DISUSUN OLEH :
1. ZULINDA SULPITA 22111232
2. VIGIAWAN SEFTIANI 22111235
3. DIAN PERMATA YANDA 22111257
4. GIRA DWI ARINA 22111427
DOSEN PENGAMPU :
DESI ROSALINA,S,M,.MM
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan
dan kesempatan kepada penulis. Shalawat beriringan salam tidak lupa kita kirimkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Berkat ridho dan nikmat dari-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Implementasi literasi dalam upa
ya menguatkan pendidikan karakter terhadap anak-anak kelas V SD IT Adzkia 1 Pada
ng” yang bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Semoga proposal ini memberi manfaat bagi mahasiswa lainnya. Paling utama penulis
mohon maaf jika masih terjadi kesalahan dan kekurangan di dalam penyusunan makalah ini
dan penulis mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi memperbaiki
proposal ini di waktu yang akan datang. Terimakasih.
Padang, Jun
i2023
Penulis
i
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model penerapan pendidikan karakter gemar
membaca melalui program literasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode studi kasus. Subjek penelitian terdiri dari guru, dan siswa di SD Adzkia I Padang.
Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen pedoman wawancara, pedoman observasi,
dan pedoman analisis dokumen. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data
model interaktif Miles dan Huberman yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pendidikan karakter gemar
membaca melalui Program Literasi Sekolah di SD Adzkia I Padang dilaksanakan melalui: 1)
Fase pembiasaan yang meliputi pembiasaan membaca selama 10-15 menit dan kegiatan lain
yang dapat membangun budaya literasi serta pengondisian lingkungan fisik ramah literasi; 2)
Fase pengembangan yang meliputi pengembangan kemampuan literasi melalui berbagai
kegiatan non akademis serta pengupayaan lingkungan sosial dan afektif sebagai model
komunikasi dan interaksi literat; 3) Fase pembelajaran yang meliputi pelaksanaan
pembelajaran menggunakan beragam strategi literasi dan pengupayaan sekolah sebagai
lingkungan akademis yang literat melalui pengembangan keprofesian..
Kualitas pendidikan sering dikaitkan dengan minat baca masyarakat. Pembiasaan membaca
perlu ditanamkan sejak dini. Gerakan Literasi Sekolah merupakan salah satu program
pemerintah yang berupaya untuk menumbuhkan budi pekerti dan minat baca siswa melalui
kebiasaan membaca 15 menit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implementasi GLS
dalam menanamkan minat baca dan disiplin siswa kelas IV SD Negeri Tegalsari 02,
Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.
Subjek dalam penelitian ini yaitu guru kelas IV, siswa kelas IV, dan kepala sekolah SD Negeri
Tegalsari 02. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, angket, dan
dokumentasi. Pengujian keabsahan data menggunakan uji kredibilitas dan uji komfirmabilitas..
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana karakter siswa kelas IV SD IT Adzkia 1
Padang , bagaimana pengaruh kedisiplinan terhadap hasil belajar siswa kelas II SD IT Adzkia
1 Padang.
Metode penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif deskriptif. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SD IT Adzkia 1 Padang yang berjumlah 118 orang
siswa. Teknik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Sampling Jenuh.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga tahap yaitu : Observasi, Wawancara, dan
Dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa sikap kedisiplinan siswa dalam
ii
kegiatan pembelajaran sangat berpengaruh untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas II
SD IT Adzkia 1 Padang. Dalam penelitian ini sikap disiplin siswa akan diamati dari sebelum
pembelajaran di mulai, ketika pembelajaran berlangsung, dan ketika pembelajaran berakhir.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa kedisiplinan siswa kelas II SD IT Adzkia 1 Padang
100% sudah sangat bagus. Tingkat hasil belajar siswa, diketahui bahwa pada kelas II SD IT
Adzkia 1 Padang untuk 29 orang siswa mendapat skor akhir 78-91 (baik sekali) dengan
presentase 92,5% dan untuk 3 orang siswa mendapat skor akhir 64- 77 (baik) dengan
presentasi 7,5%. dan untuk penerapan kedisiplinan untuk meningkatan hasil belajar siswa
sudah diterapkan dalam pembelajaran Guru menggunakan metode, taktik, dan teknik
tersendiri dalam menyampaikan nilai-nilai kedisiplinan pada materi pembelajaran yang
bertujuan untuk mempermudah siswa memahami dan mempraktekkan
kedisiplinan yang diajarkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedisiplinan siswa
berpengaruh secara positif terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kedisiplinan siswa maka prestasi belajar bahasa
indonesia semakin tinggi.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………i
ABSTRAK…………………………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………………………………1
1.2 Identifikasi Masalah………………………………………………………………………..2
1.3 Batasan Masalah…………………………………………………………………………...2
1.4 Rumusan Masalah……………………………………………………………………….…2
1.5 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………...3
1.6 Manfaat Penulisan……………………………………………………………………….…3
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………...4
2.1 Pengertian Anak Usia Sekolah Dasar………………………………………………………4
2.2 Kedisiplinan……………………………………………………………………………..…5
2.2.1 Pengertian Kedisiplinan………………………………………………………..5
2.2.2 Pentingnya Disiplin……………………………………………………………6
2.2.3 Fungsi Disiplin………………………………………………………………....7
2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin ………………………………….9
2.2.5 Aspek-Aspek Kedisiplinan…………………………………………………....11
2.3 Hasil Belajar………………………………………………………………………………12
2.3.1 Pengertian Belajar………………………………………………………...…..12
2.3.2 Pengertian Hasil Belajar………………………………………………………14
2.3.3 Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar………………………...…14
2.3.4 Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Hasil Belajar Siswa………………………..16
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………….…22
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….22
4.2 Saran……………………………………………………………………………………...22
DOKUMENTASI…………………………………………………………………………....24
DAFTAR RUJUKAN……………………………………………………………………….25
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Nasional mencanangkan
penerapan pendidikan karakter bagi semua tingkat pendidikan sejak tahun 2010, baik sekolah
dasar hingga perguruan tinggi. Program pendidikan karakter dalam dunia pendidikan digagas
karena selama ini proses pendidikan ternyata belum berhasil membangun manusia yang
berkarakter. Dalam hal ini Asmani juga berpendapat bahwa selama ini sekolah hanya berkutat
dengan target-target akademik dan melupakan karakter. Program Pendidikan Karakter
diperkuat dengan permen Dikbud No.23 tahun 2015, yaitu tentang Gerakan Literasi sekolah.
Dalam sambutannya bapak Hamid Muhammad selaku Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah mengatakan bahwa panduan program ini salah satu tujuan utamanya adalah
memperkuat penumbuhan “Budi Pekerti”.
Salah satu dari tujuan program Pendidikan Karakter dan Gerakan Literasi sekolah
adalah karakter mandiri. Pengertian mandiri juga sama dengan pengertian budi pekerti yang
secara subtansi juga memacu keberanian seseorang untuk berbuat atau bereaksi, tidak pasrah
dan beku, tetap dinamis, energik dan selalu optimis menuju masa depan. Karakter
kemandirian menjadi salah satu tujuan utama baik dalam program Pendidikan Karakter
maupun program Gerakan Literasi sekolah. Untuk itulah Kementerian Pendidikan Nasional
melakukan revitalisasi pendidikan karakter dalam rangka membangun karakter bangsa
Indonesia. Karakter yang akan dibangun tidak hanya karakter kesantunan, tetapi juga karakter
yang mampu menumbuhkan “Kepenasaran Intelektual” sebagai modal untuk membangun
kreatifitas, daya inovasi dan kemandirian ilmiah.
Program Gerakan Literasi Sekolah juga bertujuan membentuk karakter kemandirian
sebagaimana hal ini tertuang dalam tujuan umum Gerakan Literasi Sekolah, yaitu Menumbuh
kembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang
diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang
hayat. Rendahnya karakter kemandirian belajar pada siswa kelas 4 di SDN Percobaan 2 dan
SD Muhammadiyah Sapen merupakan salah satu masalah yang harus segera dicari solusinya,
jika siswa tidak memiliki kemandirian belajar maka akan berpengaruh terhadap motivasi
untuk meraih tujuan yaitu, prestasi belajar yang memuaskan
Pada realitasnya siswa kelas 4 pada SDN Percobaan 2 dan siswa kelas 4 pada SD Muh
Sapen secara umum masih banyak yang belum mandiri belajar, selain faktor usia juga karena
pola asuh orang tua di rumah yang kurang memberikan kesempatan kepada anak untuk
1
mandiri. Masih sedikit anak yang secara sadar memperluas pengetahuan dengan pergi ke
perpustakaan ataupun mengulang pelajaran, kecuali jika ada PR dari gurunya. SDN Percobaan
2 adalah salah satu SD yang mendapatkan MOU pada tahun 2012 di Bandung untuk menjadi
piloting project program Pendidikan Karakter dengan mendapatkan bantuan dana dari
pemerintah sebesar 30 juta. Sekaligus Sekolah ini juga sudah melaksanakan Program Gerakan
Literasi Sekolah sejak tahun 2016. Begitu juga sebagai salah satu sekolah favorit di Kota
Yogyakarta, SD Muhammadiyah Sapen telah meraih lomba sekolah Pendidikan Karakter pada
tahun 2013 dan telah melaksanakan program GLS juga. Setelah peneliti melakukan
wawancara dengan guru ataupun kepala sekolah dari ke-2 SD diatas diantara persoalan yang
utama dari karakter siswa adalah kemandirian belajar, karakter ini juga merupakan salah satu
tujuan utama dilaksanakan program Pendidikan karakter dan Gerakan Literasi sekolah.
2.1
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidkan Karakter
Pendidikan karakter itu sendiri mengarahkan pada cara berpikir dan prilaku dari siswa
yang kelak akan menjadi tulang punggung bangsa. Karakter itu sendiri termanifestasi dala
sifat dan perbuatan untuk selaras dengan budaya bangsa Indonesia yang selama ini telah
melekat. Pengaruh modernisasi dan globalisasi yang memberikan banyak warna dalam
kehidupan remaja memang harus dibentengi dengan pembelajaran karakter. Boleh dikatakan
bahwa pendidikan karakter adalah usaha untuk penanaman nilai-nilai pada siswa melalui
berbagai macam cara untuk menjadikan mereka sebagai individu yang berguna bagi
masyarakat, bangsa, dan negara. Implementasi dari pendidikan karakter di Indonesia
bersumber pada Pancasila yang selama ini menjadi dasar penting. Adapun pengembangan dari
pendidikan karakter dipandu dengan buku dari pemerintah, yang selanjutnya diolah lebih
mendalam oleh sekolah masing-masing yang menguasai keadaan secara langsung. Maka itu,
tidak mengherankan jikan implementasi pendidikan karakter di tiap-tiap sekolah memiliki
wacana dan praktik yang berbeda-beda karena keadaan di tiap sekolah juga berbeda
2.2 Pengertian Literasi
Literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami
informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Dalam perkembangannya, definisi
literasi selalu berevolusi sesuai dengan tantangan zaman. Jika dulu definisi literasi adalah
kemampuan membaca dan menulis. Saat ini, istilah Literasi sudah mulai digunakan dalam arti
yang lebih luas. Dan sudah merambah pada praktik kultural yang berkaitan dengan persoalan
sosial dan politik.
Nah agar lebih dapat memahami apa itu literasi, maka kita dapat merujuk pada pendapat dari
beberapa sumber berikut ini:
1. Menurut Elizabeth Sulzby
Menurut Elizabeth Sulzby “1986”, Literasi ialah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh
seseorang dalam berkomunikasi “membaca, berbicara, menyimak dan menulis” dengan cara yang
berbeda sesuai dengan tujuannya. Jika didefinisikan secara singkat, definisi literasi yaitu kemampuan
menulis dan membaca.
Graff “2006”, Literasi ialah suatu kemampuan dalam diri seseorang untuk
menulis dan membaca.
4
3. Menurut Jack Goody
Menurut Jack Goody, Literasi ialah suatu kemampuan seseorang dalam membaca dan
juga menulis.
Menurut kamus online Merriam – Webster, Literasi ialah suatu kemampuan atau
kualitas melek aksara di dalam diri seseorang dimana di dalamnya terdapat kemampuan
membaca, menulis dan juga mengenali serta memahami ide-ide secara visual.
5. Menurut UNESCO
5
Atas dasar inilah, penting kiranya dilakukan pendidikan karakter pada anak usia dini, dalam
memaksimalkan kemampuan dan potensi anak. Sebagai pendidik dan orang tua harus
memanfaatkan masa golden age ini sebagai masa pembinaan, pengarahan, pembimbingan,
dan pembentukkan karakter pada anak usia dini. Metode penelitian penulisan ini yang
digunakan adalah kajian kepustakaan. Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan karya
tulis ini berasal dari berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang
dikaji. Metode penanaman karakter anak usia dini salah satunya dengan cara, keteladanan dan
pembiasaan.
2.2.2 Pentingnya Implimitasi Literasi Terhadap Pendidikan Karakter
kemampuan literasi merupakan hak setiap orang dan merupakan dasar untuk belajar
sepanjang hayat. Kemampuan literasi dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas
individu, keluarga, masyarakat.
Beberapa manfaat literasi yang dapat di peroleh sebagai berikut:
1) Memperkaya perbendaharaan kata “kosa kata”;
2) Mengoptimalkan kinerja otak karena sering digunakan untuk kegiatan membaca
dan menulis
3) Memperluas wawasan dan memperoleh informasi baru;
4) Kemampuan interpersonal seseorang akan semakin baik.
2.2.3 Fungsi implementasi literasi terhadap pendidikan karakter
Secara umum fungsi pendidikan ini adalah untuk membentuk karakter seorang peserta
didik sehingga menjadi pribadi yang bermoral, berakhlak mulia, bertoleran, tangguh, dan
berperilaku baik. Adapun beberapa fungsi pendidikan karakter adalah sebagai berikut. Untuk
mengembangkan potensi dasar dalam diri manusia sehingga menjadi individu yang berpikiran
baik, berhati baik, dan berperilaku baik. Untuk membangun dan memperkuat perilaku
masyarakat yang multikultur. Untuk membangun dan meningkatkan peradaban bangsa yang
kompetitif dalam hubungan internasional. Character education seharusnya dilakukan sejak
dini, yaitu sejak masa kanak-kanak. Pendidikan ini bisa dilakukan di lingkungan keluarga,
sekolah, dan lingkungan, serta memanfaatkan berbagai media belajar.
Literasi yang dilakukan sejak dini, yang telah diterapkan dapat memberikan dampak
positif terhadap prestasi akademik bagi anak. Anak-anak yang terbiasa dikenalkan dengan
dunia literasi memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik dlingkungannya.Temanggung
Literasi begitu penting dalam kehidupan manusia, apalagi manusia yang hidup di zaman
teknologi yang serba canggih. Karena kemampuan literasi ini akan menjadi kunci sukses
manusia untuk berproses menjadi manusia yang memiliki pengetahuan dan berperadapan,
salah satu cara yang bisa ditempuh untuk meningkatkan kemampuan literasi ini adalah dengan
banyak membaca buku.
6
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi implementasi literasi terhadap pendidikan karakte
r siswa
Berdasarkan Kemendikbud (2017:35), aspek yang diukur dalam penilaian
keberhasilan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah sebagai berikut :
1. Input
Ketersediaan sumber daya pendukung kegiatan literasi, baik di dalam maupun luar sekolah
yang meliputi lingkungan fisik dan sosial sekolah, sarana prasarana, tenaga pendidik, dana, dan
sistem/ tata kelola GLS.
2. Proses
3. Output
Capaian literasi siswa dalam bentuk skor capaian, hasil karya siswa, prestasi siswa
dalam berbagai lomba, dan lain-lain.
1. Faktor internal
Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan gerakan literasi sekolah yang berasal dari dalam
sekolah, yaitu:
1. Peserta didik
Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2010:52), peserta didik berstatus sebagai subjek didik
karena ia pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya, yang ingin mengembangkan diri
secara terus menerus guna memecahkan masalah-masalah dalam kehidupannya.
· Sarana Prasarana
Menurut PP No.19 Tahun 2005, pasal 1 ayat (8), "Standar sarana dan prasarana adalah
standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar,
tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat
bermain, tempat berekreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran termasuk pengggunaan teknologi informasi dan komunikasi". Dalam hal
ini, sarana yang paling utama untuk menunjang keberhasilan gerakan literasi sekolah adalah
buku. Sebab, salah satu strategi untuk menciptakan lingkungan literasi, perlu adanya
penempatan buku di sudut-sudut sekolah.
7
· Ketersediaan dana
Dana yang cukup dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan yang diperlukan sekolah
dalam rangka meningkatkan kualitas peserta didiknya khususnya dalam menunjang
pelaksanaan gerakan literasi sekolah.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi pelaksanaan gerakan literasi sekolah yang
berasal dari luar sekolah, yaitu:
Meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya upaya terpadu dalam mengembangkan
pembiasaan literasi putra/putri mereka;
Menularkan praktik program literasi di sekolah dan memastikan keberlangsungan dan
konsistensi antara kegiatan literasi di sekolah dan di rumah;
Menciptakan sebanyak mungkin model teladan literasi, yang terdiri dari guru, orang tua,
anggota keluarga dan orang dewasa lain dalam kehidupan peserta didik yang gemar
membaca;
Membantu pelaksanaan program literasi di sekolah;
Membuat peserta didik nyaman belajar di sekolah karena terjalin komunikasi dan hubungan
baik antara orang tua dan sekolah; contoh program pelibatan partisipasi orang tua dalam
program gerakan literasi; seminar, bincang-bincang/talk show tentang pembimbingan remaja
bersiap menjadi dewasa, pembimbingan peserta didik menyiapkan dunia perkuliahan;
Melibatkan peran orang tua dalam mengembangkan sudut buku, area baca, dan
perpustakaan, misalnya melalui:
o Menyumbang buku baru/ bekas, majalah bekas, materi kaya teks, dan bahan kaya
cetak lain untuk sudut buku kelas dan perpustakaan.
o Bekerjasama dengan guru untuk membimbing peserta didik melakukan kegiatan
literasi di rumah.
o Orang tua menjadi relawan untuk memilih buku yang tepat bagi usia remaja.
8
· Daya Dukung Pemerintah
Dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan, peran pemerintah sangat besar agar
kebijakan tersebut dapat terlaksana. Seperti halnya gerakan literasi sekolah ini, peran
pemerintah sangat vital. Mulai dari sosialisasi, pemenuhan sarana prasarana, monitoring
hingga evaluasi. Apabila pemerintah dapat memainkan perannya dengan maksimal, bukan
tidak mungkin jika generasi bangsa ke depannya menjadi generasi yang mempunyai tingkat
literasi yang tinggi.
11
6. (Siregar, 2018) teori terhadap masalah belajar terdiri dari dua definisi, yaitu : belajar
ialah proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan
dan tingkah laku, serta belajar adalah penguasaan pengetahuan/keterampilan yang
diperoleh dari intruksi. Belajar dalam arti luas adalah belajar yang meliputi semua
aspek kehidupan agar menimbulkan perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
7. Menurut Djaali (2010) belajar dalam arti sempit adalah belajar khusus untuk
mendapatkan pengetahuan akademik.
8. Walgito (2011) mengemukakan beberapa hal mengenai belajar, yaitu :
1) Belajar merupakan suatu proses, yang melibatkan adanya perubahan perilaku.
Bentuk perubahan dapat dilihat dalam segi kognitif, afektif dan psikomotor.
2) Perubahan perilaku itu dapat aktial, yaitu baik yang menampak maupun dapat
bersifat potensial yang tidak nampak pada saat itu namun nampak di lain
kesempatan.
3) Perubahan yang disebabkan karena belajar itu bersifat relatifpermanen, yang berarti
perubahan itu akan bertahan dalam waktuyang relatif lama. Tetapi perubahan itu
tidak akan menetap terus menerus sehingga pada suatu waktu hal tersebut dapat
berubah lagi sebagai akibat dari belajar.
4) Perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar merupakan perubahan melalui
pengalaman atau latihan. Ini berarti perubahan bukan terjadi karena faktor
kematangan yang ada pada individu,bukan karena faktor kelelahan dan juga bukan
merupakan faktor temporer individu seperti keadaan sakit serta pengaruh obat-
obatan.
12
tidak hanya bertambahnya pengetahuan, tetapi terwujud dalam sikap, keterampilan,
kecakapan, kemampuan, tingkah laku, kepribadian, dan lain sebagainya.
Menurut Slameto (2010 : 54) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua, yakni:
1. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari siswa, yang termasuk ke dalam faktor ini
adalah
a) Faktor Jasmaniah, yaitu meliputi faktor Kesehatan dan cacat tubuh
b) Faktor Psikologis, yaitu meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif
c) Faktor Kelelahan
2. Faktor Eksternal, yang termasuk ke dalam faktor ini adalah:
a) Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua
mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi
keluarga.
b) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah pelajaran dan
waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
13
c) Faktor Masyarakat
Masyarakat sangat berpengaruh terhadap belajar siswa karena keberadaannya siswa
dalam masyarakat. Seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul dan bentuk
kehidupan masyarakat.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri
individu yang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu
atau yang disebut dengan lingkungan.
1. Faktor Intern
Faktor intern secara garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Faktor Jasmaniah
Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis yang dimaksud adalah menyangkut keadaan
jasmani dari individu yang belajar, terutama yang berkaitan dengan berfungsinya alat-alat
tubuh yang ada pada dirinya. Adapun faktor jasmaniah ini berhubungan dengan kesehatan dan
keadaan tubuh. Masalah kesehatan sesorang berpengaruh terhadap belajarnya.
Proses belajar sesorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Selain itu juga
akan cepat lelah, kurang bersemangat. Mudah mengantuk jika badannya lemah. Begitu juga
dengan keadaan tubuh, misalnya cacat tubuh. Cacat ini dapat berupa buta, tuli, bisu, patah
kaki, lumpuh dan lain-lain. Dengan keadaan tubuh seperti ini akan mempengaruhi proses
belajarnya.
b. Faktor Psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor ini pada dasarnya
berkaitan erat dengan aspek-aspek: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan
dan sebagainya. Apabila faktor ini tidak berkembang dengan baik maka dapat mengakibatkan
terhambatnya proses belajar pada diri individu.
2. Faktor Ekstern
Yaitu faktor yang berasal dari luar individu atau sering disebut lingkungan. Adapun
faktor ekstern ini meliputi :
a. Faktor keluarga
Siswa yang belajar menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik,
relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga dan lain
sebagainya. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan latar belakang individu.
b. Faktor sekolah
14
Faktor sekolah juga akan mempengaruhi belajar siswa. Kekuranglengakapan fasilitas
belajar di sekolah, kurang baik interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa,
keadaan gedung sekolah yang kurang memenuhi persyaratan dan sebagainya akan
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
c. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Keadaan masyarakat
yang kurang kondusif dalam belajar atau lingkungan masyarakat yang tidak baik akan
membawa dampak terhadap prestasi belajar siswa. Dengan adanya lingkungan yang
bermacam-macam akan mempengaruhi siswa dalam belajarnya sehingga prestasi belajar yang
diperolehnya juga berbeda-beda (Sumantri,2010).
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SD IT Adzkia 1 Padang Jl.Taratak Paneh No. 7, Korong
Gadang, Kalumbuk, Kec. Kuranji, Kota Padang, Sumbar 25175. Alasan memilih sekolah ini
sebagai lokasi penelitian karena peneliti menemukan permasalahan kurangnya kedisiplinan
belajar pada siswa yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa kelas II di SD IT Adzkia
1 Padang.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang sengaja diambil untuk mewakili
keseluruhan populasi dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2012) sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel diambil dengan menggunakan
teknik sampling jenuh. Dalam hal ini memberikan patokan atau standar, “apabila subjeknya
kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi, dan jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau
lebih. Dari pendapat tersebut, karena jumlah populasi dalam penelitian ini lebih dari 100
17
siswa maka penulis menentukan besarnya sampel sebesar 50% dari 118 siswa yaitu 59 siswa.
Dengan menggunakan teknik simple random sampling, diperoleh dari sampel yang tersebar
dalam empat kelas yaitu :
18
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data ini, maka alat yang tepat untuk mengumpulkan
data adalah wawancara dan dokumentasi.
3.4.1 Wawancara
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung
antara narasumber dan pewawancara. Wawancara adalah kegiatan tanya-jawab secara lisan
untuk memperoleh informasi. Bentuk informasi yang diperoleh dinyatakan dalam tulisan, atau
direkam secara audio, visual, atau audio visual. Wawancara merupakan kegiatan utama dalam
kajian pengamatan. Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2015:72) wawancara adalah
pertemuan yang dilakukan oleh dua orang untuk bertukar informasi mupun suatu ide dengan
cara tanya jawab, sehingga dapat dikerucutkan menjadi sebuah kesimpulan atau makna dalam
topik tertentu. Menurut Moleong (2010,h.186), wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara atau disebut
interviewer yang mengajukan pertanyaan dan yang terwawancara atau disebut interviewe
yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan.
3.4.2 Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2018:476) dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk
memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan
gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi
adalah metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dari sumber tertulis atau
dokumen-dokumen baik berupa buku-buku, majalah, peraturan-peraturan notulen rapat, nama
siswa, jumlah siswa, nilai rapot dan lain sebagainya. Dokumentasi yang digunakan adalah
data banyak seluruh siswa kelas 2 SD IT Adzkia 1 Padang.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini,
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Arah pengaruh kedisiplinan belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa
adalah positif.
2. Variabel kedisiplinan (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa
(Y).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedisiplinan siswa berpengaruh secara positif
terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
tingkat kedisiplinan siswa maka prestasi belajarsiswa juga akan semakin tinggi.
4.2 Saran
Saran-saran yang sekiranya bermanfaat untuk semua pihak yang terkait kedisiplinan siswa
dan hasil belajar siswa antara lain.
1. Bagi siswa
Untuk siswa yaitu harus memperhatikan disiplinnya baik dirumah dan disekolah,
walaupun kedisplinan tersebut tidak sepenuhnya berpengaruh terhadap hasil belajar. Untuk
meningkatkan hasil belajar yang baik, mahasiswa harus bisa menerapkan disiplin belajar.
Dengan diterapkannya disiplin belajar ini pastinya menghasilkan nilai yang baik dan lebih
meningkat. Disarankan agarsiswa dapat lebih disiplin,supaya dapat memberikan pengaruh
yang bersifat positif bagi diri sendiri serta kehidupan sosialnya.
20
3. Bagi guru
Saran untuk guru harus memperhatikan kedisiplinan siswa saat di kelas untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Apabila guru dapat mendisiplinkan siswa ketika di kelas
maka proses pembelajaran akan kondusif, yang akhirnya siswa belajar lebih nyaman dan
tenang.
4. Bagi sekolah
Untuk pihak sekolah alangkah lebih baik meningkatkan kedisiplinan siswa dengan
pengawasan dan pelaksanakan tata tertib sekolah. Pengawasan yang lebih maksimal akan
menciptakan tingkat disiplin yang tinggi. Sehingga tata tertib berjalan sesuai harapan dan
tujuan.
21
DOKUMENTASI
22
DAFTAR RUJUKAN
Alimaun. (2015). Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas II Sekolah
Dasar Se-Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Susanto Ahmad. 2012. Teori Belajar & Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta:
23