemampuannya. Hal ini sesuai dengan penelitian dari (Yuhani et al., 2018)
hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematis kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan
pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari kelompok siswa yang pembelajarannya
menggunakan pembelajaran biasa. Selain itu, menurut (Elita et al., 2019) terdapat
perbedaan padakemampuan pemecahan masalalah kelas eksperimen dan kelas kontrol
setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan problem based learning dengan
nilai rata-rata kelas eksperimen 72,58 dan kelas kontrol 65,00.
Dalam penelitian (Ruliyani, 2012) dijelaskan bahwa hasil penelitian pelaksanaan
pembelajaran dengan model Problem Based Intruction (PBI) dapat meningkatkan
aktivitas kemampuan pemecahan masalah matematika dan kemampuan pemecahan
masalah matematika pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Kecamatan Bungkal. Hal
ini ditandai dengan: (a) Adanya peningkatan aktivitas kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa setiap aspeknya meliputi bertanya kepada guru saat tidak
mengerti materi yang disampaikan, berdiskusi memecahkan masalah yang diberikan,
dan memecahkan masalah dari siklus 1 ke siklus 2. Persentase aktivitas kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa pada siklus 1 adalah 59,90% dengan criteria
cukup, kemudian meningkat menjadi 88,62% dengan criteria sangat baik pada siklus
2. (b) Adanya kenaikan persentase rerata tiap indikatornya dari tes siklus 1 ke tes
siklus 2, yaitu persentase rerata indicator kemampuan memahami masalah pada siklus
1 adalah 65,63%, kemudian meningkat menjadi 100,00% pada akhir tes siklus 2.
Persentase rerata indicator kemampuan merencanakan penyelesaian masalah dari
59,52% pada tes siklus 1, kemudian meningkat menjadi 74,11% pada akhir tes siklus
2. Persentase rerata indicator menyelesaikan masalah pada tes siklus 1 adalah 59,16%,
kemudian meningkat menjadi 79,09% pada akhir tes siklus 2. Persentase rerata
indicator menginterpretasikan hasil dari 55,47% pada tes siklus 1, kemudian
meningkat menjadi 83,33% pada tes siklus 2. Rata-rata persentase kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa pada tes siklus 1 yaitu 59,95% dan
menunjukkan peningkatan pada tes diklus 2 menjadi 84,13% dengan criteria tinggi
sekali.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Objek Tindakan
Objek tindakan dalam penelitian ini adalah siswa SMP kelas VIII di SMP Pasundan
B. Lokasi penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SMP Pasundan
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan cara observasi,
wawancara serta pemberian pre-test soal, soal test siklu\s 1 dan soal test pada siklus 2.
D. Metode Analisis Data
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian lapangan yang berjenis
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif
subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan
sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu
landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar
penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

E. Cara Pengambilan Kesimpulan


Cara pengambilan kesimpulan yaitu berdasarkan dari hasil dan pembahasan pada saat
penelitian di lapangan.

11
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran tentang setting


Penelitian akan dilakuakn dalam dua siklus,dan setiap siklus peneliti akan melakukan
kegiatan pertahapnya dan menganalisis hasil kegiatan persiklus.

B. Uraian Penelitian secara umum


Dalam pelaksanaan PTK ini , ada dua jenis data yang dikumpulkan oleh peneliti yakni
sebagai berikut.
1. Data Kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara deskriptif.
Dalam hal ini, kita dapat menggunakan analisis deskriptif. Misalnya, mencari nilai
rerata, persentase keberhasilan belajar, dsb.
2. Data Kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi
gambaran tentang ekspresi siswa terhadap tingkat pemahaman suatu mata
pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap penggunaan alat peraga
yang baru (afektif), aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, perhatian,
antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar.

C. Penjelasan Per Siklus


Siklus 1 : Tim peneliti mengkaji lebih lanjut komponen pembelajaran yang telah
disusun sesuai dengan hasil evaluasi dan refleksi dari observasi dan wawancara,
selanjutnya merevisi komponen-komponen pembelajaran sesuai dengan keperluan.
Kegiatan implementasi pembelajaran akan dilakukan bersama-sama, secara bergantian
tim peneliti direncanakan bertindak sebagai guru dalam kegiatan pembelajaran. Secara
rinci pada kegiatan ini akan dilakukan:
1. Peninjauan ulang komponen-komponen pembelajaran,
2. Revisi komponen-komponen pembelajaran,
3. Simulasi dan diskusi kegiatan pembelajaran,
4. Pelaksanaan pembelajaran yang secara bersamaan dilakukan observasi kelas
untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi komponen-komponen pembelajaran
yang dikembangkan,
5. Setiap akhir kegiatan pembelajaran dilakukan diskusi dan refleksi mengenai
tindakan yang telah dilakukan,
6. Mewawancarai sejumlah siswa,
7. Melakukan tes kemampuan pemecahan masalah, serta
8. Menganalisis sejauh mana kegiatan yang dilakukan telah menjawab
permasalahan.

12
Siklus 2: Kegiatan pada siklus ini serupa dengan kegiatan di siklus pertama namun
lebih berorientasi pada penghalusan dan pemecahan masalah yang mungkin masih
muncul pada siklus kedua. Secara rinci kegiatan pada siklus ketiga iniadalah :
1. Peninjauan ulang kelemahan dari komponen-komponenpembelajaran,
2. Revisi komponen-komponen pembelajaran,
3. Pelaksanaan pembelajaran yang secara bersamaan dilakukan observasi kelas
untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi komponen-komponen pembelajaran
yang dikembangkan,
4. Setiap akhir kegiatan pembelajaran dilakukan diskusi dan refleksi mengenai
tindakan yang telah dilakukan,
5. Mewawancarai sejumlah siswa,
6. Melakukan tes kemampuan pemecahan masalah, serta
7. Menganalisis sejauh mana kegiatan yang dilakukan telah menjawab
permasalahan.
D. Proses Menganalisis Data
Dari hasil pengerjaan soal maka data yang diperleh data sebagai berikut

Tabel 1. Hasil tes pada tahap refleksi


No Uraian Tes siklus satu Tes Siklus dua
1 Nilai Terendah 31 41
2 Nilai Tertinggi 73 88
3 Nilai Rata – Rata 45.57 60.07
4 Rentang Nilai 42 47

Tabel 2. distribusi hasi tes


Interval Nilai Frekuensi
Siklus satu Siklus dua
31 – 40 7 4
41 – 50 4 2
51 – 60 0 2
61 – 70 2 2
71 – 80 1 2
81 - 90 0 2
7

0
31 – 40 41 – 50 51 – 60 61 – 70 71 – 80 81 - 90

Siklus satu Siklus dua

Gambar 1. Diagram hasil tes


Dilihat dari gambar 1 , tabel 1 dan tabel 2 pada siklus pertama nilai terendah adalah 31
dan nilai tertinggi 73 dengan rata -rata 45.57 sedangkan pada siklus dua nilai terendah
41 dan nilai tertinggi 88 dengan rata-rata 60.07
1. Hasil penelitian siklus Satu
a. Perencanaan kegiatan pendahuluan dan kegiatan inti siswa dibagi menjadi
dua kelompok
b. Pelaksanaan tindakan: pembelajaran berbasis maslah dan dikerjakan secara
kelompok pada materi sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV)
c. Hasil belajar: berdasarkan hasil kelompok banyak siswa pasif dan tidak
terlalu mengikuti kegiatan kelompok dan hasil dari kegiatan kelompok
tidak seperti yang diharapkan
d. Hasil refleksi: pada tahap ini terdapat tes individu terdapat hasil yaitu nilai
terendah 31 dan nilai terginggi 73 dengan rata-rata 45.57. maka dari itu
perlu perbaikan pada siklus dua agar hasil belajar siswa dapat ditingkatkan
2. Hasil penelitian siklus dua
a. Pada hasil belajar dan observasi keatifan siswa dalam kegiatan kelompok
meningkat dan siswa berani mempresentasikan hasil diskusi. Dan analisis
dari hasi evaluasi mandiri diperoleh hasil dengan rata-rata 60.07 dengan
nilai terendah 41 dan nilai tertinggi 88. ini menunjukan adanya peningkatan
dalam hasil belajar

E. Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan


Pembahasan terhadap permasalahan penelitian berdasarkan analisis data dari
hasil kolaboratif peneliti dengan guru matematika kelas VIII MTs Pasundan yang
terlibat dalam kegiatan ini. Hal ini upaya untuk menigkatkan hasil belajar
menggunakan model Problem Based Learning dengan berbantuan Power Point.
Permasalahan yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah hasil belajar
siswa terhadap materi SPLDV
Dalam hasil dari kajian diatas pada pelaksanaan siklus dua ada nya
peningkatan hasil belajar. Pada siklus satu rata-rata nilai 45.57 dan persentasi
ketuntasan 14 % jika nilai ketuntasan diatas 60, sedangkan hasil dari siklus dua
dengan rata-rata nilai 60.07 dengan ketuntasan 50% jika nilai kentutasan diatas
60.Dengan demikian dapat diketahui bahwa indicator keberhasilan telah tercapai
sesuai dengan yang harapkan
Peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh
(Desi Anti Rahayu, 2020)
yang berjudul ”Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menggunakan Model
Problem Based Learning pada Materi Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII
SMP”menerangkan bahwa ada nya peningkatan hasil belajar menggunakan metode
PBL. Dan penelitian yang dilakukan oleh (SUKAMTI, 2008) yang berjudul ”
Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal-Soal Materi SPDV
melalui Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya Bagi Siswa VIII D SMP
N 5 Sragen Semester 1 TH 2008/2009” yang menjelaskan peningkatan hasil belajar
dalam menyelesaikan soal – soal materi SPLDV. Berdasarkan data – data yang
diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menggunakan Problem Based
Learning berbantuan power point dapat meningkatkan hasil belajar materi SPLDV
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan penggunaan model pembelajaran
PBL pada materi SPLDV di kelas VIII SMP Pasundan terdapat peningkatan pada hasil
belajar siswa, hal ini dapat dilihat pada hasil tes siswa adanya kenaikan nilai pada
siklus kedua. Hal tersebut dapat disimpulkan penggunaan model pembelajaran PBL
dapat meningkatkan pemecahan masalah pada siswa.
B. Saran untuk Tindakan Lebih Lanjut
Saran untuk sekolah yaitu adanya penggunaan bahan ajar yang dapat meningkatkan
ketertarikan siswa dalam belajar, serta penggunaan model pembelajaran yang lebih
efektif untuk proses pembelajaran pada siswa

17
DAFTAR PUSTAKA

Ariandi, Y. (2016). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Aktivitas Belajar


pada Model Pembelajaran PBL. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika,
X(1996), 579–585. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/21561
Elita, G. S., Habibi, M., Putra, A., & Ulandari, N. (2019). Pengaruh Pembelajaran Problem
Based Learning dengan Pendekatan Metakognisi terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 8(3), 447–458.
https://doi.org/10.31980/mosharafa.v8i3.517
Herlambang. (2013). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII
SMP Negeri 1 Kepahiang Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele. Tesis
Program Sarjana Pendidikan Matematika FKIP Universitas Bengkulu, 14–185.
repository.unib.ac.id › I,II,III,2-13-her.FI.pdf
Indahsari, A. T., & Fitrianna, A. Y. (2019). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Kelas X dalam Menyelesaikan SPLDV. JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika
Inovatif), 2(2), 77–79. https://doi.org/10.22460/jpmi.v2i2.p77-86
Nisak, K. (2016). Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa di SMPN 2 indra Jaya Sigli.
Revista CENIC. Ciencias Biológicas, 3, 28–152.
file:///Users/andreataquez/Downloads/guia-plan-de-mejora-institucional.pdf%0Ahttp://
salud.tabasco.gob.mx/content/revista%0Ahttp://www.revistaalad.com/pdfs/
Guias_ALAD_11_Nov_2013.pdf%0Ahttp://dx.doi.org/10.15446/
revfacmed.v66n3.60060.%0Ahttp://www.cenetec.
Rahayan, H. A. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Terhadap
Hasil Belajar Matematika.
Ruliyani, Y. (2012). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Melalui Model Problem Based Instruction (PBI) Siswa Kelas VII B Tahun Pelajaran
2011/2012 (Issue September).
Sariningsih, R., & Purwasih, R. (2017). Pembelajaran Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self Efficacy
Mahasiswa Calon Guru. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 1(1), 163.
https://doi.org/10.33603/jnpm.v1i1.275
Supartinah, C. (2009). Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Bedoro 3
Sambungmacan Tahun Pelajaran 2009/2010. In Suparyanto dan Rosad (2015 (Vol. 5,
Issue 3).
Yuhani, A., Zanthy, L. S., & Hendriana, H. (2018). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Smp. JPMI (Jurnal
Pembelajaran Matematika Inovatif), 1(3), 445–446.
https://doi.org/10.22460/jpmi.v1i3.p445-452

Anda mungkin juga menyukai