Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MATA KULIAH PEMBELAJARAN BAHASA DAN SATRA


INDONESIA SEKOLAH DASAR

“ DIMENSI-DIMENSI PEMBELAJARAN BAHASA ”

OLEH :

NOVITA NURVIANTI
NIM 178620600010

SEMESTER 7

S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


STKIP SYEKH MANSHUR
2020

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan hidayah-
Nya Saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul DIMENSI-DIMENSI
PEMBELAJARAN BAHASA ini tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat guna
memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Sekolah
Dasar.

Saya sadar Bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu saya
harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi setiap pembacanya.

ii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................. i
.
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG .................................................................... 1
B.     RUMUSAN MASALAH ............................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Dimensi 2
Pembelajaran ...................................................................
B. Pandangan Terhadap Dimensi 2
Pembelajaran .................................
C. Lima Model Dimensi Belajar ......................................................... 3
D. Dimensi-Dimensi Perenacanaan Pengajaran ................................. 10
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN ...................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 14

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual,
sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan
dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan
membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang
lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat
yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan
kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran
bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik
secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil
karya kesastraan manusia Indonesia.
Model Dimensi Belajar merupakan metafora tentang bagaimana otak
bekerja selama orang belajar. Dimensi belajar ini terdiri atas lima tipe
berpikir yang bersifat interaktif, yaitu sikap dan persepsi positif terhadap
belajar, pemerolehan dan pengitegrasian pengetahuan, perluasan dan
penghalusan pengetahuan, penggunaan pengetahuan secara bermakna, dan
kebiasaan berpikir produktif. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan
model Dimensi Belajar adalah pembelajaran yang menggunakan dimensi-
dimensi belajar itu sebagai premis pembelajaran. Pembelajaran yang
berpusat pada lima dimensi itu, niscaya akan memberikan hasil yang lebih
baik.

B. RUMUSAN MASALAH
a) Apakah Dimensi Pembelajaran Itu?
b) Pandangan-Pandangan Dimensi Pembelajaran Adalah ?
c) Apa Saja Model Dimensi Pembelajaran

1
BAB II
PEMBAHASAN
DIMENSI – DIMENSI PEMBELAJARAN BAHASA

A. Dimensi Pembelajaran
Model Dimensi Belajar merupakan metafora tentang bagaimana otak
bekerja selama orang belajar. Dimensi belajar ini terdiri atas lima tipe berpikir
yang bersifat interaktif, yaitu sikap dan persepsi positif terhadap belajar,
pemerolehan dan pengitegrasian pengetahuan, perluasan dan penghalusan
pengetahuan, penggunaan pengetahuan secara bermakna, dan kebiasaan berpikir
produktif. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan model Dimensi Belajar
adalah pembelajaran yang menggunakan dimensi-dimensi belajar itu sebagai
premis pembelajaran. Pembelajaran yang berpusat pada lima dimensi itu, niscaya
akan memberikan hasil yang lebih baik.

B. Pandangan Terhadap Dimensi Pembelajaran


Waras Kamdi Dimensi belajar yang amat penting tetapi belum tersentuh
secara serius dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah kita adalah kecakapan
berpikir produktif. Sebagian besar pendidik belum menyusun secara serius
pembelajaran yang didasarkan pada premis proses belajar. Kita belum banyak
membangun sistem pembelajaran yang mendukung apa yang kita ketahui tentang
proses belajar itu. Paparan ringkas ini adalah sebuah kiat mengembangkan
pembelajaran dengan berdasarkan model lima dimensi belajar (Marzano, 1992),
yang berorientasi pada kebiasaan berpikir produktif.
Rendahnya kecakapan berpikir produktif anak-anak Indonesia masih
menjadi keprihatinan masyarakat, terutama kalangan pendidik (Mangunwijaya,
1998; Drost, 1998; Marpaung, 1998). Para ahli pendidikan mengatakan bahwa
proses pembelajaran tradisional yang sampai sekarang masih dominan di sekolah-
sekolah belum mampu menumbuhkan kebiasaan berpikir produktif; satu dimensi
yang paling esensial dari dimensi belajar. Sebagian besar pendidik belum
menyusun secara serius pembelajaran yang didasarkan pada premis proses belajar,

2
karena memang kita masih kekurangan pengetahuan tentang proses belajar
(Drost, 1998). Hasil belajar anak pun tak dapat tercapai seperti yang diharapkan,
yakni hasil belajar tingkat pemahaman, melainkan hanya sebatas pada tingkat
penyerapan informasi.
Hampir semua pendidik mengetahui dan menyadari bahwa pembelajaran
yang efektif mencerminkan belajar siswa yang efektif pula. Kita sudah lama
menyadari bahwa pembelajaran berpikir agar anak menjadi cerdas, kritis, dan
kreatif, serta mempu memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan
mereka sehari-hari adalah penting. Kesadaran ini juga telah mendasari
pengembangan kurikulum, sehingga kurikulum kita lebih mengedepankan
pembelajaran yang kontekstual dengan lingkungan kehidupan sehari-hari anak
(konteks sosial) dan kontekstual dengan proses belajar anak (konteks kognitif).
Akan tetapi, sebagian besar pendidik kita belum banyak berbuat; belum menyusun
secara serius pembelajaran yang didasarkan pada premis proses belajar (Drost,
1998; Mangunwijaya, 1998). Kita masih berkutat dengan cara-cara mengajar
yang lama, yang cenderung mematikan potensi kreatif anak. Kita belum banyak
melakukan kajian tentang proses belajar dan kemudian membangun sistem
pembelajaran yang mendukung apa yang kita ketahui tentang proses belajar itu.
Dengan demikian, kita masih membutuhkan pengetahuan tentang proses belajar,
yang kemudian dapat membantu kita menyusun sistem pembelajaran, dan sistem
administrasi yang mendukung apa yang kita ketahui tentang proses belajar
tersebut.
Tulisan ini adalah paparan kiat mengembangkan pembelajaran berdasarkan model
Lima Dimensi Belajar yang diformulasikan oleh Robert J. Marzano (1992).

C. Lima Model Dimensi Belajar


1. Mengembangkan Sikap dan Persepsi Positif
Mudah untuk dipahami bahwa sikap dan persepsi si belajar sangat
mempengaruhi proses belajar. Sikap dapat mempengaruhi belajar secara
positif, sehingga belajar menjadi mudah, sebaliknya sikap juga dapat
membuat belajar menjadi sangat sulit.

3
Ada dua kategori sikap dan persepsi yang mempengaruhi belajar:
a. Sikap dan persepsi tentang iklim (suasana) belajar, dan
b. Sikap dan persepsi terhadap tugas-tugas kelas.

Guru yang efektif memberikan penguatan terhadap kedua kategori itu dengan
teknik yang jelas dan sesuai. Guru seyogyanya membantu menumbuhkan sikap
dan persepsi siswa yang positif terhadap iklim belajar dengan menekankan aspek-
aspek internal siswa (suasana mental yang kondusif) daripada aspek-aspek
eksternal. Aspek-aspek internal ini meliputi dua hal, yaitu
a. Penerimaan oleh guru dan teman sekelas (kontak mata, penguatan, dll),
dan
b. Kenyamanan suasana fisik di dalam kelas (perabot yang nyaman, aturan-
aturan Tyang menyenangkan, dll).
Guru dapat membantu menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap
tugas-tugas kelas dengan cara memberikan pemahaman akan nilai tugas, kejelasan
tugas, dan kejelasan sumber.
Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat membantu guru dalam mengambil
keputusan-keputusan siatuasional/transaksional di dalam kelas, yaitu:
1) Apa yang akan dilakukan untuk membantu anak mengembangkan sikap dan
persepsi positif tentang iklim belajar?
2) Apa yang akan dilakukan untuk membantu anak merasa diterima oleh guru
dam teman sejawatnya?
3) Apa yang akan dilakukan untuk membantu anak mempersepsi kelas sebagai
tempat yang nyaman dan menyenangkan?
4) Apa yang akan dilakukan untuk membantu anak mengembangkan sikap dan
persepsi positif tentang matapelajaran?
5) Apa yang akan dilakukan untuk membantu anak mempersepsi mata
pelajaran sebagai sesuatu yang bernilai/berguna?
6) Apa yang akan dilakukan untuk membantu anak yakin mereka dapat
mengerjakan tugas-tugas kelas?

4
7) Apa yang akan dilakukan untuk membantu anak memahami tugas-tugas
kelas?
Belajar tentang topik “Perilaku Air” pada kelas V SD misalnya, guru dapat
mengembangkan sikap dan persepsi posotif terhadap belajar dengan memberikan
gambaran betapa pentingnya air dalam kehidupan kita, dan betapa pentingnya
memahami perilaku air sehingga manusia dapat mengambil manfaat sebesar-
besarnya.

2. Belajar untuk Pemerolehan dan Pengintegrasian Pengetahuan


Ahli psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses interaksi
yang tinggi dalam membangun makna secara personal dari informasi yang
diperoleh dengan pengetahuan yang sudah ada menjadi pengetahuan baru.
Menerima pengetahuan melibatkan proses interaksi antara apa yang sudah
diketahui dengan apa yang ingin dipelajari, dan setelah itu mengintegrasikan
informasi tersebut menjadi langkah-langkah sederhana yang mudah
digunakan. Menurut E.D. Gagne (1985), pengetahuan dapat dikategorikan
menjadi dua, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.
Banyak ahli yakin bahwa pemerolehan tipe pengetahuan yang berbeda
memerlukan proses yang berbeda pula. Misalnya belajar membaca peta,
melakukan eksperimen, mengedit esei, dan sejenisnya, akan berbeda
prosesnya dengan belajar jenis pengetahuan seperti: nama-nama ibukota, jenis
bakteri, dan sejenisnya.
Contoh kelompok pertama mencakup proses. Proses tersebut
terbentuk di dalam mode linier. Dalam melakukan eksperimen, misalnya
menguji benda padat yang larut dalam air, siswa melakukan dengan tahapan-
tahapan tertentu. Mungkin menyiapkan lembar catatan, menyiapkan
perangkat eksperimen, mencari bermacam-macam bahan, memberi label
bahan-bahan yang akan diuji, menyiapkan air dalam gelas-gelas, melakukan
pelarutan benda-benda yang diuji, mengamati hasil larutan, dst. Pengetahuan
yang demikian ini disebut pengetahuan prosedural.

5
Contoh kelompok kedua tidak menunjukkan proses atau seperangkat
tahapan. Pemerolehan pengetahuan tipe ini mencakup pemahaman
komponen-komponen dan mengingatnya kembali tatkala diperlukan.
Misalnya, pengetahuan konsep “air minum” meliputi pemahaman tentang air
yang bersih, air yang tidak mengadung bahan-bahan beracun, air untuk
keperluan rumah tangga, dan sebagainya. Tipe pengetahuan ini secara umum
disebut pengetahuan deklaratif.
Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat memandu kita (para guru) dalam
mengambil keputusan transaksional di dalam kelas, yaitu:
a. Mengajarkan Pengetahuan Deklaratif:
1) Apa topik umumnya?
2) Apa topik khususnya?
3) Bagaimana anak akan mengalami informasi?
4) Bagaimana anak akan dibantu mengkonstruksi makna?
5) Bagaimana anak akan dibantu dalam pengorganisasian informasi?
6) Bagaimana anak akan dibantu dalam menyimpan informasi dalam
ingatan jangka panjang?

b. Pengetahuan Prosedural:
1) Keterampilan dan proses apa yang perlu dikuasai anak?
2) Bagaimana anak dibantu mengkonstruksi model?
3) Bagaimana anak dibantu dalam pembentukan keterampilan atau
proses?
4) Bagaimana anak dibantu dalam penginternalan keterampilan atau
proses?

3. Perluasan dan Penghalusan Pengetahuan

6
Pada dimensi ini aspek-aspek belajar melibatkan pengujian apa yang
diketahui agar mencapai tingkat yang lebih dalam dan analitis. Kegiatan
memperluas dan memperhalus pengetahuan ini dilakukan dengan:
a. Comparing (identifikasi dan artikulasi hal-hal atau benda-benda yang
mirip dan berbeda)
b. Classifying (pengelompokan jenis-jenis benda ke dalam kategori
berdasarkan atribut dasarnya)
c. Inducing (pendugaan prinsip-prinsip atau generalisasi yang belum
diketahui dari observasi atau analisis)
d. Deducing (pendugaan kondisi yang belum ternyatakan dari prinsip-prinsip
atau generalisasi tertentu)
e. Analyzing error (identifikasi dan artikulasi kesalahan di dalam pikiran
sendiri maupun orang lain)
f. Constructing support (pengkostruksian sistem dukungan kebenaran atau
bukti untuk suatu pernyataan yang tegas)
g. Abstracting (identifikasi dan artikulasi tema penting atau pola umum suatu
informasi)
h. Analyzing perspetive (identifikasi dan artikulasi perspektif personal
tentang berbagai macam isu).
Cara membantu anak agar dapat memperluas dan menghaluskan pengetahuan
dilakukan dengan memberikan kerangka langkah-langkah secara eksplisit tentang
suatu proses, atau dengan menggunakan tugas-tugas terstruktur. Kegiatan
belajarnya bisa berupa proses-proses membandingkan, klasifikasi, menginduksi,
mendeduksi, menganalisis kesalahan, dst. Yang dilakukan guru adalah begitu ia
mempersiapkan aktivitas untuk membantu siswa dalam menerima dan
mengintegrasikan pengetahuan (Dimensi 2), begitu pula segera dipersiapkan
untuk membantu siswa dalam memperluas dan menghaluskan pengetahuan
(Dimensi 3).
Pertanyaan-pertanyaan pemandu untuk mengembangkan pembelajaran atau
mengambil keputusan transaksional di dalam kelas, antara lain:
a. Apa informasi yang akan diperluas dan diperhalus?

7
b. Kegiatan apa yang digunakan untuk membantu anak memperluas dan
memperhalus pengetahuan?
Panduan Pembelajaran untuk perluasan dan penghalusan pengetahuan disajikan
dalam lembar-lembar percobaan yang dimuat dalam buku teks.

4. Belajar Menggunakan Pengetahuan secara Bermakna


Pada umumnya kita belajar dengan baik jika pengetahuan yang kita
pelajari itu diperlukan untuk mencapai suatu tujuan. Keberadaan tujuan umum
akan dicapai dengan cara-cara umum di mana kita menggunakan pengetahuan
itu secara bermakna.
Cara guru membantu siswa agar dapat menggunakan pengetahuan secara
bermakna dilakukan dengan:
a. Decision making, yaitu suatu proses menjawab pertanyaan seperti “Apa
cara yang paling baik untuk?” atau “mana yang paling cocok untuk?”
b. Investigation; ada tiga tipe dasar investigasi, yakni definitional
investigation yang meliputi pemerolehan jawaban atas pertanyaan seperti
“apa yang menjadi ciri khas dari?”
Historical investigation meliputi pemerolehan jawaban atas pertanyaan
seperti “bagaimana ini terjadi?” atau “mengapa ini terjadi?”
Projective investigation yang meliputi pemerolehan jawaban atas
pertanyaan “apa yang akan terjadi jika?;
c. Experimental inquiry, yaitu proses memperoleh jawaban atas pertanyaan
seperti, “bagaimana saya menjelaskan ini?” atau “berdasarkan penjelasan
saya, apa yang dapat saya prediksi?”
d. Problem solving, yaitu menjawab pertanyaan “bagaimana saya akan
memecahkan masalah ini?”
e. Invention, yaitu proses penciptaan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan;
menjawab pertanyaan seperti “apa cara baru yang? atau “apa cara yang
paling baik?

8
Dalam menjadikan pengetahuan bermakna, penerapan kelima cara tersebut dalam
tugas-tugas kelas dapat dikategorikan menjadi application-oriented task, long-
term task, dan student-directed task.

Pertanyaan-pertanyaan pemandu yang dapat membantu guru dalam mengembil


keputusan-keputusan transaksional di dalam kelas:
a. Apa isu besarnya
b. Berapa banyak isi yang akan diangkat?
c. Siapa yang akan menstruktur tugas?
d. Produk apa yang akan dibuat oleh anak?
e. Apa yang akan dikerjakan anak dalam kelompok kooperatif?

5. Mengembangkan Kebiasaan Berpikir Produktif


Dimensi ini menumbuhkan kebiasaan mental untuk dapat berpikir secara
produktif yang ditandai dengan:
a. Self-regulated thinking and learning, yakni kebiasaan mengetahui apa yang
sedang dipikirkannya, tindakan yang terencana, mengetahui sumber-sumber
yang penting, sensitif terhadap umpan balik, dan evaluatif terhadap
keefektifan tindakan
b. Critical thinking and learning, yang dicirikan oleh tindakan yang cermat,
jelas, terbuka, bisa mengendalikan diri, sensitif terhadap tingkat
pengetahuan
c. Creative thinking and learning, yang ditandai oleh semangat tinggi,
berusaha sebatas kemampuan, percaya diri, teguh, dan menciptakan hal-hal
atau cara-cara baru.
Cara membantu siswa mengembangkan dan memelihara kebiasaan berpikir
produktif adalah dilakukan dengan: menumbuhkan sikap kebiasaan berpikir
produktif dengan mengembangkan dimensi 1 s.d. 4, kebiasaan berpikir yang
diantarkan dengan mengintegrasikan ke dalam tugas-tugas di kelas, menggunakan
contoh-contoh khusus dari kehidupan orang yang memiliki kebiasaan mental
unggul.

9
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat memandu guru dalam mengembangkan
keputusan-keputusan transaksional di dalam kelas:
a. Kebiasaan mental yang mana yang akan ditekankan?
b. Kebiasaan mental yang mana yang akan diintrodusir?
c. Bagaimana memberi penguatan terhadap kebiasaan mental?

Berikut ini contoh apa yang akan dilakukan guru atau orang tua untuk membantu
anak dalam berpikir pengatur diri sendiri, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.
Berpikir Mengatur diri sendiri:
a. Membantu siswa menyadari apa yang sedang mereka pikirkan.
b. Mendorong siswa merencana
c. Mendorong siswa menggunakan sumber
d. Mendorong siswa sensistif terhadap umpan balik
e. Mendorong siswa mengevaluasi tindakan sendiri

Berpikir Kritis:
a. Mendorong siswa bertindak akurat.
b. Mendorong siswa berpikir terbuka
c. Mendorong siswa sensistif terhadap yang lain. Berpikir Kreatif:
d. Mendorong siswa untuk gigih menyelesaikan tugas
e. Mendorong siswa untuk menghasilkan cara-cara baru.

D. Dimensi-Dimensi Perenacanaan Pengajaran:


1. Signifikansi
Tingkat signifikasi tergantung pada kegunaan sosial dari tujuan pendidikan
yang diajukan
2. Feasibilitas
Salah satu factor penentu adalah otoritas political yang memadai, sebab
dengan itu feasibilitas teknik dan estimasi biaya serta aspek-aspek lain
dapat dibuat dalam pertimbangan yang realistik
3. Relevansi

10
Perencanaan pengajaran memungkinkan penyelesaian persoalan secara
lebih spesifik pada waktu yang tepat agar dapat dicapai tujuan secara
optimal
4. Kepastian atau defenitivenes
Penggunaan teknik dan metode meminimumkan kejadian-kejadian tak
terduga
5. Ketelitian atau parsimoniusness
Perencanaan pengajaran disusun dalam bentuk yang sederhana. Dalam
penerapannya diperlukan alternative dan dapat mempertimbangkan
alternative mana yang terbaik
6. Adaptabilitas
Perencanaan pengajaran bersifat dinamis, sehingga perlu mencari
informasi sebagai unpan balik atau balikan. Penggunaan berbagai proses
memungkinkan perencanaan pengajaran yang fleksibel atau adaptable
dapat dirancang untuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkan.
7. Waktu
Validitas dan reabilitas yang dipakai serta kapan untuk menilai kebutuhan
pendidikan masa kini dalam kaitannya dengan masa mendatang
8. Terbaik monitoring atau pemantauan
Menjamin agar pelaksanaannya berjalan dengan mulus, perlu
dikembangkan prosedur yang memungkinkan perencanaan pengajaran
menentukan alasan-alasan mengadakan variasi dalam perencanaan
9. Isi perencanaan
Perencanaan perlu memuat:
a. Tujuan
b. Program dan layanan, bagaimana cara mengorganisasikannya
c. Tenaga manusia, yaitu mencakup cara-cara mengembangkan prestasi
spesialisasi, prilaku, kompetensi, maupun kepuasan lainnya
d. Bangunan fisik, mencakup tentang cara-cara penggunaannya
e. Keuangan, meliputi rencana pengeluaran dan rencana penerimaan

11
f. Struktur organisasi, maksudnya bagaimana cara mengorganisasikan
dan memanajemen operasi dan pengawasan program dan aktifitas
pendidikan
g. Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang perlu
dipertimbangkan.

12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Model Dimensi Belajar merupakan metafora tentang bagaimana otak


bekerja selama orang belajar. Dimensi belajar ini terdiri atas lima tipe
berpikir yang bersifat interaktif, yaitu sikap dan persepsi positif terhadap
belajar, pemerolehan dan pengitegrasian pengetahuan, perluasan dan
penghalusan pengetahuan, penggunaan pengetahuan secara bermakna, dan
kebiasaan berpikir produktif. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan
model Dimensi Belajar adalah pembelajaran yang menggunakan dimensi-
dimensi belajar itu sebagai premis pembelajaran. Pembelajaran yang
berpusat pada lima dimensi itu, niscaya akan memberikan hasil yang lebih
baik.

13
Daftar Pustaka
Drost, J.I.G.M. 1998. Sekolah: Mengajar atau Mendidik. Yogyakarta: Kanisius
Universitas Sanata Dharma.
Gagne, E.D. 1985. The Cognitve Psychology of School Learning. Boston: Little,
Brown, and Company.
Marpaung, Y. 1998. Pendekatan Sosio-kultural dalam Pembelajaran Matematika
dan Sains. Dalam Sumaji (Ed.), Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta:
Kanisius & Universitas Sanata Dharma, 239–264.
Marzano, R.J. 1992. A Different Kind of Classroom: Teaching with Dimensions
of Learning. Alexandria, Verginia: ASCD.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/19511961/DIMENSI_D
IMENSI_PEMBELAJARAN_BAHASA_DI_KELAS_TINGGI&ved=2ahUKEwj
H06uRscfsAhVB7XMBHQs4Ag8QFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw0B1vQsZJa
P807AcDYYBGkh

14

Anda mungkin juga menyukai