Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PADA PEMBELAJARAN PAI

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Pembelajaran
dan Pratikum

Disusun Oleh

Makhmum Alkosimi : 0101.20.0026

Mardiah Nasution : 0101.20,0019

Azarina Ahmad : 0101.20.0007

Luthfia Ulfa : 0101.20.0002

Jihan Syafira :0101.20.0008

Devyarani : 0101.20.0001

Dosen Pengampu :

Jeeny Rahmayana, M.Pd.I.

INSTITUT AGAMA ISLAM TAFAQQUH FIDDIN DUMAI

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

2023 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah nya
terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah Metodologi pembelajaran dan pratikum dengan judul penggunaan
model pembelajaran kooperatif pada pembelajaran PAI.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas pada mata kuliah Metodologi pembelajaran dan pratikum. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kita tentang proses belajar
mengajar yang bisa bermanfaat bagi para pembaca maupun penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Jeeny Rahmayana. M.Pd. I


selaku dosen mata kuliah Metodologi Pembelajaran dan Pratikum yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahun dan wawasan
penulis. Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari makalah yang
penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Dumai, 19 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………… i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................. 3
BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................. 4
2.1 Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif ........................... 4
2.2 Unsur Penting Pembelajaran Kooperatif ....................................... 6
2.3 Implikasi Pembelajaran Kooperatif Terhadap Pembelajaran PAI . 8
2.4 Keunggulan Pembelajaran Kooperatif ............................................ 10
2.5 Implementasi Pembelajaran Kooperatif ......................................... 13
2.6 Penataan Ruang Kelas Model Pembelajaran Kooperatif………… 19
BAB 3 PENUTUP ........................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan harmonisasi dari sistem kegiatan pengajaran


yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang
lain, yaitu kegiatan mengajar oleh guru dan kegiatan belajar oleh siswa. Di
dalamnya terdapat proses interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru,
maupun siswa dengan sumber belajar. Ramayulis berpendapat bahwa dalam
pengajaran komponen yang terpenting adalah pengajar dan pelajar yang selalu
berinteraksi dalam proses belajar mengajar. Harapannya agar siswa dapat
membangun pengetahuan secara aktif, pembelajaran secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, serta dapat memotivasi peserta didik sehingga
mencapai kompetensi yang diharapkan yakni hasil belajar meningkat dan
pelajaran yang didapat tertanam (internalisasi) dalam pola hidupnya. Sedangkan
Rusman menyatakan bahwa komponen pembelajaran meliputi tujuan, materi,
metode, dan evaluasi. Keempat komponen tersebut harus diperhatikan oleh guru
dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Maka pentingnya guru merancang model
pembelajaran dengan tepat dan melaksanakan proses pembelajaran yang tepat dan
terprogram menjadi sebuah keniscayaan.

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) baik proses maupun hasil
belajar selalu inheren dengan keislamam; keislaman melandasi aktifitas belajar,
menafasi perubahan yang terjadi serta menjiwai aktivitas berikutnya.4 Namun,
pada kenyataannya pembelajaran (PAI) hanya sekedar teori dan belum sampai
pada tahap internalisasi ajaran dalam keseharian siswa. Munculnya pendapat
bahwa PAI sebagai pelajaran yang tidak dimasukkan sebagai mata pelajaran UN
(Ujian Nasional), mengakibatkan siswa kurang tertarik mempelajari. Hal ini
diperparah dengan proses pembelajaran PAI yang terkesan menjemukan dan tidak
kreatif.

1
Padahal PAI merupakan dasar dari seluruh mata pelajaran. Mengingat
begitu pentingnya PAI, maka perlu dilakukan usaha-usaha yang dapat
meningkatkan keberhasilan siswa dalam pembelajaran PAI. Sehingga potensi
yang ada pada siswa dapat digali dan dikembangkan dengan baik, salah satunya
melalui aktifitas dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif ini
lebih menekankan pada melatih siswa agar mampu berfikir dan bekerja secara
berkelompok. Menurut Ibrahim Taufik, NHT adalah suatu model pembelajaran
yang lebih mengedepankan aktifitas siswa dalam mencari, mengolah, dan
melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di
depan kelas. Sehingga model pembelajaran kooperatif dapat dijadikan alternatif
untuk perbaikan dari model pembelajaran yang selama ini masih memiliki
kelemahan, yakni tersentral pada guru.

Wagitan (2006) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat


menjadi salah satu alternatif karena banyak pendapat yang menyatakan bahwa
pembelajaran aktif termasuk kooperatif mampu meningkatkan efektivitas
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif
dapat mengubah peran guru, dari yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan
siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif dapat
digunakan untuk mengajarkan materi yang kompleks, dan yang lebih penting lagi,
dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi
sosial dan hubungan antar manusia. Pembelajaran kooperatif memiliki manfaat
atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan kepada siswa
untuk lebih mengembangkan kemampuannya. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan
pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan
kerjasama dalam kelompok.

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan


dibahas dalam makalah ini adalah :
1.2.1 Apa pengertian dan tujuan pembelajaran kooperatif?
1.2.2 Apa saja unsur penting pembelajaran kooperatif?
1.2.3 Apa implikasi pembelajaran kooperatif terhadap pembelajaran PAI?
1.2.4 Apa keunggulan pembelajaran kooperatif?
1.2.5 Apa Implementasi pembelajaran kooperatif?
1.2.6 Bagaimana penataan ruang kelas model pembelajaran kooperatif?

1.3 Tujuan Masalah


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dan tujuan dari pembelajaran kooperatif.
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja unsur penting dari pembelajaran kooperatif.
1.3.3 Untuk mengetahui implikasi pembelajaran kooperatif terhadap
pembelajaran PAI.
1.3.4 Untuk mengetahui keunggulan pembelajaran koooperatif
1.3.5 Untuk mengetahui implementasi pembelajaran kooperatif
1.3.6 Untuk mengetahui penataan ruang kelas model pembelajaran kooperatif.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif


A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif dalam bahasa Inggris disebut dengan "cooperate", yaitu
bekerja sama. Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah "homo
homini socius" yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial (Lie,
2008). Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus
diterapkan, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan,
tatap muka, komunikasi antaranggota, dan evaluasi proses kelompok. Slavin
(2010) menyatakan bahwa pembelajaran kooperati merupakan suatu model
atau acuan pembelajaran di mana dalam proses pembelajaran yang
berlangsung, peserta didik mampu belaja dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yan anggotanya terdiri atas 4 sampai 6
orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen atau dengan
karakteristik yan berbeda-beda.
Guru sebagai perancang dan pelaksana pembelajara kooperatif harus
memerhatikan beberapa konsep dasar tentan pembelajaran kooperatif.
Menurut Artzt dan Newman (1990) pembelajaran kooperatif melibatkan
peserta didik pada bentuk ker sama dalam satu tim untuk memecahkan suatu
masalah menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai tujuan bersama. Adapu
Eggan dan Kauchak (1998) menyatakan bahwa pembelajara kooperatif
merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yar melibatkan peserta didik
bekerja secara berkolaborasi untuk mencap tujuan bersama. Menurut Sanjaya
(2010), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan model pengelompokan/ tim kecil, yaitu antara empat sampai
enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).

4
Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok Setiap kelompok akan
memperoleh penghargaan jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang
dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai
ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itu selanjutnya akan
memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan
interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling
membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok.
Dengan demikian, setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk
memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Muslich (2009)
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah belajar dalam bentuk
berbagi informasi dan pengalaman, saling merespons, dan saling
berkomunikasi. Bentuk belajar ini tidak hanya membantu peserta didik belajar
tentang materi, tetapi juga konsisten dengan belajar kontekstual dalam
kehidupan nyata. Dalam kehidupan yang nyata, peserta didik akan menjadi
warga yang hidup berdampingan dan berkomunikasi dengan warga lain (Doni,
292:2017).

B. Tujuan Pembelajaran Kooperatif


Tujuan umum pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi yang
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya. Adapun tujuan khusus dari pembelajaran kooperatif, yaitu
sebagai berikut:
1. Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan
meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik.
Banyak ahli yang berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif
unggul dalam membantu peserta didik untuk memahami konsep-
konsep yang sulit.

5
2. Pengakuan adanya keragaman Model pembelajaran kooperatif
bertujuan agar peserta didik dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut mencakup
perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
3. Pengembangan keterampilan sosial Pembelajaran kooperatif bertujuan
mengembangkan keterampilan sosial peserta didik. Keterampilan
sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif adalah berbagi
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, menjelaskan ide
atau pendapat, dan bekerja sama dalam kelompok. (Doni,294:2017).

2.2 Unsur Penting Pembelajaran Kooperatif


Menurut Johnson dan johnson (1994) dan sutton (1992), terdapat lima
unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu
1. Saling ketergantungan positif antara siswa.dalam belajar kooperatif
siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu
tujuan dan terikat satu sama lain.seorang siswa tidak akan sukses
kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses.siswa akan merasa
bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai
andil terhadap suksesnya kelompok.
2. Interaksi antara siswa yang semakin meningkatkan.Belajar kooperatif
akan meningkatkan interaksi antara siswa.Hal ini,terjadi dalam hal
seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota
kelompok.Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam
hal tukar – menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari
bersama.
3. Tanggung jawab individual.Tanggung jawab individual dalam belajar
kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal:
a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan
b) siswa tidak hanya sekedar “membonceng”pada hasil kerja
teman jawab

6
4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil.Dalam belajar
kooperatif,selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan
seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan
siswa lain dalam kelompoknya.Bagaimana siswa bersikap sebagai
anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan
menuntut keterampilan khusus.
5. Proses kelompok.Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa
proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok
mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik
dan membuat hubungan kerja yang baik.

Selain lima unsur penting tersebut, penerapan model pembelajaran


kooperatif juga memiliki prinsip penting. Slavin dalam Trianto, menjelaskan
konsep utama belajar kooperatif yaitu:

1. Menghargai kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai


keteria yang ditentukan.
2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok
bergantung pada belajar individual semua anggota kelompok.
Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain
dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi
evaluasi tanpa bantuan orang lain.
3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa peserta didik
telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka
sendiri. Hal ini memastikan bahwa peserta didik berkemampuan tinggi,
sedang, dan rendah sama-sama tergantung untuk melakukan yang
terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.

7
Demikian terkait dengan unsur penting dan prinsip penerapan model
pembelajaran kooperatif penerapan model pembelajaran kooperatif. Untuk itu,
pendidik diharapkan dapat mengimplementasikan pembelajaran kooperatif pada
pembelajaran PAI untuk menciptakan suasana pembelajaran PAI yang kondusif,
kolaboratif, dan interaktif sehingga proses pembelajaran PAI dapat terlaksana
dengan efektif. (Andi Sulistio:2022:5).

2.3 Implikasi Pembelajaran Kooperatif terhadap Pembelajaran PAI


Penerapan model pembelajaran ini pada proses pembelajaran PAI dapat
mengembangkan perilaku kooperatif peserta didik dan mengembangkan
pembelajaran PAI yang komunikatif serta sangat efektif untuk mendorong
pencapaian prestasi belajar.
Pembelajaran kooperatif juga dapat mengembangkan keterampilan sosial
peserta didik yang ditemukan melalui kelompok belajar PAI. Hasil penelitian
Webster dkk, menyimpulkan bahwa salah satu indi¬kator kesuksesan akademis
anak-anak adalah social skill. Keterampilan ini dapat dilatihkan melalui penerapan
pembelajaran yang tidak hanya berorientasi pada hasil, tetapi menekankan pada
proses dalam memperoleh penge¬tahuan. Selain itu social skill dapat dilatihkan
melalui kegiatan kelompok untuk memecahkan beberapa masalah.( R. Lestari,
2012:191) Melalui proses pembelajaran ini peserta didik dilatih menerima
masukan, kritikan dan saling menghargai satu sama lain.
Trianto sebagaimana mengutip pendapat Davidson, bahwa memberikan
sejumlah implikasi positif dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi
pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Kelompok kecil memberi dukungan sosial untuk belajar.
2. Kelompok kecil menawarkan kesempatan untuk sukses bagi semua
peserta didik. interaksi dalam kelompok dirancang untuk semua
anggota mempelajari konsep dan strategi pemecahan masalah.

8
3. Suatu masalah idealnya cocok untuk didiskusikan secara kelompok,
sebab memiliki solusi yang dapat didemontrasikan secara objektif.
Seorang peserta didik dapat mempengaruhi peserta didik lain dengan
argumentasi yang logis.
4. Peserta didik dalam kelompok dapat membantu peserta didik lain
untuk menguasai masalah-masalah dasar dan prosedur perhitungan
yang perlu dalam konteks permainan, teka teki, atau pembahasan
masalah-masalah yang bermanfaat.
5. Ruang lingkup materi dipenuhi oleh ide-ide manarik dan menantang
yang bermanfaat bila didiskusikan.( Trianto, 2013:62.) Berdasarkan
lima implikasi positif tersebut dapat dipaparkan tujuh implikasi
penerapan model pembelajaran kooperatif terhadap pembelajaran PAI,
yaitu:
a. Kelompok belajar PAI dapat mengembangkan keterampilan
sosial peserta didik.
b. Peserta didik dapat berpartisipasi aktif melalui kelompok
pembelajaran PAI.
c. Peserta didik dapat mengembangkan wawasannya melalui
diskusi kelompok belajar.
d. Peserta didik dapat memecahkan masalah melalui diskusi
kelompok.
e. Suasana pembelajaran PAI yang menantang dan
menyenangkan.
f. Mengoptimalisasi aktivitas belajar peserta didik, dan
g. Mendorong pencapaian dan peningkatan prestasi belajar
peserta didik.

9
2.4 Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran ini berdasarkan penelitian Johnson sebagaimana
dijelaskan oleh Nurha dalam Kunandar, menunjukkan beberaoa adanya
keunggulan, antaranya:
1. Memudahkan peserta didik melakukan penyelesaian soal.
2. Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati.
3. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan,
informasi, perilaku sosial, dan pandangan.
4. Memungkinkan terbenruk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen.
5. Meningkatkan kepekaan dan keistimewaan sosial.
6. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois atau egosentris.
7. Menghilangkan peserta didik dari penderitaan akibat dari kesendirian dan
keterasingan.
8. Dapat menjadi acuan bagi perkembangan kepribadian yang sehat dan
integrasi.
9. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
10. Mencegah timbulnya gangguan kejiwaan.
11. Mencegah terjadinya kenakalan remaja.
12. Menimbulkan perilaku rasional dimasa remaja.
13. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan
saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
14. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
15. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai
perspektif.
16. Meningkatkaperasaan penuh makna mengenai arah dan tujuan hidup.
17. Meningkatkan keyakinan terhadap idea tau gagasan sendiri.
18. Meningkatkan kesedian menggunakan ide orang lain yang dirasakan leboh
baik.
19. Meningkatkan motivasi belajar.

10
20. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama
dan orientasi tugas.
21. Mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan saling menjaga
perasaan.
22. Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar.
23. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.
24. Meningkatka kesehatan psikologis.
25. Meningkatkan sikap tenggang rasa.
26. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
27. Memungkinkan siswa mampu mengubah pandangan klise dan stereotif
menjadi pandangan dinamis dan realistis.
28. Meningkatkan rasa harga diri (self esteem) dan penerimaan diri (self
acceptance).
29. Memberikan harapan yang lebih besar bagi terbentuknya manusia dewasa
yang mampu menjalin hubungan positif dengan sesamanya, baik ditempat
kerja maupun dimasyarakat.
30. Meningkatkan hubungan positif antara peserta didik dan pendidik dan
personel.
31. Meningkatkan pandangan peserta didik terhadap pendidik yang bukan
hanya sebagai penunjang keberhasilan akademik, tetapi juga
perkembangan kepribadian yang sehat dan terintegrasi.
32. Meningkatkan pandangan peserta didik terhadap pendidik yang bukan
hanya mengajar, tetapi juga pendidik. (Sulaiman,2017:223).

11
Selain itu ada juga keuntungan pembelajaran kooperatif sebagai suatu
strategi pembelajaran di antaranya:

1. Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi
dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
2. SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau
gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan dengan ide-
ide oarang lain.
3. SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari
segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4. SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
5. Spk merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan
prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif
dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan
sikap positif terhadap sekolah.
6. Melalui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide
dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.siswa dapat berpraktik
memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan
yang dibuat adalah tanggung jawab kelompok.
7. SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan
kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (rill).
8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses
pendidikan jangka panjang. (Wina Sanjaya,2006:249)

12
2.5 Implementasi Pembelajaran Kooperatif
Implementasi pembelajaran kooperatif pada proses pembelajaran PAI
dilakukan melalui kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari 4-6 peserta didik
perkelompok. Menurut Slavin, menjelaskan bahwa model pembelajaran
kooperatif merupakan pembelajaran dengan penekanan pada aspek sosial dan
menggunakan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 peserta didik
sederajat tetapi kemampuan heterogen. Sederajat yang dimaksud disini adalah
peserta didik yang berasal dari sekolah dan kelas yang sama, sedangkan heterogen
tidak hanya menunjukkan adanya keragaman kemampuan tetapi juga jenis
kelamin dan ras. Implementasi model pembelajaran ini dilakukan dengan
membentuk kelompok kecil. Adapun langkah penerapannya menurut Ibrahim
terdapat enam tahapan utama dalam pelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
berikut(ibrahim, dkk., 2000:10) :
No Indikator Kegiatan Guru

1 Menyampaikan Tujuan Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin


dan memotivasi siswa dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa.
2 Menyajikan Informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
mendemonstrasikan
3 Mengorganisasikan Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk
siswa kedalam kelompok belajar
kelompok kelompok Dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi
belajar secara efisien
4 Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
dipresentasikan
6 Memberikan Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar
penghargaan individu maupun kelompok

13
Sementara variasi model pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam
pembelajaran PAI, sebagai berikut; STAD, JIGSAW, investigasi kelompok
(teams games tournaments atau TGT), dan pendekatan kultural yang meliputi
Tink Pair share (TPS), dan Numbered Head Together (NHT). Berikut dijelaskan
secara singkat implementasi beberapa model pembelajaran kooperatif tersebut:

1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD

Saleh sebagaimana merujuk pada pendapat Slavin, bahwa Student


Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model yang
paling sederhana dari semua model belajar kooperatif, dan merupakan
suatu model yang baik untuk pembelajaran yang baru mengenal tentang
belajar kooperatif. Adapun prosedur penerapannya sebagaimana
pembelajaran lainnya, Trianto menjelaskan, pembelajaran kooperatif tipe
STAD juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum aktivitas
pembelajaran dimulai, berupa:

a. Perangkat pembelajaran
b. Membentuk kelompok kooperatif
c. Menentukan skor awal
d. Pengaturan tempat duduk
e. Kerja kelompok

Agar implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD


pada pembelajaran PAI dapat berjalan dengan efektif tentu harus didukung
dengan berbagai perangkat pembelajaran yang menunjang, dan berbagai
unsur pendukung lainnya, seperti pengaturan kelompok kerja peserta
didik.

14
2. Pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe strategi


pembelajaran yang kooperatif dan fleksibel. Dalam pembelajaran tipe
Jigsaw, peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok yang
anggotanya mempunyai karakteristik heterogen. Masing-masing peserta
didik bertanggung jawab untuk mempelajari topik yang ditugaskan dan
mengajarkan pada anggota kelompoknya, sehingga mereka dapat saling
berinteraksi dan saling bantu. Trianto, menjelaskan langkah penerapan
Tim Alhi (Jigsaw) sebagai berikut:

a. Peserta didik dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok


anggotanya 5-6 orang).
b. Materi pelajaran diberikan kepada peserta didik dalam bentuk teks
yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
c. Setiap anggota kelompok membaca subbab yang ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Misalnya satu peserta
didik mempelajari tentang syarat wudhu’ maka peserta didik yang
lain mempelajari tentang hal yang membatalkan wudhu’.
d. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang
sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
e. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya
bertugas mengajarkan teman-temannya.
f. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, peserta didik dikenai
tagihan berupa kuis individu.

15
3. Think Pair Share (TPS)

Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) merupakan salah


satu model pembelajaran yang cukup efektif untuk meningkatkan aktivitas
belajar PAI karena peserta didik dituntut untuk melakukan aktivitas yang
lebih banyak saat belajar. Think Pair Share (TPS) memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bekerja secara individu serta bekerja sama
dengan kelompok belajar. Dalam hal ini, guru menerapkan langkah-
langkah di bawah ini:

a. Tahap 1: Thinking Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang


berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk
memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk
beberapa saat.
b. Tahap 2: Pairing Guru meminta siswa agar berpasangan dengan
siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya
pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat
berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan, atau berbagi
ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru
memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
c. Tahap 3: Sharing Pada tahap akhir, guru meminta kepada
pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang
telah mereka bicarakan. Hal ini cukup efektif juika dilakukan
dengan cara bergiliran antara pasangan demi pasangan, dan
dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapatkan
kesempatan untuk melaporkan,

16
4. Numbered Head together (NHT)

Trianton, menjelaskan Pembelajaran Numbered Head together (NHT)


atau penomoran berpikir bersama merupakan jenis pembelajaran
kooperatif dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan
sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Head
together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993)
sebagaimana dijelaskan oleh Trianto. Untuk melibatkan lebih banyak
peserta didik dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran
yang mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Selanjutnya Trianto, menjelaskan dalam mengajukan pertanyaan kepada
seluruh kelas, pendidik menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks
THT, yaitu:

a. Fase 1: penomoran. Pada fase ini, pendidik membagi siswa ke


dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok
diberikan nomor antara 1 sampai 5.
b. Fase 2: mengajukan pertanyaan. Pendidik mengajukan sebuah
pertanyaan kepada peserta didik. Pertanyaan dapat bervariasi.
Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
Misalnya, “ berapakah rukun shalat?” atau bentuk arahan, misalnya
“ pastikan setiap orang dapat menemukan satu ayat al-Qur’an yang
menjelaskan tentang potensi manusia.”
c. Fase 3: berpikir bersama. Peserta didik menyatukan pendapatnya
terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota
dalam timnya mengetahui jawaban itu.
d. Fase 4: pendidik memanggil suatu nomor tertentu kemudian
peserta didik yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan
mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

17
5. Team Games Tournament (TGT) Trianto, menjelaskan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), atau
pertandingan Tim dikembangkan secara asli oleh Davis de Vries dan
Keath Edward (1995). Pada model ini peserta didik memainkan
permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh
tambahan poin untuk skor tim. Penerapan model pembelajaran ini
terdapat komponen perhatikan, yaitu:
a. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT), terdiri dari empat komponen utama, antara
lain: presentasi pendidik (sama dengan STAD), kelompok
belajar (sama dengan STAD), turnamen, dan pengenalan
kelompok.
 Pendidik menyampaikan; kartu soal, lembaran kerja,
dan alat/bahan.
 Peserta didik dibagi atas beberapa kelompok (tiap
kelompok anggotanya 5 orang).
 Pendidik mengarahkan aturan permainan.
Adapun langkah-langkah sebagai berikut. Seperti pada model
STAD, pada TGT peserta didik ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan empat orang yang merupakan campuran
menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Pendidik
menyampaikan pelajaran, dan kemudian peserta didik bekerja
di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota
tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh
peserta didik dikenai kuis, pada waktu kuis ini mereka tidak
dapat saling membantu.

18
b. Aturan (skenario) permainan Dalam permainan terdiri dari:
kelompok pembaca, kelompok penantang I, kelompok
penantang II, dan seterusnya sejumlah kelompok yang ada.
Kelompok pembaca petugas: (1) ambil kartu bernomor dan cari
pertanyaan pada lembar permainan, (2) baca pertanyaan
kertaskertas, dan (4) beri jawaban. Sementara kelompok
penantang kesatu bertugas: menyetujui pembaca atau memberi
jawaban yang berbeda. Sedangkan kelompok penantang kedua:
(1) menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda,
dan (2) cek lembaran jawaban. Kegiatan ini dilakukan secara
bergiliran (games rule).
c. Sistem perhitungan poin turnamen. Skor peserta didik
dibandingkan dengan rerata skor yang lalu mereka sendiri, dan
poin diberikan berdasarkan pada seberapa jauh peserta didik
menyamai atau melampaui prestasi yang dilaluinya sendiri.
Poin tiap anggota tim ini dijumlahkan untuk mendapatkan skor
tim, dan tim yang mencapai kriteria tertentu dapat diberi
sertifikat atau ganjaran (award) yang lain.(Sulaiman,
2017:226).

2.6 Penataan Ruang Kelas Model Pembelajaran Kooperatif


Penataan ruang kelas yang akan menjadi tempat belajar merupakan salah
satu faktor penting yang akan menentukan kelancaran dan keberhasilan
pelaksanaan proses belajar- mengajar. Pengaturan ruangan belajar memang
disesuaikan dengan falsafah dan metode pembelajaran yang diterapkan di kelas,
Penggunaan model pembelajaran kooperatif, idealnya pendidik dapat
merencanakan kelas yang relevan untuk model pembelajaran kooperatif.

19
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memberikan
pertimbangan penataan ruang belajar kooperatif, yaitu:

1. Ukuran kelas
2. Jumlah peserta didik
3. Tingkat kedewasaan peserta didik
4. Toleransi guru dan kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lalu
lalangnya peserta didik
5. Pengamalan guru dalam melaksanakan metode pengajaran kooperatif
6. Pengalaman peserta didik dalam melaksanakan metode pembelajaran
kooperatif

Penggunaan model pembelajaran kooperatif learning dalam pembelajaran


berlandaskan pada teori konstrustivisme, yang menekankan pembelajaran pada
aktivitas belajar peserta didik di kelas dan luar kelas. Penataan kelas dan
penggunaan model pembelajaran kooperatif salah satu bentuk kemampuan dalam
menciptakan suasana kelas yang kondusif serta mendukung untuk terjadi
pembelajaran PAI yang efektif dan akhirnya dengan kondisi pembelajaran
kooperatif akan terbangun kepuasan (climate) belajar dalam kelas (Sulaiman,
237:2017).

20
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang


mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok.
kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai
dengan 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif mempunyai


beberapa tujuan lainnya yaitu diantaranya:

1. meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model


kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu siswa untuk
memahami konsep-konsep yang sulit.
2. agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai perbedaan latar belakang.
3. mengembangkan keterampilan sosial siswa: berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman
untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja
dalam kelompok.

penerapan model pembelajaran kooperatif juga memiliki prinsip


penting. Slavin dalam Trianto, menjelaskan konsep utama belajar
kooperatif yaitu:

1. Menghargai kelompok
2. Tanggung jawab individual
3. Kesempatan yang sama untuk sukses

21
Berdasarkan lima implikasi positif tersebut dapat dipaparkan tujuh
implikasi penerapan model pembelajaran kooperatif terhadap
pembelajaran PAI, yaitu:

h. Kelompok belajar PAI dapat mengembangkan keterampilan


sosial peserta didik.
i. Peserta didik dapat berpartisipasi aktif melalui kelompok
pembelajaran PAI.
j. Peserta didik dapat mengembangkan wawasannya melalui
diskusi kelompok belajar.
k. Peserta didik dapat memecahkan masalah melalui diskusi
kelompok.
l. Suasana pembelajaran PAI yang menantang dan
menyenangkan.
m. Mengoptimalisasi aktivitas belajar peserta didik, dan
n. Mendorong pencapaian dan peningkatan prestasi belajar
peserta didik.

Selain itu ada juga keuntungan pembelajaran kooperatif sebagai


suatu strategi pembelajaran di antaranya:

1. Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guruSPK dapat


mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan
dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan dengan ide- ide
oarang lain.
2. SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan
menyadari segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
3. SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
4. Spk merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan
prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial

22
5. SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi
dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (rill).

Implementasi pembelajaran kooperatif pada proses pembelajaran


PAI dilakukan melalui kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari 4-6
peserta didik perkelompok. Menurut Slavin, menjelaskan bahwa model
pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan penekanan pada
aspek sosial dan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari
4-6 peserta didik sederajat tetapi kemampuan heterogen. Sementara variasi
model pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam pembelajaran PAI,
sebagai berikut; STAD, JIGSAW, investigasi kelompok (teams games
tournaments atau TGT), dan pendekatan kultural yang meliputi Tink Pair
share (TPS), dan Numbered Head Together (NHT).

Penggunaan model pembelajaran kooperatif learning dalam


pembelajaran berlandaskan pada teori konstrustivisme, yang menekankan
pembelajaran pada aktivitas belajar peserta didik di kelas dan luar kelas.
Penataan kelas dan penggunaan model pembelajaran kooperatif salah satu
bentuk kemampuan dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif serta
mendukung untuk terjadi pembelajaran PAI yang efektif dan akhirnya
dengan kondisi pembelajaran kooperatif akan terbangun kepuasan
(climate) belajar dalam kelas (Sulaiman, 237:2017).

23
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, dkk, Pembelajaran Kooperatif, Surabaya : University Press, 2000.

Juni Doni , Pengembangan Strategi & Model Pembelajaran Inovatif, Kreatif, dan
Prestatif Dalam Memahami Peserta Didik, Bandung : CV, Pustaka Setia,
2019.

Majid Abdul, Strategi Pembelajaran, Bandung : PT Reamaja Rosdakarya, 2013.

SavageV Tom, Effective Teaching In Social Studies, New Jersey : Prentice Hall,
1987.

Senjaya Wina, Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan,


Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008,

Sulaiman, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kajian Teori


Dan Aplikasi Pembelajaran PAI, Banda Aceh: Yayasan Pena Banda Aceh,
2017.

24

Anda mungkin juga menyukai