Anda di halaman 1dari 40

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING


METODE DISKUSI ROLLING PELAJARAN IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PROPOSAL SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :
SULAEFAH
NIM 1986206098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN NAHDLATUL ULAMA
INDRAMAYU
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA


DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
METODE DISKUSI ROLLING PELAJARAN IPA KELAS IV SEKOLAH DASAR

SULAEFAH
NIM. 1986206098

Diajukan untuk memenuhi sidang seminir proposal dan memenuhi


persyaratan serta disetujui

oleh :
Dosen Pembimbing,

DEDE HADIANSAH, M.Pd


`NIDN 0408039004
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami
mampu menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa dengan model pembelajaran Problem Solving Metode Diskusi
Rolling Kelas IV Pelajaran IPA Sekolah Dasar Negeri 2 Tanjung Pura
Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu.
Penyusunan proposal skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu
syarat pengajuan penyusunan skripisi. Proposal Skripsi ini diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang bagaimana media dan sistematika penelitian
yang dilakukan penulis.
Semoga kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kepada penulis tercatat
sebagai amal ibadah dan diberikan balasan oleh Allah SWT. Mudah-mudahan
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Indramayu, Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Lembar persetujuan........................................................................................i
Kata pengantar...............................................................................................ii
A. Judul ..............................................................................................................
B. Latar Belakang Masalah................................................................................
C. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah.............................................
D. Rumusan Masalah .........................................................................................
E. Tujuan Penelitian ..........................................................................................
F. Manfaat Penelitian ........................................................................................
G. Kerangka Teori..............................................................................................
H. Penelitian yang Relavan ................................................................................
I. Kerangka Berfikir..........................................................................................
J. Hipotensis Penelitian.....................................................................................
K. Indikator Keberhasilan ..................................................................................
L. Metodologi Penelitian ...................................................................................
M. Instrumen Penelitian......................................................................................
N. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ............................................................
Daftar Pustka.......................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


. Rogers (Munandar, Utami. 2009) mengemukakan kreativitas adalah
kecenderungan untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk
berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan
mengaktifkan semua kemampuan organisme. Riyanto Yatim (2012:232) kreativitas
merupakan istilah yang banyak digunakan baik dilingkungan sekolah maupun diluar
sekolah. Definisi lain menurut Moreno (Riyanto, Yatim 2012:233) kreativitas
merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang
baru bagi oranglain atau dunia pada umumnya, misalnya seorang menciptakan untuk
dirinya sendiri suatu hubungan baru dengan siswa/orang lain.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka kreativitas dapat dirumuskan
sebagai suatu proses aktivitas kognitif seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru,
baik berupa karya baru maupun karya kombinasi yang semuanya itu relatif berbeda
dengan apa yang ada sebelumnya
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam pelajaran IPA
adalah kemampuan berpikir kritis dan kreatif, berpikir kritis dan berpikir kreatif
merupakan perwujudan dari berpikir tingkat tinggi. kemampuan berpikir tingkat tinggi
merupakan kompetensi tertinggi yang harus dimiliki peserta didik dikelas, Menurut
Suithoniyah (2017:10) “ Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan menelaah suatu
ide atau gagasan tersebut.
Pada kenyataannya kemampuan berpikir kritis dan kreatif diindonesia masih
sangat rendah, hal ini ditunjukan berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh
Ahmadi (2016 :62) bahwa hanya 22,92 % siswa yang berpikir kritis. siswa nya tidak
kritis. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Hasanah (2017:10) kemampuan
berpikir kritis siswa masih sangat rendah saat diberikan suatu permasalahan untuk
didiskusikan. Banyak siswa yang berbicara dari pada menyelesaikan masalah tersebut.
Siswa juga masih kesulitan dalam menjawab soal , hanya sebagian siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis
Cara berpikir kritis siswa dinilai masih sanagat rendah karena siswa cenderung
hanya menerima materi yang diajarkan tanpa mau menelaah terlebih dahulu dan
kurangnya pemahaman mendalam terhadap materi. Untuk mengetahui kemampuan
berpikir kritis dan kreatif seseorang diperlukan suatu indicator agar dapat dikertahui
sejauh mana kemapuan berpikir kritis orang tersebut, dimana setiap orang memiliki
tingkat kemampuan yang berbeda-beda.
Menurut Nuraini (2017 38) saat ini situasi pengajaran diindonesia lebih
menekankan pada hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap persoalan yang
diberikan, jika pada saat ulangan siswa diberikan soal yang berbeda dengan soal latihan
maka siswa akan merasa kesulitan karena tidak tahu harus memulai darik mana langkah
dalam menyelesaikan soal tersebut.
Menurut Hermawan ( 2015: 13) ada beberapa hal yang mempengaruhi aspek
psikologi dalam pembelajaran salah satunya adalah berpikir. Jika manusia mampu untuk
berpikir secara optimal maka ia akan memperoleh kesuksesan yang sangat baik dalam
kehidupan, salah satu aspek Psikologi adalah AQ. AQ merupakan bentuk kecerdasan
yang melatar belakangi kesuksesan dalam menghadapi sebuah tantangan disaat terjadi
kesulitan atau kegagalan, Menurut Hidayat et al (2016 : 25) siswa dengan AQ tinggal
termasuk siswa yang kritis, siswa dengan AQ sedang bukan siswa yang kritis, dan siswa
dengan AQ rendah bukan termasuk siswa yang kritis.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka perlu diadakan penelitian


mengenai upaya meningkatkan kreativitas siswa. Penelitian yang akan dilakukan
berjudul Upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran
Problem Solving Metode diskusi rolling Pelajaran IPA kelas 4 Sekolah Dasar

B. Identifikasi masalah
1. Mengubah cara pandang siswa terhadap pembelajaran yang menitik
beratkan pada hafalan
2. Kreativitas kurang mendapat perhatian karena sistem pendidikan yang
lebih mengembangkan kemampuan akademik seperti membaca,
menghafal dan berhitung.
3. Penerapan pembelajaran model problem solving diskusi rolling untuk
meningkatkan kreatifitas siswa dan perbedaan pada hasil belajar siswa;
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan metode diskusi rolling dalam pelajaran IPA siswa
kelas IV SD ?
2. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa, saat menggunakan model
ceramah, dengan menggunakan model problem solving ( diskusi
rolling) ?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk meningkatkan kreativitas siswa kelas IV SD TANJUNG PURA 2
dalam memecahkan masalah yang diberikan melalui model
pembelajaran berbasis problem solving
2. Mengelompokan hasil belajar, mana siswa yang mampu berpikir kritis,
sedang, dan tidak bisa berpikir kritis.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diarapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan baik secara teoritis maupun praktis, diantaranya :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah wawasan
keilmuan bagi guru – guru sekolah dasar dalam pembelajaran disekolah
dengan menggunakan model pembelajaran berbais problem solving
untuk meningkatkan kreativita peserta didik pada materi Jenis-jenis
hewan berdasarkan jenis makanannya menggunakan gambar hewan.

2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang terkait
terutama pendidik, sekolah, dan peserta didik.
a. Menambah pengetahuan dalam mengelola perencanaan dan
aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung.
b. Meningkatkan kekreativan peserta didik dalam mata pelajaran IPA.
c. Menambah pengetahuan tentang penerapan model pembelajaran
berbasis problem solving
1. Bagi Peserta Didik,
a. Dapat meningkatkan kekreativan peserta didik pada mata
pelajaran IPA
b. Dapat meningkatkan keaktifan peserta didik pada pembelajaran
dikelas.
c. Siswa dapat lebih berani dalam mengemukakan pendapat
d. Siswa dapat menciptakan hasil berupa produk yang dihasilkan
2. Bagi Pendidik,
a. Sebagai bahan masukan dalam memilih strategi pembelajaran
di kelas IV yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan tolak ukur dan bahan
pertimbangan peserta didik melakukan pembenahan serta
koreksi diri bagi pengembangan dalam pelaksanaan tugas
profesinya.
c. Memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya
memillih dan menerapkan pola pendekatan dan strategi
pembelajaran dalam proses pembelajaran dikelas IV SD
TANJUNG PURA 2 agar lebih menarik, aktif, dan diminati peserta
didik hingga akhirnya dapat meningkatkan kretivitas peserta
didik.
3. Bagi Sekolah,
a. Memberikan gagasan baru dalam pembelajaran di kelas IV SD
TANJUNG PURA 2 untuk meningkatkan kreativitas peserta didik.
b. Diharapkan menjadi input bagi sekolah dalam melaksanakan
pembinaan dan pengembangan para pendidik dalam
meningkatkan efektifitas dan krativitas pembelajaran dikelas.
4. Bagi Peneliti,
a. Merupakan pengalaman baru yang bermanfaat untuk
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
b. Dapat mengaplikasikan hasil penelitiannya pada aktivitas
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

Model pembelajaran problem solving adalah model yang mengutamakan


pemecahan masalah dalam kegiatan belajar untuk memperkuat daya nalar yang
digunakan oleh peserta didik agar mendapatkan pemahaman yang lebih mendasar dari
materi yang disampaikan. Pepkin (shoimin 2017 : 135) metode problem solving adalah
suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan
ketrampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan ketrampilan.
Sementara itu Purwanto (chotimah ; 2018 hal 280-281) berpendapat bahwa model
problem solving adalah suatu proses dengan menggunakan strategi, cara atau teknik
tertentu untuk menghadapi situasi baru, agar keadaan tersebut dapat dilalui sesuai
keinginan yang ditetapkan.metode ini juga cukup dinamis untuk dimodifikasi dan
disesuaikan dengan keadaaan siswa atau sekolah. Model problem solving yang
mengharuskan siswa berperan aktif dan mampu berpikir , karena dalam problem solving
siswa diharuskan mampu menganalisa materi mulai dari menacri data sampai dengan
menarik kesimpulan.

Langkah-langkah Model pembelajaran problem solving

Menurut sani (2019, halm 243) sebagai berikut :

1. pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran


2. Guru memberikan permasalahan yang perlu dicari solusinya
3. Pendidik (guru) menjelaskan prosedur pemecahan masalah yang benar
4. Peserta didik mencari literasi yang mendukung untuk menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi guru
5. Peserta didik melaporkan tugas yang dihadapi guru

Kelebihan model pembelajaran problem solving

Menurut Shoimin (2017 : 137-138) :

1. Membuat peserta didik lebih menghayati pembelajaran


2. Melatih dan membiasakan peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihadapi
3. dapat mengembvangkan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif
4. Melatih siswa untuk mendisain suatu penemuan (produk baru)
5. mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan
6. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan

Menurut Sanjaya (2016 : hal 220) Kelemahan model problem solving adalah :

1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan
2. Keberhasilan Pembelajaran problem solving membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan.

2.2 Metode Diskusi Rolling (Jaga Stand)

Sebelum menjelaskan Apa itu Metode Diskusi Jaga Stand? Sebagian besar anak-anak
pasti senang kalau diajak pameran (karnaval), Didalam sebuah pameran biasa terdapat
stand (penjual dan pembeli). jadi Metode diskusi Jaga Stand ini adalah metode diskusi
kelompok yang pertama kali diciptakan oleh Dosen UII Yogyakarta bernama Prof. Hujair
Sanaki dan dikembangkan oleh penulis sendiri dimana siswa-siswi akan bermain peran
sebagai penjual dan pembeli. Tiap kelompok akan diberi masalah yang berbeda-beda.
Penjual bertugas memberi jawaban atas pertanyaan pembeli seputar masalah yang dibahas,
Pembeli bertugas menanyakan pada penjual tentang masalah yang dibahas.

1. Persiapan

Pembuatan Perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus dan RPP

2. Pendahuluan
a. Guru menyampaikan tujuan Pembelajaran

b. Guru memberikan Apersepsi berkaitan dengan tema jenis-jenis hewan

berdasarkan jenis makanannya

3. Kegiatan Inti

a. Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok


1 kelompok terdiri atas 5 anggota, tiap kelompok diberi tema yang berbeda oleh
guru
Materi : Jenis-jenis Hewan berdasarkan jenis makanannya
Kelompok 1 (nama kelompok : A tema : Hewan Herbivora
Kelompok 2 (nama kelompok : B) tema : Hewan Karnivora
Kelompok 3 (nama kelompok : C) tema : Hewan Omnivora

b. Guru membagikan Gambar-gambar hewan, Tugas siswa Mengelompokan


hewan tersebut jadi sebuah poster dalam kertas manila, Gunting gambar
hewan dan Tempel hewan tersebut sesuai jenis makanannya.

c. Masing-masing kelompok mendesain poster semenarik mungkin, setelah


poster sudah jadi, pilih salah satu dari kelompok untuk menjadi ketua,
yang bertugas memberi jawaban, anggota kelompok bertugas sebagai
pembeli yang bertugas memberi pertanyaan buat ketua kelompok lain.
tiap 5 menit terjadi sistem rolling (berpindah)

mekanisme kelompok

KELOMPOK A
KELOMPOK B
(HERBIVORA)
(KARNIVORA)
KETUA KELOMPOK A
KETUA KELOMPOK B MEMBERI
MEMBERI JAWABAN DARI
JAWABAN DARI PERTANYAAN
PERTANYAAN ANGGOTA
ANGGOTA KELOMPOK A
KELOMPOK C

KELOMPOK C

(OMNIVORA)

KETUA KELOMPOK C MEMBERI


JAWABAN DARI PERTANYAAN
ANGGOTA KELOMPOK B

Bagan Alur diskusi kelompok model rolling (jaga stand)

d. Setelah 10 menit Terjadi Tanya jawab, Tugas Guru selanjutnya,


mengganti posisi kelompok, ibarat mengunjungi sebuah stand pameran,
anggota kelompok A setelah berkunjung ke kelompok B, akan berkunjung
ke kelompok C, begitu pun sebaliknya anggota kelompok B setelah
berkunjung ke kelompok C akan berkunjung ke kelompok A, anggota
kelompok C setelah berkunjung kekelompok A akan berkunjung ke
kelompok B.

Tugas ketua kelompok (memberi jawaban)

Tugas anggota kelompok (menanyakan pertanyaan ke kelompok lain)

e. Setelah melakukan diskusi kelompok, masing-masing kelompok diberikan


Lembar kerja untuk dikerjakan

4. Penutup
a. Guru beserta peserta didik mengambil kesimpulan dari materi jenis-jenis
hewan berdasarkan jenis makanannya.

b. Guru beserta siswa menempelkan poster (produk) yang dihasilkan siswa


dikelas.

2.3 Indikator Keberhasilan


a. Indikator Aktivitas Guru
Indikator keberhasilan aktivitas guru dalam menerapkan strategi
pembelajaran metode Problem Solving model diskusi rolling (jaga stand)
adalah sebagai berikut:

a) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan membangkitkan minat


serta keingintahuan siswa dengan memotivasi siswa untuk
mengingat pengalaman seharinya yang berhubungan dengan
pelajaran.
b) Memberikan pertanyaan materi prasyarat untuk mengetahui
pengetahuan dasar siswa.

c) Membimbing siswa mengklasifikasi jenis-jenis hewan berdasarkan


makanan secara benar dan menempelkannya ke dalam poster.

d) Membimbing siswa melakukan diskusi metode rolling (jaga stand),


dan memberikan instruksi tiap 10 menit untuk berpindah ke
kelompok selanjutnya.
e) Memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan meminta siswa untuk
mengerjakan dengan teman kelompok
f) Membimbing siswa dalam presentasi dan menegaskan kesesuaian
jawaban LKS siswa.
g) Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai
materi yang belum dimengerti.
h) Membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
i) Memberikan tugas pendahuluan untuk pertemuan berikutnya.
Penilaian aktivitas guru dalam menerapkan strategi pembelajaran
problem solving model diskusi rolling dikategorikan menjadi sangat
sempurna (5), sempurna (4), cukup sempurna (3), tidak sempurna (2)
dan sangat tidak sempurna (1). Penilaian dilihat dari keberhasilan guru
dalam menerapkan setiap langkah dalam strategi pembelajaran metode
problem solving model diskusi roling.
2.4 Indikator Keberhasilan Penelitian

Penelitian ini dikatakan berhasil jika hasil belajar siswa yang telah mencapai
KKM 75 atau tuntas dalam proses pembelajaran IPA sudah mencapai angka 80% dari
keseluruhan siswa. Selanjutnya hasil belajar dikatakan meningkat apabila nilai rata-rata
siswa dan persentase siswa yang mencapai KKM secara klasikal selalu meningkat dari
sebelum tindakan ke siklus pembelajaran yang dilakukan.

2.5 Karakteristik Siswa Kelas IV SD

Syamsul Yusuf (2013) mengemukakan bahwa fase atau usia sekolah dasar (7-12 tahun) ditandai
dengan gerak atau aktivitas motorik lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk
belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, baik halus maupun kasar. Dilihat dari aspek
perkembangan kognitif, menurut Piaget (Syamsul Yusuf, 2013:61) masa ini berada pada tahap operasi
konkret, yang ditandai dengan kemampuan (1) mengklasifikasikan (mengelompokkan) benda-benda
berdasarkan ciri yang sama; (2) menyusun atau mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung)
angka-angka atau bilangan; dan (3) memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai
kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau daya nalar.
2.6 Kerangka Berpikir
Keadaan siswa UPTD SD Negeri 2 Tanjung pura khususnya kelas IV proses
belajar mengajar masih mengandalkan pembelajaran berpusat ke guru, siswa mencatat
dan menulis, sehingga terkadang siswa merasa bosan dengan jenis pembelajaran satu
arah, sehingga siswa kurang memiliki ketertarikan untuk mengikuti kegiatan belajar
tersebut. Dalam sistem pembelajaran IPA, kadang siswa kesulitan memahami materi
pelajaran yang disampaikan oleh pengajar atau guru tersebut. Hal itu dikarenakan
keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih rendah, sehingga mengakibatkan
pemahaman siswa masih sangat lemah dan hasil belajar siswa kurang memuaskan.
Untuk itu perlu adanya inovasi pembelajaran salah satunya menggunakan model
pembelajaran problem solving, sehingga diharapkan siswa mampu meningkatkan
keaktifan siswa, menciptakan produk dan hasil belajar juga meningkat. ketika siswa
mendapatkan masalah dan kemudian memecahkannya siswa akan aktif dengan
imajinasinya serta berpikir untuk bisa menyelesaikan suatu masalah yang dihadapinya.
Keaktifan yang dimaksud dalam hal ini adalah keterlibatan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran baik secara mandiri ataupun kelompok. Suatu proses pembelajaran yang
menekankan peningkatkan keaktifan siswa serta membuat siswa lebih senang dan tertarik
mengikuti pembelajaran sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam
penelitian ini memfokuskan pada dua variabel yang di teliti yaitu hasil belajar dan
keaktifan siswa, melalui model pembelajaran Problem Solving metode diskusi roll (jaga
stand) keaktifan hasil belajar siswa menjadi meningkat sehingga berpengaruh pada
peningkatan hasil belajar siswa

HASIL BELAJAR DAN


KONDISI GURU MENERAPKAN
KEAKTIFAN SISWA
METODE
AWAL RENDAH PADA
KONVENSIONAL
PELAJARAN IPA

AKAN DILAKUKAN
GURU MENERAPKAN
TAHAPAN
TINDAKAN PEMBELAJARAN
PROBLEM SOLVING PERENCANAAN,
PENGAMATAN, REFLEKSI
DENGAN MENERAPKAN PEMBELAJARAN
KONDISI AKHIR PROBLEM SOLVING DAPAT
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN
KEAKTIFAN SISWA + PRODUK YANG
DIHASILKAN

Gambar Kerangka Berfikir.


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode penelitian yang ingin digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas yang sering disebut Classroom Action Research (CAR). Penelitian tindakaan kelas
dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian atau kegiatan ilmiah dan bermetode yang
dilakukan oleh guru didalam kelas dengan menggunakan tindakan-tindakan untuk
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran (Susanti & Hartanto, 2015). Tujuan PTK untuk
meningkatkan dan memperbaiki praktik pembelajaran di kelas. Peneliti tindakan kelas adalah
merupakan suatu kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis dan
empiris reflektif terhadap berbagai tindakan dan dilakukan oleh guru atau dosen (tenaga
pendidik), yang melibatkan (tim penelitian), dimulai dari penyusunan suatu perencanaan
sampai penilaian terhadap tindakan yang nyata dalam kelas yang berupa kegiatan belajar
mengajar, untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang dilakukan
(Iskandar, 2012). Peneliti tindakan kelas dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah
pendidikan dan pembelajaran yang terjadi sehari-hari di kelas. Selain itu PTK bertujuan
untuk meningkatkan relevansi pendidikan dan sasaran akhir untuk meningkatkan mutu hasil
pendidikan.

Model ;penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan M.C tagget, Berikut skema
penelitian yang dilakukan :

1. Tahapan Persiapan

Permintaan izin kepada Kepala Sekolah UPTD SD N 2 Tanjung Pura untuk melakukan
kegiatan penelitian disekolah tersebut.

2. Tahapan Observasi

Guru Melakukan pengamatan terhadap yang terjadi didalam kelas dan keaktifan siswa dikelas

3. Tahapan Mengedentifikasi dan Menganalisis


Melakukan tanya jawab dengan guru mengenai materi yang menjadi objek penelitian dan
mengidentifikasi masalah yang ada dikelas yaitu kurangnya keaktifan dan hasil belajar siswa,
menganalisis masalah belajar siswa pada pembelajaran IPA

4. Tahapan Merumuskan masalah

5. Tahapan menyusun rencana penelitian tiap siklus

6. Mengkaji SK, KD, dan materi pokok

7. Menyusun Silabus, RPP, LKS, Kisi-kisi soal, Instrumen penilaian, pembuatan alat peraga

8. Menyiapkan media dan alat peraga

9. Melaksanakan Penelitian

1. Perencanaan

SIKLUS I

2.
Tindakan

4. Refleksi
3. Observasi

1. Perencanaan

2. Tindakan
SIKLUS II

4. Refleksi 3. Observasi
Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kemmis dan Mc Taggart (dalam arikunto, 2013)

Berdasarkan gambar diatas proses dasar peneliti tindakan kelas


terdiri dari penyusunan rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat
komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai siklus. Keempat
langkah dalam setiap siklus tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
A. SIKLUS 1
a. perencanaan tindakan (planning)
1. Merencanakan metode atau strategi yang akan diterapkan dalam pembelajaran
2. Menentukan pokok bahasa yang akan digunakan dalam penelitian
3. Menerapkan pembelajaran melalui model Problem Solving untuk
meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa
4. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
5. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau bahan ajar materi pembelajaran
Perkembangan Teknologi Produksi Sandang yang digunakan sebagai acuan
dalam proses pembelajaran yang berasal dari buku panduan yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran
b. tahap pelaksanaan
Menerapkan pembelajaran yang telah dirancang dalam skenario
pembelajaran dan RPP yang telah disusun
c. tahap pengamatan
Pada tahap pengamatan dilakukan bersamaan dengan tahap
pelaksanaan berlangsung. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang hasil belajar dan
keaktifan siswa
d. tahap refleksi
Refleksi (reflecting) adalah kegiatan evaluasi untuk melihat dari awal
hingga akhir. Kendala dan segala hal yang perlu adanya perubahan
rencana atau tidak. Refleksi (reflecting) ini bertujuan untuk mengetahui
apakah tindakan yang dilakukan untuk pemecahan suatu masalah
sudah mencapai tujuan atau belum. Setelah itu menentukan atau
mengambil keputusan untuk melakukan siklus lanjutan atau berhenti
karena permasalahan telah terpecahkan. Selain itu mencari tahu
sejauh mana tindakan yang dilakukan maupun memperbaiki dan
meningkatkan permasalahan yang diteliti.

B. SIKLUS 2

a. perencanaan tindakan
1. Merencanakan metode atau strategi yang akan diterapkan dalam
pembelajaran
2. Menentukan pokok bahasa yang akan digunakan dalam penelitian
3. Menerapkan pembelajaran melalui model Problem Solving untuk
meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa
4. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
5. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau bahan ajar materi
pembelajaran Perkembangan Teknologi Produksi Sandang yang
digunakan sebagai acuan dalam proses pembelajaran yang berasal
dari buku panduan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran

b. tahap pelaksanaan

Menerapkan pembelajaran yang telah dirancang dalam skenario pembelajaran dan RPP yang
telah disusun

c. tahap pengamatan

Pada tahap pengamatan dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan berlangsung.


Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam
tentang hasil belajar dan keaktifan siswa

d. tahap refleksi
Refleksi (reflecting) adalah kegiatan evaluasi untuk melihat dari awal hingga
akhir. Kendala dan segala hal yang perlu adanya perubahan rencana atau
tidak. Refleksi (reflecting) ini bertujuan untuk mengetahui apakah tindakan
yang dilakukan untuk pemecahan suatu masalah sudah mencapai tujuan atau
belum. Setelah itu menentukan atau mengambil keputusan untuk melakukan
siklus lanjutan atau berhenti karena permasalahan telah terpecahkan. Selain
itu mencari tahu sejauh mana tindakan yang dilakukan maupun memperbaiki
dan meningkatkan permasalahan yang diteliti.
a. Subjek dan Objek Penelitian
1. Populasi
Menurut Arikunto (2013) populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian.

Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas 4 dengan jumlah 140 siswa.

2. sample

Menurut Arikunto (2013) sampel adalah .sebagian atau wakil populasi yang
diteliti. Berdasarkan hasil observasi di UPTD SD N 2 Tanjung Pura
didapatkan sampel sebanyak 20 siswa

3. tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di UPTD SD Negeri 2 Tanjung pura Kecamatan


Karangampel Kabupaten Indramayu dan penelitian ini akan dilaksanakan
pada bulan desemberl semester ganjil tahun ajaran 2022/2023

4. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah hasil belajar dan keaktifan siswa kelas III UPTD SD
Negeri 2 Tanjung Pura pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Solving. Penelitian ini mengharapkan hasil belajar dan
keaktifan siswa akan meningkat selama proses belajar berlangsung dengan
menggunakan model Problem Solving + bisa menghasilkan produk dari karya siswa.
5. Rancangan Penelitian

Pengamatan Membuat produk


Membagi ke (Poster) kelompok
dalam 3 kelompok gambar hewan
hewan berdasarkam
+ pre test makanannya

Diskusi kelompok Diskusi kelompok Diskusi kelompok


sistem rolling 3 sistem rolling 2 sistem rolling 1
(10 menit) (10 menit) (10 menit)

Mengerjakan Membuat
POST TEST SISWA
Lembar Kerja Kesimpulan

Bagan Alur rancangan Penelitian

e. Jenis Teknik, Instrumen pengumpulan data

Jenis Data Teknik Pengumpulan Data Instrumen Pengumpulan Data

Aktivitas siswa Oservasi Lembar observasi

Respon siswa Angket respon siswa Lembar


angket respon siswa
Respon guru Wawancara Pedoman wawancara
Hasil belajar siswa Pre test dan post test LKPD dan Lembar soal tes untuk
siswa

LEMBAR OBSERVASI
Lembar observasi disusun berdasarkan indikator keaktifan, kegiatan yang
dilakukan siswa dalam kegiatan inti pembelajaran sesuai tahap-tahap model
pembelajaran Problem Solving. Lembar observasi di gunakan untuk
memperoleh data secara langsung tentang keaktifan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Dan observasi memberikan chek list pada lembar
observasinya. Jika siswa melakukan prilaku yang sesuai dengan lembar
observasi, maka diberi tanda chek list oleh observer. Setiap tanda chek list
bernilai satu, sedangkan jika kosong atau tidak diberikan chek list bernilai nol.
Berikut ini adalah kisi-kisi pengamatan (observasi) keaktifan belajar siswa
berdasarkan hasil observasi dengan guru tentang perilaku siswa selama
kegiatan pembelajaran dan menyesuaikan dengan tahap-tahap dalam model
pembelajaran Problem solving.
.
Skor Penilaian
No Indikator K C B SB

1 2 3 4

1. Mencatat, memperhatikan, mendengarkan


penjelasan atau instruksi dari guru.
2. Bekerja sama dalam kelompok.
3. Bertanya kepada guru atau teman apabila
belum memahami materi.
4. Mencari informasi dari berbagai sumber
belajar untuk memecahkan masalah.
5. Menerapkan langkah-langkah cara kerja
atau instruksi dari guru.
6. Melatih diri memecahkan soal atau
mengerjakan soal di Buku Tematik.
7. Mampu mengkomunikasikan hasil
diskusi.
TEKNIK ANALISIS DATA

Menurut Sugiyono (2017) teknik analisis data adalah mengelompokkan data


berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel
dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis data dalam
penelitian ini berdasarkan data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yaitu
data keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang diperoleh dari hasil observasi
untuk mengetahui keaktifan siswa.

Data kuantitatif yaitu data hasil tes siswa dalam bentuk angka yang diperoleh dari
hasil tes evaluasi di akhir pembelajaran pada setiap siklus untuk mengetahui hasil
tes siswa. Keberhasilan siswa dilihat dari pencapaian meningkatkan hasil belajar
dan keaktifan siswa. Keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari pengamatan dengan
menggunakan lembar observasi. Data pengamatan keaktifan belajar siswa dianlisis
dengan membandingkan data kondisi awal siswa dan setelah siklus I dan siklus II.
Dan untuk mengetahui hasil belajar menggunakan tes berupa soal essai yang
diberikan kepada siswa diakhir pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Untuk
menghitung hasil belajar dan keaktifan belajar siswa sebagai berikut:

1. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif akan digunakan untuk mengidentifikasi berbagai dinamik


kemajuan kualitas hasil belajar peserta didik dan penguasaan materi oleh guru.
Data yang tergolong kuantitatif diperoleh melalui hasil tes pada setiap akhir
siklus. Hal ini yaitu untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa selama
diterapkannya model pembelajaran Problem Solving pada mata pelajaran IPA.
a. Hasil belajar
1.1 Menghitung nilai rata-rata

Data kuantitatif di dapat dari hasil evaluasi pembelajaran yang dilakukan


secara deskripsi dengan rumus sebagai berikut.
Nilai rata-rata = Jumlah nilai akhir seluruh siswa

Jumlah siswa

Jumlah siswa= 20

Siswa yang mendapatkan nilai kurang dari KKM yaitu 67 dinyatakan


mengalami belum tuntas dalam pembelajaran, sedangkan siswa yang mencapai
KKM dinyatakan telah tuntas dalam pembelajaran. Presentase ketuntasan
belajar secara klasikal dihitung dengan rumus

1.2 Menghitung Presentase ketuntasan belajar siswa


presentase = Jumlah siswa lulus KKM x 100

Jumlah siswa

Jumlah siswa = 20

Presentase : Presentase ketuntasan belajar (Nurahmadi, 2018)

Hasil rata-rata yang diperoleh dibandingkan dengan hasil siswa pada kondisi
awal untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kelas IV SD Negeri 2
Tanjung pura dengan menerapkan model pembelajaran Problem Solving.

b. Keaktifan siswa

Peningkatan keaktifan siswa dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:


Menghitung keaktifan belajar setiap siswa berdasarkan lembar observasi
dengan rumus:

Skor siswa = Jumlah skor x 100


20
Hasil yang diperoleh selanjutnya dibandingkan keaktifan siswa pada
kondisi awal dengan keaktifan siswa pada setiap siklus untuk mengetahui
apakah ada peningkatan keaktifan belajar siswa.Keaktifan siswa
dikatakan berhasil jika mencapai skor 66-100 dengan kategori baik.
Deskripsi Lembar Observasi Aktifitas Siswa

No. Presentase Motivasi Keterangan


Belajar Siswa
1. 80% - 100% Baik Sekali
2. 66% - 79% Baik
3. 56% - 65% Cukup
4. 40% - 55% Kurang

2. Analisa kualitatif

Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang menunjukan


dinamika proses dengan memberikan pemaknaan secara kontekstual dan mendalam
sesuai dengan permasalahan penelitian, yaitu data tentang hasil belajar dan keaktifan
siswa dan pendapat siswa dan guru tentang penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL). Data yang tergolong kualitatif diperoleh melalui lembar
observasi. Lembar observasi ini bertujuan untuk menjaring peningkatan hasil belajar
dan keaktifan siswa dan pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama proses
pembelajaran dengan model problem solving.

Hasil ketuntasan belajar siswa


Hasil belajar siswa UPTD SD N 2 Tanjung pura pada uji coba lapangan hasil belajar siswa yang diukur dengan
pre-test dan post-test menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh meningkat dari 71,43 % dengan kriteria cukup.
Menjadi 83,33 % dengan kriteria Baik.

Perbandingan Nilai Pre-test dan Post-test


85.00%
80.00%
75.00%
70.00%
65.00%
pretestposttest

Gambar 1. Diagram perbandingan nilai pre-test dan post-test

Berdasarkan rata-rata tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran


problem solving model rolling, ketuntasan belajar siswa meningkat dan metode tersebut dapat
dikembangkan lebih lanjut dalam pembelajaran
Indikator keberhasilan

Indikator keberhasilan adalah meningkatkannya hasil belajar dan keaktifan


siswa. Untuk hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas IV SD Negeri 2
Tanjung pura Kecamatan Karangampel Kabupaten Indramayu dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) 65. Apabila dalam kemampuan hasil belajar dan
keaktifan belajar siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia telah menunjukkan
peningkatan pada setiap siklusnya. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila
menggunakan metode Problem Solving jika 83,3% (17 siswa) kelas IV UPTD SD
Negeri 2 Tanjung pura mencapai presentase tersebut maka penelitian sudah sangat
baik sehingga siklus dapat dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

1. Arikunto, (2013), Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik: Jakarta :Rineka Cipta
2. Chotimah, C &Fathurahman (2018) Paradigma baru sistem pembelajaran. Yogyakarta : Ar-Ruzz
3. Munandar, Utami. (2009) Pengembangan kreatifitas anak. Jakarta : Rieneka Cipta
4. Riyanto, Yatim (2012) paradigma baru pembelajaran. Jakarta : Kencana
5. Sani R.A (2019). Inovasi pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
6. Syamsul Yusuf, LN, Psikologi perkembangan anak dan remaja (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2004).
7. Sanaki Hujair A.H (2009). Media Pembelajaran. Yogyakarta :Safiria Insania Press
8. Sanjaya, Wina (2016) Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan . Jakarta :
Kencana Pranada Media
9. Shoimin, A ( 2017). 68 model pembelajaran Inovatifdalam kurikulum 2013. Yogyakarta : Ar-
Ruzz Media.
10. Sugiyono, (2017), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Bandung :Alfabeta
LAMPIRAN FOTO

Anda mungkin juga menyukai