Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PTK

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN HASIL BELAJAR MENYIMAK


TEKS IDE POKOK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING DI SISWA KELAS VI SD NEGERI WUKIRSARI

Oleh :

Anita Widyawati

NPM 5021004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI (UNPARI)
LUBUKLINGGAU
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas
segala karunia-Nya, laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Kemampuan Menyimak Teks Ide Pokok Melalui Model Pembelajaran
Problem Based Learning Di Siswa Kelas VI SD Negeri Wukirsari” dapat diselesaikan
tepat waktu.

Lapora PTK ini dapat terwujud dengan baik berkat uluran tangan dari berbagai
pihak oleh sebab itu, pada kesempatan ini di sampaikan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak yang telah membantu dan mendukung yang terhormat:

1. Bapak Dr. Rudi Erwandi, M.Pd, Selaku Rektor Universitas PGRI Silampari.
2. Bapak Dr. Hamdan, M.Pd, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan
Humaniora.
3. Bapak Andri Valen, M.Pd, Selaku Ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.
4. Bapak Dr. Agung Nugroho, M.Pd, Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Pengembangan Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Di SD Program Studi
Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Sosial Dan Humaniora.
5. Bapak Minhar, S.Pd, Selaku Kepala Sekolah SD Negeri Wukirsari.
6. Ibu Rubingah, S.Pd, Selaku Wali Kelas VI SD Negeri Wukirsari.
7. Ibu Dewi Susiana Selaku Staf Operator SD Negeri Wukirsari.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki laporan ini. Diharapkan semoga laporan Penelitian Tindikan Kelas
(PTK) ini dapat bermanfaat bagi yang membaca dan menjadi ilmu baru untuk
menambah wawasan.

Lubuklinggau, September 2023

Penulis

....................................................

ii
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah............................................................................ 2
C. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 5

A. Pengertian Peningkatan ....................................................................... 5


B. Pengertian Kemampuan ....................................................................... 5
C. Variabel Terikat ................................................................................... 7
D. Variabel Bebas .................................................................................... 14
E. Kerangka Berpikir .............................................................................. 18
F. Penelitian Relavan .............................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu pembelajaran yang wajib
dilaksanakan pada pendidikan di Indonesia. Menurut Mulyadi (2017) Kurikulum 2013
menempatkan Bahasa Indonesia sebagai penghela mata pelajaran lain dan karenanya
harus berada di depan semua mata pelajaran lain. Pembelajaran Bahasa Indonesia
memiliki empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa yaitu keterampilan
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalman (2012:3). Bahasa Indonesia
merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan
dasar sampai pendidikan tinggi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu ilmu yang
mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia serta untuk menguasai ilmu dan
teknologi. Sebagai masyarakat Indonesia, penting untuk kita mempelajari dan
memahami Bahasa Indonesia secara baik dan benar. Afifah ( 2012:2).
Salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa adalah keterampilan
menyimak. Menyimak merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang
dipelajari oleh siswa, selain keterampilan berbicara, membaca, dan menulis di sekolah.
Siswa diharapkan mampu menguasai keterampilan menyimak sesuai tuntutan yang ada
kurikulum. Tarigan (2008:2) Melalui menyimak tujuannya seseorang mendapatkan
fakta, menganalisis fakta, mengevaluasi fakta, dan meningkatkan kemampuan berbicara
dalam mengembangkan pengetahuan serta keterampilan. Ini sejalan dengan pendapat
Sarwidi (2008:14) bahwa keterampilan menyimak tidak akan bisa tapa adanya
mendengarkan, memperhatikan, memahami dan menganalisa.
Menurut Hermawan (2012:8) siswa tidak akan bisa menyimak dengan baik jika
mempunyai masalah pendengaran, minat pribadi bahkan motivasi. Memberikan teori
kepada siswa memang mudah, dibandingkan memberikan pemahaman kosa kata dalam
menyimak. Teori bisa diberikan kepada siswa di akhir pembelajaran, padahal yang
paling penting siswa adalah memiliki pemahaman dalam menyimak.
Salah satu materi menyimak yang ada dalam silabus Kurikulum 2013 adalah
menyimak teks ide pokok. Dengan kompetensi dasar(KD) 3.1 Menyimpilkan informasi
berdasarkan teks laporan hasil pengamatan yang didengar dan dibaca. Menurut Nurhani
(2016:33) ide pokok berfungsi memberikan penjelasan dari inti suatu bacaan atau
paragraf, sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami isi dari paragraf tersebut.
Dengan adanya pemahaman siswa bisa mudah dalam mencari ide pokok dan bisa
memberikan penjelasan dalam suatu bacaan isi teks tersebut. Pernyataan tersebut
menunjukkan fungsi ide pokok memiliki kesamaan. Menyimak teks ide pokok perlu
ditanamkan kepada siwa sejak di bangku sekolah, karena manfatnya ketika membaca
sebuah paragraf kamu akan mengerti inti dari informasi yang ingin disampaikan.
Menentukan ide pokok harus membaca teks bacaan dengan seksama, intensif, dan
cermat isi paragraf, mencari kalimat utama dari bacaan yang diberikan, mengubah

1
2

kalimat utama tersebut menjadi kalimat yang lebih kompleks, dan tandai informasi
penting yang sesuai dengan bahasan pada kalimat utama pada bacaa.
Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan oleh peneliti di SD Negeri
Wukirsari pada siswa kelas VI, hasil belajar bahasa indonesia masih dibawah Kriteria
Ketuntas Minimal (KKM) yaitu 75%. Hal ini terbukti dari hasil ulangan harian siswa
kelas VI yang mencapai KKM hanya 45% dan yang tidak mencapai KKM adalah 68%.
Oleh karena itu, untuk mengatasi kendala tersebut, guru perlu menggunakan model
pembelajaran yang tepat untuk memotivasi siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan paparan di atas, maka guru dapat mencari dan menggunakan cara-cara
yang mudah dan kreatif dalam pembelajaran menyimak teks ide pokok. Langkah awal
yang harus dilakukan adalah mengubah model pembelajaran menyimak teks ide pokok
dengan pembelajaran yang inovatif. Salah satu model pembelajaran yang inovatif dalam
menyimak teks ide pokok adalah pembelajaran Problem Based Learning. Diharapkan
melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learnng siswa dapat belajar
secara aktif, sehingga mampu menyimak teks ide pokok dengan pemahaman dengan
baik berdasarkan materi yang dipelajari, serta dapat melatih siswa dalam mengingat
materi yang sudah dipelajarai.
Model Pembelajaran Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran
yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap
metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk
memecahkan masalah. Syamsiah dan Hamidah Suryani (2018:13-17)
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan
judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Teks Ide Pokok Melalui Model
Pembelajaran Problem Based Learning Disiswa Kelas VI SD Negeri Wukirsari”.

B. Pembatasan masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka masalah penelitian ini dibatasi pada
penggunaan model pembelajaran problem based learning menyimak ide pokok di siswa
kelas VI SD Negeri Wukirsari.

C. Rumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan
masalah secara umum dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana meningkatkan
kemampuan menyimak teks ide pokok menggunakan model pembelajaran problem
based learning di siswa kelas VI SD Negeri Wukirsari?”
3

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan


masalah secara khusus dalam penelitian ini yaitu :
1. Berapa besaran peningkatan pratindakan ke siklus 1 kemampuan menyimak teks
ide pokok melalui model pembelajaran problem based learning di siswa kelas
VI SD Negeri Wukirsari ?
2. Berapa besaran peningkatan siklus 1 ke siklus 2 kemampuan menyimak teks ide
pokok melalui model pembelajaran problem based learning di siswa kelas VI
SD Negeri Wukirsari ?
3. Berapa besaran peningkatan prantindakan ke siklus 2 kemampuan menyimak
teks ide pokok melalui model pembelajaran problem based learning di siswa
kelas VI SD Negeri Wukirsari ?

D. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan terdapat tujuan penelitian
secara umum yaitu “Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyimak teks ide
pokok menggunakan model pembelajaran problem based learning di siswa kelas VI SD
Negeri Wukirsari”.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan terdapat tujuan penelitian


secara khusus yaitu:

1. Mengetahui peningkatan prantindakan ke siklus 1 kemampuan menyimak teks


ide pokok melalui model pembelajaran problem based learning di siswa kelas
VI SD Negeri Wukirsari.
2. Mengetahui peningkatan siklus 1 ke siklus 2 kemampuan menyimak teks ide
pokok melalui model pembelajaran problem based learning di siswa kelas VI
SD Negeri Wukirsari.
3. Mengetahui peningkatan pratindakan ke siklus 2 kemampuan menyimak teks ide
pokok melalui model pembelajaran problem based learning di siswa kelas VI
SD Negeri Wukirsari.

E. Manfaat penelitian
Berdasarkan dari tujuan penelitian yang dikemukakan diatas, maka hasil penelitian
ini diharapkan memberi manfaat bagi guru, siswa, sekolah, dan lembaga. Adapun
manfaatnya adalah sebagi berikut:
1. Manfaat bagi siswa, memotivasi siswa dalam meningkatkan mutu belajar,
terutama tentang memahami menyimak teks ide pokok.
2. Manfaat bagi guru, dapat memperoleh informasi tentang kesulitan-kesulitan
siswa memahami dalam menyimak teks ide pokok dan dapat dijadikan bahan
masukan untuk meningkatkan pembelajaran keterampilan berbahasa disekolah.
4

Guru dapat menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning sebagai


alternatif dalam pengajaran menyimak teks ide pokok.
3. Manfaat bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran dalam
menyimak kegiatan belajar mengajar siswa di kelas.
4. Lembaga Universitas PGRI Silampari, sebagai bahan pengabdian kepada
masyarakat dengan menerjukan langsung mahasiswanya ke dunia pendidikan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian peningkatan

Peningkatan dalam pembelajaran itu harus perlu ditingkatkan. Menurut Milan


Rianto (2002:4), Peningkatan adalah suatu proses untuk merubah ke arah yang lebih
baik. Perubahan tingkah Iaku yang terjadi dalam suatu proses menunjukkan bahwa
tingkah Iaku yang terjadi menjadi karakteristik peserta didik baik kognitif, afektif,
maupun psikomotorik, diperoleh secara bertahap melalui praktik atau latihan,
pengalaman yang di beri penguatan. Menurut Adi D (2001) Istilah peningkatan berasal
dari kata tingkat yang berarti berlapis-lapis dari sesuatu yang tersusun sedemikian rupa,
sehingga membentuk suatu susunan yang ideal, sedangkan peningkatan adalah
kemajuan dari seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa.
Sedangkan menurut Hamzah B Uno (2008:13) Peningkatan adalah proses, cara,
perbuatan untuk menaikkan sesuatu atau usaha kegiatan untuk memajukan sesuatu ke
suatu arah yang lebih baik Iagi daripada sebelumya.

Dapat disimpulkan bahwa peningkatan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh
pembelajar (guru) untuk membantu pelajar (siswa) dalam meningkatkan proses
pembelajaran sehingga dapat lebih mudah mempelajarinya. Pembelajaran dikatakan
meningkat apabila adanya suatu perubahan dalam proses pembelajaran, hasil
pembelajaran dan kwalitas pembelajaran mengalami perubahan secara berkualitas. Pada
Upaya Meningkatkan Kemampuan Hasil Belajar Menyimak Teks Ide Pokok Melalui
Model Pembelajaran Problem Based Learning Di Siswa Kelas VI SD Negeri Wukirsari.

B. Pengertian kemampuan
Kemampuan juga bisa disebut dengan kompetensi. Menurut Chaplin (2013:4),
mengartikan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan seseorang
berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan Sinaga (2015:3) dan Hadiati (2012:2),
mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang dalam pelaksanaan
pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil. Donald Sardiman (2013) kemampuan
berasal dari kata mampu yang mempunyai arti dapat atau bisa. Kemampuan juga

5
6

disebut kompetensi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya pikiran dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Menurut Hamalik (2016) kemampuan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sebagai
berikut:
a) Kemampuan intrinsik adalah kemampuan yang tercakup di dalam situasi belajar
dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid.
b) Kemampuan ekstrinsik adalah kemampuan yang hidup dalam diri dan berguna
dalam situasi belajar yang fungsional. Mampu adalah cakap dalam menjalankan
tugas, mampu dan cekatan. Kata kemampuan sama artinya dengan kecekatan.
Mampu atau kecekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan
cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan dengan cepat tetapi salah
tidak dapat dikatakan mampu. Spencer and Spencer dalam Uno (2014)
mendefinisikan kemampuan sebagai “Karakteristik yang menonjol dari
seseorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan/superior dalam
suatu pekerjaan atau situasi”.

Dalam pembelajaran pasti mempunyai kemampuan. Menurut Poerwadarminta


(2017) mempunyai pendapat lain tentang kemampuan yaitu mampu artinya kuasa (bisa,
sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan,
kekuatan. Pendapat lain dikemukakan juga oleh Nurhasnah (2015) bahwa mampu
artinya (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya
kesanggupan, kecakapan. Sehubungan dengan hal tersebut Tuminto (2017) menyatakan
bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan. Demikian pula
apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat, juga tidak dapat
dikatakan mampu. Seseorang yang mampu dalam suatu bidang tidak ragu-ragu
melakukan pekerjaan tersebut, seakan-akan tidak pernah dipikirkan lagi bagaimana
melaksanakannya, tidak ada lagi kesulitan-kesulitan yang menghambat. Ruang lingkup
kemampuan cukup luas, meliputi kegiatan berupa perbuatan, berfikir, berbicara,
melihat, dan sebagainya. Akan tetapi, dalam pengertian sempit biasanya kemampuan
lebih ditunjukkan kepada kegiatan yang berupa perbuatan. Selain itu, menurut Uno
(2014) hakikat kemampuan adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa
yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan
beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
7

Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability)


adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak
lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan
sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya. Dalam pembelajaran pasti memerlukan
Upaya Meningkatkan Kemampuan Hasil Belajar Menyimak Teks Ide Pokok Melalui
Problem Based Learning Di Siswa Kelas VI SD Negeri Wukirsari.

C. Variabel terikat
1. Pengertian menyimak
Menyimak termasuk dalam empat keterampilan dalam berbahasa. Menurut
Tarigan (1944:28) Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan
lambanglambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apersepsi serta
interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami
makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau
bahasa lisan. Orang dapat melakukan kegiatan menyimak melalui bunyi bahasa atau
lambang-lambang lisan yang didengar. Kegiatan menyimak dilakukan manusia
apabila ada penutur dan lawan tutur. Tarigan (1994: 27) berpendapat bahwa
menyimak merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi
bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang
terkandung di dalamnya. Dengan demikian, menyimak tidak hanya mendengarkan
bunyi-bunyi bahasa dan lambang-lambang lisan. Menyimak menuntut seorang
penyimak mendengarkan dengan pemahaman sehingga pesan atau maksud yang
disampaikan oleh pembicara dapat ditangkap secara baik dan benar. Untuk itu
diperlukan perhatian dari seorang penyimak. Menyimak mempunyai makna
mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian, serta apresiasi. Menurut
Tarigan (1994: 2) keterampilan berbahasa mencakup empat segi yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak merupakan keterampilan berbahasa
awal yang dikuasai manusia.

Keterampilan menyimak sebagai dasar bagi keterampilan berbahsa lain. Pada


awal kehidupan manusia lebih dulu belajar menyimak, setelah berbicara, kemudian
membaca, dan menulis. Penguasaan keterampilan menyimak akan berpengaruh pada
8

keterampilan berbahas lain. Tarigan (1994: 3) menyatakan bahwa dengan


meningkatkan keterampilan menyimak berarti pula membantu meningkatkan kualitas
berbicara seseorang. Keterampilan menyimak sangatlah berarti bagi seseorang
terutama yang berkaitan dengan profesinya dan bagi siswa keterampilan menyimak
dapat menentukan keberhasilan dalam belajarnya. Menyimak merupakan awal dari
manusia memperoleh bahasa. Di lingkungan keluarga, sekolah maupun di
masyarakat diperlukan keterampilan menyimak sebagai sarana berinteraksi dan
berkomunikasi. Dalam menyimak, seorang penyimak tidak hanya mengerti namun
juga menyusun penafsiran dan juga berusaha melakukan apa yang dimaksudkan oleh
pembicara itu. Russell & Russell (dalam Tarigan, 1994: 28) menyatakan bahwa
menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan pehatian serta
apresiasi. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Anderson (dalam Tarigan, 1994: 28)
bahwa menyimak sebagai proses besar mendengarkan, mengenal serta
menginterpretasikan lambang-lambang lisan.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah


proses mendengarkan dengan sengaja penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, dan
interpretasi untuk memperoleh suatu informasi, menangkap isi pesan, serta
memahami makna komunikasi yang disampaikan orang lain melalui ujaran atau
bahasa lisan atau oleh pembicara. Setelah makna komunikasi dan isi pesan dapat
dipahami oleh penyimak, maka ia melakukan sesuatu tindakan sebagai respon atau
reaksi terhadap hal yang telah disimaknya sesuai dengan isi pesan yang telah
dipahami tersebut.

2. Jenis-jenis menyimak
Kegiatan menyimak dapat menambah informasi serta memiliki berbagai jenis.
Menurut Permata Sari (2019:23), Ada dua jenis menyimak diantara lain sebagi
berikut:
1. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif (extensive listening) merupakan kegiatan
menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang umum dan bebas terhadap
suatu bahasa. Dalam prosesnya di sekolah tidak perlu langsung di bawah
bimbingan guru. Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut untuk memahami isi
9

bahan simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas, umum, garis
besarnya saja atau butir-butir yang penting saja. Pada umumnya menyimak
ekstensif dapat digunakan untuk dua tujuan yang berbeda, yaitu memperoleh
kesenangan dan memperoleh pengetahuan. Menyimak ekstensif dapat pula
memberi kesempatan dan kebebasan bagi para siswa yang masih menyimak
butur-butir kosakata dan struktur-struktur yang masih asing. Bercerita
merupakan contoh bahan menyimak ekstensif yang kerap kali mencakup suatu
wadah yang baik bagi kata-kata baru dan beberapa struktur yang belum
diajarkan sebelumnya.
2. Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang diarahkan pada suatu
kagiatan di bawah pengawasan dan pengontrolan oleh guru, terhadap suatu hal
tertentu (Tarigan 1987 : 40). Pada kegiatan menyimak ini penyimak melakukan
penyimakan dengan penuh perhatian, ketekunan dan ketelitian sehingga ia
memahami bahan simakannya secara mendalam dan menguasainya dengan luas.
Kegiatan menyimak intensif dapat ditujukan kea rah leksikal dan gramatikal.
Dalam bidang leksikal, kosakata percakapan kerap kali sangat berbeda dengan
kosakata bahasa tulis yang lebih dekat dan sering dipelajari oleh siswa. Oleh
karena itu menyimak percakapan sangat bermanfaat bagi siswa untuk
membiasakan pendengarannya terhadap apa yang hendak di simak, terlebih bagi
mereka yang hendak mempelajari bahasa asing. Pada maksud-maksud
gramatikal, dalam kegiatan menyimak perlu dipilih bahan simakan yang
mengandung cirri kebahasaan tertentu sesuai dengan tujuan. Setelah itu siswa
dapat diberikan latihan-latihan yang sesuai dengan tujuan.

3. Pengertian ide pokok


Ide pokok disebut juga gagasan utama dan pikiran pokok. Tampubolon
(2008:87) menyatakan bahwa “ Ide pokok merupakan kesimpulan yang ditarik dari
semua isi kalimat-kalimat yang membentuk paragraf itu. Sebagaimana dikemukakan
Dalman (2014:197) dalam membaca apa saja, hendaknya anda menemukan ide
pokok. Menurut Nurhani (2016:33) ide pokok merupakan bagian penting untuk
mengetahui isi dari sebuah tulisan atau bacaan.
10

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa ide pokok merupakan
topik atau pesan yang disampaikan kepada pembaca dalam sebuag paragraf.
Kumpulan kalimat yang berupa ulasan singkat yang merupakan inti sari dari suatu
gagasan utama sehingga ide pokok itu menjadikan ide dalam suatu bacaan.

4. Cara menentukan ide pokok


Dalam menentukan ide pokok perlu dalam kegiatan menyimak. Menurut
Nurhadi (2016:38) untuk memahami isi sebuah tulisan, perlu diketahui ide poko
tulisan dan gagasan-ggasan pendukungnya. Cara menentukan ide pokok dan gagasan
pendukung sangat bergantung kepada ruang lingkup dan jenis teks yang baca.
Berukut ini disajikan cara menetukan ide pokok dan gagasan pendukung suatu
bacaan.
a. Cara menentukan ide pokok
Dalam membaca efektif, ide pokok perlu didapatkan dengan cepat.
Berikut adalah cara dalam menentukan ide pokok suatu bacaan.
1) baca judul dan paragraf pendahuluan dengan cepat dan telitti. Berdasarkan
judul dan paragraf pendahuluan tersebut, rumuskan ide pokok bacaan.
2) Untuk membuktikan ketepatan dugaan gagasan pokok yang telah anda buat,
baca secara cepat paragraf-paragraf berikutnya. bacalah kalimat-kalimat
utama saja. jika terdapat subjudul, bacalah sub-subjudul tersebut dan kaitkan
dengan pokok pikiran yang telah anda duga.
3) Jika dugaan anda benar maka anda sudah bisa merumuskan secara tepat ide
pokok bacaan tersebut.
b. Cara menentukan gagasan pendukung
Gagasan pendukung berguna untuk memperjelas ide pokok. Berikut
adalah cara menentukan gagasan pengukung suatu bacaan.
1) Setelah memahami ide pokok, lanjutkan baca paragraf-paragraf yang ada
dalam batang tubuh bacaan secara cepat.
2) Ketika membaca paragraf-paragraf tersebut, jangan lupa memerhatikan
hubungan-hubungan antar kalimat, seperti: sebab-akibat, urutan waktu,
hubungan tepat, hubungan masalah dan pengyelesaiannya, atau hubungan
orang-orang yang terlibat.
11

3) Usahakan tetap mengingat ide pokok setiap paragraf dan memahami


hubungan-hubungan yang ada dalam butir (2) tersebut.

5. Cara membaca ide pokok


Membaca ide pokok itu perlu dalam cara membaca. Menurut Soedarso (dalam
Dalman, (2014:199-200) untuk mendapatkan ide pokok dengan cepat, Anda harus
berpikir bersama penulis. Oleh karena itu, hendaklah anda mengikuti struktur dan
gaya penulisannya dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Hendaknya Anda membaca dengan mendesak, dengan tujuan mendapatkan ide
pokok, secara cepat. Jangan Anda membaca kata demi kat, tetapi seraplah
idenya dan bergeraklah lebih cepat, tetapi jangan kehilangan pengertian.
2) Hendaklah Anda membaca dengan cepat, dan cepatlah Anda mengerti idenya,
serta teruskan Anda membaca ke bagian lain.
3) Anda harus melecut diri untuk cepat mencari arti sentral. Hendaknya Anda
kurangi kebiasaan menekuni detail kecil. Cepatlah Anda bereaksi terhadap
pokok suatu karangan dengan cepat.
4) Anda memang harus melakukan membaca dengan cepat. Tetapi Anda harus
ingat terhadap kefleksibelan sehingga cara membaca adakalanya diperlambat.
Janganlah Anda terlalu cepat membaca di luar hal yang normal, sehingga
kehilangan pemahaman.
5) Rasakan bahwa Anda membaca lebih cepat dari pada biasanya. Yang tidak layak
diperhatikan hendaklah Anda pandang denngan cepat dan ahlikan perhatiaan
anda ke pokok. Janganlah Anda tetlalu menghiraukan detail kecil. Selesaikan
bacaan Anda tanpa membuang waktu.
6) Cepat Anda dapatkan buah pikiran pengarang, tetapi jangan Anda tergesa-gesa
sehingga mengakibatkan ketegangan. Ketegangan dan ketergesahan tidak akan
membantu memahami dengan cepat.
7) Anda perlu berkonsentrasi dengan cepat. Terlibat penuh pada ide, gagasan yang
terctak, dan untuk sementara terlepas dari dunia luar.
12

6. Kalimat utama
Kalimat utama itu terdapat pada paragraf utama. Menurut Lumuddin (2008:191)
kalimat topik atau kalimat utama adalah kalimat yang berisi ide pokok atau ide utama
alinea. Kalimat topik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri.
2) Mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci dan diuraikan lebih
lanjut.
3) Mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihungbungkan dengan kalimat
lain.
4) Dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frasa transisi.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan kalimat utama adalah kalimat
yang mengandung gagasan utama yang mengenai suatu topik yang sedang dibahas
di dalam sebuah paragraf.

7. Kalimat penjelas
Penjelasan dalam ide pokok dilihat kalimat penjelas. Menurut Lamuddin
(2008:191) mengemukakan kalimat penjelas adalah kalimat yang berfungsi
menjelaskan atau mendukung ide utama alinea.Menurut Kosasi (2017:22) gagasan
penjelas adalah gagasan yang berfungsi menjelaskan gagasan utama gagasan penjelas
mumnya dinyatakan oleh lebih dari satu kalimat. Kalimat yang mengandung gagasan
penjelas disebut kalimat penjelas. Sesuai dengan namanya, kalimat penjelas
berisikan:
a. Uraian-uraian kecil.
b. Contoh-contoh.
c. Ilustrasi-ilustrasi.
d. Kutipan-kutipan.
e. Gambar-gambaran yang sifatnya parsial.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan kalimat penjelas merupakan
kalimat yang memperjelas suatu ide pokok atau gagasan utama.
13

8. Ciri kalimat penjelas


Dalam ciri kalimat penjelas dalam ide pokok mempunyai penjelas. Menurut
Lamuddin (2008:191) kalimat penjelas memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri (dari segi arti).
2. Arti kalimat ini kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat
lain dalam satu alinea.
3. Pembentuknya sering memerlukan bantuan kata sambung dan frasa transisi.
4. Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data tambahan lain yang bersifat
mendukung kaliamat topik.

9. Jenis-jenis ide pokok


Dalam ide pokok juga ada jenis ide pokok. Menurut Fitri Puji Rahmawati
(2022:22) ide pokok atau gagasan ułama dibagi menjadi tiga jenis, yaitu deduktif,
induktif, dan campuran. Berikut ini penjelasannya :
a. Gagasan Deduktif
Gagasan deduktif merupakan sebuah paragraf yang dimulai dengan
keadaan umum, kemudian diikuti keadaan-keadaan khusus. Paragraf yang
mengandung gagasan deduktif memiliki kalimat ułama di bagian awal paragraf.
b. Gagasan Induktif
Gagasan induktif merupakan kebalikan dari gagasan deduktif, ialah
paragraf yang keadaan khususnya diletakkan di bagian awal, sedangkan
pernyataan keadaan umum berada di akhir paragraf. Kalimat ułama pada
gagasan induktif terletak di akhir paragraf yang didahului dengan kalimat
penjelas di bagian awal.
c. Gagasan Campuran
Gagasan campuran merupakan gabungan dari gagasan deduktif dan gagasan
induktif Kalimat ułama pada gagasan ini berada di awal dan di akhir paragraf.
Keduanya mengisyaratkan hal yang sama walaupun memakai katakata yang
berbeda.
14

10. Ciri-ciri ide pokok


Ide pokok juga ada cirinya. Menurut Anita Candra Dewi (2023:45) Ciri-ciri ide
pokok meliputi: Mengandung inti permasalahan dari sebuah paragraf, memiliki
kalimat pendukung atau kalimat penjelas, ide pokok dinyatakan secara jelas dan
tidak berbelit-belit, cara Menemuukan Ide Pokok, membaca Seluruh Paragraf.

D. Variabel bebas
1. Pengertian model pembelajaran
Istilah model pembelajaran sudah tidak asing lagi didunia pendidikan. Menurut
Joyce, Weil, dan Calhoun (Oktavia 2020:12) model pembelajaran adalah suatu
deskripsi dari lingkungan pembelajaran, termasuk perilaku guru dalam menerapkan
pembelajaran. Lebih lanjut, Istiningsih dkk (2018:95) model pembelajaran
merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar, dimana dalam kegiatan tersebut melibatkan
siswa sebagai penerima pengetahuan dari kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
adalah strategi seorang guru dalam mengajar yang dipilih dengan tepat sesuai
dengan materi yang akan diajarkan kepada siswa agar tercapainya tujuan
pembelajaran. Serta mampu menciptakan sebuah pembelajaran yang efektif sehingga
model pembelajaran tersebut harus melibatkan adanya model yang sesuai.

2. Pengertian model pembelajaran problem based learning


Dalam pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu
masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat
mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus
memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Syamsiah dan Hamidah Suryani
(2018:13-17). Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) digunakan untuk
mendukung pola berfikir siswa pada tingkatan yang lebih tinggi pada situasi yang
berorientasi masalah, termasuk belajar “how to learn”. Pada model pembelajaran ini
guru berperan untuk mengajukan masalah, memberikan pertanyaan dan menfasilitasi
untuk penyelidikan dan dialog.
15

Dalam model pembelajaran PBL guru harus memberikan ruang yang ditata
sedemikian rupa sehingga nyaman dan terbuka untuk saing bertukar pikiran sehingga
siswa memiliki kesempatan untuk menambah kemampuan menemukan dan
kecerdasan (Wisudawati dan Sulistyowati 2014:88). Dalam proses belajar mengajar,
dengan model Problem Based Learning, siswa diberi kesempatan untuk mengalami
sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek,
keadaan atau proses sesuatu untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau
mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang
dialaminya itu.Hosnan (2014: 295) menyatakan Problem Based Learning (PBL)
merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran
pada suatu masalah autentik, sehingga dengan hal itu siswa dapat merangkai
pengetahuannya sendiri, menggembangkan ketrampilan yang lebih tinggi, membuat
siswa lebih mandiri dan membuat siswa percaya diri.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang
dirancang agar peserta didik memiliki kecakapan untuk bekerjasama dengan teman
(berdiskusi) dalam memecahkan suatu masalah serta akan mendapatkan pengetahuan
yang didapatkan melalui suatu proses menemukan sendiri.

3. Langkah-langkah model pembelajaran problem based learning


Dalam penggunaan model pembelajaran tentunya mempunyai langkah-langkah.
Menurut Syamsidah dan Hamidah Suryani(2018:13-17) langkah-langkah model
pembelajaran Problem Based Learning dijabarkan sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah.
Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang akan
dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah
menetapkan masalah tersebut.
2. Menganalisis masalah.
Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut
pandang.
3. Merumuskan hipotesis.
16

Langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai


dengan pengetahuan yang dimiliki.
4. Mengumpulkan data.
Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan berbagai informasi yang
diperlukan untuk memecahkan masalah.
5. Pengujian hipotesis.
Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan sesuai
dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.
Lengkap peserta didik menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan
sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

4. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran problem based learning


Dalam sebuah model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangan,
demikian juga dengan model Problem Based Learning. Menurut Rizema Putra
(2013:82-83) Model pembelajaran PBL ini memiliki beberapa kelebihan, di
antaranya ialah sebagai berikut :
a. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan melibatkan siswa secara aktif
dalam memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang
lebih tinggi.
b. Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga
pembelajaran lebih bermakna.
c. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, karena masalah-masalah yang
diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata.
d. Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan
menerima pendapat orang lain, pengkondisian siswa dalam belajar kelompok
yang saling berinteraksi terhadap pembelajaran dan temannya sehingga
pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.
e. PBL diyakini dapat menumbuhkan kemapuan kreativitas siswa, baik secara
individual maupun kelompok, karena hampir di setiap langkah menuntut adanya
keaktifan siswa.
17

Model pembelajaran PBL mempunyai kelebihan. Menurut Trianto (2011:96-97)


kelebihan Problem Based Learningsebagai model pembelajaran adalah: “(1) nyata
dengan kehidupan siswa; (2) konsep sesuai dengan kebutuhan siswa; (3) memupuk
sifat kreativitas siswa; (4) meningkatkan pemahaman siswa; (5) memupuk
kemampuan siswa dalam pemecahan masalah”. Selain beberapa kelebihan menurut
Rizema Putra (2013:84) model Problem Based Learning juga memiliki beberapa
kekurangan, antara lain: “1) bagi siswa yang malas, tujuan dari model tersebut tidak
dapat dicapai; 2) membutuhkan banyak waktu dan dana; 3) tidak semua mata
pelajaran bisa diterapkan dengan model pembelajaran PBL”.

Kekurangan model Problem Based Learning juga dikemukakan oleh Trianto


(2011:98-99) antara lain: “1) persiapan pembelajaran seperti alat, masalah, konsep
yang kompleks; 2) sulitnya mencari problem yang relevan; 3) sering terjadi
pemahaman konsep; dan 4) konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu
yang cukup lama dalam proses penyelidikan. Sehingga terkadang banyak waktu
yang tersita dalam proses pembelajaran”. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya
model PBL, maka perlu dilakukan proses evaluasi/penilaian yang meliputi: a)
pengetahuan yang diperoleh siswa (siswa diharapkan mendapatkan pengetahuan
lebih setelah melalui proses belajar). b) proses belajar yang dilakukan oleh siswa
(siswa diharapkan menggunakan pendekatan belajar yaitu melakukan proses belajar
yang aktif, mandiri dan bertanggung jawab). Guru bisa memberikan umpan balik
atau menggunakan prosedur penilaian formatif dan sumatif sesuai dengan aturan
penilaiaan sekolah. Hal ini juga membantu dalam mempertimbangkan penilaian
kelompok secara keseluruhan.

Dari uraian mengenai kelebihan dan kekurangan model Problem Based


Learning, kelebihan yang paling utama adalah melibatakan siswa secara aktif dalam
memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi.
Sedangkan kelemahan yang paling utama pada model Problem Based learning
adalah sulitnya mencari problem yang sesuai dengan materi pembelajaran dan
memerlukan waktu yang panjang.
18

E. Kerangka berpikir
Adapun penelitian ini dilakukan lima tahap, pertama dilakukan pratindakan
yaitu kegiatan yang dilakukan sebelum penelitian memasuki tahapan siklus 1 dan siklus
2 guru belum menggunakan model. Tahap kedua di lakukan pratindakan yaitu
menjelaskan materi teks ide pokok dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning. Dan tahap ketiga dilakukan dengan siklus 1 yaitu proses pembelajaran
menggunakan model adanya perencanaan, tindakan, observasi, refleksi. Tahap keempat
dilakukan siklus 2 yaitu model pembelajaran setelah evaluasi adanya perencanaan,
tindakan, observasi, refleksi. Tahap kelima dilakukan dengan kondisi akhir
dimungkinkan model pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia.
19

Pratindakan
cvcvv Guru belum menggunakan model

Pratindakan
Pembelajaran menggunakan model
pembelajaran problem based learning

Siklus 1 Proses pembelajaran menggunakan


model

1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Observasi
4. Refleksi

Siklus 2 Model pembelajaran setelah evaluasi

1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Observasi
4. Refleksi

Kondisi Akhir
Dimungkinkan model pembelajaran
dapat meningkatkan hasil belajar
Bahasa Indonesia

1.1 Pelaksanaan pada setiap siklus


20

F. Penelitian relavan
Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran problem based learning untuk
meningkatkan kemampuan hasil belajar menyimak ide pokok di siswa kelas VI SD
Negeri Wukirsari, penelitian ini relavan dengan penelitian yang telah digunakan oleh :
1. Restiningsih (2016) dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan
Menyimak Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Di
Kelas V SD Negeri 1 Cangkreplor Purworejo”. Berdasarkan data-data yang
diperoleh selama tindakan yang dilaksanakan dalam siklus I, siklus II, dan siklus
III, maka dapat di- simpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning
(PBL) dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa kelas V SD Negeri 1
Cangkreplor Purworejo tahun ajaran 2015/2016. Peningkatan tersebut dapat di-
ketahui dengan adanya peningkatan nilai ke- terampilan menyimak pada setiap
siklus yaitu nilai sebelum tindakan (prasiklus) hanya 23,5%, siklus I 55,9%,
siklus II 79,4%, dan siklus III 97,1% sedangkan peningkatan nilai rata-rata kelas
yaitu nilai sebelum tindakan 63,2; siklus I 71,5; siklus II 76,9; dan siklus III
84,9. Selain itu penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam
pembelajaran menyimak mendorong siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran dan guru lebih kreatif dalam mengembangkan model pembelajaran
yang digunakan sehingga ter- cipta suasana pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2013). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung:


Refika Aditama.

Andayani.(2009). Bahasa Indonesia. Surakarta; Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP


UNS Surakarta.

Arends, R.I.(2013). Belajar untuk Mengajar. Jakarta: Salemba Humanika. Hanafiah &
Suhana.(2012). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Huda, M.(2014). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran . Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Slamet & Saddhono.(2012). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia . Solo:


Cakrabooks.

Sani, R. A.(2014). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.Jakarta:


Bumi aksara.

Shoimin, A. (2014).68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum


2013.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sugiyanto. (2009). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi


Guru Rayon 13 FKIP UNS.

Tarigan, H. G. (2008). Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:


Angkasa.

21

Anda mungkin juga menyukai