DOSEN PENGAMPU :
JURUSAN MATEMATIKA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan
karunia-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Model Pembelajaran Kooperatif” ini. Tanpa adanya rahmat dan karunia-NYA tak
mungkin rasanya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
dalam penyusunan makalah ini. Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Susanah dan Ibu Pradnyo Wijayanti selaku dosen mata kuliah Pembelajaran Inovatif
yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam penyusunan makalah ini.
Dengan penuh kesadaran, kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik sebagai masukan atas penyusunan
makalah ini sangatlah berarti bagi kami, agar kedepannya kami dapat menyusun makalah
dengan lebih baik lagi. Akhir kata, kami mengucapkan mohon maaf jika ada kata-kata
dalam penyampaiannya yang kurang berkenan. Terima kasih.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii
A. Kesimpulan ......................................................................................................................14
B. Saran ...............................................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model dan metode pembelajaran merupakan salah satu faktor eksternal yang
memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran,
apabila model dan metode pembelajaran yang digunakan tepat, yakni sesuai dengan situasi
dan kondisi siswa, materi pelajaran, lingkungan dan fasilitas yang tersedia, maka besar
kemungkinan siswa akan semakin mudah menerima dan memahami materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru. Sehingga hal ini dapat berdampak positif terhadap prestasi belajar
siswa (Perdana, 2014).
Pada kurikulum 2013, siswa dituntut harus aktif. Pendekatan konstruktivis dalam
pembelajaran, salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif (Pratama, 2015).
Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan salah satu alternatif bagi
guru untuk menjadikan pembelajaran di kelas berlangsung efektif dan optimal.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan sistem siswa bekerja
dalam kelompok kecil secara kolaboratif untuk saling membantu satu sama lain dalam
mempelajari materi pelajaran (Fitriana, 2016).
Oleh karena itu dalam proses pembelajaran, guru hendaknya lebih memilih
berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan
pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya
suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian
dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan siswa kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan
menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang
untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran.
3
guru (pendidik) adalah memfasilitasi agar proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan pada
diri sendiri tiap-tiap siswa terjadi secara optimal.
Model pembelajaran kooperatif memiliki basis pada teori psikologi kognitif dan teori
pembelajaran sosial (Arends, 1997). Fokus pembelajaran kooperatif tidak saja tertumpu pada
apa yang dilakukan siswa tetapi juga pada apa yang dipikirkan siswa selama aktivitas belajar
berlangsung. Informasi yang ada pada kurikulum tidak ditransfer begitu saja oleh guru kepada
siswa, tetapi siswa difasilitasi dan dimotivasi untuk berinteraksi dengan siswa lain dalam
kelompok, dengan guru dan dengan bahan ajar secara optimal agar ia mampu mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Dari uraian di atas nampak bahwa guru bukanlah sebagai pusat
pembelajaran, sumber utama pembelajaran, serta pentransfer pengetahuan sebagaimana
terjadi pada pembelajaran konvensional. Pusat pembelajaran telah bergeser dari guru ke siswa.
Dalam model pembelajaran kooperatif, guru berperan sebagai fasilitator, penyedia sumber
belajar bagi siswa, pembimbing siswa dalam belajar 4 kelompok, pemberi motivasi siswa
dalam memecahkan masalah, dan sebagai pelatih siswa agar memiliki ketrampilan kooperatif.
Teori yang menjadi pendukung model pembelajaran kooperatif ini sebagai berikut :
Jean Piaget dan Lev Vygotsky merupakan dua ahli psikologi kognitif yang besar
sumbangannya dalam mendukung pengembangan pembelajaran kooperatif. Sumbangan
pemikiran dan penelitian dari kedua ahli tersebut serta kaitannya dengan model
pembelajaran kooperatif dijelaskan dalam uraian berikut.
a. Teori Piaget
Piaget (dalam Slavin, 2000) memandang bahwa setiap anak memiliki rasa
ingin tahu bawaan yang mendorongnya untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Baik lingkungan fisik maupun sosialnya. Piaget meyakini bahwa pengalaman secara
fisik dan pemanipulasian lingkungan akan mengembangkan kemampuannya. Ia juga
4
mempercayai bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya dalam
mengemukakan ide dan berdiskusi akan membantunya memperjelas hasil
pemikirannya dan menjadikan hasil pemikirannya lebih logis.(Slavin, 2000). Melalui
pertukaran ide dengan teman lain, seorang anak yang sebelumnya memiliki
pemikiran subyektif terhadap sesuatu yang diamati akan merubah pemikirannya
menjadi obyektif Aktivitas berpikir anak seperti itu terorganisasi dalam suatu struktur
kognitif (mental) yang disebut dengan "scheme" atau pola berpikir (patterns of
behavior or thinking).
b. Teori Vygotsky
5
dalam pembelajaran, yaitu, perlunya pengelola pembelajaran secara kooperatif
dengan pengelompokkan siswa secara heterogen dari sisi kemampuan 5 akademik,
dan kedua, pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya scaffolding,
dengan menekankan pentingnya tanggung jawab siswa pada tugas belajarnya.
(Slavin, 2000). Vygotsky menekankan pentingnya peranan lingkungan kebudayaan
dan interaksi sosial dalam perkembangan sifat-sifat dan tipe-tipe manusia. Menurut
Vygotsky (Slavin, 2000), siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan
teman sebaya yang lebih mampu. Interaksi sosial ini memacu terbentuknya ide baru
dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Pada setting kooperatif, siswa
dihadapkan pada proses berpikir teman sebaya mereka. Tutorial oleh teman yang
lebih kompeten akan sangat efektif dalam mendorong petrtumbuhan daerah
perkembangan proximal (Zone of Proximal Development) anak.
Vygotsky yakin bahwa tujuan belajar akan tercapai jika anak belajar
menyelesaikan tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih
berada dalam daerah perkembangan terdekat mereka. Daerah perkembangan terdekat
adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan orang saat ini.
Zone of Proximal Development (ZPD) adalah jarak antara tingkat perkembangan
aktual, yang ditentukan melalui penyelesaian masalah secara mandiri dan tingkat
perkembangan potensial anak, yang ditentukan melalui pemecahan masalah dengan
bimbingan (scaffolding) orang dewasa atau teman sebaya. Menurut Vygotsky, pada
saat siswa bekerja didalam daerah perkembangan terdekat mereka, tugas-tugas yang
tidak dapat mereka selesaikan sendiri akan dapat mereka selesaikan dengan
bimbingan (scaffolding) orang dewasa atau teman sebaya.
6
Dewey menegaskan bahwa guru perlu menciptakan sistem sosial yang bercirikan
demokrasi dan proses ilmiah dalam lingkungan belajar siswa dalarn kelas. Tanggung
jawab utama guru adalah memotivasi siswa untuk belajar secara kooperatif dan
memikirkan masalah-masalah sosial yang penting setiap hari. Bersamaan dalam
aktivitasnya rnemecahkan masalah di kelompoknya, siswa belajar prinsip-prinsip
demokrasi melalui interaksi dengan siswa lain.
Kurt Lewin yang lahir pada tahun 1890 di Polandia ini dapat dipandang
sebagai Bapak Psikologi Sosial. Lewin sangat tertarik pada masalah-masalah
pergerakan yang dinamis dalam kelompok (group dynamics movement), terutama
7
tentang resolusi konflik sosial yang terjadi di antara para siswa. Dalam suatu
kelompok, ada duakernungkinan yang dapat terjadi, yaitu: mendorong penerimaan
sosial (promotesocial acceptance) atau meningkatkan jarak/ketegangan sosial
(increase social distance). Pandangan-pandangan Lewin tentang dinamika kelompok
ini kemudian dikembangkan oleh para siswasiswanya. D. Johnson, E. Aronson, R.
Schmuck dan L. Sherman adalah generasi ke-tiga dari Lewin (siswa dari siswa
Lewin) yang turut mengembangkan pandangan-pandangan Lewin tersebut di atas.
Tujuan dalam kooperatif, yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam
pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk
penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama ini lah yang menjadi ciri khas dari
pembelajaran kooperatif. Menurut Wina Sanjaya, pembelajaran kooperatif memiliki beberapa
karakteristik, antara lain:
8
1. Pembelajaran Secara Tim
Kemampuan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktekkan melalui aktivitas dan
kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Siswa perlu dibantu
mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap
siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi
kepada keberhasilan kelompok
9
Karakteristik kooperatif diatas menunjukkan bahwasanya pembelajaran kooperatif
sangat perlu diterapkan dalam pembelajaran karena bukan hanya mementingkan
kelompok atau bekerja sama tetapi juga keterampilan untuk bekerjasama
Fase 4 : Assist team work and studeny Membantu tim-tim belajar selama siswa
Membantu kerja tim dan belajar mengerjakan tugasnya
10
a. Fase pertama
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru mengklasifikasi maksud
pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena siswa harus
memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran.
b. Fase kedua
Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik.
c. Fase ketiga
Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di dalam
kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan kelompok. Tiap
anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk mendukung tercapainya
tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini terpenting jangan sampai ada free-rider atau
anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya.
d. Fase keempat
Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-tugas yang
dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini bantuan yang
diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa siswa
mengulangi hal yang sudah ditunjukkan.
e. Fase kelima
Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten
dengan tujuan pembelajaran.
f. Fase keenam
Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada siswa. Variasi
struktur reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang dilakukan orang lain.
Struktur reward kompetitif adalah jika siswa diakui usaha individualnya
berdasarkan perbandingan dengan orang lain. Struktur reward kooperatif diberikan
kepada tim meskipun anggota tim-timnya saling bersaing.
11
E. Evaluasi Model Pembelajaran Kooperatif
Belajar dilakukan pada awal pelajaran sebagai prates, selama pembelajaran, serta hasil
akhir belajar siswa baik individu maupun kelompok. Selama proses pembelajaran, evaluasi
dilakukan dengan mengamati sikap keterampilan dan kemampuan berpikir serta
berkomunikasi siswa. Kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi kemampuan berpikir
kritis dan logis dalam memberikan pandangan atau argumentasi, kemauan untuk bekerjasama
dan memikul tanggung jawab bersama mama tanggung jawab, keterbukaan, empat,
menghormati orang lain, persatuan, dan lain-lain,merupakan contoh aspek aspek yang dapat
dinilai selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan prosedur evaluasi, meliputi :
1. Penilaian individu adalah evaluasi terhadap tingkat pemahaman siswa terhadap materi
yang di kaji, meliputi ranah kognitif afektif, dan keterampilan.
2. Penilaian kelompok meliputi sebagai indikator keberhasilan kelompok seperti;
kekohesifan, dinamika kelompok, kepemimpinan, kerjasama, dan sebagainya.
Untuk kriteria penilaian dapat disepakati bersama pada waktu orientasi awal titik kriteria
ini diperlukan sebagai pedoman guru dan siswa dalam upaya mencapai keberhasilan belajar
apakah sudah sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan atau belum
1. Kelebihan
12
b. Karena keberagaman anggota kelompok, maka setiap siswa memiliki pemikiran yang
berbeda-beda, sehingga pemikirannya menjadi luas dan mampu melihat dari sudut
pandang lain untuk melengkapi jawaban yang lain.
c. Pembelajaran kooperatif cocok untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
kompleks dan membutuhkan pemikiran bersama.
d. Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa dapat lebih mudah memahami materi
yang disampaikan karena bekerja sama dengan teman-temannya.
e. Dalam pembelajaran kooperatif memupuk rasa pertemanan dan solidaritas, sehingga
diantara anggotanya akan terjadi hubungan yang positif.
2. Kelemahan
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran Kooperatif memiliki banyak sekali pengertian menurut
beberapa para ahli. Dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggota nya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur
kelompok yang bersifat heterogen.
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
Pembelajaran Secara Tim, Didasarkan pada Manajemen Kooperatif, Kemauan untuk
Bekerja Sama dan Keterampilan Bekerja Sama.
Adapun Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif yaitu:
Fase 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Fase 2: Menyajikan informasi
Fase 3: Mengorganisir siswa ke dalam tim-tim belajar
Fase 4: Membantu kerja tim dan belajar
Fase 5: Mengevaluasi
Fase 6: Memberikan pengakuan atau penghargaan
B. Saran
Untuk para guru, Apabila menggunakan pembelajaran kooperatif guru harus selalu
membimbing siswa dalam berdiskusi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk
mendapatkan hasil yang optimal setiap siswa harus aktif dalam berdiskusi dan harus saling
menghargai setiap pendapat, ide, atau gagasan dari anggota yang lain.
14
DAFTAR PUSTAKA
15