Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

METODOLOGI PEMBELAJARAN PAI


Dosen Pengampu : Khaililah Ramadhani, M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 3

Kemayang Sari :01450.111.17.2023


Sity Salsabila Putri : 01469.111.17.2023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TUANK TAMBUSAI
PASIR PENGARAIAN KAB. ROKAN HULU
TA.2024 M/1445 H
KATA PENGANTAR

Tiada kalimat yang pantas kami ucapkan kecuali rasa syukur kepada tuhan
Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul ‘’ Dinamika islam di
filipina “. Tidak lupa pula dukungan baik secara material dan nonmaterial yang
diberikan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu,izinkan
penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada Ibu Dosen Khaililah Ramadhani,
M.Pd, Selaku dosen yang memberikan arahan dan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah kami ini.
Penulis sadar bahwa makalah yang disusun ini masih belum sempurna . oleh
karena itu , dengan rendah hati penulis memohon kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Pasir pengaraian, 27 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................i


DAFTAR ISI...........................................................................................ii
Bab I........................................................................................................1
Pendahuluan............................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Tujuan Penulisan.........................................................................1
Bab II ......................................................................................................2
Pembahasan.............................................................................................2
A. Model pemprosesan informasi....................................................2
B. Model pembelajaran social..........................................................3
C. Model pembelajaran personal.....................................................8
D. Model sistem perilaku.................................................................9
Bab III ....................................................................................................15
Penutup....................................................................................................15
A. Kesimpulan..................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................16

ii
BAB I
PANDAHULUAN

A. Latar Belakang
Model Interaksi Sosial: Model ini menjadikan hubungan sosial siswa yang
mampu memproses informasi secara efektif sebagai aspek yang penting. Model
ini juga berorientasi pada individu dan perkembangan keakuan
Model Pemrosesan Informasi: Model ini berorientasi pada kemampuan siswa
memproses informasi yang dapat. Proses pemrosesan informasi terdiri atas tiga
taraf: sensory (intake register), working memory, dan long-term memory
Model Personal (Personal Models): Model ini berorientasi pada pengembangan
diri individu, yang menjadi perhatian utama dari teori ini adalah emosional siswa
untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungan
Model Modifikasi Tingkah Laku (Behavior Modification Model): Model ini
mengatur bagaimana individu dapat mengubah tingkah laku. Model ini juga
menekankan pada kemampuan belajar mandiri untuk mencapai pemahaman dan
penemuan diri sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu model pemprosesan informasi ?


2. Apa itu model pembelajaran social ?
3. Apa itu model pembelajaran personal ?
4. Apa itu model system perilaku ?

C. Tujuan penulisan

1. Mengetahui apa itu model pemprosesan informasi


2. Mengetahui apa itu model pembelajaran social
3. Mengetahui apa itu model pembelajaran personal
4. Mengetahui apa itu model system perilaku

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Model pemprosesan informasi


Menurut Robert M. Gagne mengemukakan ada delapan fase proses
pembelajaran. Kedelapan fase itu sebagai berikut.
1. Motivasi yaitu fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan
untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan tententu (motivasi
intrinsik dan ekstrinsik).
2. Pemahaman, yaitu individu menerima dan memahami Informasi yang
diperoleh dari pembelajaran. Pemahaman didapat melalui perhatian.
3. Pemerolehan, yaitu individu memberikan makna/mempersepsi segala
Informasi yang sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan
dalam memori peserta didik.
4. Penahanan, yaitu menahan informasi/ hasil belajar agar dapat digunakan untuk
jangka panjang. Hal ini merupakan proses mengingat jangka panjang.
5. Ingatan kembali, yaitu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan,
bila ada rangsangan
6. Generalisasi, yaitu menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu.
7. Perlakuan, yaitu perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil
pembelajaran
8. Umpan balik, yaitu individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah
dilakukannya.
Selain itu ada sembilan langkah yang harus diperhatikan guru di kelas dalam
kaitannya dengan pembelajaran pemrosesan informasi.
a. Melakukan tindakan untuk menarik perhatian peserta didik.
b. Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang dibahas.
c. Merangsang peserta didik untuk memulai aktivitas pembelajaran.
d. Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah dirancang.
e. Memberikan bimbingan bagi aktivitas peserta didik dalam pembelajaran.
f. Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran.
g. Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan peserta didik.
h. Melaksanakan penilaian proses dan hasil.
i. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya dan menjawab
berdasarkan pengalamannya.

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu perencanaan atau suatu


pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-
perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain (Joyce, 1992).

2
Model pemrosesan informasi ini didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget)
dan berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat
memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara
mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data,
memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan
visual.1

B. Model Pembelajaran Sosial


Mengapa dikatakan model pembelajaran sosial? Karena pendekatan
pembelajaran yang termasuk dalam kategori model ini menekankan hubungan
individu dengan masyarakat atau orang lain. Model-model dalam kategori ini
difokuskan pada peningkatan kemampuan individu dalam berhubungan dengan
orang lain, terlibat dalam proses demokratis dan bekerja secara produktif dalam
masyarakat. Dalam hal ini, akan dipelajari 3 model pembelajaran yang termasuk
ke dalam pendekatan pembelajaran sosial, yaitu (1) model pembelajaran bermain
peran, (2) model pembelajaran simulasi sosial, dan (3) model pembelajaran telaah
atau kajian yurisprudensi.

1. Model Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)


Model role playing (bermain peran) adalah model pembelajaran dengan
cara memberikan peran-peran tertentu kepada peserta didik dan
mendramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas. Bermain peran
(role playing) adalah salah satu model pembelajaran interaksi sosial yang
menyediakan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan
belajar secara aktif dengan personalisasi. Oleh karena itu, bentuk pengajaran
role playing memberikan pada murid seperangkat/serangkaian situasi-situasi
belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang
oleh guru. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu
bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah
berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain saat menggunakan
bahasa tutur.

1
Aminah Rehalat, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 2, Edisi
Desember 2014

3
Model pembelajaran bermain peran (role playing) dibuat berdasarkan
asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam suatu
situasi permasalahan kehidupan nyata, bermain peran dapat mendorong murid
mengekspresikan perasaannya dan bahkan melepaskannya, dan bahwa proses
psikologis melibatkan sikap, nilai dan keyakinan kita serta mengarahkan pada
kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis.
Model role playing dapat membimbing anak didik untuk memahami
prilaku dan peran mereka dalam interaksi sosial, agar mampu memecahkan
masalah-masalah dengan lebih efektif.

a. Sintaks
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam model pembelajaran
bermain peran menurut Suherman adalah:
1. Menyiapkan skenario pembelajaran
2. Menunjuk beberapa murid untuk mempelajari skenario tersebut
3. Pembentukan kelompok murid
4. Penyampaian kompetensi
5. Menunjuk murid untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya
6. Kelompok murid membahas peran yang dilakukan oleh pelaku.
7. Presentasi hasil kelompok
8. Bimbingan penyimpulan dan refleksi.
Sedangkan menurut Hamzah B.Uno, Prosedur bermain peran terdiri atas
sembilan langkah, yaitu: (1) persiapan/pemanasan, (2) memilih partisipan, (3)
menyiapkan pengamat (observer), (4) menata panggung atau tempat bermain
peran, (5) memainkan peran, (6) diskusi dan evaluasi, (7) memainkan peran
ulang, (8) diskusi dan evaluasi kedua, dan (9) berbagi pengalaman dan
kesimpulan.
Manfaat yang dapat diambil dari model role playing adalah:
1. Role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana
murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan atau istilah-

4
istilah baku dan normatif terhadap materi yang telah dan sedang
mereka pelajari.
2. Role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok
untuk kelas besar.
3. Role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena
role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain
murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia murid.
Masuklah ke dunia murid, sambil kita antarkan dunia kita.

b. Prinsip Reaksi
Untuk model pembelajaran ini, ada 5 prinsip reaksi yang penting.
1) Pertama, guru harus menerima tanggapan dan saran siswa, terutama
pendapat dan perasaan mereka, tetapi tidak dengan mengevaluasi.
2) Kedua, guru harus menanggapi sedemikian rupa sehingga membantu
siswa mengeksplorasi berbagai sisi situasi masalah, mengenali dan
membedakan titik pandang alternatif.
3) Ketiga, dengan merefleksikan, parafrase, dan meringkas tanggapan.
Guru meningkatkan kesadaran siswa dari pandangan mereka sendiri
dan perasaan.
4) Keempat, guru harus menekankan bahwa ada berbagai konsekuensi
hasil seperti yang dieksplorasi.
5) Kelima, untuk menyelesaikan masalah, tidak ada cara yang benar.
Penting untuk melihat konsekuensi untuk mengevaluasi solusi.

c. Sistem Pendukung
Bahan untuk bermain peran yang minimal tapi penting, alat kurikuler
utama adalah situasi masalah. Namun, kadang-kadang membuat selembar
kertas untuk membantu peran masing-masing. Lembaran ini
menggambarkan peran atau karakter perasaan. Kadang-kadang, kami juga
mengembangkan bentuk untuk mengamati bahwa memberitahu mereka
apa yang harus dicari dan memberi mereka tempat untuk menuliskannya.

5
d. Sistem Sosial
Sistem sosial dalam model ini cukup terstruktur. Guru meiliki tanggung
jawab, paling tidak pada awal permainan, untuk memulai tahap-tahap dan
emmbimbing siswa melalui aktivitas tiap tahap. Kendatipun begitu, materi
khusus dalam diskusi dan pemeranan sangat ditentukan oleh siswa.
Pertanyaan yang diajukan guru seharusnya dapat mendorong ekspresi atau
ungkapan yang jujur serta bebas dan menggambarkan perasaan atau
pikiran siswa yang sebenernya. Guru harus menanamkan kualitas dan
kepercayaan antara dirinya dan siswa-siswanya. Guru bisa melakukan ini
dengan menerima semua saran sebagai hal yang absah dan tidak
menghakimi. Dengan cara ini, semua hal yang diungkapkan hanya
mencerminkan perasaan atau sikap siswa.

2. Model Pembelajaran Investigasi Kelompok

3. Model Pembelajaran Telaah Yurisprudensi


Model ini dirancang untuk siswa dalam studi sosial dan menyiratkan
metode kasus sebuah studi, mengingatkan pendidikan hukum. Studi kasus
yang melibatkan masalah sosial di daerah-daerah di mana kebijakan publik
harus dilakukan (keadilan dan kesetaraan, kemiskinan dan kekuasaan dll)
Mereka dituntun untuk mengidentifikasi kebijakan publik isu-isu serta pilihan
yang tersedia untuk berhubungan dengan mereka dan nilai-nilai yang
mendasari orang-orang pilihan.
Sintaks Model yurisprudensi:
- Orientasi untuk kasus
- Mengidentifikasi masalah
- Mengambil posisi
- Menjelajahi sikap yang mendasari posisi yang diambil
- Refining dan kualifikasi posisi
- Pengujian asumsi tentang fakta, definisi, dan konsekuensi.

6
Reaksi dari model Yurisprudensi adalah:
1. Mempertahankan iklim intelektual yang kuat di mana semua pandangan
dihormati; menghindari evaluasi langsung pendapat siswa.
2. Lihat bahwa isu-isu yang benar-benar dieksplorasi
3. Substansi berpikir siswa melalui pertanyaan relevansi, konsistensi,
spesifisitas, umum, kejelasan definisi, dan kontinuitas.
Pengajaran Model yurisprudensi Menjaga gaya dialektis; gunakan dialog
konfrontatif, mempertanyakan asumsi siswa dan menggunakan contoh yang
spesifik (analogi) untuk lebih berfariasi dengan laporan yang umum.
hindari mengambil sikap keras kepala. konteks untuk mengeksplorasi situasi dari
peristiwa sejarah untuk menjelajahi adanya nilai hukum.
Langkah pertama dari proses ini adalah untuk setiap siswa mengusulkan sebuah
rencana aksi secara keseluruhan dengan resolusi. Beberapa cara siswa telah
menerapkan apa yang telah mereka pelajari dan menjadi terlibat dalam kegiatan
masyarakat meliputi:
1. Menulis surat kepada dewan kota, perwakilan negara, negara senator,
gubernur, atau walikota.
2. Terkemuka atau berpartisipasi dalam kegiatan seperti pembersihan
masyarakat, kegiatan daur ulang, atau petition drives.
3. Menghadiri pertemuan atau rapat dewan kota lingkungan lokal.
Apa pun tindakan siswa mengambil harus dinilai dalam keterangan laporan
rencana aksi mereka.
Kunci untuk model instruksi adalah bahwa siswa mendapat kesempatan untuk
menerapkan keterampilan penyidikan dan strategi tindakan untuk masyarakat
dimana mereka tinggal.

7
C. Model Pembelajaran Personal

Model pembelajaran personal adalah suatu model pembelajaran yang


menekankan pada pengembangan diri peserta didik dan hubungan antarpribadi.
Tujuannya adalah meningkatkan kesehatan emosi dan kemampuan berpikir siswa
serta mengembangkan pembelajaran berdasarkan kebutuhan siswa.
Model ini berfokus pada proses pembelajaran yang membantu perkembangan
individu dan meningkatkan ketampilan berbicara siswa.
Diantara rumpun model pembelajaran personal, ada pembelajaran tanpa arahan
non directive teaching), model sinektik (synectics model), latihan kesadaran
(awareness training), dan pertemuan kelas (classroom meeting).
Proses pembelajaran dikemas secara fleksibel, menarik dan menyenangkan, dan
guru bertindak hanya sebagai fasilitator belajar siswa.
Model pembelajaran personal memiliki beberapa keunggulan, seperti:

1. Membantu pengembangan diri peserta didik dan hubungan antarpribadi


2. Membantu siswa secara aktif berbicara dan mengutakan pendapatnya
3. Membantu siswa meningkatkan ketampilan berpikir
4. Membantu siswa mengutamakan rasa ingin tahunya dan menyampaikan
pendapat hasil pengamatan
5. Membantu siswa memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri.

Model pembelajaran personal dapat diterapkan melalui berbagai macam


metode, seperti pengajaran tanpa arahan (non directive teaching), model sinektik
(synectics model), latihan kesadaran (awareness training), dan pertemuan kelas
(classroom meeting).
Guru harus bertindak sebagai fasilitator belajar siswa, yang membantu siswa
dalam proses pembelajaran dan menyediakan kemudahan untuk mencapai tujuan
belajar.

8
D. Model Sistem Perilaku

Dasar teoritik dari kelompok model pembelajaran ini ialah teori-teori belajar
Behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk
mengurutkan tugas-tugas belajar dengan cara memanipulasi penguatan
(reinforcement). Model ini dikenal juga sebagai model modifikasi prilaku atau
“Behavioral Modifications”. Model-model prilaku mempunyai penerapan yang
cukup luas dan diarahkan kepada bermacam-macam tujuan pendidikan, latihan
prilaku antar pribadi, dan terapi. Berdasarkan pada pengendalian stimulus dan
penguatan, model-model behavior (prilaku) dan kondisi-kondisi antara, baik
secara individual maupun secara kelompok, telah banyak penelitian yang dilakuan
untuk mengkaji model-model ini.
Salah satu dari karakteristik umum pada model pembelajaran prilaku, adalah
dalam prihal penjabaran yang harus dipelajari peserta didik, yaitu penjabaran
tugas-tugas yang harus dipelajari menjadi serangkaian prilaku dalam bentuk yang
lebih kecil dan berurutan. Pada umumnya, pengendalian prilaku terletak pada
pihak guru/pendidik, meskipun peserta didik mempunyai kesempatan untuk
mengendalikan prilakunya.
Menurut Dunkin (1986:32) “Behavior model of instruction are Systems for
arranging The relationships among Three variables : prompts, behavior, and
consequences”. Model instruksi perilaku merupakan sistem yang mengatur
hubungan antara tiga variabel, yaitu : petunjuk, perilaku dan konsekuensi.
Menurut Joyce & Weil (2009:400) “model modifikasi perilaku merupakan desain
pembelajaran yang menekankan pada perubahan perilaku yang dapat diamati
sebagai hasil dari stimulus yang diberikan”. 2

A. Ciri-ciri Model Pembelajaran Perilaku

2
Pedagogika, Jurnal Pedagogik dan Dinamika Pendidikan, Vol 4 No 1,
( februari 2020)

9
Ciri-ciri model pembelajaran perilaku di antaranya :
1. Mementingkan faktor lingkungan
2. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan
metode obyektif
3. Sifatnya mekanistik
4. Mementingkan masa lalu

B. Prinsip Model Pembelajaran Perilaku


Menurut Joyce & Weil (2009:402-403) Prinsip pembelajaran prilaku, sebagai
berikut :
1. Perilaku sebagai fenomena yang bisa diamati dan diidentifikasi.
2. Kebutuhan terhadap tingkah laku yang kurang adaptif.
3. Tujuan tingkah laku adalah hal yang khusus, terpisah, dan bergantung
pada individu.
4. Teori tingkah laku fokus pada “hal-hal yang ada di sini dan yang terjadi
saat ini”
Prinsip pembelajaran prilaku menurut Gage, Berliner (1984) meliputi peran
konsekuensi, penguatan (reinforcer), penghukuman (punisher), kesegaran
konsekuensi (immediacy of consequence), pembentukan (shaping), kepunahan
(extinction), jadwal penguatan (schedule of reinforcement), ketahanan
(maintenance), dan peran anteseden (role of antecedent).

C. Kelebihan dan Kekurangan

1. Kekurangan
a. Pembelajaran hanya perpusat pada guru, Peserta didik hanya mendapatkan
pembelajaran berdasarkan apa yang diberikan guru. Mereka tidak diajarkan
untuk berkreasi sesuai dengan perkembangannya. Peserta didik cenderung
pasif dan bosan.
b. Peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi, Karena menurut teori
ini belajar merupakan proses pembentukan yang membawa peserta didik

10
untuk mencapai target tertentu. Apabila teori ini diterapkan terus menerus
tanpa ada cara belajar lain, maka bisa dipastikan mereka akan tertekan, tidak
menyukai guru dan bahkan malas belajar.

2. Kelebihan
a. Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek
dan pembiasaan. Dengan bimbingan yang diberikan secara terus menerus akan
membuat peserta didik paham sehingga mereka bisa menerapkannya dengan
baik.
b. Materi yang diberikan sangat detail, Hal ini adalah proses memasukkan
stimulus yang yang dianggap tepat. Dengan banyaknya pengetahuan yang
diberikan, diharapkan peserta didik memahami dan mampu mengikuti setiap
pembelajarannya.
c. Membangun konsentrasi pikiran, Dalam teori ini adanya penguatan dan
hukuman dirasa perlu. Penguatan ini akan membantu mengaktifkan siswa
untuk memperkuat munculnya respon. Hukuman yang diberikan adalah yang
sifatnya membangun sehingga peserta didik mampu berkonsentrai dengan
baik.

D. Macam-Macam Model Pembelajaran Perilaku

1. Model Instruksi Langsung

Model instruksi langsung terdiri dari lima tahap aktivitas (Joyce & Weil,
2009: 427-429) yakni; orientasi, presentasi, praktek yang terstruktur, praktek
di bawah bimbingan, dan praktek mandiri.
a. Sintaks
1) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
a) Menjelaskan tujuan
b) Menyiapkan siswa
2) Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan.

11
a) Menyampaikan informasi dengan jelas
Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru kepada siswa
dapat dicapai melalui perencanaan dan pengorganisasian pembelajaran
yang baik. Dalam melakukan presentasi guru, harus menganalisis
keterampilan yang kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan
dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil selangkah demi selangkah.
b) Melakukan demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian besar
yang dipelajari berasal dari pengamatan terhadap orang lain.

3) Menyediakan latihan terbimbing


Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah cara guru
mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing”. Keterlibatan
siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat
belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa
menerapkan konsep/ keterampilan pada situasi yang baru.

4) Menganalisis pemahaman dan memberikan umpan balik


Pada pengajaran langsung, fase ini mirip dengan apa yang kadang-
kadang disebut resitasi atau umpan balik. Guru dapat menggunakan
berbagai cara untuk memberikan umpan balik kepada siswa.

5) Memberikan kesempatan latihan mandiri


Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa sebagai fase akhir
pelajaran pada pengajaran langsung adalah pekerjaan rumah. Pekerjaan
rumah atau berlatih secara mandiri, merupakan kesempatan bagi siswa untuk
menerapkan keterampilan baru yang diperolehnya secara mandiri.
a. Sistem Sosial
Di dalam pembelajaran langsung guru memberikan informasi secara setahap
demi setahap dan merancang kegiatan sedemikian rupa. Adanya kegiatan
tanya jawab akan memperlancar pembelajaran.

12
b. Prinsip Reaksi
1) Menjelaskan tujuan pembelajaran.
2) Memotivasi dan memusatkan perhatian siswa.
3) Mendemonstrasikan dan menyajikan informasi setahap demi setahap.
4) Merencanakan dan memberikan bimbingan pelatihan awal.
5) Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik dan
memberikan umpan balik.
6) Memberikan latihan mandiri berupa pekerjaan rumah.
7) Menyediakan pengetahuan mengenai hasil-hasil.
8) Membantu siswa mengandalkan diri mereka sendiri.
9) Melakukan penguatan.

d. Sistem Pendukung
Sistem pendukung dalam model ini meliputi rangkaian pemberian
tugas, media atau alat peraga seperti power point, Lembar Kerja Siswa.

e. Dampak Instruksional dan Pengiring


Dampak instruksional :
- Meningkatkan keterampilan dasar dan keterampilan akademik siswa.
- Membangun minat dan menimbulkan rasa ingin tahu.
- Merangsang siswa untuk berpikir cepat.
Dampak pengiring :
- Meningkatkan kemampuan berfikir kritis.
- Meningkatkan kreativitas siswa.
- Melalui kesuksesan dan respon balik positif, dapat memperkaya
penghargaan diri siswa.

2. Model Belajar dari Simulasi


Menurut Joyce & Weil sebuah pembelajaran yang memasukkan bagian-bagian
dalam dunia nyata disederhanakan dan disajikan dalam ruang kelas. Usaha ini
dilakukan dalam rangka memperkirakan kondisi serealistis mungkin sehingga

13
konsep yang dipelajari dan solusi yang dikembangkan dapat benar-benar
dipraktikkan dalam dunia nyata.
Metode simulasi merupakan salah satu metode mengajar yang dapat digunakan
dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan simulasi
cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan
kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan
oleh siswa pada kelas tinggi di Sekolah Dasar. Dalam pembelajaran, siswa akan
dibina kemampuannya berkaitan dengan keterampilan berinteraksi dan
berkomunikasi dalam kelompok. Disamping itu, dalam metode simulasi siswa
diajak untuk bermain peran beberapa perilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Adapun tujuan dalam model pembelajaran simulasi adalah:
1) Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi
kehidupan sehari-hari
2) Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip
3) Melatih memecahkan masalah
4) Meningkatkan keaktifan belajar
5) Memberikan motivasi belajar kepada siswa
6) Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok
7) Menumbuhkan daya kreatif siswa, dan
8) Melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
bahwa setiap model didasarkan pada teori pembelajaran tertentu dan
menekankan aspek berbeda seperti hubungan sosial, kognitif, personalitas, dan
perilaku. Model pembelajaran dalam rumpun Model Sosial menekankan pada
hubungan antara individu dengan masyarakat atau antara individu dengan orang
lain, sementara model pembelajaran dalam rumpun Model Personal lebih
memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan
kemandirian yang produktif. Model pembelajaran dalam rumpun Model Sistem
Perilaku menekankan pada perubahan perilaku yang tampak dari peserta didik,
sementara model pembelajaran dalam rumpun Model Pengolahan Informasi
mengarah pada proses penerimaan, penyimpanan, dan pengolahan informasi.
Selain itu, model pembelajaran juga dapat dilihat melalui dua sudut pandang yaitu
sebagai objek belajar dan sebagai subjek belajar, serta mempunyai misi atau
tujuan pendidikan tertentu.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aminah Rehalat, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 2, Edisi
Desember 2014
Pedagogika, Jurnal Pedagogik dan Dinamika Pendidikan, Vol 4 No 1,
( februari 2020)

16

Anda mungkin juga menyukai