Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah modeI pembelajaraan

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 10
Delfiarti 2120052
Vivi Fitri 2122047
Ainil Safitri 212250
Nita Damayani 2122529

Dosen Pengampu:

Desti Sartini, M.Pd

PRODI S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN SJECH M.DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
TA 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang atas
rahmatnya dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya adapun tema dari makalah ini adalah “ Model Pembelajaran
Kooperatif”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Model
Pembelajaran Satu. Sarana penunjang makalah ini pemakalah susun berdasarkan
referensi yang bermacam-macam. Hal ini bertujuan untuk membantu mahasiswa
mengetahui, memahami, dan menambah wawasan tentang model pembelajaran
kooperatif.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesabesarnya kepada dosen mata kuliah Model Pembelajaraan Satu yang telah
memberikan tugas kepada penulis. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis
sadar makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membantu agar pemakalah dapat memperbaikinya dimasa
yang akan datang.

2
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................
B. Rumusan Masalah .......................................................................................
C. Tujuan Rumusan .........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif ......................................................
B. Karakteristik Model Pembelajaran kooperatif .............................................
C. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif.........................................
D. Prosedur Pembelajaran Kooperatif ..............................................................
E. Model-Model Pembelajaran Kooperatif ......................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh
pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan
menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga peserta didik
dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil
optimal (Sugihartono, dkk, 2013: 81). Proses pembelajaran di kelas dapat
berlangsung dengan efektif apabila guru dapat memahami peran dan
kebermanfaatan materi yang diajarkannya kepada peserta didik. Hal ini juga
didukung dengan kemampuan guru dalam mengelola kelas dan penggunakan
model pembelajaran yang sesuai. Mendukung dari pernyataan tersebut menurut
Suprijono (2009: 46), kegiatan dalam proses pembelajaran tersebut dapat terwujud
melalui penggunaan pendekatan dari model pembelajaran yang bervariasi serta
proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Model pembelajaran
berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.Dewasa ini banyak model
pembelajaran yang telah digunakan dalam dunia pendidikan untuk membantu
peserta didik dalam memahami materi pelajaran. Selain itu menyongsong abad 21,
pembelajaran juga menekankan agar peserta didik dapat belajar aktif, mampu
bekerja sama dan berkolaborasi dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Sistem
pembelajaran IPA diharapkan dapat melibatkan peserta didik belajar aktif dan
mampu bekerja sama salah satunya ditentukan oleh kemampuan guru
menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan
kepada peserta didik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik.Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model
pembelajaran. Pembentukan sikap, keterampilan sosial, dan hasil belajar adalah
kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik setelah terjadinya proses
pembelajaran. Dengan demikian, seorang guru dituntut memiliki keterampilan
mengelola kegiatan pembelajaran secara kreatif dan inovatif sebab, jika guru

4
berhasil menerapkan suasana iklim pembelajaran yang membuat peserta didik
termotivasi dan aktif dalam belajar, kemungkinan tercapainya tujuan
pembelajaran IPA dapat sesuai dengan apa yang diharapkan. Salah satu alternatif
pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru ialah pembelajaran model
kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan
kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara peserta didik
belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif, yang
anggotanya terdiri dari 4 sampai dengan 6 orang, dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen (Majid, 2013: 174).
Maksud kelompok heterogen yakni dalam kelompok tersebut terdiri dari
campuran peserta didik dengan kemampuan, jenis kelamin, dansuku/ras yang
berbeda. Selain itu, yang paling penting dari kelompok yang heterogen adalah
kecakapan peserta didik misalnya, terdapat peserta didik yang menonjol, ada yang
rata-rata, dan ada yang lamban. Hal ini diharapkan dapat melatih peserta didik
untuk menerima adanya perbedaan individu dan dapat bekerja dengan teman yang
memiliki latar belakang berbeda satu sama lain. Selain itu, menurut Suyanto &
Jihad (2013: 142) pembelajaran kooperatif juga dapat mendorong kegiatan diskusi
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.Pembelajaran kooperatif terbukti
merupakan pembelajaran yang efektif bagi bermacam karakteristik dan latar
belakang sosial peserta didik karena mampu meningkatkan prestasi akademis
peserta didik, baik bagi peserta didik yang berbakat, peserta didik yang
kecakapannya rata-rata maupun mereka yang tergolong lambat belajar (Warsono
& Hariyanto, 2013: 164).
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar pembelajaran kooperatif
2. Apa saja karakteristik model pembelajaran kooperatif
3. Apa saja prinsip-prinsip model pembelajaran kooperatif
4. Apa saja prosedur pembelajaran kooperatif
5. Apa saja model-model pembelajaran kooperatif
C.Tujuan Rumusan

5
1. Untuk mengetahui konsep dasar pembelajaran kooperatif
2. Untuk mengetahui karakteristik pembelajaran kooperatif
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif
4. Untuk mengetahui prosedur pembelajaran kooperatif
5. Untuk mengetahui model-model pembelajaran kooperatif

6
BAB II

PEMBAHASAN

A.Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif


Apa hebatnya keterampilan berfikir kritis dan keterampilan memecahkan
masalah jika siswa tidak dapat mengimplementasikannya dalam ber kritis global
sekarang ini kemampuan untuk pa hebatnya keterampilan berfikir kritis dan
keterampilan memecahkan masalah jika siswa tidak dapat menjalin kerjasama
dengan orang lain merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap orang yang ingin
berhasil. Sepintar apapun seseorang jika tidak dapat berinteraksi dengan orang
lain, maka kepintarannya tidak akan berarti apa-apa. Pembelajaran di sekolah,
termasuk di sekolah menengah kejuruan hendaknya mampu membangun individu
yang memiliki jiwa sosial tinggi, mampu berbagi dan bekerjasama dengan orang
lain. Kemampuan untuk berbagi dan bekerjasama dengan orang lain akan sangat
bermanfaat bagi lulusan SMK ketika terjun ke dunia kerja kelak. Oleh karena itu
para guru di SMK sangat disarankan untuk dapat memahami dan menerapkan
pembelajaran yang bersifat Kooperatif.
Salah satu model pembelajaran yang dirancang untuk membangun sikap
kooperatif siswa adalah model kooperatif. Pembelajaran kooperatif (cooperative
learning). Model pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Unsur-unsur utama yang terdapat dalam cooperative
learning adalah adanya peserta dalam kelompok; adanya aturan kelompok; adanya
upaya belajar setiap anggota kelompok; dan adanya tujuan yang harus dicapai
(Sanjaya, 2009:241). Aktivitas pembelajaran dalam cooperative learning
senantiasa dilakukan dalam situasi berkelompok. Tidak ada siswa yang melakukan
kegiatan secara individual, karena memang pembelajaran harus menciptakan
proses kerjasama. Kegiatan kelompok siswa harus dilakukan dalam koridor aturan
yang jelas. Akivitas siswa dalam kelompok harus terarah dan terkendali, sehingga
harus ada aturan dan pembagian tugas yang jelas dalam kelompok. Melalui aturan
dan pembagian tugas yang jelas dalam kelompok akan mendorong setiap anggota
kelompok bertanggung jawab untuk belajar. Dalam model pembelajaran

7
kooperatif, siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab
terhadap teman satu timnya dapat membuat diri mereka belajar denga lebih baik
(Slavin, 2009:10). Sebab, selain karena keinginan untuk berprestasi secara
individu, anggota kelompok juga dituntut untuk dapat berbagi pengetahuan
dengan anggota yang lain. Supaya individu dalam kelompok termotivasi untuk
belajar dengan baik, maka proses pembelajaran kooperatif hendaknya dirancang
dengan tujuan pembelajaran yang jelas sesuai dengan indikator kompetensi yang
harus dicapai.
Metode pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) berasal dari kata
cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2010:
15). Menurut Slavin (Isjoni, 2010: 15) cooperative learning adalah suatu metode
pembelajaran di mana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif, sehingga dapat merangsang peserta
didik lebih bergairah dalam belajar. Metode pembelajaran ini telah dikenal sejak
lama, di mana pada saat itu guru mendorong para peserta didik untuk melakukan
kerjasama dalam kegiatan- kagiatan tertentu seperti diskusi/ pengajaran oleh
teman sebaya (peer teaching). Dalam melakukan proses pembelajaran guru tidak
lagi mendominasi, sehingga peserta didik dituntut untuk berbagi informasi dengan
peserta didik yang lainnya dan saling belajar bersama.
Metode pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) mengandung
pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja dan
membantu antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur di dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih, dan keberhasilan kerja tim
sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Metode pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) juga dapat diartikan
sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama
anggota kelompok. Menurut Trianto (2010:58) metode pembelajaran kooperatif
(Cooperative learning) disusun dalam suatu proses usaha untuk meningkatkan
partisipasi peserta didik, memfasilitasi peserta didik dengan pengalaman sikap
kepemimpinan dan mengambil keputusan dalam kelompok, serta memberikan

8
kesempatan pada peserta didik untuk berinteraksi dan belajar bersama peserta
didik yang berbeda latar belakang.
Menurut Yamin dan Ansari (2008:74) metode pembelajaran kooperatif
(Cooperative learning) merupakan metode pembelajaran yang mengutamakan
kerjasama di antara peserta didik untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran
kooperatif dapat menciptakan saling ketergantungan antar peserta didik, sehingga
sumber belajar bagi peserta didik bukan hanya guru dan buku ajar tetapi sesama
peserta didik. Dari sekian banyak pengertian yang dikemukakan para ahli di atas
tentang cooperative learning, maka dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran cooperative learning merupakan sebuah metode yang menekankan
pada kerja kelompok. Pada metode ini peserta didik dibentuk dalam beberapa
kelompok, kemudian diberikan meteri agar mereka bekerja sama dalam kelompok
tersebut. Pada metode ini peserta didik tidak hanya dituntut agar menguasai materi
pelajaran saja, tetapi peserta didik dituntut agar dapat menjelaskam kepada teman-
teman sekelompoknya dan mempresentasikan di depan kelas, sehingga peserta
didik lainnya akan lebih aktif.Penggunaan metode pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) di dalam kelas, ada beberapa konsep mendasar yang perlu
diperhatikan dan diupayakan oleh guru. Guru dengan kedudukannya sebagai
perancang dan pelaksana pembelajaran dengan menggunakan metode ini harus
memperhatikan beberapa konsep dasar yang merupakan dasar-dasar konseptual
dalam penggunaan metode pembelajaran kooperatif (Cooperative learning).
Menurut Stahl (Solihatin dan Raharjo, 2008: 7) ada beberapa konsep-konsep
dasar metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah:
1. Perumusan tujuan belajar yang jelas.
2.Penerimaan yang menyeluruh oleh peserta didik tentang tujuan belajar.
3. Ketergantungan yang bersifat positif.
4. Interaksi yang bersifat terbuka
5. Tanggung jawab individu.
6. Kelompok bersifat heterogen.
7. Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif.
8. Tindak lanjut (follow up).
9. Kepuasan dalam belajar.

9
B. Karakteristik Metode Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Menurut Slavin (2005) ada tiga yang menjadi karakteristik metode pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) yaitu:
1. Penghargaan Kelompok
Metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menggunakan tujuan-
tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan
kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang telah
ditentukanKeberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai
anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling
mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
2. Pertanggungjawaban Individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua
anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas
anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya
pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk
menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman
sekelompoknya.
3. Kesempatan yang Sama Untuk Mencapai
Keberhasilan.
Metode pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) menggunakan metode
scoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi
yang diperoleh oleh peserta didik dari yang terdahulu. Dengan menggunakan
metode scoring ini setiap peserta didik baik yang berprestasi rendah, sedang, atau
tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang
terbaik bagi kelompoknya. Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih
bersifat konvensional, cooperative learning memiliki beberapa keunggulan.
Keunggulannya dilihat dari aspek peserta didik adalah memberi peluang kepada
peserta didik agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan serta
pengalaman yang diperoleh peserta didik untuk bekerja sama dalam merumuskan
ke arah satu pandangan kelompok.
Pembelajaran kooperatif Pada hakekatnya para peserta didik adalah sekelompok
manusia dengan berbagai macam perubahan fisik, sosial dan psikologik. Mereka

10
sudah mulai kritis, tahu apa yang dibutuhkan (bukan sekedar diinginkan) dan
dipilihnya, serta makin paham tentang bagaimana menentukan skala prioritas.
Untuk mengatasi kelambanan dan ketertinggalan ta maka proses pembelajaran
perlu diubah, dari one-way traffic menjadi two-way traffic/dan interaktif
(Gunawan, 2012). Dengan pembelajaran interaktif para peserta didik diajak
bersamasama secara aktif untuk mencari, menemukan, mengolah, membangun
dan memaknai ilmu pengetahuan yang diminatinya. Salah satu pembelajaran
interaktif adalah pembelajaran kooperatif Harsono (2008) mengemukakan metode
pembelajaran, I lecture, you listen, masih ewarnai pendidikan di Perguruan Tinggi.
Dosen merupakan tokoh sentral, dan lebih-kurang 80% waktunya digunakan
untuk memindahkan (transfer) ilmunya secara konvensional (one- way traffic),
sementara itu para peserta didik duduk mendengarkan ceramahnya dengan
aktivitas minimal. One-waytraffic method para peserta didik menunjukkan sikap
apatis dan tidak tertarik erhadap proses pembelajaran. Langkah Pembelajaran
Kooperatif (Sintaks) antara lain menyampaikan tujuan (akademik dan sosial) dan
memotivasi peserta didik serta aturan main, menyajikan informasi organisasikan
peserta didik dalam kelompok kooperatif, bimbing melakukan
kegiatan/berkooperatif, kuis/evaluasi, dan penghargaan. Contoh keterampilan
kooperatif berbagi tugas, mengambil bagian, tetap berada dalam tugas,
mengajukan pertanyaan mendengar dengan aktif, bekerjasama, dan membantu
teman. Beberapa contoh model pembelajaran kooperatif yang telah diterapkan
dalam penelitian adalah pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dan
PBL (Problem Based Learning)..
Temuan hasil penelitian bahwa bentuk pengembangan pendidikan karakter
adalah proses internalisasi dan sosialisasi melalui penciptaan iklim kondusif
dengan manajemen kelas mulai dari perencanaan (merekontruksi perkuliahan
yang berbasis karakter), pelaksanaan (penerapan pembelajaran inovatif yang
mengintegrasikan pendidikan karakter), dan evaluasi (penilaian kognitif, afektif,
dan psikomotor) berbasis karakter, sesuai dengan pendapat Gunawan (2012)
bahwa integrasi pendidikan karakter dalam proses pembelajaran dilaksanakan
mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua
mata pelajaran. Diantara prinsip-primio yang dapat diadopsi dalam membuat

11
perencanaan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, dan evaluasi
adalah prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif. Kemendiknas (2011) telah
mendeskripsikan prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif dan pelaksanaan
pembelajaran dengan integrasi pendidikan karakter pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
Persyaratan kunci bagi terpeliharanya integrasi pola nilai di dalam sistem
adalah proses sosialisasi dan internalisasi. Dalam proses sosialisasi yang berhasil,
norma dan nilai itu diinternalisasikan sehingga norma dan nilai menjadi bagian
kesadaran aktor. Apabila proses internalisasi dan sosialisasi berhasil, maka pola
nilai karakter yang dimiliki lembaga akan terpelihara dengan baikdalam perilaku
setiap civitas akademika, sehingga akan tercipta suasana Iyang kondusif untuk
berlngsungnya dibutuhkan para peserta didik. Kedua, meneladankan sendiri
proses itu, sehingga peserta didik mempunyai orang dewasa dalam kehidupan
mereka yang terlihat bertekad menggapai cita-cita yang tinggi dan berjuang
mengaktualisasikannya. Dosen dituntut untuk bisa melakukan manajemen kelas
yang baik, sehingga lingkungan kelas dapat dijadikan sebagai lingkungan yang
kondusif dan dapat mendukung peserta didik untuk berperilaku yang berkarakter
sehari-hari Wuryandani (2014).
C prinsip-prinsip model pembelajaran kooperatif.
Prinsip-prinsip Pembelajaran Cooperative Learning Menurut Sanjaya (2010:
246) ada beberapa prinsip pembelajaran cooperative learning, yaitu:
1. Positive Interdevedence (Prinsip Ketergantungan Positif)
Positive Interdevedence yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya
kepentingan yang sama atau perasaan di antara anggota kelompok di mana
keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain atau sebaliknya. Untuk
menciptakan suasana tersebut, guru perlu merancang struktur dan tugas- tugas
kelompok yang memungkinkan setiap peserta didik untuk belajar, mengevaluasi
dirinya dan teman kelompoknya dalam penguasaan dan kemampuan memahami
bahan pelajaran. Kondisi seperti ini memungkinkan setiap peserta didik merasa
adanya ketergantungan secara positif pada anggota kelompok lainnya dalam
mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya,
yang mendorong setiap kelompok untuk bekerja sama.

12
2. Interaction Face to Face (Interaksi Tatap Muka)
Interaction face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar peserta didik
tanpa adanya perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan individu, yang ada
hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal di antara peserta didik
yang ditingkatkan oleh adanya hubungan timbal balik yang bersifat positif
sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran.
D.Prosedur Pembelajaran kooperatif.
Langkah Prosedur Model Pembelajaran Cooperative
6. “ Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa"Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan
dicapai serta memotivasi siswa.
6. “ Menyajikan informasi ”Guru menyajikan informasi kepada siswa.
 “ Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar ” Guru
menginformasikan pengelompokan siswa.
“ Membimbing kelompok belajar ”Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
 “ Evaluasi ”Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran
yang telah dilaksanakan
 “ Memberikan penghargaan ”Guru memberi penghargaan hasil belajar
individual dan kelompok.

Langkah-langkah atau prosedur model cooperative learning yang telah


dijelaskan di atas masih sangat umum, dan kebanyakan diterapkan pada tingkatan
yang lebih tinggi dari SD. Langkah-langkah di atas dapat dimodifikasi dan
disesuaikan agar dapat diterapkan pada siswa SD. Berikut adalah langkah-langkah
model pembelajaran cooperative yang diambil dari sumber-sumber data primer:
 Dalam penelitian yang ditulis oleh Diren Agasi, Desyandri, dan Farida F
tahun 2018, hlm 13 dapat diketahui bahwa langkah-langkah yang
dilakukan untuk menerapkan pembelajaran cooperative adalah sebagai
berikut:
a). Menentukan sampel siswa yang akan menjadi subjek yang akan diuji untuk
diterapkan model pembelajaran cooperative, dalam penelitian Diren Agasi,

13
Desyandri, dan Farida F tahun 2018 sampel yang dipilih adalah siswa kelas IV
SDN 02 Sialang dan SDN 05 Sialang.
b). Kedua, Kelas tersebut dibagi menjadi kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Kelas eksperimen adalah kelas yang akan diterapkan model pembelajaran
cooperative (SDN 02 Sialang). Sementara kelas kontrol adalah kelas yang akan
diterapkan model pembelajaran konvensional (SDN 05 Sialang).
c). Masing-masing kelas dipilah menjadi dua kelompok, kelompok siswa yang
memiliki minat tinggi, dan kelompok siswa yang memiliki minat rendah.
Pembagian kelompok ini digunakan untuk membedakan dua kelompok yang
dikontraskan.
d). Menerapkan model pembelajaran cooperative yang telah disiapkan, di
antaranya adalah pemberian rangsangan terhadap siswa, pelatihan identifikasi
masalah, pelatihan pengolahan data, pelatihan pembuktian apa yang telah
diidentifikasi oleh siswa, pelatihan generalisasi atau penarikan kesimpulan
terhadap masalah yang telah dibahas.
e). Langkah yang terakhir adalah melihat perbedaan dari masing-masing kelas dan
masing-masing siswa yang memiliki minat tinggi dan rendah.
 Pada penelitian yang dilakukan oleh Fatkhan Amirul Huda, Adpriyadi, dan
Ika Yulianti tahun 2020, hlm : 15, dapat diketahui bahwa langkah-langkah
model pembelajaran cooperative dapat diterapkan dengan langkah sebagai
berikut:
a).Mengidentifikasi masalah pembelajaran yang dilakukan guru sebelumnya.
b). Menganalisis dan menentukan masalah.
c).Merancang suatu proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative
learning berbantuan benda konkret sesuai dengan materi yang akandiajarkan.
d).Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa,
lembarobservasi, alat/bahan belajar dan alat evaluasi).
e).Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tercantum :
(1) Standar Kompetensi (SK).Memahami berbagai bentuk energi dan cara
penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari,
(2) Kompetensi 72%28% Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I Tuntas
Tidak Tuntas Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya.

14
f). Konsultasi dengan guru kelas tentang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
lembar kerja siswa, lembar observasi, alat/bahan belajar dan alat
evaluasi).Langkah-langkah dalam penelitian ini diterapkan pada siswa kelas IV
SD Negeri 3 Kemiriombo Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung yang
terdiri dari 11 siswa yaitu siswa perempuan 3 dan siswa laki-laki 8.
 Pada penelitian Fitrianingtyas dan Radia tahun 2017 yang diterbitkan oleh
Jurnal Mitra Pendidikan, langkah-langkah model pembelajaran
cooperative yang diterapkan pada siswa kelas VI SDN Gedanganak 02
Ungaran Timur Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut :
a). Pembagian kelompok: Siswa dibagi menjadi bebrapa kelompok, setiap
kelompok terdiri 4-5 siswa.
b). Pengamatan: Siswa mengamati gambar atau contoh yang disiapkan oleh guru.
c). Rasa ingin tahu: Siswa membuat dugaan jawaban atas pertanyaan dalam
contoh yang dipersiapkan.
d). Mencari informasi: Siswa mencari informasi atau melakuakn percobaan untuk
menjawab dugaan yang ada.
e). Konfirmasi: Siswa mencocokan jawaban.
f). Diskusi: Siswa mendiskusikan hasil dari percobaan.
g). Kesimpulan: Siswa menyimpulkan dari perobaaan yang dilakukan.
 Pada penelitian yang ditulis oleh Kristin dan Rahayu (2016) yang
diterbitkan oleh Jurnal Scholaria, langkah-langkah model pembelajaran
cooperative yang diterapkan pada siswa kelas IV SD Negeri Koripan 01
adalah sebagai berikut.
a). Stimulation (Pemberian Rangsangan)
Dalam pemberian rangsangan siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar
timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
b). Identifikasi Masalah
Setelah itu mengidentifikasi masalah, guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan

15
dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).
c). Pengumpulan Data
Untuk menjawab permasalahan yang diberikan siswa terlebih dahulu
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis. Tahap ini siswa diberi kesempatan untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati
objek, wawancara, melakukan uji coba sendiri untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis.
d). Pengolahan Data
Selanjutnya siswa melakukan pengolahan data dengan percobaan untuk
menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah dirancang oleh guru
dalam bentuk pertanyaan yang disediakan di lembar kerja siswa. Pengolahan data
merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh siswa
melalui wawancara, observasi dan sebagainya. Tahap ini berfungsi sebagai
pembentukan konsep dan generalisasi, sehingga siswa akan mendapatkan
pengetahuan baru dari alternatif jawaban yang perlu mendapat pembuktian secara
logis.
e). Pembuktian
Hasil kegiatan percobaan dianalisis dan ditulis dalam lembar kerja siswa. Setiap
kelompok mempresentasikan hasil yang diperoleh dan membuktikan hasil yang
diperoleh kepada teman satu kelas. Pada tahap ini siswa melalakukan pemeriksaan
secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan
dengan temuan alternatif dan dihubungkan dengan hasil pengolahan data.
f). Menarik Kesimpulan
Pada tahap ini, guru menginstruksikan untuk membuat kesimpulan dari topik
yang telah diberikan kepada siswa. Kesimpulan ini bisa berupa generalisir dari
sekian banyak hal yang telah diajarkan kepada siswa. Tahap generalisasi/menarik
kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan
prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi.

16
Dari sekian banyak sumber data primer yang telah disebutkan pada di atas
sebelumnya, hanya ada enam diantaranya yang menyajikan atau membahas
langkah- langkah penerapan model pembelajaran cooperative. Kempat penelitian
tersebut mengembangkan dan menerapkan langkah-langkah penerapan model
pembelajaran cooperative yang umum ke dalam langkah yang spesifik dan relevan
sesuai dengan siswa yang dihadapinya. Namun pada dasarnya semua mengacu
pada langkah-langkah model pembelajaran cooperative umum yang telah
dijelaskan oleh para ahli.
Langkah-langkah yang umum itu adalah :
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
2. Menyajikan informasi
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
4. Membimbing kelompok belajar
5. Evaluasi
6. Memberikan penghargaan
Perbedaan data-data di atas terletak pada langkah spesifik yang disesuaikan
dengan penelitian serta kondisi siswa di setiap sekolahnya masing-masing.
Beberapa data tersebut membuat langkah spesifik seperti membagi kelas ke dalam
dua kelompok yang berbeda untuk mengetahui langkah-langkah model
pembelajaran mana yang lebih berhasil dan signifikan dapat meningkatkan hasil
belajar. Kemudian beberapa data pun mengambil rancangan pembelajaran sesuai
kurikulum yang berlaku, dan evaluasi pembelajaran yang disesuaikan dengan
target dan tujuan pembelajarannya masing- masing.
Berdasarkan dari data-data yang diambil dari sumber primer di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa langkah-langkah penerapan model
pembelajaran cooperative mesti disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan
siswa. Berikut adalah hasil penarikan kesimpulan dari langkah-langkah
penerapan model pembelajaran cooperative yang didapat dari sumber primer.
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan
kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
2. Guru dapat menyajikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep. Saat
diberikan contoh dan bukan contoh, maka peserta didik akan mendapatkan

17
perbedaan di antara contoh dan bukan contoh akan tetapi juga timbul beberapa
pertanyaan di benak mereka terkait contoh dan bukan contoh yang lain. Hal ini
berkaitan dengan stimulus rangsangan agar peserta didik tertarik pada hal-hal
yang akan dipelajarinya.
3. Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
4. Guru mendorong peserta didik untuk aktif di dalam kelompok dan
menanyakan fakta tambahan terkait konsep yang sedang dibahas. Setelah
timbul pertanyaan di benak peserta didik, maka guru tidak langsung
memberikan kesimpulan terkait pertanyaan-pertanyaan tersebut, akan tetapi
memberikan lebih banyak contoh dan bukan contoh sehingga pengetahuan
terkait perbedaan antara contoh dan bukan contoh menjadi lebih banyak. Hal
ini berkaitan dengan identifikasi masalah yang telah ditelusuri oleh siswa
terhadap
hal-hal yang akan dipelajarinya.
5. Guru mengarahkan peserta didik merumuskan dugaan peserta didik tentang
konsep dan
contoh-contoh tersebut. Setelah diberikan lebih banyak contoh dan bukan
contoh, tidak semua pertanyaan di benak peserta didik terjawab. Maka dari itu
guru mengarahkan agar peserta didik membuat dugaan sementara terkait
pertanyaan yang timbul di benak mereka terkait konsep yang sedang dibahas.
Hal ini berkaitan dengan latihan membuat hipotesis awal atau dugaan
sementara terhadap masalah yang sedang dipelajari oleh peserta didik.
6. Guru membimbing peserta didik dalam mengumpulkan informasi terkait
konsep yang sedang dibahas. Informasi bisa diperoleh melalui berbagai
macam cara. Beberapa di antaranya yaitu, membaca dari beberapa sumber
seperti buku maupun internet atau berdiskusi tentang terkait masalah yang
sedang dibahas. Hal ini berkaitan dengan pengumpulan data masalah yang
sedang dipelajari oleh peserta didik.
7. Dari contoh-contoh yang telah diberikan sebelumnya akan terdapat
beberapa kesamaan ataupun pola. Contoh-contoh tersebut kemudian ditata
oleh guru agar lebih mudah dalam menemukan kesamaan dalam contoh-
contoh tersebut. Kemudian peserta didik diarahkan untuk menemukan

18
kesamaannya. Hal ini berkaitan dengan langkah pengolahan data dari data-
data yang telah dikumpulkan sebelumnya oleh peserta.
8. Guru mengajak kelompok-kelompok dalam kelas untuk berbagi dan
mendiskusikan dugaan yang ditemukan agar diperoleh dugaan bersama. Setiap
kelompok pasti akan menemukan temuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu
setiap kelompok dipersilahkan untuk berbagi terkait temuan mereka agar
kelompok lain bisa menambah pengetahuan mereka terkait temuan yang
beragam. Hal ini berkaitan dengan langkah pembuktian.atau guru memberikan
gagasan tentang maksud dan konsep dari masalah yang dihadapi sehingga
peserta didik dapat menyimpulkan masalah yang sedang dihadapi. Tugas
utama guru di sini adalah meluruskan temuan-temuan yang diperoleh oleh
peserta didik agar diperoleh satu kesimpulan yang dapat dimengerti oleh
peserta didik. Hal ini berkaitan dengan langkah generalisasi atau penarikan
kesimpulan dalam suatu masalah yang sedang dihadapi oleh peserta didik.
9. Guru memberikan latihan-latihan untuk memantapkan pemahaman peserta
didik terkait konsep yang telah dibahas. Setelah diperoleh kesimpulan dan
peserta didik paham akan konsep yang dibahas, maka harus dilakukan
pemantapan agar mereka bisa lebih paham terkait konsep tersebut melalui
latihan soal. Hal ini berkaitan dengan langkah evaluasi agar peserta didik lebih
memahami apa yang telah dilakukan dan dipelajarinya.
Dalam makalah ini penulis hanya menyebutkan empat data yang dibahas. Hal
ini disebabkan dari sekian banyak data primer yang ada, hanya ada enam data
yang secara eksplisit dan implisit menyebutkan langkah-langkah model
pembelajaran cooperative.
E model-model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran Model kooperatif pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar tentang apa yang sudah dipelajari. dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri atas empat sampai enam orang yang bersifat heterogen. Pembelajaran
kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam
kelompok untuk saling berinteraksi, sehingga dalam model ini siswa memiliki dua

19
tanggung jawab, belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota
kelompok untuk belajar.
Dari hasil penelitian Slavin dinyatakan bahwa:
penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap tolerans
dan menghargai pendapat orang lain. pembelajaran kooperatif dapat memenuhi
kebutuha siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan
mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman. Terdapat empat hal penting
dalam adanya aturan main dalam kelompok.adanya upaya belajar dalam
kelompok. adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok. Langkah-
langkah dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
 menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa,
 menyajikan informasi.
 mengelompokkan siswa.
 membimbing kelompok bekerja dan belajar.
 evaluasi.
memberikan penghargaan (Rusman, 2010: 202 211). Terdapat beberapa tipe
dalam pembelajaran kooperatif, seperti Student Teams Achieve- ment Division
(STAD), Jigsaw, Group Investigation, Make a Match, Teams Games Tournaments
(TGT),Think pair share (TPS),dan lain lain.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

kooperatif merupakan cara belajar yang menerapkan kerjasama antar


siswa dalam sekelompok kecil terdiri dari 3 sampai 5 siswa dalam satu kelompok.
Unsur-unsur pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan positif, interaksi
antar siswa meningkat, tanggung jawab perseorangan, komunikasi antar anggota
kelompok, evaluasi proses kelompok. Ada lima unsur membedakan cooperative
learning dengan kerja kelompok yang dikenal pada umumnya yaitu Positive
independenceb, Interaction face to face, adanya tanggung jawab pribadi mengenai
materi pelajaran dalam anggota kelompok, membutuhkan keluwesan,
meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses
kelompok). Dalam karakteristiknya pembelajaran kooperatif mencakup
pembelajaran secara tim, didasarkan pada manajemen kooperatif, kemauan dan
keterampilan untuk bekerja samaPembelajaran kooperatif memiliki jenis
diantaranya Student Teams Achievement Devision, Team Games Tournament, dan
Teams Assisted Individualitation. Terdapat 6 langkah utama atau tahapan dalam
pelajaran yang menggunakan cooperative learning.

B. Saran
Untuk tenaga pendidik kegiatan belajar mengajar lebih baik menggunakan
strategi kooperatif seperti yang telah dijelaskan diatas karena dapat membuat
siswa. lebih cepat menerima daripada menggunakan strategi
konvensionalPembelajaran kooperatif mengutamakan interaksi antara siswa
dengan siswa lainnya. Guru sebagai fasilitator dan pengawas jalannya diskusi.
Cooperative learning akan berjalan dengan lancar apabila siswa aktif dan saling
bertukar pikiran. Guru harus selalu membimbing siswa dalam berdiskusi agar
tujuan pembelajaran tercapai

21
DAFTAR PUSTAKA

Jamaluddin, Dindin. 2010. Metode Pendidikan Anak. Bandung : Pustaka


Al-Fikriis.
Jurnal Saintech Vol. 08 - No.04-Desember 2016.
Mudlofir, Ali., dan Rusydiyah Evi Fatimatur. Desain Pembelajaran
Inovatif. Depok: PT
RajaGrafindo Persada.
Prisansa, Donni Juni. 2016. Pengembangan Strategi Dan Model
Pembelajaran.Bandung :
CV Pustaka Setia.
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologis Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.

22

Anda mungkin juga menyukai