Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Pembelajaran
dan Pratikum
Disusun Oleh
Devyarani : 0101.20.0001
Dosen Pengampu :
FAKULTAS TARBIYAH
2023 M / 1444 H
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah nya
terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah Metodologi pembelajaran dan pratikum dengan judul penggunaan
model pembelajaran kooperatif pada pembelajaran PAI.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas pada mata kuliah Metodologi pembelajaran dan pratikum. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kita tentang proses belajar
mengajar yang bisa bermanfaat bagi para pembaca maupun penulis.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………… i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................. 3
BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................. 4
2.1 Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif ........................... 4
2.2 Unsur Penting Pembelajaran Kooperatif ....................................... 6
2.3 Implikasi Pembelajaran Kooperatif Terhadap Pembelajaran PAI . 8
2.4 Keunggulan Pembelajaran Kooperatif ............................................ 10
2.5 Implementasi Pembelajaran Kooperatif ......................................... 13
2.6 Penataan Ruang Kelas Model Pembelajaran Kooperatif………… 19
BAB 3 PENUTUP ........................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) baik proses maupun hasil
belajar selalu inheren dengan keislamam; keislaman melandasi aktifitas belajar,
menafasi perubahan yang terjadi serta menjiwai aktivitas berikutnya.4 Namun,
pada kenyataannya pembelajaran (PAI) hanya sekedar teori dan belum sampai
pada tahap internalisasi ajaran dalam keseharian siswa. Munculnya pendapat
bahwa PAI sebagai pelajaran yang tidak dimasukkan sebagai mata pelajaran UN
(Ujian Nasional), mengakibatkan siswa kurang tertarik mempelajari. Hal ini
diperparah dengan proses pembelajaran PAI yang terkesan menjemukan dan tidak
kreatif.
1
Padahal PAI merupakan dasar dari seluruh mata pelajaran. Mengingat
begitu pentingnya PAI, maka perlu dilakukan usaha-usaha yang dapat
meningkatkan keberhasilan siswa dalam pembelajaran PAI. Sehingga potensi
yang ada pada siswa dapat digali dan dikembangkan dengan baik, salah satunya
melalui aktifitas dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif ini
lebih menekankan pada melatih siswa agar mampu berfikir dan bekerja secara
berkelompok. Menurut Ibrahim Taufik, NHT adalah suatu model pembelajaran
yang lebih mengedepankan aktifitas siswa dalam mencari, mengolah, dan
melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di
depan kelas. Sehingga model pembelajaran kooperatif dapat dijadikan alternatif
untuk perbaikan dari model pembelajaran yang selama ini masih memiliki
kelemahan, yakni tersentral pada guru.
2
1.2 Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok Setiap kelompok akan
memperoleh penghargaan jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang
dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai
ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itu selanjutnya akan
memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan
interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling
membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok.
Dengan demikian, setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk
memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Muslich (2009)
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah belajar dalam bentuk
berbagi informasi dan pengalaman, saling merespons, dan saling
berkomunikasi. Bentuk belajar ini tidak hanya membantu peserta didik belajar
tentang materi, tetapi juga konsisten dengan belajar kontekstual dalam
kehidupan nyata. Dalam kehidupan yang nyata, peserta didik akan menjadi
warga yang hidup berdampingan dan berkomunikasi dengan warga lain (Doni,
292:2017).
5
2. Pengakuan adanya keragaman Model pembelajaran kooperatif
bertujuan agar peserta didik dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut mencakup
perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
3. Pengembangan keterampilan sosial Pembelajaran kooperatif bertujuan
mengembangkan keterampilan sosial peserta didik. Keterampilan
sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif adalah berbagi
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, menjelaskan ide
atau pendapat, dan bekerja sama dalam kelompok. (Doni,294:2017).
6
4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil.Dalam belajar
kooperatif,selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan
seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan
siswa lain dalam kelompoknya.Bagaimana siswa bersikap sebagai
anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan
menuntut keterampilan khusus.
5. Proses kelompok.Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa
proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok
mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik
dan membuat hubungan kerja yang baik.
7
Demikian terkait dengan unsur penting dan prinsip penerapan model
pembelajaran kooperatif penerapan model pembelajaran kooperatif. Untuk itu,
pendidik diharapkan dapat mengimplementasikan pembelajaran kooperatif pada
pembelajaran PAI untuk menciptakan suasana pembelajaran PAI yang kondusif,
kolaboratif, dan interaktif sehingga proses pembelajaran PAI dapat terlaksana
dengan efektif. (Andi Sulistio:2022:5).
8
3. Suatu masalah idealnya cocok untuk didiskusikan secara kelompok,
sebab memiliki solusi yang dapat didemontrasikan secara objektif.
Seorang peserta didik dapat mempengaruhi peserta didik lain dengan
argumentasi yang logis.
4. Peserta didik dalam kelompok dapat membantu peserta didik lain
untuk menguasai masalah-masalah dasar dan prosedur perhitungan
yang perlu dalam konteks permainan, teka teki, atau pembahasan
masalah-masalah yang bermanfaat.
5. Ruang lingkup materi dipenuhi oleh ide-ide manarik dan menantang
yang bermanfaat bila didiskusikan.( Trianto, 2013:62.) Berdasarkan
lima implikasi positif tersebut dapat dipaparkan tujuh implikasi
penerapan model pembelajaran kooperatif terhadap pembelajaran PAI,
yaitu:
a. Kelompok belajar PAI dapat mengembangkan keterampilan
sosial peserta didik.
b. Peserta didik dapat berpartisipasi aktif melalui kelompok
pembelajaran PAI.
c. Peserta didik dapat mengembangkan wawasannya melalui
diskusi kelompok belajar.
d. Peserta didik dapat memecahkan masalah melalui diskusi
kelompok.
e. Suasana pembelajaran PAI yang menantang dan
menyenangkan.
f. Mengoptimalisasi aktivitas belajar peserta didik, dan
g. Mendorong pencapaian dan peningkatan prestasi belajar
peserta didik.
9
2.4 Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran ini berdasarkan penelitian Johnson sebagaimana
dijelaskan oleh Nurha dalam Kunandar, menunjukkan beberaoa adanya
keunggulan, antaranya:
1. Memudahkan peserta didik melakukan penyelesaian soal.
2. Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati.
3. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan,
informasi, perilaku sosial, dan pandangan.
4. Memungkinkan terbenruk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen.
5. Meningkatkan kepekaan dan keistimewaan sosial.
6. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois atau egosentris.
7. Menghilangkan peserta didik dari penderitaan akibat dari kesendirian dan
keterasingan.
8. Dapat menjadi acuan bagi perkembangan kepribadian yang sehat dan
integrasi.
9. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
10. Mencegah timbulnya gangguan kejiwaan.
11. Mencegah terjadinya kenakalan remaja.
12. Menimbulkan perilaku rasional dimasa remaja.
13. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan
saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
14. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
15. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai
perspektif.
16. Meningkatkaperasaan penuh makna mengenai arah dan tujuan hidup.
17. Meningkatkan keyakinan terhadap idea tau gagasan sendiri.
18. Meningkatkan kesedian menggunakan ide orang lain yang dirasakan leboh
baik.
19. Meningkatkan motivasi belajar.
10
20. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama
dan orientasi tugas.
21. Mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan saling menjaga
perasaan.
22. Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar.
23. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.
24. Meningkatka kesehatan psikologis.
25. Meningkatkan sikap tenggang rasa.
26. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
27. Memungkinkan siswa mampu mengubah pandangan klise dan stereotif
menjadi pandangan dinamis dan realistis.
28. Meningkatkan rasa harga diri (self esteem) dan penerimaan diri (self
acceptance).
29. Memberikan harapan yang lebih besar bagi terbentuknya manusia dewasa
yang mampu menjalin hubungan positif dengan sesamanya, baik ditempat
kerja maupun dimasyarakat.
30. Meningkatkan hubungan positif antara peserta didik dan pendidik dan
personel.
31. Meningkatkan pandangan peserta didik terhadap pendidik yang bukan
hanya sebagai penunjang keberhasilan akademik, tetapi juga
perkembangan kepribadian yang sehat dan terintegrasi.
32. Meningkatkan pandangan peserta didik terhadap pendidik yang bukan
hanya mengajar, tetapi juga pendidik. (Sulaiman,2017:223).
11
Selain itu ada juga keuntungan pembelajaran kooperatif sebagai suatu
strategi pembelajaran di antaranya:
1. Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi
dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
2. SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau
gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan dengan ide-
ide oarang lain.
3. SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari
segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4. SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
5. Spk merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan
prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif
dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan
sikap positif terhadap sekolah.
6. Melalui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide
dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.siswa dapat berpraktik
memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan
yang dibuat adalah tanggung jawab kelompok.
7. SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan
kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (rill).
8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses
pendidikan jangka panjang. (Wina Sanjaya,2006:249)
12
2.5 Implementasi Pembelajaran Kooperatif
Implementasi pembelajaran kooperatif pada proses pembelajaran PAI
dilakukan melalui kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari 4-6 peserta didik
perkelompok. Menurut Slavin, menjelaskan bahwa model pembelajaran
kooperatif merupakan pembelajaran dengan penekanan pada aspek sosial dan
menggunakan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 peserta didik
sederajat tetapi kemampuan heterogen. Sederajat yang dimaksud disini adalah
peserta didik yang berasal dari sekolah dan kelas yang sama, sedangkan heterogen
tidak hanya menunjukkan adanya keragaman kemampuan tetapi juga jenis
kelamin dan ras. Implementasi model pembelajaran ini dilakukan dengan
membentuk kelompok kecil. Adapun langkah penerapannya menurut Ibrahim
terdapat enam tahapan utama dalam pelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
berikut(ibrahim, dkk., 2000:10) :
No Indikator Kegiatan Guru
13
Sementara variasi model pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam
pembelajaran PAI, sebagai berikut; STAD, JIGSAW, investigasi kelompok
(teams games tournaments atau TGT), dan pendekatan kultural yang meliputi
Tink Pair share (TPS), dan Numbered Head Together (NHT). Berikut dijelaskan
secara singkat implementasi beberapa model pembelajaran kooperatif tersebut:
a. Perangkat pembelajaran
b. Membentuk kelompok kooperatif
c. Menentukan skor awal
d. Pengaturan tempat duduk
e. Kerja kelompok
14
2. Pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW
15
3. Think Pair Share (TPS)
16
4. Numbered Head together (NHT)
17
5. Team Games Tournament (TGT) Trianto, menjelaskan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), atau
pertandingan Tim dikembangkan secara asli oleh Davis de Vries dan
Keath Edward (1995). Pada model ini peserta didik memainkan
permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh
tambahan poin untuk skor tim. Penerapan model pembelajaran ini
terdapat komponen perhatikan, yaitu:
a. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT), terdiri dari empat komponen utama, antara
lain: presentasi pendidik (sama dengan STAD), kelompok
belajar (sama dengan STAD), turnamen, dan pengenalan
kelompok.
Pendidik menyampaikan; kartu soal, lembaran kerja,
dan alat/bahan.
Peserta didik dibagi atas beberapa kelompok (tiap
kelompok anggotanya 5 orang).
Pendidik mengarahkan aturan permainan.
Adapun langkah-langkah sebagai berikut. Seperti pada model
STAD, pada TGT peserta didik ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan empat orang yang merupakan campuran
menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Pendidik
menyampaikan pelajaran, dan kemudian peserta didik bekerja
di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota
tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh
peserta didik dikenai kuis, pada waktu kuis ini mereka tidak
dapat saling membantu.
18
b. Aturan (skenario) permainan Dalam permainan terdiri dari:
kelompok pembaca, kelompok penantang I, kelompok
penantang II, dan seterusnya sejumlah kelompok yang ada.
Kelompok pembaca petugas: (1) ambil kartu bernomor dan cari
pertanyaan pada lembar permainan, (2) baca pertanyaan
kertaskertas, dan (4) beri jawaban. Sementara kelompok
penantang kesatu bertugas: menyetujui pembaca atau memberi
jawaban yang berbeda. Sedangkan kelompok penantang kedua:
(1) menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda,
dan (2) cek lembaran jawaban. Kegiatan ini dilakukan secara
bergiliran (games rule).
c. Sistem perhitungan poin turnamen. Skor peserta didik
dibandingkan dengan rerata skor yang lalu mereka sendiri, dan
poin diberikan berdasarkan pada seberapa jauh peserta didik
menyamai atau melampaui prestasi yang dilaluinya sendiri.
Poin tiap anggota tim ini dijumlahkan untuk mendapatkan skor
tim, dan tim yang mencapai kriteria tertentu dapat diberi
sertifikat atau ganjaran (award) yang lain.(Sulaiman,
2017:226).
19
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memberikan
pertimbangan penataan ruang belajar kooperatif, yaitu:
1. Ukuran kelas
2. Jumlah peserta didik
3. Tingkat kedewasaan peserta didik
4. Toleransi guru dan kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lalu
lalangnya peserta didik
5. Pengamalan guru dalam melaksanakan metode pengajaran kooperatif
6. Pengalaman peserta didik dalam melaksanakan metode pembelajaran
kooperatif
20
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Menghargai kelompok
2. Tanggung jawab individual
3. Kesempatan yang sama untuk sukses
21
Berdasarkan lima implikasi positif tersebut dapat dipaparkan tujuh
implikasi penerapan model pembelajaran kooperatif terhadap
pembelajaran PAI, yaitu:
22
5. SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi
dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (rill).
23
DAFTAR PUSTAKA
Juni Doni , Pengembangan Strategi & Model Pembelajaran Inovatif, Kreatif, dan
Prestatif Dalam Memahami Peserta Didik, Bandung : CV, Pustaka Setia,
2019.
SavageV Tom, Effective Teaching In Social Studies, New Jersey : Prentice Hall,
1987.
24