Anda di halaman 1dari 19

MODEL PEMBELAJARAN KONSEP DASAR IPS DI SD

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konsep Dasar IPS dengan Dosen
pengampu: Dena Yemin Meisendi, M. Pd

Disusun oleh :
NAMA : SITI MARHAMAH
NIM : 201603020048
SEMESTER :V

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


STKIP BABUNNAJAH
PANDEGLANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Model Pembelajaran
Konsep Dasar IPS di Sekolah Dasar sebagai tugas dari mata kuliah Konsep Dasar IPS yang
diampu oleh Dosen Dena Yemin Meisendi, M. Pd
Terima kasih juga kepada teman-teman dan pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Sehingga makalah ini selesai pada waktunya.
Tidak ada sesuatu yang sempurna. Penulis menyadari akan kekuranngan, baik
pengetahuan ataupun sumber dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
menerima kritik dan saran dari pembaca, yang tentunya besifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Terima kasih.

Pandeglang, Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Model-model Pembelajaran Konsep Dasar IPS di SD ................................................ 3
1. Model Pembelajaran Konsep ................................................................................. 3
a. Pengertian Model Pembelajaran ...................................................................... 3
b. Macam-Macam Model Pembelajaran .............................................................. 4
2. Model Pembelajaran Analisis................................................................................. 9
a. Pembendaharaan Model Pembelajaran Bagi Guru .......................................... 9
b. Pemilihan Model Belajar Mengajar Yang Efektif ............................................ 10
c. Model-Model Pembelajaran Analisis Kondas IPS .......................................... 11
d. Macam-Macam Metode Pembelajaran Kondas IPS ........................................ 12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................................................. 20
B. Saran .......................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang saling
berkaitan, yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran, peserta. Berdasarkan hal tersebut
pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai model pembelajaran agar peserta
didik dapat melakukan kegiatan belajar. Hal ini dilatarbelakangi bahwa peserta didik bukan
hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik harus
disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga berbagai
jenis model pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik.
Model-model pembelajaran merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan
di kelas dengan melibatkan peserta didik secara penuh sehingga peserta didik memperoleh
pengalaman dalam menuju kedewasaan, peserta dapat melatih kemandirian, peserta didik
dapat belajar dari lingkungan kehidupannya.Pada dasarnya pemahaman akan Model-model
Pembelajaran Konsep Dasar IPS yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan yaitu meliputi
hakikat dan perencanaan model pembelajaran Konsep Dasar IPS, Model-model Pembelajaran
Konsep Dasar IPS, dan Implementasi Model-model Pembelajaran Konsep Dasar IPS.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Seperti Apa Model Pembelajaran Konsep?
2. Jelaskan maksud Model Pembelajaran?
3. Sebutkan Macam-macam Model Pembelajaran!
4. Bagaimana Model Pembelajaran Analisis?
5. Bagaimana Pembendaharaan Model Pembelajaran Bagi Guru?
6. Jelaskan Pemilihan Model Belajar Mengajar Yang Efektif!
7. Jelaskan Model-Model Pembelajaran Analisis Kondas IPS!
8. Sebutkan Macam-Macam Metode Pembelajaran Kondas IPS!

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisannya adalah untuk
mengetahui:
1. Model Pembelajaran Konsep
2. Pengertian Model Pembelajaran
3. Macam-Macam Model Pembelajaran
4. Model Pembelajaran Analisis
5. Pembendaharaan Model Pembelajaran Bagi Guru
6. Pemilihan Model Belajar Mengajar Yang Efektif
7. Model-Model Pembelajaran Analisis Kondas IPS
8. Macam-Macam Metode Pembelajaran Kondas IPS
BAB II
PEMBAHASAN

A. Model-model Pembelajaran Konsep Dasar IPS di SD


1. Model Pembelajaran Konsep
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
sebagai pedoman dalam melakukan sesuatu kegiatan. Dalam pengertian lain model
juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari barang atau benda yang
sesungguhnya, seperti glob adalah model dari tempat kita hidup. Dalam uraian
selanjutnya, istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian yang pertama,
yaitu sebagai kerangka konseptual. Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang
dimaksud model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam melaksanakan aktivitas belajar
mengajar (Udin Saripudin, 1994:78). Sebagaimana ditegaskan oleh Bruce Joyce
dan Marsha Weil (1986:1) hakikat mengajar dan membantu para pelajar
memperoleh ide, informasi, keterampilan, nilai, cara berfikir, untuk
mengekspresikan dirinya dan cara-cara bagaimana belajar.
Secara umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Pembelajaran ialah suatu proses
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya (Muhammad Surya, 1996:9)
Konsep ialah kumpulan fakta-fakta yang memiliki interalisasi kuat satu sama
lain sehingga membentuk suatu pengertian yang bulat. Atau dalam rumusan yang
sederhana konsep ialah suatu bayangan pikiran atau tanggapan yang bulat tentang
sesuatu. Bayangan pikiran atau tanggapan mana terdidi dari serentetan gejala atau
fakta untaian urutan yang satu sama lain berurutan dan menciptakan suatu
kebulatan pengertian (Kosasih Djahiri 1978/1979:97).
Kumpulan sejumlah konsep yang memiliki interalisasi serta merupakan suatu
kebulatan pengertian dinamakan generalisasi atau konsep dasar (Jarolimerk, J,
1977:62). Jadi generalisasi adalah hubungan dua konsep atau lebih dalam bentuk
kalimat lengkap yang merupakan pernyataan deklaratif dan dapat dijadikan suatu
prinsip atau ketentuan bagi IPS.
b. Macam-macam Model Pembelajaran Konsep Dasar IPS di SD
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Stahl (dalam Solihatin dan Raharjo, 2007 : 5) menjelaskan
bahwa model pembelajaran kooperatif menempatkan siswa sebagai bagian
dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam
belajar. Melalui pembelajaran ini siswa bersama kelompok belajar secara
gotong-royong, setiap anggota kelompok saling membantu yang lemah.
Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok dan keberhasilan individu
adalah keberhasilan kelompok. Pembelajaran Course Review Horay
merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar
dengan cara pengelompokkan siswa ke dalam kelompok- kelompok kecil.
Melalui pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat melatih siswa
dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukkan kelompok kecil. Upaya
untuk memperbaiki kualitas pembelajaran IPS salah satunya
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Course
Review Horay.
Pembelajaran Course Review Horay adalah salah satu pembelajaran
yang dapat mendorong siswa untuk ikut aktif dalam belajar. pembelajaran ini
merupakan cara belajar mengajar yang lebih menekankan pada pemahaman
materi yang diajarkan guru dengan menyelesaikan soal-soal. Dalam
aplikasinya pembelajaran Course Review Horay tidak hanya menginginkan
siswa untuk belajar ketrampilan dan isi akademik. Pembelajaran Course
Review Horay juga melatih siswa untuk mencapai tujuan-tujuan hubungan
sosial yang pada akhirnya mempengaruhi prestasi akademik siswa.
Pembelajaran Course Review Horay dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan
penghargaan kooperatif yang melahirkan sikap ketergantungan yang positif di
antara sesama siswa, penerimaan terhadap perbedaan individu dan
mengembangkan ketrampilan bekerjasama antar kelompok. Kondisi seperti ini
akan memberikan kontribusi yang cukup berarti untuk membantu siswa yang
kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep belajar, pada akhirnya setiap
siswa dalam kelas dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Pada
pembelajaran Course Review Horay aktivitas belajar lebih banyak berpusat
pada siswa. Dalam hal ini pada proses pembelajaran guru hanya bertindak
sebagai penyampai informasi, fasilitator dan pembimbing. Suasana belajar dan
interaksi yang menyenangkan membuat siswa lebih menikmati pelajaran
sehingga siswa tidak mudah bosan dan jenuh untuk belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa , dan
hasil belajar siswa.
2. Model Pembelajaran Snowball Throwing
Model pembelajaran Snowball Throwing akan menciptakan suasana
yang menyenangkan dalam proses belajar dan membangkitkan motivasi siswa
dalam belajar. Siswa akan mudah memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide
lebih banyak dan lebih baik dengan adanya saling memberi informasi
pengetahuan. Model pebelajaran Snowball Throwing membantu anak belajar
untuk mengikuti peraturan, membuat pertanyaan, menunggu giliran,
menjawab pertanyaan, dan belajar untuk menyesuaikan diri dalam suatu
kelompok. Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran
Snowball Throwing akan lebih memotivasi siswa dalam belajar, banyaknya
materi IPS yang harus dipahami oleh siswa dalam pembelajaran membuat
guru cenderung memberi materi dengan metode ceramah dan tidak adanya
aktivitas yang bermakna bagi siswa, oleh karena itu peneliti menggunakan
model pembelajaran Snowball throwing sebagai solusi dari permasalahan
tersebut, karena dengan menggunakan model pembelajaran Snowball
Throwing pembelajaran dilakukan dengan cara diskusi kelompok sehingga
siswa lebih aktif dan dapat bekerja sama dengan siswa dalam kelompoknya,
mereka juga belajar membuat pertanyaan, menjawab pertanyaan, menunggu
giliran dan mereka saling memberikan informasi pengetahuan.
3. Model Inkuiri
Rencana pembelajaran IPS dengan menggunakan model inkuiri
terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
mengembangkan aktivitas belajar siswa sehingga proses dan hasil belajar
siswa lebih baik. Oleh karena itu pembelajaran dengan menggunakan model
inkuiri terbimbing cukup efektif untuk meningkatkan kualitas hasil belajar IPS
di sekolah dasar. Dalam pembelajaran IPS interaksi optimal antara guru dan
siswa atau siswa dengan lingkungan sekitar merupakan faktor yang sangat
menentukan aktifitas belajar siswa dan pencapaian keberhasilan belajar siswa
karena produktivitas siswa dalam IPS akan banyak dipengaruhi oleh pola guru
dalam mengajar.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunkan model
inkuiri terbimbing dalam proses pembelajaran IPS dapat merangsang siswa
menunjukkan antusias dan keceriaannya dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran IPS, dapat mengarahkan siswa untuk memiliki keberanian
membuat pertanyaan atau jawaban serta mampu berpikir kritis, analisis dan
argumentatif, hal ini tampak dari aktivitas siswa dalam mengemukakan
pendapatnya pada diskusi kelompok dan dalam menanggapi hasil diskusi
kelompok lain yang tengah dipresentasikan di depan kelas.
Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS topik Lapangan Kerja di
kelas IV dengan menggunakan model inkuiri terbimbing dilihat dari proses
yang dilaksanakan secara diskusi kelompok dalam setiap tindakan ternyata
hasilnya sangat baik, dengan komunikasi yang dilakukan peneliti secara multi
arah dapat meningkatkan aktivitas bertanya dan menjawab pertanyaan
sehingga siswa mampu berpikir kritis dalam memecahkan suatu permasalahan,
sedangkan dilihat dari hasil belajar siswa yang dilaksanakan secara individu
dalam pembelajaran IPS di kelas IV Topik Lapangan Kerja dari setiap
tindakan ternyata hasilnya ada peningkatan.
4. Model Lecturing
Lecturing pada hakikatnya memberikan pelajaran dengan jalan
ceramah, dimana guru berada dimuka kelas, memimpin dan menentukan isi
dan jalannya pelajaran serta mentransfer (menuangkan) segala rencana
pelajarannya (kebanyakan dengan lisan) yang menurutnya baik/perlu bagi para
siswanya.
Teknik ini paling banyak digunakan dalam rapat-rapat, menyampaikan
pelajaran, diskusi dan bahkan dalam lokakarya.
Para guru umumnya banyak menggunakan teknik ini dikarenakan hal
sebagai berikut:
a) Kebiasan kiprah umum
b) Kebiasaan yang membaku pada dirinya
c) Pertimbangan praktis: murah, mudah dan cepat serta tidak memerlukan
fasilitas-fasilitas yang banyak/susah.
d) Ketidaktahuan akan cara teknik lainnya.
e) Faktor jumlah program dan kurangnya waktu.
5. Model Ekspositor/Eksposisi
Merupakan cara pengajaran yang diawali dengan peragaan dan
diiriingi dengan uraian/ulasan penjelasan lisan (kosasih Djahiri, 1978/1979:
101). Langkah kegiatan ekspositori, sebagai berikut:
a) Fase persiapan guru
b) Eksposisi I
c) Eksposisi II
d) Eksposisi III
e) Penutup
f) Folow up (kelanjutan)
g) Model Role Playing (Bermain Peran)
Role playing sebagi media atau teknik belajar sungguh besar peranannya,
sebab dengna teknik ini disamping pengangkatan sesuatu keadaan/kejadian ke
dalam ruang kelas, juga sebagai perasaan, keadaan dan perbuatan daripada hal
tersebut akan turut dirasakan (dialami) siswa pelakunya.
Tujuan dan kebaikan dari role playing
a) Untuk menghayati sesuatu/hal/kejadian yang sebenarnya dalam realita
kehidupan.
b) Agar memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu serta bagaimana
akibatnya.
c) Untuk mempertajam indra dan rasa siswa terhadap sesuatu.
d) Sebagai penhyalur/pelepasan tension dan perasaan-perasaaan.
e) Sebagai alat mengdiagnosis keadaaan, kemampuan dan kebutuhan siswa.
f) Kearah pembentukan konsep secara mandiri (self concept).
g) Menggali peran-peran daripada sseseorang dalam suatu
kehidupan/kejadian/keadaan.
h) Menggali dan meneliti nilai-nilai (norma-norma) dan peran budaya dalam
kehidupan.
i) Membantu siswa dalam mengklarifikasikan (memperinci, memperjelas)
pola berpikir, bebruat dan keterampilannya dalam membuat/mengambil
keputusan (decission making menurt caranya sendiri).
j) Media pembinaan striktur sosial dan sistem niali lingkungannya.
k) Membina siswa dalam: kemampuan memecahkan masalah (problem
sovling behavior), berpikir kritis analitis, berkomunikasi, hidup dalam
kelompok dan lain-lain.
1) Melatih anak (siswa) dalam mengendalikan dan memperbarui, perasaan, cara
berpikirnya dna perbuatannya.
2) Model Pembelajaran Analisis
a. Pembendaharaan Model-model Pembelajaran bagi Guru
Bagi mereka yang memandang bahwa mngajar merupakan suatu seni,
pribadi, maka penguasaan sejumlah model-model mengajar merupakan
suatu seni daru guru yang baik. Guru yang bijaksana akan mengatur
perbendaharaan strategi yang tepat untuk menghadapi macam masalah-
masalah belajar tertentu yang dihadapinya. Misalnya model non-direktif
akan berguna dalam mengajar orang untuk menjadi lebih terbuka dan
sadar akan perasaan dirinya, bebas berinisiatif, dan membantu
mengembangkan dorongan dan kepekaan untuk mendidik
diri sendiri. Model laboratori akan berguna untuk memperbaiki
keterampilan hubungan manusiawi.
Perbendaharaan model-model pada guru, merupakan sesuatu yang
penting bila ia bertanggung jawab untuk mengajar banyak anak dalam
beberapa bidang kurikulum. Bagi guru bidang studi (spesialis mata
pelajaran) yang bertanggung jawab mengajarkan satu bidang tertentu
kepada siswa yang relatif telah matang akan menghadapi tugas-tugas
mengajar yang tidak dapat dilayani dengan satu model tunggal.
Mengembangkan perbendaharaan model mengajar berarti
mengembangkan keluwesan karena keluwesan inu akan merupakan
landasan bagi pemahaman dan kemungkinan pemilihan dalam
pemilihannya. Bagian dari keluwesan inu adalah profesional, setiap guru
akan menghadapi rentangan masalah yang luas, dan apabila ia memiliki
perbendaharaan model-model mengajar secara luas, maka ia akan lebih
mampu mengatasi masalah secara lebih kreatif dan imajintif. Pada sisi
pribadi, perbendaharaan menuntut kecakapan untuk mengajar dengan
cara-cara yang lebih bervariasi dan menarik agar dapat menyesuaikan
dengan tuntutan kebutuhan yang ada.
b. Pemilihan Model Belajar Mengajar Yang Efektif
Istilah model belajar mengajar digunakan dalam istilah yang berbeda,
sementara itu beberapa penulis seperti Borich (1998) juga Huoston dkk.
(1989) menggunakan istilah strategi belajar mengajar dalam pengertian
yang sama untuk menggambarkan keseluruhan prosedur yang sistematis
untuk mencapai tujuan. Dalam uraian ini strategi belajar mengajar
digunakan untuk menunjukkan siasat atau keseluruhan aktifitas yang
dilakukan oleh guru untuk menciptakan tujuan pendiikan. Sedangkan
istilah model belajar mengajar menurut Joyce dan Weil (1986) digunakan
untuk menunjukkan sosok utuh konseptual dari aktifitas belajar mengajar
yang secara keilmuan dapat
diterima dan secara operasional dapat dilakukan. Karena itu dalam
model selalu terdapat tujuan dan asumsi sintakmatik, sistem sosial, sistem
pendukung dan dampak instruksional dan pengiring. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa model belajar mengajar itu merupakan inti atau
jantungnya strategi mengajar (Udin Sripudin, 1994:151).
Menurut Huoston, Clift, Freiberg, dan Warmer (1988) terdapat lima
faktor yang menentukan efektivitas mengajar para pengajar, yaitu:
1) Ekspetasi pengajar tentang kemampuan pebelajar (siswa) yang akan
dikembangkan
2) Keterampilan pengajar dalam pengelola kelas
3) Jumlah waktu yang digunakan oleh pebelajar untuk melakukan tugas-
tugas belajar yang bersifat akademik
4) Kemampuan pengajar dalam mengambil keputusan pembelajaran
5) Variasi metode mengajar yang dipakai oleh pengajar
Secara umum, strategi belajar mengajar dapat dikategorikan ke dalam
dua kelompok strategi, yakni:
a. Strategi yang diarahkan pengajar (Teacher Directed Strategies)
b. Strategi yang terpusat pada pebelajar (Student Directed Strategies)
Yang termasuk ke dalam strategi yang dirahkan kepada pengajar antara
lain ceramah, tanya jawab, dan driil serta latihan. Sedangkan yang
termasuk kelompok strategi yang terpusat kepada pebelajar antara lain
belajar kelompok, penyingkapan yang terbimbing (Guide Discovery).
c. Model-model Belajar (Pembelajaran) Analisis Konsep Dasar IPS
Selain model-model belajar mengajar yang bersifat khusus
mendasarkan diri pada suatu teori psikologi tertentu, terdapat juga
model-model pembelajaran yang bersifat umum yang dapat digunakan
untuk mencapai tujuan yang lebih umum. Dengan demikian model ini dapat
digunakan lebih bebas (Udin Saripudin, 1994:140), yaitu:
1) Model pengorganisasian pertemuan yang dapat digunakan baik dalam
situasi proses komunikasi melalui pertemuan umum maupun dalan
situasi interaksi pembelajaran formal. Ke dalam kelompok ini
termasuk bentuk sidang umum, sidang pleno, kerja kelompok,
kelompok minat, khusu, forum, penyajian situasi, pentajian konflik,
penyajian skil, simposium, panel lokakarya, seminar, dan lain-lain.
2) Model-model diskusi kelompok yang biasa digunakan dalam situasi
pembelajaran kelompok secara bervariasi termasuk ke dalam
kelompok antara lain modul kelompok curah pendapat, model
kelompok bebas, bermain peran, simulasi, bimbingan belajar, dan lain-
lain.
Sudah tentu model belajar mengajar mengacu kepada tujuan
pengajaran IPS itu sendiri. Khusus untuk di Sekolah Dasar (SD),
tujuan pengajaran IPS adalah agar siswa mmpu mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPS di SD mempelajari berbagai
kenyataan sosial dalam kehidupan sehari-hari yang bersumber dari
ilmu bumi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi, dan tata negara.
IPS yang diajarkan di sekolah dasar lebih ditekankan kepada
pemberian bekal awal, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan,
nilai maupun moral pada siswa untuk dijadikan modal dalam mengenal
dan memahami lingkungan sekitar sesuai dalam kaiah dan norma yang
berlaku (Lasmawan, 1995).
Ruang lingkup materi pengajaran pendidikan IPS di sekolah dasar meliputi
masalah kehidupan manusia dan masyarakat (luas maupun setempat). Sedangkan
ruang lingkup kajiannya meliputi kajian hal awal kehidupan diri manusia,
perekonomian, kemasyarakatan, budaya, hukum, politik, kesejarahan, geografi (fisi
dan sosbud) dan kehidupan keagamaan.
d. Macam-macam metode pembelajaran Konsep dasar IPS di SD antara lain:
1. Model Lecturing (Ceramah) yang Disempurnakan
Lecturing pada hakikatnya memberikan pelajaran dengan cara ceramah
dimana guru berada di muka kelas, memimpin dan menentukan jalannya
pelajaran serta menstransfer (menuangkan) segala rencana pelajarannya
(kebanyakan dengan lisan) yang menurutnya baik atau perlu bagi para siswanya.
Seorang guru yang akan menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran
IPS mininal ia harus memenuhi dua syarat berikut yaitu: Guru harus memiliki
keterampilan menjelaskan (explaning skill), Guru harus memiliki kemampuan
memilih dan menggunakan alat bantu intruksional yang potensial dan tepat untuk
meningkatkan ceramah.
Gilstrap dan Martin (1975:9), Gagnecdan Barliner (1984:454), dan Moedjono
(1985:5) mengemukakan bahwa keunggulan metode ceramah adalah sebagai
berikut:
a. Murah, karena efesien dalam memanfaatkan waktu, dapat menyajikan ide-ide
secara lebih jelas
b. Mudah disesuaikan (padaptabel) karena dapat disesuaikan dengan siswa
tertentu, pokok permasalahan, keterbatasan waktu, dan keterbtasan peralatan.
c. Dapat mengembangkan kemampuan mendengar para siswa
2. Metode Tanya Jawab
Metoe tanya jawab adalah sebagai format interaksi antara guru dan siswa
melalui kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan respon lisan
dari siswa sehingga dapat menumbuhkan pengetahuan baru pada diri siswa. Untuk
mengerti tentang metode tanya jawab, ada tiga istilah yaitu pertanyaan, respon, dan
reaksi. Secara ringkas ketiga istilah tersebut dapat dijelaskan seperti berikut
pertanyaan dapat ditandai sebagai kata-kata atau kalimat yang digunakan untuk
memperoleh respon verbal. Sedangkan respon dapat menunjuk kepada pemenuhan
dari yang diharapkan sebuah jawaban. Selain itu, reaksi dapat menunjuk kepada
perubahan dan penilaian terhadap pertanyaan dan respons (Hyman, 1974:289-290).
Tujuan pemakaian metode tanya jwab adalah sebagai berikut:
a. Mengecek pemahanan siswa sebagai dasar perbaikan proses pembelajaran
b. Membimbing para siswa untuk memperoleh suatu keterampilan kognitif maupun
sosial
c. Memberikan rasa aman kepada siswa melalui pertanyaan yang dapat dipastikan
menjawabnya
d. Mendorong siswa untuk melakukan penemuan (inkuiri) dalam memperjelas sutu
masalah
e. Membimbing dan mengarahkan jalannya diskusi kelas (Hyman, 1974:290-291)
3. Metode Diskusi atau Metode Musyawarah
Gilstrap dan Martin (1975:15) mengutarakan bahwa metode diskusi
merupakan suatu kegiatan dimana sejumlah orang membicarakan secara bersama-
sama melalui tukar pendapar tentang suatu topik atau masalah atau untuk mncari
jawaban dari suatu masalah berdasarkan kesemua fakta yang memungkinkan untuk
itu. Metode diskusi dalam pengajaran IPS dimaksudkan adalah suatu cara penyajian
materi pelajaran dimana siswa dibedakan kepada suatu masalah, baik berupa
pernyataan maupun berupa pertanyan yang bersifat problematik untuk dibahas atau
dipecahkan oleh siswa secara bersama-sama.
Adapun kelebihan dari metode diskusi arau metode musyawarah adalah
sebagai berikut:
a. Dapat menggarap kreativitas dan aktivitas siswa dalam proses belajar.
b. Siswa dapat mengeluarkan pendapat, sikap, dan aspirasi secara bebas dalam
rangka mengembangkan sikap demokratis.
c. Hasil diskusi (pemikiran bersama) lebih baik bila dibandingkan dengan pendapat
sendiri.
Sedangkan kelemahan dari metode dikusi atau metode musyawarah adalah
sebagai berikut:
a. Tidak mudah menentukan atau mencari masalah yang akan didiskusikan.
b. Pembicaraan sering didominasi oleh siswa tertentu.
c. Diskusi memerlukan waktu banyak.
d. Bila kegiatan itu tidak terarah, pembahasan masalah sering mengembang (tidak
tuntas).
4. Metode Penugasan (Pemberian Tugas)
Metode penugasan dalam pengajaran IPS adalah suatu penyajian bahwa
pembelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan
belajar dan memberikan laporan sebagai hasil dai tugas yang dikerjakannya. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dari metode pemberian tugas adalah:
a. Tugas dapat ditunjukkan kepada siswa secara perorangan, kelompok atau kelas
b. Tugas dapat diselesaikan atau dilaksanakan di lingkungan sekolah atau di luar
sekolah
c. Tugas dapat berorientasi pada satu bidang studi ataupun berupa integrasi beberapa
bidang studi
5. Metode Kerja Kelompok
Istilah kerja kelompok dapat diartkan sebagai bekerjanya sejumlah siswa baik
sebagai anggota kels secara keseluruhan atau sudah terbagi menjadi kelompok-
kelompok yang kecil untuk mencapai suatu tujuan tertentu bersama-sama. Tujuan
penggunaan metode kerja kelompok adalah sebagai berikut:
a. Pengelompokkan berdasarkan perbedaan individu (bakat, minat, perhatian dan
kemampuan)
b. Pengelompokkan berdasarkan ketersedian siswa
c. Pengelompokkan berdasarkan partisipasi siswa
d. Pengelompokkan berdasarkan pembagian pekerjaan
6. Metode Demonstrasi
Winarno mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah adanya seorang
guru, orang kuat yang diminta atau siswa memperlihatkan suatu poses kepada seluruh
kelas (Winarni, 1980:81). Batasan yang dikemukakan oleh Winarno memberikan
kepada kita bahwa untuk mendemonstrasikan atau memperagakan tidak harus
dilakukan oleh guru itu sendiri dan yang didemonstrasikan adalah sutu proses. Tujuan
penerapan metode demonstrasi adalah sebagai berikut:
a. Untuk menggunakan prosedur tertentu dalam mengajar
b. Dapat meningkatkan kepercayaan diri bagi siswa
c. Dapat meningkatkan aktivitas siswa
d. Dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam menggunakan prosedur
7. Metode Karyawisata
Metode karyawisata merupakan suatu kegiatan belajar mengajar dimana siswa dibawa
ke suatu objek di luar kels untuk mempelajari suatu masalah yang berhubungan
dengan materi pelajaran atau dengankata lain bahwa karyawisata adalah suatu upaya
untuk meningkatkan diri siswa dengan kehidupan nyata (real life) yang menjadi
sumber belajar bagi siswa. Tujuan metode karyawisata adalah sebagai berikut:
a. Agar siswa dapat membandingkan apa yang mereka pelajari di dalam kelas secara
teoritis dengan keadaan nyata di lapangan atau membandingkan antara teori
dengan praktek penggunaannya
b. Untuk menghilangkan kejenuhan siswa belajar
c. Sebagai rekreasi stabil belajar
8. Metode Simulasi
Metode simulasi merupakan format interaksi belajar mengajar dalam
pengajran IPS yang di dalamnya menampakkan adanya perilaku pura-pura (simulasi)
dari orang yang terlibat dalam proses pembelajaran atau suatu peniruan situsi tertentu
sehingga siswa dapat memahami konsep, prinsip-prinsip, keterampilan, nilai, dan
sikap dari sesuatu yang sedang disimulasikan (kondisi yang dengan ditiru). Tujuan
penggunaan metode simulasi adalah:
a. Untuk mendorong partisipasi dan pengembangan sikap siwa
b. Mengembangkan persuasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran
c. Dapat menimbulkan interaksi yang sehat dan hangat antar siswa
d. Memperkenalkan dan melatih peranan kepemimpinan pada diri siswa
e. Memanfaatkan bakat dan kemampuan siswa sebagai sumber belajar
9. Metode Inquiri dan Discovery (Mencari dan Menemukan)
Istilah metode penemuan (discovery method) didefinisikan sebagai suatu
prosedur yang menekankan belajar secara individual, manipulasi objek atau
pengaturan/pengkondisian objek, dan ekspermentasi lain oleh siswa sebelum
generalisasi atau penarikan kesimpulan dibuat. Metode ini membutuhkan penundaan
penjelasan tentang temuan-temuan penting sampai siswa menyadari sebuah konsep
(Gilstrap, 1975:63).
Metode penemuan memungkinkan para siswa menemukan sendiri informasi-
informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan intruksional hal ini berpengaruh
terhadap peranan guru sebagai penyampaian informasi ke arah peran guru sebagai
pengelola interaksi belajar mengajar di kelas. Namun demikian, metode penemuan
dapat pula berupa kegiatan belajar yang terentang dari penemuan terbimbing sampai
penemuan tidak terbimbing. Akhirnya dapat ditandai pula bahwa metode penemuan
tidak terlepas dari adanya keterlibatan sisawa dalam interaksi belajar mengajar.
Tujuan metode penemuan adalah:
a. Meningkatkan ketertarikan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
b. Mengarahkan siswa sebagai pelajar seumur hidup
c. Mengurangi ketergantungan siswa kepada guru dalam proses pembelajaran
d. Melatih siswa memanfaatkan sumber informasi dalam lingkungan
10. Bermain Peran (Role Playing)
Dalam bermain peean dituntut siswa yang berkulitas yang diharapkan mampu
menghayati posisi yang diinginkan. Yang menjadi model ini adalah model belajar
tingkat penghayatan. Hamid Hasan dalam Sahftel, Fraenkel (1977:75) menyatakan
bahwa siswa haruslah diberi penjelasan bahwa mereka tidak akan dinilai berdasarkan
kemampuan dalam melakukan acting. Dalam bermain peran siswa harus mengetahui
dan memahami terlebih dahulu informasi tentang tujuan dan peran yang akan
dimainkan untuk itu perlu didiskusikan dulu dengan antar nilai yang sudah dinyatakan
secara lebih spesifik.
Bermain peran dapat dilakukan juga dalam mata pelajaran antropologi,
sosiologi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik. Yang perlu diperhatikan siswa dan
guru dalam bermain peran adalah kesadaran bahwa mereka sedang belajar. Proses
bermain peran baik jika para siswa memerankan tokoh pelaku sungguh-sungguh
seperti kejadian sebenarnya.
11. Sosial Drama (Sosio Drama)
Beberapa sarjana (Gilliom, 1977; Joyce dan Weil, 1980) memasukkan Drama
Sosil sebagai bagian dari bermain peran. Memang tak dapat dibantah bahwa dalam
drama sosial ada model dimana pesertanya harus memegang salah satu peran tertentu.
Dalam model tersebut maka drama sosial merupakan bermain peran yang
berhubungan dengan isu isual yang disebut Noyce dan Weil (1980:254) dengan
interpersonal conflict. Drama sosial hanya membatasi diri pada permasalahan yang
berkenaan dengan aspek sosial dalam masyarakat.
Dalam drama sosial, penentuan peran dapat dilakukan pada waktu itu juga
(spontan setelah suatu permasalah sosial dibahas). Peran yang akan dimainkan
seorang siswa tidak perlu dipersiapkan secara mendalam seperti dalam bermain peran.
Siswa dapat saja segera memegang perannya setelah permasalahan dikaji, posisi suatu
peran dibahas secara bersama. Reaksi spontan siswa dalam peran itu lebih diutamakan
sehingga penyelesaian yang terjadi atau yang dikemukakan pemegang peran itu
mungkin saja berbeda dari apa yang akan diputuskan oleh orang yang dimainkan
perannya.
DAFTAR PUSTAKA

Nana Supriatna, dkk. 2007. Pendidikan IPS Di SD. Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung.
PDF Jurnal Dessy Anggraeni, Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ips Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Sekaran
01 Semarang,, Semarang: Jurnal Kependidikan Dasar, Teacher of Primary School Sekaran 1,
2011, Vol 1, No. 2
PDF Jurnal Dewi Yuni. Akhiriyah, Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing
Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Ips Pada Siswa Kelas V Sdn Kalibanteng Kidul
01 Kota Semarang, Semarang: Jurnal Kependidikan Dasar, Teacher of Primary School
Kalibanteng Kidul 1, Semarang, 2011, Vol. 1, No. 2
PDF Jurnal Tien Kartini, Penggunaan Metode Role Playing untuk
Meningkatkan Minat Siswa dalam Pembelajaran
Pengetahuan Sosial di Kelas V SDN Cileunyi I
Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung, Bandung: Jurnal Pendidikan Dasar, 2007, No. 8
Sumaatmadja, Nursyid. 2007. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai