Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Kesehatan Mental

Kesehatan mental alih bahasa dari Mental Hygiene atau mental Health. Definisi-definisi yang diajukan  para
ahli diwarnai oleh keahlian masing-masing. Menurut World Health Organization dalam Winkel  (1991)
disebutkan : Sehat adalah suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik,mental dan social secara penuh dan
bukan semata-mata berupa absensinya penyakit atau keadaan lemah tertentu. Dedinisi ini memberikan
gambaran yang luas dalam keadaan sehat,mencangkup berbagai aspek sehingga diharapkan dapat
mewujudkan kesejahteraan hidup. dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal
mungkin dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup.

Pengertian Kesehatan Mental Menurut Para Ahli

1. Menurut zakiya Daradjat (1983) kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-
sungguh antara fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa
yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
2. Menurut Musthafa Fahmi (1977) ada dua pengertian kesehatan mental (jiwa) yaitu:
a. Kesehatan jiwa sebagai bebas dari gejala-gejala penyakit jiwa dan gangguan jiwa.
b. Kesehatan jiwa sebagai kemampuan orang untuk menyesuaikan diri dirinya sendiri dan dengan
masyarakat lingkungannya.
3. Sedangkan Marie Yahoda mengemukakan bahwa pengertian kesehatan mental tidak hanya terbatas pada
absesnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa, namun orang tersebut harus memiliki sifat atau
karakteristik kepribadian sebagai berikut:
a. Memiliki sikap kepribadian terhadap diri sendiri dalam arti mengenal dirinya dengan sebaik-baiknya.
b. Memiliki pertumbuhan, perkembangan dan perwujudan diri.
c. Memiliki integrasi diri yang meliputi keseimbangan jiwa, kesatuan pandangan dan tahan terhadap
tekanan-tekanan kejiwaan yang terjadi.
d. Monotomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur kelakukan dari dalam ataupun kelakuan-kelakuan
bebas.
e. Memiliki persepsi mengenai realitas, bebas dari penyimpangan kebutuhan dan penciptaan empati serta
kepekaan sosial.
f. Memiliki kemampuan untuk menguasai lingkungan dan berintegrasi dengannya.
4. Sementara Definisi kesehatan mental Menurut Dr. Jalaluddin dalam bukunya “Psikologi Agama” adalah
suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk
menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi
(penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)”.
Definisi kesehatan mental lainnya yaitu:
5. Kesehatan Mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-
gejala penyakit jiwa (psychose).
6. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri dengan orang lain dan
masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.
7. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi,
bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan
orang lain serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.
8. Menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental didefinisikan sebagai suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan
perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
Dari pengertian-pengertian tentang kesehatan mental di atas dapat dilihat beberapa point penting, di mana
seseorang yang sehat mentalnya akan selalu memiliki jiwa yang tenang, jauh dari rasa iri dan dengki
sehingga dapat diterima dimana saja serta dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dilingkungan tempat
ia berada. Oleh karena itu kesehatan mental memiliki kaitan yang erat dengan penyesuaian diri.
Dapat dikatakan kehidupan manusia selalu dilingkupi oleh usaha-usaha penyesuaian diri, baik terhadap
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Mampu tidaknya sesorang dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan akan sangat menentukan terhadap mental subjek tersebut. Kegagalan dalam penyesuaian diri
akan menyisakan problem dan membuat orang tersebut merasa tidak puas dan terganggu yang apabila
keadaan tersebut berlanjut dalam waktu yang lama dapat membahayakan kesehatan mental subjek
dimaksud. Penyesuaian diri merupakan proses yang terus-menerus, dimana interaksi dengan lingkungan
memaksa individu untuk melakukan penyesuaian dimaksud. Dapat dikatakan penyesuan diri adalah
kebutuhan.

Berikut ini adalah beberapa pengertian kesehatan mental menurut para ahli yaitu:
1. Menurut Dr. Jalaluddin dalam bukunya “Psikologi Agama”
Bahwa: “Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang,
aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui
penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)”.

2. Menurut paham ilmu kedokteran


Kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan
emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan individu
tersebut.
Ciri ciri Kesehatan Mental
Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri kesehatan mental yaitu:
Memiliki sikap batin (Attitude) yang positif terhadap dirinya sendiri.
Aktualisasi diri (kebutuhannaluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari yang dia bisa.)
Mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi psikis yang ada
Mampu berotonom terhadap diri sendiri (Mandiri)
Memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada
Mampu menselaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri. (Jahoda, 1980).
Memiliki persepsi yang akurat terhadap realita,termasuk melihat realita sebagaimana adanya.
Tidak menyangakal hal-hal buruk yang terjadi di masa lalunya dan masa kini.
Memiliki penguasaan terhadap situasi, termasuk mempunyai kontrol diri di dalam mengasihi orang lain, di
dalam pekerjaan termasuk dalam bersahabat dengan orang lain.
Gangguan Kesehatan Mental
Bagi penderita gangguan mental / psychoneurosis, masih menghayati realitas , masih hidup dalam alam pada
umumnya. ia masih merasakan kesukaran-kesukaran sebenarnya ia tidak dapat atau kurang dapat
mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungan serta belum kuat atau tidak kuat kata hatinya. Itulah
sebenarnya ia mencari jalan keluar untuk melarikan diri dari kekecewaan atau penderitaan menjadi
Psychoneorosis, dijelaskan beberapa macam gangguan mental, yaitu :
1. Histeria
Sebenarnya tidak ada dasar fisik atau organis, tetapi si penderita betul-betul merasa sakit kadang-kadang
dapat berupa kelumpuhan. Seperti gangguan mental lainnya, perasaan tertekan, gelisah, cemas dan
sebagainya. Gejala-gejala tersebut dapat terlihat seperti  gejala fisik atau gejala mental. Gejala-gejala yang
berhubungan dengan fisik antara lain :

Lumpuh Histeria
Lumpuh pada salah satu anggota badan, biasanya terjadi secara tiba-tiba dan sebelumnya tidak terasa apa
pun.
Kram Histeria
Penyakit ini terjadi karena rasa bosan menghadapi pekerjaan dan mengalami perasaan yang tertekan. Karena
mengalami tekanan bathin karena karyana di cela dan mengalami kram histeria apabila sedang menjalankan
tugasnya, dan apabila mengerjakan hal -hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan sebelumnya mereka
menjadi sembuh atau tidak merasakan kram histeria.
Kejang histeria
Penyakit yang datangnya secara tiba-tiba, kejang atau kaku diseluruh tubuh dan tidak sadar kadang-kadang
sangat berat dan disertai teriakan-teriakan dan keluhan tetapi tidak mengeluarkan air mata. Kejadian ini
biasanya terjadi pada siang hari, hanya beberapa menit, dapat juga beberapa hari lamanya. Penyakit ini
terjadi biasanya setelah mengalami perasaan yang tersinggung, sehingga ia merasa tertekan, sedih dan
menyesal.
Mutism
Kesanggupan berbicara hilang, ada dua macam yaitu : 1) tidak dapat berbicara dengan suara keras, 2) tidak
dapat berbicara sama sekali. Biasanya terjadi karena tekanan perasaan, putus asa, cemas, merasa hina dan
sebagainya. Sedangkan alat-alat bicara biasanya tidak mengalami cedera apapun atau normal.
2. Psikosomatisme
Psikosomatis berasal dari dua kata yaitu ” psycho” yang artinya pikiran dan “soma” yang artinya tubuh.
Psikosomatis dalam dunia medis yaitu merupakan suatu penyakit yang mula-mula dipengaruhi oleh faktor
kejiwaan (psikologis), kemudian berjalannya waktu sehingga menjadi penyakit fisik. Konflik psikis
merupakan sebab bermacam macam penyakit fisik. Penyakit fisik yang telah ada semakin parah. Bentuk
pola Simtom psikosomatisme klasik diantaranya, sebagai berikut :
1. Tukak lambung, adanya luka pada lambung
Emosi yang negatif dapat merangsang produksi dan lambung secara berlebihan, lambung mengadakan
pencernaan pada dirinya sehingga timbul luka pada dinding lambung.

2. Anorexia nervosa, adanya gangguan makan


Enggan makan atau bila makan terus muntah, sehingga kurus kering. Penderita biasanya memiliki
pandangan dirinya terlalu gemuk sehingga melakukan diet sehingga menantara galami konflik batin.

Gejala-gejala Mental
Berikut ini adalah beberapa gejala-gejala yang berhubungaan dengan mental yaitu:
Amnesia , hilang ingatan
Suatu keadaan yang tiba-tiba menimpa orang-orang  menjadi hilang ingatan atau lupa terhadap kejadian-
kejadian tertentu,atau terhadap segala sesuatu bahkan namanya sendiri.Amnesia juga disebut kondisi
terganggunya daya ingat.  Penyebabnya berupa organic dan fungsional. Penyebab organic dapat berupa
kerusakan otak, akbat terauma atau penyakit. Penyebab fungsional adalah seperti, mekanisme pertahanan
ego.

Fugrue ,berkelana secara tidak sadar


Fugrue adalah bentuk gangguan mental disertai keinginan kuat untuk mengembara atau meninggalkan
rumah karena amnesia. Seseorang yang mengalami fugue itu pergi mengelana tanpa tujuan, dan tidak tau
mengap ia pergi. Gangguan ini muncul sesudah individu mengalami stress atau konflik yang berat,misalnya
pertengkaran rumah tangga, mengalami penolakan, kesulitan dalam pekerjaan dan keuangan, perang atau
bencana alam Perilaku seseorang pasien dengan fugue disosiatif adalah lebih bertujuan dan terintegrasi
dengan amnesianya dibandingkan pasien dengan amnesia disosiatif.

Kepribadian Ganda
Penderita mempunyai dua atau lebih kepribadian. Masing-masing memiliki proses perasaan dan pikiran
yang cukup stabil, sedang perbedaannya biasanya mencolok. Misalnya kepribadian yang satu dan yang
lainmungkin hanya beberapa menit atau beberapa mtahun. Disebabkan adanya dorongan-dorongan yang
saling bertentangan, terjadi konflik. Selama penderita mengalami, satu kepribadian tak teringan tentang
kejadian pada kepribadian yang lain meskipun hanya beberapa menit. kepribadian ganda dapat didefinisikan
sebagai kelainan mental dimana seseorang yang mengidapnya akan menunjukkan adanya dua atau lebih
kepribadian (alter) yang masing-masing memiliki nama dan karakter yang berbeda. Mereka yang memiliki
kelainan ini sebenarnya hanya memiliki satu kepribadian, namun si penderita akan merasa kalau ia memiliki
banyak identitas yang memiliki cara berpikir, temperamen, tata bahasa, ingatan dan interaksi terhadap
lingkungan yang berbeda-beda. Walaupun penyebabnya tidak bisa dipastikan, namun rata-rata para psikolog
sepakat kalau penyebab kelainan ini pada umumnya adalah karena trauma masa kecil.
Kepribadian Sosiopatik
Penderita mengalami keterlambatan perkembangan moral, tidak mampu mencontoh perbuatan yang diterima
masyarakat, kurang mampu bermasyarakat cenderung antisosial, termasuk psikopat. Biasanya memiliki ciri
cerdas, spontan dan mengesankan, emosinya relatif sulit dibangkitkan, sehingga kurang memiliki rasa takut
dan senang mencari tantangan, tapi cara yang ditempuh kurang tepat, hal ini sebagai penyebab bawaan.
Penyebab lain pada waktu kecil mengalami keterlambatan kehidupan emosinya, perlakuan yang tidak
konsisten. Misalnya latar belakang keluarga yang retak. Dari segi sosio cultural sebagai akses dari suasana
materialistik, hedonistik, dan kompetitif dari masyarakat modern.

Depersonalisasi
Penderita mengalami kehilangan rasa diri , terjadi secara tiba-tiba dan menjadi orang lain, orang yang
berbeda dengan dirinya, merasa terlepas dari tubuhnya. Hal ini terjadi karena mengalami stres berat akibat
situasi tertentu atau kejadian tertentu. Misalnya kecelakaan, penyakit atau peristiwa-peristiwa traumatik.
Somnabulisme, melakukan sesuatu dalam keadaan tidur
Somnabulisme adalah mimpi yang hidup, dan aktivitas fisik yang terjadi selama tidur, sejumlah gerakan
diluar kesadaran dan tidak dapat diingat kembali. Bisa terjadi selama tidur, hal ini lebih sering terjadi pada
anak-anak. Misalnya main piano, menjahit, mengendarai mobil dan lain sebagainya.

Perkembangan Kesehatan Mental


Keberadaan penyakit mental telah ada sejalan dengan keberadaan manusia, walaupun ketika kehidupan
manusia tidak semaju zaman sekarang. Bahkan ketika seorang manusia belum dapat memberikan istilah
untuk menjelaskan keadaan mentalnya sendiri. Ketika seseorang mengalami masalah mental, tentunya ia
akan membutuhkan orang lain untuk mengatasi masalahnya tersebut. Namun karena keterbatasan ilmu
pengetahuan, pada zaman dulu masalah kesehatan mental seringkali dihubungkan dengan gangguan setan
atau roh halus, atau gejala alam dan kemarahan para dewa. Berbagai macam penafsiran manusia mengenai
kondisi mental seseorang menimbulkan berbagai macam cara untuk mengatasinya pula. Misalnya, orang
yang menderita gangguan pasif agresif,  atau gangguan kepribadian histrionik, dianggap sebagai hal yang
mistis. Kesehatan mental bisa kita lihat perkembangannya sejak masa purba hingga ke masa sekarang.
Beberapa masa perkembangan kesehatan mental adalah:
1. Zaman Pra Sejarah
Pra sejarah adalah masa dimana keberadaan manusia purba yang masih berkembang. Pada zaman ini
tentunya manusia sudah merasakan berbagai macam gangguan mental, namun mereka menanggapinya
sebagai suatu hal yang lebih mistis seperti gangguan roh jahat, alam, maupun akibat perbuatan musuhnya. 
Penyakit mental seringkali dianggap sebagai suatu hal yang berhubungan dengan demonologi, yaitu suatu
pendapat atau doktrin yang menyebutkan bahwa seseorang berperilaku tidak normal, abnormal yang
disebabkan karena pengaruh suatu kekuatan jahat atau jatuh kepada kuasa kegelapan yang berhubungan
dengan kekuatan setan. Cara mengatasi gangguan mental ini pun menjadi sesuai dengan anggapan dan
kesimpulan mereka, yaitu menggunakan mantera dan ramuan tertentu untuk menyembuhkan seseorang yang
sedang terkena gangguan mental.
Pada masa ini banyak terdapat keberadaan dukun sebagai juru penyembuh bagi orang – orang yang
mengalami gangguan mental. Biasanya tiap suku atau kelompok mempunyai satu dukun kepercayaan
mereka sendiri. Para dukun ini pun mempunyai metode tersendiri yang sesuai pada zaman tersebut untuk
mengobati penyakit mental pasiennya, dan mereka benar – benar setia kepada anggota suku atau
kelompoknya. Akan tetapi para dukun ini juga memiliki kebijakan tersendiri yaitu menyingkirkan orang
sakit yang benar – benar membahayakan kelompok atau sukunya.
2. Zaman Roma Kuno dan Yunani Kuno
Banyak cendekiawan atau para ahli yang bermunculan di masa ini yaitu antara lain dua orang ilmuwan
terkemuka di Yunani, dokter Aesculapius dan Hipokrates yang salah satunya telah turut berperan dalam
mulai adanya pendekatan yang dilakukan secara rasional dan lebih manusiawi terhadap kondisi orang yang
mengalami penyakit mental. Selain itu ada beberapa ilmuwan lainnya seperti:
Phytagoras (500 SM) – Cendekiawan yang menjadi orang pertama dalam memberikan penjelasan secara
ilmiah terhadap penyakit mental.
Hippokrates (460-377 SM)  – Dikenal juga sebagai Bapak Kedokteran, dialah yang menemukan ilmu
medis modern dengan memisahkannya dari agama, takhayul, sihir dan kepercayaan terhadap dewa – dewa.
Dijelaskan oleh Hippokrates bahwa peranan otak sangat penting dalam mempengaruhi pikiran seseorang dan
juga perilaku dan emosinya. Ilmu somatogenesis dipelopori oleh Hippokrates, yaitu suatu pemikiran dimana
kondisi tubuh atau soma seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan perilaku individu tersebut.
Plato (429-347 SM) – Menyatakan bahwa gangguan mental seseorang merupakan sebagian dari gangguan
moral, fisik, dan juga adanya gangguan dari dewa – dewa. Plato menyatakan bahwa seorang penjahat adalah
orang yang mengalami gangguan mental. Ia juga menyatakan bahwa budaya menjadi faktor yang penting
dalam berpikir dan bertindak.
Asclepiades, Aretacus dan Galenius  – Tiga dokter dari Yunani yang memberikan penjelasan dengan
pendekatan naturalistik mengenai gangguan mental. Mereka menyatakan bahwa penderita gangguan mental
harus diberikan perlakuan yang lebih manusiawi dan mendapatkan perawatan di rumah sakit.
3. Zaman Kegelapan
Satu kekurangan dari zaman para cendekiawan Yunani adalah bahwa pendekatan – pendekatan ilmiah yang
dikemukakan para ahli waktu itu kurang memperhatikan aspek takhayul yang masih dipercaya banyak
orang. Itulah sebabnya pada masa kegelapan ini berbagai ilmu demonologi kembali muncul, dan jalan keluar
melalui exorcisme atau pengusiran setan kembali digunakan. Ketahuilah juga berbagai teori dalam bidang
psikologi, antara lain teori psikologi industri, teori kepercayaan diri dan teori identitas sosial.
4. Zaman Pertengahan 
Zaman ini berada pada kurun waktu antara 400 hingga 1500 SM, dimana pengaruh dari kalangan gereja dan
Kristen mulai meluas. Ada beberapa peristiwa penting pada masa ini yaitu:
Pada tahun 1484 Paus Innocent VIII meminta para pendeta di seluruh Eropa untuk menghukum mati para
tukang sihir sehingga lebih dari seratus ribu orang telah dibunuh karena dituduh sebagai penyihir.
Pada abad ke lima belas dan enam belas, dibangun suatu tempat penampungan bagi orang – orang yang
menderita penyakit mental untuk memisahkannya dari kehidupan normal. Tempat tersebut dinamakan
Asylum. Henry VIII membangun London’s Hospital of St. Mary of Bethlehem yang dikenal dengan
nama Bedlam untuk menjadi tempat penampungan pasien gangguan mental.
Bersamaan dengan perkembangan agama Islam, di negara – negara Arab juga berkembang ilmu kedokteran
dan ilmu pengetahuan lainnya. Sebagai efek dari perkembangan berbagai jenis keilmuan ini, banyak pula
didirikan rumah sakit. Sebuah rumah sakit khusus didirikan di Fez, Maroko lalu pada abad ke 12 juga
didirikan sebuah rumah sakit untuk penderita gangguan mental di Damaskus.
5. Zaman Renaissance
Masih ada lingkungan yang mendasari penyakit mental dengan pengobatan takhayul dan perlakuan yang
tidak manusiawi pada zaman ini. Walaupun demikian, mulai ada beberapa ilmuwan yang memberikan
pencerahan terhadap pasien gangguan mental.
Paracelsus (1493 – 1541) – Ilmuwan dari Swiss ini menolak demonology dan mengemukakan teori bahwa
penyebab gangguan mental adalah penyakit psikologis.
Agrippa (1486-1535) – Di Jerman, Heinrich Cornelius Agrippa berupaya melawan korban- korban
kemunafikan dan korban pelaksanaan Inqusisi.
Johann Weyer (1515-1585)  – Murid dari Agrippa ini mengeluarkan pernyataan bahwa orang yang dahulu
disebut sebagai tukang sihir adalah sebenarnya orang yang menderita gangguan mental.
Vinsensius de Paul (1581-1660) – Ilmuwan yang berasal dari Paris ini menyatakan bahwa penyakit mental
tidak ada bedanya dengan penyakit fisik dan memberi anjuran untuk melakukan pendekatan yang lebih
manusiawi terhadap penderitanya.
5. Abad ke 17 hingga ke 20
Ciri yang menandai pertengahan abad 18 adalah banyaknya pembaruan – pembaruan sosial, politik dan ilmu
pengetahuan. Pada awal zaman ini mulai ada kecenderungan terhadap memberikan perawatan khusus untuk
pasien gangguan jiwa. Dengan memusatkan penelitian terhadap klasifikasi dan sistem perawatan,
mengidentifikasi, menyelidiki, dan mengobati berbagai penyakit secara rasional termasuk penyakit mental.
Phillipe Pinel (1745-1826) – Pada permulaan abad ke 19 ia memulai penelitian pada pengobatan psikiatri
dengan mempelopori perlakuan serta pengertian yang lebih manusiawi terhadap orang – orang penderita
gangguan mental.
Willam Tuke  (1732-1822) – Mendirikan “York Retreat” dalam waktu hampir bersamaan dengan ketika
Phillipe Pinel mendirikan rumah sakit di Perancis.
Anton Muller (1755-1827)- orang yang bekerja di sebuah rumah sakit untuk penyakit mental di Jerman. Ia
menyerukan perawatan yang manusiawi terhadap penderita gangguan mental dan menentang kekejaman
yang mengekang pasien – pasien di rumah sakit tersebut.
Vicenzo Chiarugi (1759 – 1820) – Buku karyanya yang terbit di Italia berjudul “Hundred Observations”
mengenai pengamatannya kepada para pasien sakit mental dan juga menuntut perawatan yang lebih
manusiawi untuk mereka.’
Benjamin Rush (1745 – 1813) – Pelopor perawatan yang lebih manusiawi terhadap orang sakit mental dan
dikenal sebagai “Bapak Psikiatri Amerika” .
Clifford Wittingham Beers (1876-1943) – Mendirikan Connecticut Society for Mental Hygiene dan
mempelopori gerakan ilmu kesehatan mental, berdasarkan pengalamannya sendiri sebagai penderita
gangguan mental selama tiga tahun.
Tahun 1919 dibentuk sebuah badan bernama International Committee for Mental Hygiene yang bermarkas
besar di Amerika Serikat.
Pada tahun 1920-1930 karena pengaruh dari teori  psikososial Freud, atau teori psikoanalisis Freud, terjadi
perubahan perawatan terhadap pasien gangguan mental, antara lain perawatan yang dilakukan tidak
memerlukan sertifikasi, bisa dilakukan di rumah pasien atau di luar rumah sakit.
Dalam kurun waktu 1920 an Komite Nasional Kesehatan Mental Amerika menghasilkan model undang –
undang yang juga dimasukkan ke dalam aturan beberapa negara bagian.
Tahun 1948 Federasi Dunia Kesehatan Mental dibentuk.
Keadaan sehat dan sakit adalah dua hal yang sangat berhubungan dalam kehidupan manusia sehari –
harinya. Pengertian sehat dan sakit ini sebenarnya tergantung kepada nilai – nilai yang dianut para anggota
masyarakat tertentu, sehingga memiliki standar yang berbeda pada tiap kebudayaan yang berbeda pula. Bisa
saja satu sikap tertentu dianggap normal di satu kelompok masyarakat namun merupakan sikap yang akan
dianggap menyimpang dalam kelompok masyarakat lainnya.
Akan tetapi pada umumnya, sehat merupakan suatu kondisi dimana seseorang tidak menderita penyakit atau
terbebas dari rasa sakit pada tubuh dan seluruh bagian dari seorang manusia. Jika demikian, maka kondisi
mental seseorang pun termasuk ke dalam kategori tersebut. Kondisi mental yang terganggu dapat
digolongkan sebagai tidak sehat secara mental pula.

Berikut lima cara sederhana meningkatkan kesehatan mental secara menyeluruh.

1. Berpikir optimistis
Studi menunjukkan, orang yang optimistis memiliki risiko lebih sedikit untuk terkena jantung dan stroke.
Orang yang optimistis cenderung makan makanan yang sehat, berolahraga teratur, memiliki kekebalan tubuh
yang kuat, dan hidup yang lebih lama.

Studi pada 2019 juga menemukan orang yang memiliki pandangan positif juga memiliki peluang hidup
hingga berusia 85 tahun atau lebih.

Menjadi optimis bukan berarti mengesampikan stres dalam kehidupan. Optimistis berarti melihat tantangan
atau hambatan sebagai hal yang sementara dan dapat mengambil pelajaran dari hal tersebut.

2. Mengikuti kegiatan sukarelawan Penelitian menunjukkan bahwa menjadi relawan tanpa mengharapkan
imbalan dan merangsang otak memberikan penghargaan pada diri sendiri. Efeknya, otak menjadi lebih sehat
dan meningkatkan kemampuan kognitif.

Kegiatan sukarelawan juga dapat meminimalisasi stres dan memperbaiki depresi. Kegiatan sukarelawan itu
dapat berupa membantu dengan tenaga maupun harta benda yang dimiliki.

3. Bersyukur
Bersyukur dapat meningkatkan optimisme serta mengurangi kecemasan dan depresi. Bersyukur dapat
dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan beribadah.

Dikutip dari CNN, bersyukur dapat pula dilakukan dengan mengingat kebaikan-kebaikan orang yang sudah
membantu setiap harinya.

4. Memiliki hubungan sosial yang baik


Orang-orang yang memiliki koneksi sosial dengan keluarga dan teman terbukti lebih bahagia secara fisik
dan mental daripada orang yang tidak memiliki hubungan baik.

Studi dari Harvard University selama 75 tahun terhadap 724 pria menunjukkan orang yang memiliki
hubungan yang baik, lebih bahagia dan lebih sehat.

5. Menemukan tujuan kehidupan


Menemukan tujuan untuk hidup dapat meningkatkan kesehatan mental. Tujuan kehidupan itu dapat berupa
agama, keluarga, sosial, dan makna kehidupan.

Dengan mengetahui tujuan kehidupan, Anda dapat memberikan yang terbaik untuk kehidupan sehingga
memiliki kesehatan mental yang juga lebih baik.
6. Tidur tepat waktu
Cara meningkatkan kesehatan mental sederhana selanjutnya adalah dengan tidur tepat waktu. Terlebih,
beberapa penelitian pernah menunjukkan bahwa kurang tidur bisa memiliki efek negatif yang
mempengaruhi suasana hati.
Sehingga, cobalah untuk tidur tepat waktu, dan atur pola tidur secara normal, setiap hari. Hindari bermain
gadget sebelum tidur, dan membatasi minuman berkafein tinggi.
7. Olah raga
Tidak hanya baik untuk kesehatan fisik, olah raga juga sangat baik untuk kesehatan mental. Ketika kamu
rutin olahraga, tubuh akan melepaskan endorfin yang membantu menyingkirkan stres dan meningkatkan
suasana hati.
Bahkan, beberapa jenis olahraga dilakukan khusus untuk merelaksasikan pikiran. Tidak perlu olahraga berat,
untuk menjaga kesehatan mental, kamu bisa melakukan olahraga kecil.
Misalnya seperti olah raga naik tangga, jogging, bahkan hanya sekadar duduk tegak sambil mendengarkan
musik klasik. Agar olahraga bisa maksimal, setidaknya lakukan selama 30 menit setiap hari, dan coba
melakukannya di luar ruangan.
8. Makan makanan kesukaan
Seperti yang kita tahu, makan bisa memberikan nutrisi serta energi untuk tubuh. Karena, tubuh juga
membutuhkan asupan yang lengkap untuk mencukupi semua yang dibutuhkan tubuh.
Selain bisa menjaga kesehatan tubuh secara fisik, makanan juga bisa menjaga kesehatan mental, apalagi jika
kamu makan makanan kesukaan.
Karena, dengan makan makanan kesukaan atau favorit, ternyata bisa memberikan rasa senang di otak.
Makan makanan kesukaan juga bisa memiliki efek menenangkan suasana hati.

Pendekatan Kesehatan Mental


~          Orientasi Klasik
Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai
kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai
keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat
mental artinya tidak ada keluhan mental.
Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian
diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat
digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak
sehat mental.
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari
konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan
terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari
kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan
lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa
jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan
sesuatu yang absolut.
REPORT THIS AD
 ~          Orientasi Penyesuaian Diri
penyesuaian diri merupakan dasar bagi penentuan derajat kesehatan mental seseorang. Orang yang dapat
menyesuaikan diri secara aktif dan realistis sambil tetap mempertahankan stabilitas diri mengindikasikan
adanya kesehatan mental yang tinggi pada dirinya. Sebaliknya mereka yang tidak mampu menyesuaikan diri
secara aktif, tidak realistik dan tidak stabil dirinya menunjukkan rendahnya kesehatan mental pada dirinya.
Dengan kata lain kemampuan penyesuaian diri merupakan variabel utama dalam kesehatan mental. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa peningkatan derajat kesehatan mental setara dengan peningkatan
kemampuan penyesuaian diri yang aktif, realistik disertai dengan stabilitas diri. Kemampuan penyesuaian
diri idealnya dilatih dan dibina sejak kecil
Dalam banyak literatur psikologi kesehatan, pengembangan diri dan kemampuan penyesuaian diri
merupakan salah satu indikasi dari kepribadian yang sehat. Kita dapat melihat di antaranya dalam uraian-
uraian Gordon W. Allport, Carl Rogers, Abraham Maslow dan Viktor Frankl. Pemikiran mereka
menegaskan bahwa pribadi yang sehat selalu ditandai dengan keinginan untuk tumbuh dan berkembang,
berorientasi  ke masa depan sambil tetap realistis dan mampu melakukan inovasi bagi diri serta
lingkungannya. Artinya perbaikan kemampuan penyesuaian diri tidak hanya perlu dilakukan pada mereka
yang mengalami gangguan mental tetapi juga pada siapa saja.
 ~          Orientasi Pengembangan Potensi
Mewujudnyatakan potensi seperti bakat, kreativitas, minat dan lain-lain dalam diri individu. Pelepasan
sumber-sumber yg tersembunyi dari bakat, kreativitas, Energi dan dorongan (Schultz, 991). Dibutuhkan
fokus yang lebih untuk mencapai arah tujuan atau potensi diri yang lebih dikembangkan. Pengembangan
potensi ini juga dipengaruhi peranan keluarga, sekolah dan masyarakat. Juga adanya kesempatan yang
diberikan lingkungan pada individu baik yang potensinya masih tersembunyi maupun yang sudah
ditemukan.
Sumber :
Riyanti, B. P. Dwi. 1998. Psikologi Umum 2 Seri Diktat Kuliah. Jakarta: Gunadarma.

1. Pendekatan statistik
Pendekatan ini baranggapan bahwa orang yang sehat secara mental atau normal adalah orang yang
melakukan tingkah laku yang umumnya dilakukan oleh banyak orang lainnya. Atau dengan kata lain, suatu
tingkah lakudisebut sehat bila tingkah laku tersebut memiliki frekuensi kemunculan yang tinggi dalam
populasi. Sebaliknya, orang yang bertingkah laku tidak seperti tingkah laku kebanyakan orang dianggap
sebagai orang yang tidak normal.
Sepintaspendekatan ini terlihat benar, namun bila dipikirkan secara mendalam, tampat beberapa
kelemahannya. Ada tingkah laku yang dimiliki orang kebanyakan tapi dianggap normal atau sehat. Misalnya
mampu berbicara dalam 5 bahasa. Jarang ada yang memiliki kemampuan tersebut, namun orang yang
memilikinya dianggap normal,atauu misalnya orang yang dapat berjalan diatas bara api tanpa terbakar, tetap
dianggap sebagai orang yang sehat atau normal.
Sebaliknya, ada tingkah laku yang sebenarnya tidak sehat tetapi dilakukan oleh banyak orang. Misalnya
merokok, tingkah laku mereka tergolong kedalam tingkah laku yang tidak sehat atau tidak normal, namun
dilakukan banyak orang.

2. Pendekatan Normatif
Pendekatan ini melihat orang sehat secara mmental berdasarkan apakah tingkah laku orang tersebut
menyimpang dari norma sosial yang berlaku dimasyarakat atau tidak.tolok ukur yang dipakai dalam
pendekatan ini adalah norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Orang yang mampu menyesuaikan diri dengan norma masyarakatnya dianggap sebagai orang yang memiliki
kesehatan mental yang baik. Sementaraa orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan norma
sekitarnya memiliki kesehatan mental yang buruk.
Pendapat inipun memiliki kelemahan. Ada tingkah laku yang sebetulnya menyimpang dari norma yang ada
tetapi dianggap sebagai normal, misalnya tingkah laku homoseksual. Masyarakat barat sekarang ini
menganggap prilaku homoseksual bukan lagi dikategorikan sebagai penyimpangan seks. Prilaku korupsi
yang telah terjadi dinegara kita pada semua lapisan birokrasi, sekarang ini dianggap normal. Sebaliknya,
orang yang tetap berusaha berprilaku jujur malah dianggap sebagai orang yang tidak normal dan bahkan
“tidak sehat”.

3. Pendekatan Distress Subjektif


Pendekatan ini beranggapan orang dianggap normal atau sehat bila merasa sehat atau tidak ada persoalan
dan tekanan yang mengganggunya.
Kelemahan pendekatan ini adalah karena menekankan padea subjektivitas individu mengakibatkan tidakl
ada ukuran yang pasti sehingga semuanya menjadiserba relative, tergantung pada situiasi yan dihadapi.
Contohnya, bila orang tiba-tiba berbicara terus meneruus diketahui artinya dimuka umum, maka ia dianggap
sedang sakit atau terganggu dan tidak normal. Namun bila perilaku tersebut dimunculkan pada suatu ritual
keagamaan, perilaku tersebut dianggap wajar dan normal.

4. Pendekatan Fungsi atau Peranan Sosial


Pendekatan ini melihat normal atau tidak sehatnya sesesorang bersdasarkan mampu tidaknya ourang tersebut
menjalankan kegiatan hariannya. Orang dianggap sehat atau normal bila ia mampu menjalankan fungsi dan
peranannya dalam masyarakat dan tiiidak mengalami gangguan dalam menjalankan tugas-tugas hariannya.
Kelemahan pendekatan ini adalah tidak semua orang bisa dikatakan normal meskipun ia mampu
menjalankan fungsi dan perannya, misalnya penderita gangguan bipolar (manis depsresif). Pada saat itu
orang bersangkutan mengalami episode mania, dia mungkin menjadi bersemangat dan mampu melakukan
berbagai aktifitas dengan baik, padahal sebenarnya diasedang terganggu.

5. Pendekatan Interpersonal
Pendekatan ini melhat normal atau sehat tidaknya seseorang atau apakah orang tersebut mampu
menyesuaikan diri dilihat berdasarkan kemampuan seseorang untuk menjalin hubungan yang interpersonal
dengan orang lain dan tidak menarik diri dari orang lain.

Pendekatan inipun memiliki kelemahan, tidak selalu orang yang menyendiri itu tidak sehat atau tidak normal
dan tidak map[u menyesuaikan diri. Terkadang kesendirian itu penting supaya orang mampu memahami diri
dengan lebih baik atau juga sebagai kesempatan untuk memulihkan diri. Juga tidak selalu orang yang
mampu menjalin relasi dengan orang lain merupakan orang yang sehat. Misalnya bagi individu yang
mengalami gangguan siklotimia, yitu gangguan semacam manis depresi tetapi ayunan suasana perasaannya
tidak ekstri. Penderitanya biasanya tidak bisa terpisah dari orang lain.
Berbagai pendekatan diatas menunjukkan kesulitan yang muncul untuk memberi arti apa maksud dengan
sehat secara mental. Kesehatan mental tidak hanya sekedar dipahami sebagai kemampuan untuk tahan dalam
kondisi tekanan (stres) yang tinggi. Nbanyak prajurut yang dilatih untuk tahan menghadapi lingkungan yang
ekstrim, tapi seringkali mereka memiliki keluarga yang tidak bahagia karena perilaku kekerasan yang
ditunjukkan kepada pasangan maupun kepada anak-anaknya.
Kesehatan mental juga tidak bisa dipahami hanya sebagai kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri
dengan baik saja. Banyak orang yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tapi mereka belum bisa
dikatakan sehat secara mental.

3. Pendekatan Kognitif
Pandangan kognitif menjelaskan tingkah laku abnormal berdasarkan pikiran-pikiran yang keliru dan proses-
proses pikiran yang kalut (Beck dan Emery, 1985). Biasanya masalah-masalah yang berkenaan dengan
pikiran dianggap sebagai sintom-sintom dari gangguan-gangguan psikologis, tetapi dalam padangan
kognitif, pikiran-pikiran itu dilihat sebagai penyebab dari gangguan-gangguan itu.

Masalah-masalah dengan isi kognitif


Masalah-masalah dengan isi kognitif (pikiran-pikiran ) adalah masalah-masalah dengan apa yang dipikirkan.
Bila kita memiliki informasi yang salah tentang suatu situasi, maka respon kita terhadap situasi itu juga
mungkin salah atau abnormal. para ahli teori berpendapat bahwa banyak tipe gangguan mental disebabkan
masalah-masalah yang menyangkut isi kognitif. Misalnya, seorang mengalami depresi karena ia berfikir “
aku adalah seorang yang tidak berharga”.

Masalah-masalah dengan proses-proses kognitif


Masalah-masalah dengan proses-proses kognitif adalah masalah-masalah dengan bagaimana orang berpikir.
Perhatikan apabila proses kognitif kacau, maa isi kognitif bisa juga terpengaruh, tetapi akibat-akibatnya
sangat berbeda dari apa yang terjadi bila hanya ada masalah dengan isi kognitif. Bila ada masalah-masalah
dengan isi kognitif, maka kepercayaan-kepercayaan seseorang individu adalah salah tetapi pikiran-
pikirannya mudah dipahami. Sebaliknya, apabila ada masalh-masalah dengan proses-proses kognitif, maka
tidak hanya kepercayaan-kepercayaan individu salah tetapi juga pikiran-pikiran tidak dapat dipahami.

4. Pendekatan fisiologis
Pendorong utama untuk segi pandangan ini muncul penemuan-penemuan mengenai hubungan antara
gangguan-gangguan fisik dan gangguan tingkah laku.
Segi pandangan fisiologis mengemukakan bahwa semua tingkah laku abnormal disebabkan oleh gangguan
pada struktur atau fungsi tubuh. Gangguan tersebut dapat dapat disebabkan oleh cacat yang diperoleh
melalui luka atau infeksi sebelum atau sesudah kelahiran, atau oleh suatu malfungsi yang kurang lebih
bersifat sementara yang diseebabkan oleh suatu kondisi yang ada pada waktu tertentu, misalnya demam
yang tinggi disebabkan eloh infeksi yang bersifat sementara. Segi pandangan yang kurang ekstrem, yang
masih menekankan pentingnya fungsi fisiologis, mengemukakan bahwa tingkah abnormal merupakan
produk gabungan dari tiga tipe gangguan proses: dalam tubuh ( misalnya kekurangan hormon), dalam fungsi
psikologis (misalnya kecendrungan kearah perasaan malu), dan dalam lingkingan sosial (misalnya angka
pengangguran yang tinggi pada masyarakat).
Ada sejumlah factor fisiologis yang mempengaruhi tingkah laku organism. Bagaimana kita bertingkah laku
dan berfikir tergantung tidak hanya pada tingkatan masing-masing factor saja, tetapi juga pada hubungan
antara factor-faktor itu. Faktor-faktor genetik, otak dan sistem saraf, dan kelenjar-kelenjar dokrin
memainkan peran yang penting dalam proses-proses psikologis dan tingkah laku manusia.

5. Pendekatan Humanistik-Eksistensial
Pandangan humanistik-eksistensial adalah suatu pandangan yang agak baru untuk memahami tingkah laku
abnormal dan dalam banyak hal yang dikembangkan sebagai reaksi melawan pandangan-pandangan lain.
Pandangan humanistik-eksistensial kadang-kadang disebut sebagai “mazhab ketiga” untuk membedakan
dari segi pandangan psikodinamik dan pandangan behavioral yang dominan ketika pandangan humanistik-
eksistensial dikembangkan.
Para pendukung pandangan ini tidak menerima pandangan yang mengemukakan bahwa manusia adalah
produk dari dorongaon-dorongan tak sadar, pengongsian (conditioning), dan fisiologi. Para humanis dan
eksistensialis mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk sadar yang memiilih secara bebas tindakan-
tindakannya, dank arena pilihannya bebas itu maka setiap setiap manusia berkembang sebagai seorang
individu yang unik. Pendukung dari pandangan ini juga mengemukakan bahwa untuk memahami tingkah
laku seseorang sangat penting melihat atau mengalami dari segi pandangannya sendiri karena tingkah
lakunya disebabkan oleh pilihan sadarnya dan pilihannya itu dipengaruhi oleh persepsi pribadinya tentangg
situasi. Karena penekanan diletakkan pada pentingnya persepsi untuk menentukan tingkah laku, maka
pandangan humanistik-esistensial kadang-kadang disebut pendekatan fenomenologis. Penomenologis adalah
pendekatan fisiologis yang bertolak dari gagasan bahwa pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dan
bukan melalui pikiran dan intuisi.

Carl Rogers (1902-1987)


Carl Rogers adalah seorang pendeta sebelum dia menjadi psiikolog. Seperti para psikolog humanistik lain, ia
berpendapat bahwa manusia cenderung membangun dirinya dengan kebebasan dan memiilih dan bertindak.

Rogers berpendapat bahwa orang-orang memilki cara-cara unik untuk melihat diri mereka sendiri dan dunia
yang disebut Rogers frame of reference (kerangka acuan) yang unik. kita menetapkan diri kita dalam cara-
cara yang berbeda dan menilai diri kita menurut sejumlah nilai yang berbeda-beda. Rogers mengemukakan
bahwa kita semua mengembangkan suatu kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan diri kita
terbungkus dalam cara bagaimana kita bertindak sesuai dengan cita-cita kita.

6. Pendekatan Sosio-Budaya
Para ahli sosio-budaya mengemukakan bahwa penyebab tiingkah laku abnormal tidak ditemukan dalam
individu melainkan dalam masyarakat itu sendiri. Orang-orang akan mengembangkan masalah-masalah
psikologis bila mereka berada dalam stress yang hebat yang disebabkan kemiskinan, kemeralatan sosial,
diskriminasi, dan tidak memiliki peluang. Dengan kata lain, pandangan sosio budaya melihat tingkah laku
abnormal (maladaftif) sebagai akibat dari ketidakmampuan individu untuk menangani stress secara efektif.
Hal itu tidak dilihat sebagai penyakit atau masalah yang ada hanya dalam individu, tetapi sekurang-
kurangnya sebagian merupakan kegagalan system dukungan sosial.

Menurut para ahli teori sosio-budaya yang radikal, seperti psikiater Thomas Szasz (1961), penyakit mental
tidak lebih daripada mitos (suatu konsep yang digunakan untuk menodai dan menundukkan orang-orang
yang tingkah lakunya menyimpang dari masyarakat). Szasz mengemukakan bahwa apa yang dinamakan
penyakit mental sebenarnya adalah masalah-masalah dalam hidup bukan penyakit seperti influenza, tekanan
darah tinggi, dan kanker. Lebih lanjut dia mengemukakan bahwa orang-orang yang melukai hati orang lain
atau menjalankan tingkah laku yang menyimpang dari masyarakat dilihat sebagai ancaman oleh orang-orang
yang sudah merasa diri mapan.

Anda mungkin juga menyukai