Anda di halaman 1dari 29

7PROPOSAL PENELITIAN

IMPLEMENTASI LITERASI DALAM UPAYA MENGUATKAN PENDIDIKAN KAR


AKTER TERHADAP ANAK-ANAK KELAS IV SD IT ADZKIA 1 PADANG

DISUSUN OLEH :
1. ZULINDA SULPITA 22111232
2. VIGIAWAN SEFTIANI 22111235
3. DIAN PERMATA YANDA 22111257
4. GIRA DWI ARINA 22111427
DOSEN PENGAMPU :
DESI ROSALINA,S,M,.MM

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


UNIVERSITAS ADZKIA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan
dan kesempatan kepada penulis. Shalawat beriringan salam tidak lupa kita kirimkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Berkat ridho dan nikmat dari-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Implementasi literasi dalam upa
ya menguatkan pendidikan karakter terhadap anak-anak kelas V SD IT Adzkia 1 Pada
ng” yang bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Semoga proposal ini memberi manfaat bagi mahasiswa lainnya. Paling utama penulis
mohon maaf jika masih terjadi kesalahan dan kekurangan di dalam penyusunan makalah ini
dan penulis mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi memperbaiki
proposal ini di waktu yang akan datang. Terimakasih.

Padang, Jun
i2023

Penulis

i
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model penerapan pendidikan karakter gemar
membaca melalui program literasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode studi kasus. Subjek penelitian terdiri dari guru, dan siswa di SD Adzkia I Padang.
Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen pedoman wawancara, pedoman observasi,
dan pedoman analisis dokumen. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data
model interaktif Miles dan Huberman yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pendidikan karakter gemar
membaca melalui Program Literasi Sekolah di SD Adzkia I Padang dilaksanakan melalui: 1)
Fase pembiasaan yang meliputi pembiasaan membaca selama 10-15 menit dan kegiatan lain
yang dapat membangun budaya literasi serta pengondisian lingkungan fisik ramah literasi; 2)
Fase pengembangan yang meliputi pengembangan kemampuan literasi melalui berbagai
kegiatan non akademis serta pengupayaan lingkungan sosial dan afektif sebagai model
komunikasi dan interaksi literat; 3) Fase pembelajaran yang meliputi pelaksanaan
pembelajaran menggunakan beragam strategi literasi dan pengupayaan sekolah sebagai
lingkungan akademis yang literat melalui pengembangan keprofesian..
Kualitas pendidikan sering dikaitkan dengan minat baca masyarakat. Pembiasaan membaca
perlu ditanamkan sejak dini. Gerakan Literasi Sekolah merupakan salah satu program
pemerintah yang berupaya untuk menumbuhkan budi pekerti dan minat baca siswa melalui
kebiasaan membaca 15 menit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implementasi GLS
dalam menanamkan minat baca dan disiplin siswa kelas IV SD Negeri Tegalsari 02,
Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.
Subjek dalam penelitian ini yaitu guru kelas IV, siswa kelas IV, dan kepala sekolah SD Negeri
Tegalsari 02. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, angket, dan
dokumentasi. Pengujian keabsahan data menggunakan uji kredibilitas dan uji komfirmabilitas..
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana karakter siswa kelas IV SD IT Adzkia 1
Padang , bagaimana pengaruh kedisiplinan terhadap hasil belajar siswa kelas II SD IT Adzkia
1 Padang.
Metode penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif deskriptif. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SD IT Adzkia 1 Padang yang berjumlah 118 orang
siswa. Teknik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Sampling Jenuh.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga tahap yaitu : Observasi, Wawancara, dan
Dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa sikap kedisiplinan siswa dalam
ii
kegiatan pembelajaran sangat berpengaruh untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas II
SD IT Adzkia 1 Padang. Dalam penelitian ini sikap disiplin siswa akan diamati dari sebelum
pembelajaran di mulai, ketika pembelajaran berlangsung, dan ketika pembelajaran berakhir.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa kedisiplinan siswa kelas II SD IT Adzkia 1 Padang
100% sudah sangat bagus. Tingkat hasil belajar siswa, diketahui bahwa pada kelas II SD IT
Adzkia 1 Padang untuk 29 orang siswa mendapat skor akhir 78-91 (baik sekali) dengan
presentase 92,5% dan untuk 3 orang siswa mendapat skor akhir 64- 77 (baik) dengan
presentasi 7,5%. dan untuk penerapan kedisiplinan untuk meningkatan hasil belajar siswa
sudah diterapkan dalam pembelajaran Guru menggunakan metode, taktik, dan teknik
tersendiri dalam menyampaikan nilai-nilai kedisiplinan pada materi pembelajaran yang
bertujuan untuk mempermudah siswa memahami dan mempraktekkan
kedisiplinan yang diajarkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedisiplinan siswa
berpengaruh secara positif terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kedisiplinan siswa maka prestasi belajar bahasa
indonesia semakin tinggi.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………i
ABSTRAK…………………………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………………………………1
1.2 Identifikasi Masalah………………………………………………………………………..2
1.3 Batasan Masalah…………………………………………………………………………...2
1.4 Rumusan Masalah……………………………………………………………………….…2
1.5 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………...3
1.6 Manfaat Penulisan……………………………………………………………………….…3

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………...4
2.1 Pengertian Anak Usia Sekolah Dasar………………………………………………………4
2.2 Kedisiplinan……………………………………………………………………………..…5
2.2.1 Pengertian Kedisiplinan………………………………………………………..5
2.2.2 Pentingnya Disiplin……………………………………………………………6
2.2.3 Fungsi Disiplin………………………………………………………………....7
2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin ………………………………….9
2.2.5 Aspek-Aspek Kedisiplinan…………………………………………………....11
2.3 Hasil Belajar………………………………………………………………………………12
2.3.1 Pengertian Belajar………………………………………………………...…..12
2.3.2 Pengertian Hasil Belajar………………………………………………………14
2.3.3 Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar………………………...…14
2.3.4 Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Hasil Belajar Siswa………………………..16

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………………………19


3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian……………………………………………………………..19
3.1.1 Lokasi
Penelitian……………………………………………………………...19
3.1.2 Waktu
Penelitian…………………………………………………………...…19
3.2 Populasi Dan Sampel…………………………………………………………………..…19
iv
3.2.1
Populasi…………………………………………………………………….…19
3.2.2
Sampel……………………………………………………………………...…19
3.2.3 Teknik Pengambilan
Sampel………………………………………………….20
3.3 Jenis Dan Sumber Data……………………………………………………………….…..20
3.3.1 Jenis Data…………………………………………………………………..…20
3.3.2 Sumber Data………………………………………………………………….20
3.4 Teknik Pengumpulan Data………………………………………………………………..21
3.4.1 Wawancara……………………………………………………………………21
3.4.2 Dokumentasi………………………………………………………………….21

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………….…22
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….22
4.2 Saran……………………………………………………………………………………...22

DOKUMENTASI…………………………………………………………………………....24
DAFTAR RUJUKAN……………………………………………………………………….25

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Nasional mencanangkan
penerapan pendidikan karakter bagi semua tingkat pendidikan sejak tahun 2010, baik sekolah
dasar hingga perguruan tinggi. Program pendidikan karakter dalam dunia pendidikan digagas
karena selama ini proses pendidikan ternyata belum berhasil membangun manusia yang
berkarakter. Dalam hal ini Asmani juga berpendapat bahwa selama ini sekolah hanya berkutat
dengan target-target akademik dan melupakan karakter. Program Pendidikan Karakter
diperkuat dengan permen Dikbud No.23 tahun 2015, yaitu tentang Gerakan Literasi sekolah.
Dalam sambutannya bapak Hamid Muhammad selaku Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah mengatakan bahwa panduan program ini salah satu tujuan utamanya adalah
memperkuat penumbuhan “Budi Pekerti”.
Salah satu dari tujuan program Pendidikan Karakter dan Gerakan Literasi sekolah
adalah karakter mandiri. Pengertian mandiri juga sama dengan pengertian budi pekerti yang
secara subtansi juga memacu keberanian seseorang untuk berbuat atau bereaksi, tidak pasrah
dan beku, tetap dinamis, energik dan selalu optimis menuju masa depan. Karakter
kemandirian menjadi salah satu tujuan utama baik dalam program Pendidikan Karakter
maupun program Gerakan Literasi sekolah. Untuk itulah Kementerian Pendidikan Nasional
melakukan revitalisasi pendidikan karakter dalam rangka membangun karakter bangsa
Indonesia. Karakter yang akan dibangun tidak hanya karakter kesantunan, tetapi juga karakter
yang mampu menumbuhkan “Kepenasaran Intelektual” sebagai modal untuk membangun
kreatifitas, daya inovasi dan kemandirian ilmiah.
Program Gerakan Literasi Sekolah juga bertujuan membentuk karakter kemandirian
sebagaimana hal ini tertuang dalam tujuan umum Gerakan Literasi Sekolah, yaitu Menumbuh
kembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang
diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang
hayat. Rendahnya karakter kemandirian belajar pada siswa kelas 4 di SDN Percobaan 2 dan
SD Muhammadiyah Sapen merupakan salah satu masalah yang harus segera dicari solusinya,
jika siswa tidak memiliki kemandirian belajar maka akan berpengaruh terhadap motivasi
untuk meraih tujuan yaitu, prestasi belajar yang memuaskan
Pada realitasnya siswa kelas 4 pada SDN Percobaan 2 dan siswa kelas 4 pada SD Muh
Sapen secara umum masih banyak yang belum mandiri belajar, selain faktor usia juga karena
pola asuh orang tua di rumah yang kurang memberikan kesempatan kepada anak untuk
1
mandiri. Masih sedikit anak yang secara sadar memperluas pengetahuan dengan pergi ke
perpustakaan ataupun mengulang pelajaran, kecuali jika ada PR dari gurunya. SDN Percobaan
2 adalah salah satu SD yang mendapatkan MOU pada tahun 2012 di Bandung untuk menjadi
piloting project program Pendidikan Karakter dengan mendapatkan bantuan dana dari
pemerintah sebesar 30 juta. Sekaligus Sekolah ini juga sudah melaksanakan Program Gerakan
Literasi Sekolah sejak tahun 2016. Begitu juga sebagai salah satu sekolah favorit di Kota
Yogyakarta, SD Muhammadiyah Sapen telah meraih lomba sekolah Pendidikan Karakter pada
tahun 2013 dan telah melaksanakan program GLS juga. Setelah peneliti melakukan
wawancara dengan guru ataupun kepala sekolah dari ke-2 SD diatas diantara persoalan yang
utama dari karakter siswa adalah kemandirian belajar, karakter ini juga merupakan salah satu
tujuan utama dilaksanakan program Pendidikan karakter dan Gerakan Literasi sekolah.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat di identifikasi permasalahan sebagai berikut :
1.2.1 Program Pendidikan Karakter
1.2.2 Bagaimanakah implementasi Gerakan Literasi Sekolah dalam menanamkan
pendidikan karakter pada siswa kelas V di SD IT Adzkia 1 Padang?
1.2.3 Bagaimanakah kekuatan dan kelemahan Gerakan Literasi Sekolah dalam hal
menanamkan pendidikan karakter pada siswa kelas V di SD IT Adzkia
Padang?
1.2.4 Kurang maksimalnya implementasi pendidikan karakter
1.2.5 Kegemaran siswa terhadap literasi dalam upaya penguatan pendidikan
karakter pada siswa kelas IV di SD IT Adzkia 1 Padang

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini difokuskan pada implem
entasi literasi dalam upaya penguatan pendidikan karakter pada siswa kelas IV di SD IT Adzk
ia 1 Padang

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, identifikasi dan batasan masalah tersebut di


atas, maka rumusan masalah penelitian ini yaitu sebagai berikut. Apakah ada pengaruh literasi
dalam upaya menguatkan pendidikan karakter terhadap anak-anak kelas V SD IT Adzkia 1 Pa
dang.
2
1.5 Tujuan Penulisan
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan tentu saja mempunyai tujuan, sama halnya dengan
penelitian yang penulis lakukan mempunyai tujuan sebagai berikut :
1.5.1 Mengkaji implementasi Gerakan Literasi Sekolah dalam menanamkan
pendidikan karakter pada siswa kelas V di SD IT Adzkia 1 Padang?
1.5.2 Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan Gerakan Literasi Sekolah dalam
hal menanamkan pendidikan karakter pada siswa kelas V di SD IT Adzkia
Padang?

1.6 Manfaat Penulisan


Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian tersebut maka penulis berharap
penelitian ini dapat berguna sebagai berikut :
1.6.1 Bagi siswa, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
meningkatkan karakter siswa di sekolah.
1.6.2 Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
membantu pihak sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan karakter sehub
ungan dengan implementasi leterasi
1.6.3 Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah masukan bagi guru
untuk meningkatkan mutu pendidikan karakter Bagi peneliti, penelitian ini
dengan implementasi leterasi.

2.1

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidkan Karakter
Pendidikan karakter itu sendiri mengarahkan pada cara berpikir dan prilaku dari siswa
yang kelak akan menjadi tulang punggung bangsa. Karakter itu sendiri termanifestasi dala
sifat dan perbuatan untuk selaras dengan budaya bangsa Indonesia yang selama ini telah
melekat. Pengaruh modernisasi dan globalisasi yang memberikan banyak warna dalam
kehidupan remaja memang harus dibentengi dengan pembelajaran karakter. Boleh dikatakan
bahwa pendidikan karakter adalah usaha untuk penanaman nilai-nilai pada siswa melalui
berbagai macam cara untuk menjadikan mereka sebagai individu yang berguna bagi
masyarakat, bangsa, dan negara. Implementasi dari pendidikan karakter di Indonesia
bersumber pada Pancasila yang selama ini menjadi dasar penting. Adapun pengembangan dari
pendidikan karakter dipandu dengan buku dari pemerintah, yang selanjutnya diolah lebih
mendalam oleh sekolah masing-masing yang menguasai keadaan secara langsung. Maka itu,
tidak mengherankan jikan implementasi pendidikan karakter di tiap-tiap sekolah memiliki
wacana dan praktik yang berbeda-beda karena keadaan di tiap sekolah juga berbeda
2.2 Pengertian Literasi
Literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami
informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Dalam perkembangannya, definisi
literasi selalu berevolusi sesuai dengan tantangan zaman. Jika dulu definisi literasi adalah
kemampuan membaca dan menulis. Saat ini, istilah Literasi sudah mulai digunakan dalam arti
yang lebih luas. Dan sudah merambah pada praktik kultural yang berkaitan dengan persoalan
sosial dan politik.
Nah agar lebih dapat memahami apa itu literasi, maka kita dapat merujuk pada pendapat dari
beberapa sumber berikut ini:
1. Menurut Elizabeth Sulzby

Menurut Elizabeth Sulzby “1986”, Literasi ialah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh
seseorang dalam berkomunikasi “membaca, berbicara, menyimak dan menulis” dengan cara yang
berbeda sesuai dengan tujuannya. Jika didefinisikan secara singkat, definisi literasi yaitu kemampuan
menulis dan membaca.

2. Menurut Harvey J. Graff

Graff “2006”, Literasi ialah suatu kemampuan dalam diri seseorang untuk
menulis dan membaca.

4
3. Menurut Jack Goody

Menurut Jack Goody, Literasi ialah suatu kemampuan seseorang dalam membaca dan
juga menulis.

4. Menurut Merriam – Webster

Menurut kamus online Merriam – Webster, Literasi ialah suatu kemampuan atau
kualitas melek aksara di dalam diri seseorang dimana di dalamnya terdapat kemampuan
membaca, menulis dan juga mengenali serta memahami ide-ide secara visual.

5. Menurut UNESCO

Menurut UNESCO “The United Nations Educational, Scientific and Cultural


Organization”, Literasi ialah seperangkat keterampilan nyata, terutama ketrampilan dalam
membaca dan menulis yang terlepas dari konteks yang mana ketrampilan itu diperoleh serta
siapa yang memperolehnya.

2.2.1 Pengertian Program Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter berpusat pada satuan pendidikan yang merupakan sarana utama
yang secara optimal memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada
untuk memperbaiki menguatkan dan menyempurnakan secara terusmenerus proses
Pendidikan Karakter di sekolah. Pendidikan menjadi ujung tombak dalam upaya
pengembangan karakter manusia yang bermartabat. Pelaksanaan pendidikan karakter di
Sekolah Dasar adalah sebagai berikut: a. Pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dengan
mengintegrasikan dalam kegiatan belajar-mengajar melalui berbagai mata pelajaran yang ada
di sekolah dasar. b. Pelaksanaan kegiatan pembiasaan keseharian yang ada berada di sekolah
dasar, melalui pengembangan budaya/kultur sekolah untuk pengembangan pendidikan
karakter. c. Pelaksanaan ekstrakurikuler seperti olahraga, pramuka, pembiasaan kehidupan
keseharian di rumah yang selaras dengan kehidupan di sekolah dasar.
2.2.2 Pentingnya Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk penyempurnaan diri individu secara
terus-menerus dan melatih kemampuan diri demi menuju ke arah hidup yang lebih baik.
Mengingat anak usia dini adalah golden age, maka pendidikan karakter seyogyanya
ditanamkan dan diterapkan sedini mungkin. Pendidikan karakter dilaksanakan di lingkungan
sekolah maupun di lingkungan rumah. Di lingkungan sekolah, guru sebagai teladan bagi anak
usia dini. Sedangkan di lingkungan rumah, orang tua sebagai teladan. Jadi, harus ada
keseimbangan perilaku antara guru dengan orang tua yang akan ditiru anak usia dini sebagai
teladan. Periode usia dini merupakan masa yang mendasari kehidupan manusia selanjutnya.

5
Atas dasar inilah, penting kiranya dilakukan pendidikan karakter pada anak usia dini, dalam
memaksimalkan kemampuan dan potensi anak. Sebagai pendidik dan orang tua harus
memanfaatkan masa golden age ini sebagai masa pembinaan, pengarahan, pembimbingan,
dan pembentukkan karakter pada anak usia dini. Metode penelitian penulisan ini yang
digunakan adalah kajian kepustakaan. Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan karya
tulis ini berasal dari berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang
dikaji. Metode penanaman karakter anak usia dini salah satunya dengan cara, keteladanan dan
pembiasaan.
2.2.2 Pentingnya Implimitasi Literasi Terhadap Pendidikan Karakter
kemampuan literasi merupakan hak setiap orang dan merupakan dasar untuk belajar
sepanjang hayat. Kemampuan literasi dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas
individu, keluarga, masyarakat.
Beberapa manfaat literasi yang dapat di peroleh sebagai berikut:
1) Memperkaya perbendaharaan kata “kosa kata”;
2) Mengoptimalkan kinerja otak karena sering digunakan untuk kegiatan membaca
dan menulis
3) Memperluas wawasan dan memperoleh informasi baru;
4) Kemampuan interpersonal seseorang akan semakin baik.
2.2.3 Fungsi implementasi literasi terhadap pendidikan karakter

Secara umum fungsi pendidikan ini adalah untuk membentuk karakter seorang peserta
didik sehingga menjadi pribadi yang bermoral, berakhlak mulia, bertoleran, tangguh, dan
berperilaku baik. Adapun beberapa fungsi pendidikan karakter adalah sebagai berikut. Untuk
mengembangkan potensi dasar dalam diri manusia sehingga menjadi individu yang berpikiran
baik, berhati baik, dan berperilaku baik. Untuk membangun dan memperkuat perilaku
masyarakat yang multikultur. Untuk membangun dan meningkatkan peradaban bangsa yang
kompetitif dalam hubungan internasional. Character education seharusnya dilakukan sejak
dini, yaitu sejak masa kanak-kanak. Pendidikan ini bisa dilakukan di lingkungan keluarga,
sekolah, dan lingkungan, serta memanfaatkan berbagai media belajar.

Literasi yang dilakukan sejak dini, yang telah diterapkan dapat memberikan dampak
positif terhadap prestasi akademik bagi anak. Anak-anak yang terbiasa dikenalkan dengan
dunia literasi memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik dlingkungannya.Temanggung
Literasi begitu penting dalam kehidupan manusia, apalagi manusia yang hidup di zaman
teknologi yang serba canggih. Karena kemampuan literasi ini akan menjadi kunci sukses
manusia untuk berproses menjadi manusia yang memiliki pengetahuan dan berperadapan,
salah satu cara yang bisa ditempuh untuk meningkatkan kemampuan literasi ini adalah dengan
banyak membaca buku.

6
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi implementasi literasi terhadap pendidikan karakte
r siswa
Berdasarkan Kemendikbud (2017:35), aspek yang diukur dalam penilaian
keberhasilan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah sebagai berikut :

1. Input

Ketersediaan sumber daya pendukung kegiatan literasi, baik di dalam maupun luar sekolah
yang meliputi lingkungan fisik dan sosial sekolah, sarana prasarana, tenaga pendidik, dana, dan
sistem/ tata kelola GLS.

2. Proses

Kegiatan-kegiatan yang mendukung peningkatan kecakapan literasi yang


dilaksanakan di dalam kelas, di luar kelas (budaya/pembiasaan), dan pemanfaatan
sumber-sumber belajar di masyarakat. Kegiatan mencakup intrakurikuler, kokurikuler,
dan ekstrakurikuler.

3. Output

Capaian literasi siswa dalam bentuk skor capaian, hasil karya siswa, prestasi siswa
dalam berbagai lomba, dan lain-lain.

Sedangkan menurut Fanani (2017), faktor-faktor yang diukur dalam penilaian


implementasi Gerakan Literasi Sekolah adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal

Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan gerakan literasi sekolah yang berasal dari dalam
sekolah, yaitu:

1. Peserta didik

Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2010:52), peserta didik berstatus sebagai subjek didik
karena ia pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya, yang ingin mengembangkan diri
secara terus menerus guna memecahkan masalah-masalah dalam kehidupannya.

· Sarana Prasarana

Menurut PP No.19 Tahun 2005, pasal 1 ayat (8), "Standar sarana dan prasarana adalah
standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar,
tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat
bermain, tempat berekreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran termasuk pengggunaan teknologi informasi dan komunikasi". Dalam hal
ini, sarana yang paling utama untuk menunjang keberhasilan gerakan literasi sekolah adalah
buku. Sebab, salah satu strategi untuk menciptakan lingkungan literasi, perlu adanya
penempatan buku di sudut-sudut sekolah.
7
· Ketersediaan dana

Dana yang cukup dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan yang diperlukan sekolah
dalam rangka meningkatkan kualitas peserta didiknya khususnya dalam menunjang
pelaksanaan gerakan literasi sekolah.

· Pemahaman tenaga pendidik dan kependidikan terhadap gerakan literasi sekolah


Kebijakan-kebijakan baru tentu perlu adanya sosialisasi yang matang dan merata. Apabila
kebijakan diterapkan tetapi sosialisasi hanya sebatas formalitas, maka hasilnya pada pelaksaannya
tidak akan optimal. Apabila tenaga pendidik memahami filosofinya, tentu akan sangat menunjang
pelaksanaan gerakan literasi sekolah sehingga dapat menciptakan generasi yang memilki budaya
literasi tinggi dan berakhlak baik.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi pelaksanaan gerakan literasi sekolah yang
berasal dari luar sekolah, yaitu:

· Daya dukung masyarakat

Gerakan literasi sekolah merupakan gerakan sosial yang dilaksanakan untuk


menciptakan generasi yang berbudi pekerti melalui budaya literasi. Artinya setiap elemen dari
pemerintah hingga masyarakat mempunyai peran dalam mensukseskan gerakan literasi
sekolah. Gerakan literasi sekolah yang telah diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2015 tentang
penumbuhan budi pekerti tidak hanya dibebankan kepada pihak-pihak yang berada di sekolah
tetapi masyarakat juga harus ikut berperan.

· Daya Dukung Keluarga

 Meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya upaya terpadu dalam mengembangkan
pembiasaan literasi putra/putri mereka;
 Menularkan praktik program literasi di sekolah dan memastikan keberlangsungan dan
konsistensi antara kegiatan literasi di sekolah dan di rumah;
 Menciptakan sebanyak mungkin model teladan literasi, yang terdiri dari guru, orang tua,
anggota keluarga dan orang dewasa lain dalam kehidupan peserta didik yang gemar
membaca;
 Membantu pelaksanaan program literasi di sekolah;
 Membuat peserta didik nyaman belajar di sekolah karena terjalin komunikasi dan hubungan
baik antara orang tua dan sekolah; contoh program pelibatan partisipasi orang tua dalam
program gerakan literasi; seminar, bincang-bincang/talk show tentang pembimbingan remaja
bersiap menjadi dewasa, pembimbingan peserta didik menyiapkan dunia perkuliahan;
 Melibatkan peran orang tua dalam mengembangkan sudut buku, area baca, dan
perpustakaan, misalnya melalui:
o Menyumbang buku baru/ bekas, majalah bekas, materi kaya teks, dan bahan kaya
cetak lain untuk sudut buku kelas dan perpustakaan.
o Bekerjasama dengan guru untuk membimbing peserta didik melakukan kegiatan
literasi di rumah.
o Orang tua menjadi relawan untuk memilih buku yang tepat bagi usia remaja.

8
· Daya Dukung Pemerintah

Dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan, peran pemerintah sangat besar agar
kebijakan tersebut dapat terlaksana. Seperti halnya gerakan literasi sekolah ini, peran
pemerintah sangat vital. Mulai dari sosialisasi, pemenuhan sarana prasarana, monitoring
hingga evaluasi. Apabila pemerintah dapat memainkan perannya dengan maksimal, bukan
tidak mungkin jika generasi bangsa ke depannya menjadi generasi yang mempunyai tingkat
literasi yang tinggi.

Berdasarkan faktor-faktor diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi


keberhasilan gerakan literasi sekolah adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal
terdiri dari peserta didik, tenaga pendidik, sarana prasarana, dana, tata kelola, proses. Faktor
eksternal terdiri dari dukungan keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

2.2.4 Aspek-Aspek Implementasi literasi Terhadap Pendidikan Karakter


1. Aspek Moralitas
John Dewey berpendapat bahwa pendidikan moral menjadi hal yang utama bagi misi setiap
sekolah. Pandangan Dewey ini dilatarbelakangi oleh realitas sosial yang semakin kompleks,
di satu sisi, dan fungsi serta tujuan pendidikan di sisi lain. Pandangan Dewey di atas
menunjukkan bahwa memang pertama kali dan yang paling utama dalam pendidikan adalah
pendidikan moral. Oleh karena itu, di dalam pendidikan karakter terdapat aspek utama yang
bahkan menjadi unsur utama dari keberadaan pendidikan karakter yaitu pendidikan moral atau
moralitas itu sendiri.Menurut Arikunto kedisiplinan siswa dapat dilihat dari 3 aspek yaitu,
aspek disiplin siswa di lingkungan keluarga, aspek disiplin siswa di dalam kelas, dan aspek
disiplin siswa di lingkungan sekolah. Tulus dalam penelitiannya mengenai disiplin
mengemukakan bahwa yang menunjukkan pergeseran atau perubahan hasil belajar siswa
9
sebagai kontribusi mengikuti dan menaati peraturan sekolah meliputi : dapat mengatur waktu
belajar di rumah, rajin dan teratur belajar, perhatian yang baik saat belajar di kelas dan
ketertiban diri saat belajar di kelas.
2. Aspek Religiusitas
Pandangan Soedarsono di atas menunjukkan bahwa pembangunan karakter diri
menjadi kunci utama dalam proses pembelajaran pendidikan karakter. Oleh karena itu, dalam
proses pengembangan pendidikan karakter tidak cukup ditangani oleh sekolah dan materi
pembelajaran tertentu. Di sisi lain, materi- materi pembelajaran yang ada di dalam kurikulum
pendidikan karakter di atas juga menjadi bagian dari “ajaran” dan nilai-nilai yang diusung di
dalam agama. Oleh karena itu, salah satu aspek yang tidak dapat dilepaskan dari muatan
konsep, kurikulum, dan pembelajaran pendidikan karakter adalah aspek keagamaan atau
religiusitas, baik dalam wujud, ajaran, prinsip moral, maupun value yang diusung. Bahkan,
agama dapat menjadi sumber yang tidak akan ada habis-habisnya dalam membangun
rumusan, konsep, gagasan, dan bahan ajar pendidikan karakter.
3. Aspek Psikologi
Aspek lain yang tidak kalah pentingnya dalam melihat pendidikan karakter adalah aspek
psikologi, karakter inheren di dalam dimensi psikologis manusia. Melihat dan memahami
serta memproyeksikan suatu karakter tanpa melihat dimensi kejiwaanmanusia akan
muspro karena rancangan bangun karakter manusia ada dan berfondasi pada dimensi
kejiwaan manusia. Dimensi ini dalam pandangan Lickona sebagai bentuk dari the
emotional side of character. Menurutnya, sisi emosional karakter seperti sisiintelektual
yang sangat terbuka untuk dikembangkan baik di lingkungan sekolah maupun di keluarga.
Lebih lanjut, Lickona menjelaskan aspek-aspek emosional (baca: psikologis) dalam proses
perumusan dan pengembangan pendidikan karakter adalah sebagai berikut; (1)
consciousness atau kesadaran, (2) self-esteem atau percaya diri, (3) empathy (rasa peduli
pada orang lain), (4) loving the good, mencintai kebaikan, (5) self-control, jaga diri, dan
(6) humility, terbuka.
Aspek di atas tentu tidak merepresentasi keseluruhan dimensi psikologis manusia. Hal
yang lebih penting justru menunjukkan bahwa pemaknaan atas dimensi psikologis lebih
mendalam lebih mengena. Hal yang terkait, misalnya tentang proses pembelajaran pendidikan
karakter yang betul-betul membutuhkan ruang psikologis yang lebih mapan. Alasannya,
menurut Lickona, pembelajaran karakter lebih kompleks dibandingkan mengajarkan
matematika atau membaca, pembelajaran karakter terkait dengan dimensi-dimensi tumbuh
kembang psikologis manusia (Lickona, 1991: 336)
10
Dari paparan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan karakter, baik
dalam konteks materi pembelajaran maupun proses pembelajaran dan berikut visi yang
hendak dicapai dari pembelajaran tersebut, harus dibangun secara utuh dan komprehensif.
Ada aspek-aspek tertentu yang harus dilihat, dipahami, dan ditelaah korelasinya dalam
pendidikan karakter.
2.3 Hasil Belajar
2.3.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah proses untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
menghasilkan suatu perubahan tingkah laku. Hasil belajar merupakan umpan balik dari proses
pembelajaran yaitu tolak ukur yang digunakan untuk menentukan keberhasilan mahasiswa
dalam mengetahui dan memahami suatu kompetensi. Hasil belajar adalah sesuatu yang
diperoleh dari kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara induvidual maupun
kelompok. Hasil ini tidak diperoleh selama seseorang tidak melaksanakan kegiatan (Elly,
2016).
Pengertian belajar menurut beberapa para ahli yaitu :
1. Suyatna (2011) menyatakan bahwa belajar diartikan sebagai proses membangun
makna atau pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman sehingga terjadi
perkembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
2. Sardiman (2011) mendefinisikan belajar merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,
mengamati,mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
3. Slameto (2010) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungan.
4. Khairani, (2013) berpendapat bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku
yang dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan perubahan yanglebih baik,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari
belum dapat melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan sesuatu dan lain
sebagainya.
5. Menurut Syah (2012) menyebutkan Belajar merupakan tahapan perubahan seluruh
tingkah laku yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

11
6. (Siregar, 2018) teori terhadap masalah belajar terdiri dari dua definisi, yaitu : belajar
ialah proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan
dan tingkah laku, serta belajar adalah penguasaan pengetahuan/keterampilan yang
diperoleh dari intruksi. Belajar dalam arti luas adalah belajar yang meliputi semua
aspek kehidupan agar menimbulkan perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
7. Menurut Djaali (2010) belajar dalam arti sempit adalah belajar khusus untuk
mendapatkan pengetahuan akademik.
8. Walgito (2011) mengemukakan beberapa hal mengenai belajar, yaitu :
1) Belajar merupakan suatu proses, yang melibatkan adanya perubahan perilaku.
Bentuk perubahan dapat dilihat dalam segi kognitif, afektif dan psikomotor.
2) Perubahan perilaku itu dapat aktial, yaitu baik yang menampak maupun dapat
bersifat potensial yang tidak nampak pada saat itu namun nampak di lain
kesempatan.
3) Perubahan yang disebabkan karena belajar itu bersifat relatifpermanen, yang berarti
perubahan itu akan bertahan dalam waktuyang relatif lama. Tetapi perubahan itu
tidak akan menetap terus menerus sehingga pada suatu waktu hal tersebut dapat
berubah lagi sebagai akibat dari belajar.
4) Perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar merupakan perubahan melalui
pengalaman atau latihan. Ini berarti perubahan bukan terjadi karena faktor
kematangan yang ada pada individu,bukan karena faktor kelelahan dan juga bukan
merupakan faktor temporer individu seperti keadaan sakit serta pengaruh obat-
obatan.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian


belajar adalah suatu proses perubahan perilaku dengan serangkaian kegiatan yang disebabkan
dari pengalaman untuk mendapatkan pengetahuan (Siregar, 2018). Belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Secara umum belajar diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi
melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau
karakteristik seseorang sejak lahir. Belajar merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan
seseorang yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang tetap atau permanen sebagai
hasil dari latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan tersebut

12
tidak hanya bertambahnya pengetahuan, tetapi terwujud dalam sikap, keterampilan,
kecakapan, kemampuan, tingkah laku, kepribadian, dan lain sebagainya.

2.3.2 Pengertian Hasil Belajar


Winkel (dalam purwanto) mendefinisikan hasil belajar merupakan perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Hasil belajar secara
singkat yaitu hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah
mengalami kegiatan belajar. Menurut UU Nomor 23 Tahun 2016 Pasal 3 menyatakan tentang
penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses,
kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

2.3.3 Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah ia menerima
pengalaman pembelajaran. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran karena akan memberikan sebuah informasi kepada guru tentang kemajuan
peserta didik dalam upaya mencapai tujuan belajar. Hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu faktor kemampuan siswa dan faktor lingkungan.

Menurut Slameto (2010 : 54) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua, yakni:
1. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari siswa, yang termasuk ke dalam faktor ini
adalah
a) Faktor Jasmaniah, yaitu meliputi faktor Kesehatan dan cacat tubuh
b) Faktor Psikologis, yaitu meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif
c) Faktor Kelelahan
2. Faktor Eksternal, yang termasuk ke dalam faktor ini adalah:
a) Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua
mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi
keluarga.
b) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah pelajaran dan
waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
13
c) Faktor Masyarakat
Masyarakat sangat berpengaruh terhadap belajar siswa karena keberadaannya siswa
dalam masyarakat. Seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul dan bentuk
kehidupan masyarakat.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri
individu yang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu
atau yang disebut dengan lingkungan.
1. Faktor Intern
Faktor intern secara garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Faktor Jasmaniah
Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis yang dimaksud adalah menyangkut keadaan
jasmani dari individu yang belajar, terutama yang berkaitan dengan berfungsinya alat-alat
tubuh yang ada pada dirinya. Adapun faktor jasmaniah ini berhubungan dengan kesehatan dan
keadaan tubuh. Masalah kesehatan sesorang berpengaruh terhadap belajarnya.
Proses belajar sesorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Selain itu juga
akan cepat lelah, kurang bersemangat. Mudah mengantuk jika badannya lemah. Begitu juga
dengan keadaan tubuh, misalnya cacat tubuh. Cacat ini dapat berupa buta, tuli, bisu, patah
kaki, lumpuh dan lain-lain. Dengan keadaan tubuh seperti ini akan mempengaruhi proses
belajarnya.
b. Faktor Psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor ini pada dasarnya
berkaitan erat dengan aspek-aspek: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan
dan sebagainya. Apabila faktor ini tidak berkembang dengan baik maka dapat mengakibatkan
terhambatnya proses belajar pada diri individu.
2. Faktor Ekstern
Yaitu faktor yang berasal dari luar individu atau sering disebut lingkungan. Adapun
faktor ekstern ini meliputi :
a. Faktor keluarga
Siswa yang belajar menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik,
relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga dan lain
sebagainya. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan latar belakang individu.
b. Faktor sekolah
14
Faktor sekolah juga akan mempengaruhi belajar siswa. Kekuranglengakapan fasilitas
belajar di sekolah, kurang baik interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa,
keadaan gedung sekolah yang kurang memenuhi persyaratan dan sebagainya akan
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
c. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Keadaan masyarakat
yang kurang kondusif dalam belajar atau lingkungan masyarakat yang tidak baik akan
membawa dampak terhadap prestasi belajar siswa. Dengan adanya lingkungan yang
bermacam-macam akan mempengaruhi siswa dalam belajarnya sehingga prestasi belajar yang
diperolehnya juga berbeda-beda (Sumantri,2010).

2.3.4 Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Hasil Belajar Siswa


Hasil belajar dipengaruhi oleh kedisiplinan siswa dalam belajar dan disiplin di
sekolah. Kedisiplinan siswa dalam hal ini merupakan keadaan siswa yang taat dan teratur
sesuai aturan. Ketika disekolah memang disiplin perlu di perhatikan. Dengan keadaan siswa
yang disiplin akan mendukung berjalannya belajar di sekolah dengan lancar. Dalam
pembelajaran di kelas, disiplin akan membuat suasana belajar lebih kondusif dan tenang.
Pembelajaran di kelas akan berjalan sesuai dengan harapan bila guru dan siswa dapat saling
bekerja sama atau saling mendukung. Pembelajaran yang kondusif tercipta apabila siswa
berdisiplin saat pembelajaran sedang berlangsung.
Siswa yang disiplin di kelas dengan tidak mengganggu teman, mendengarkan
penjelasan guru, mengerjakan tugas dengan baik maka siswa akan mendapat hasil yang
maksimal dalam belajarnya. Jadi hasil belajar secara tidak langsung dipengaruhi oleh
kedisiplinan siswa. Kedisiplinan siswa memiliki pengaruh yang besar terhadap hasil belajar
siswa karena dengan adanya disiplin, siswa teratur dan tertib saat di sekolah dan saat belajar.
Bagi siswa yang sudah menerapkan disiplin, mereka akan selalu ingat dengan kewajibannya
dan tanggung jawabnya untuk belajar yang rajin setiap harinya.
Hal ini dikarenakan mereka sudah menyadari akan pentingnya belajar. Sebaliknya bagi
siswa yang kurang menerapkan kedisiplinan, mereka menganggap belajar merupakan sebuah
paksaan atau tekanan bagi dirinya. Belajar yang berlandaskan paksaan tidak akan bertahan
lama. Akan tetapi, ada sebagian anak walaupun awalnya mendapat paksaan dalam
menerapkan disiplin dan akhirnya anak menyadari akan pentingnya belajar dan kewajiban
belajar untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.
15
Menurut Sofan Amri Prestasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh disiplin belajar.
Adanya pengaruh tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi disiplin belajar seseorang
siswa, akan semakin tinggi prestasi belajar yang akan diperoleh. Sebaliknya semakin rendah
disiplin belajar siswa akan semakin rendah prestasi belajar yang dicapai. Berdasarkan hasil
penelitian, terlihat bahwa rata-rata tingkat disiplin siswa tergolong tinggi, dan hanya ada
sebagian kecil saja yang menunjukkan adanya kedisiplinan yang kurang.
Hasil belajar dipengaruhi oleh kedisiplinan siswa dalam belajar dandisiplin di sekolah.
Kedisiplinan siswa dalam hal ini merupakan keadaan siswa yang taat dan teratur sesuai
aturan. Ketika di sekolah memang disiplin perlu diperhatikan. Dengan keadaan siswa yang
disiplin akan mendukung berjalannya belajar di sekolah dengan lancar. Dalam pembelajaran
di kelas, disiplin akan membuat suasana belajar lebih kondusif dan tenang (Alimaun, 2015).
Tu’u (2011) menyatakan hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes
atau angka nilai yang diberikan oleh dosen. Hasil belajar dikatakan sempurna apabila
memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya hasil kurang
memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.
Tu’u (2011) berpendapat bahwa :
1. Hasil belajar mahasiswa adalah hasil belajar yang dicapai mahasiswa ketika mengikuti dan
mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
2. Hasil belajar mahasiswa lebih ditekankan pada aspek kognitifnya, serta.
3. Hasil belajar juga dibuktikan dan ditunjukan melalui nilai atau angka nilai dari hasil
evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas mahasiswa dan ulangan-ulangan atau ujian
yang ditempuhnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajar yang
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai dari hasil evaluasi yang diberikan oleh guru
(Siregar, 2018).
Kedisiplinan mahasiswa dipandang sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa. Kedisiplinan siswa adalah keadaan sikap atau perilaku siswa yang sesuai
dengan aturan atau tata tertib yang berlaku sehingga tercipta ketertiban dan keteraturan di
kampus maupun saat di rumah. Dengan adanya kedisiplinan yang berdasarkan dorongan dan
kesadaran yang muncul dalam diri siswa serta dilakukan secara teratur tanpa adanya paksaan
atau tekanan dari pihak manapun akan membentuk kedisiplinan yang permanen (Alimaun,
2015).

16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SD IT Adzkia 1 Padang Jl.Taratak Paneh No. 7, Korong
Gadang, Kalumbuk, Kec. Kuranji, Kota Padang, Sumbar 25175. Alasan memilih sekolah ini
sebagai lokasi penelitian karena peneliti menemukan permasalahan kurangnya kedisiplinan
belajar pada siswa yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa kelas II di SD IT Adzkia
1 Padang.

3.1.2 Waktu Penelitian


Pelaksanan penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2022/2023 pada
bulan Mei.

3.2 Populasi Dan Sampel


3.2.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2012: 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi merupakan kelompok
yang menarik peneliti, kelompok tersebut oleh peneliti dijadikan sebagai objek untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian (Fraenkel dan Wallen dalam Winarni,2011: 94).
Populasi juga dapat didefenisikan keseluruhan subjek penelitian, objek penelitian dapat
berupa makhluk hidup, benda-benda, sistem, prosedur, fenomena dan lain-lain. Adapun yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 2 SD IT Adzkia 1 Padang
yang berjumlah 118 siswa, yang terdiri dari empat kelas yaitu kelas A,B,C dan D.

3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang sengaja diambil untuk mewakili
keseluruhan populasi dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2012) sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel diambil dengan menggunakan
teknik sampling jenuh. Dalam hal ini memberikan patokan atau standar, “apabila subjeknya
kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi, dan jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau
lebih. Dari pendapat tersebut, karena jumlah populasi dalam penelitian ini lebih dari 100

17
siswa maka penulis menentukan besarnya sampel sebesar 50% dari 118 siswa yaitu 59 siswa.
Dengan menggunakan teknik simple random sampling, diperoleh dari sampel yang tersebar
dalam empat kelas yaitu :

NO Kelas Jumlah Siswa Sampel Pembulatan


1 Kelas 2 Basrah I 29 Siswa 50% x 29 14
2 Kelas 2 Basrah II 30 Siswa 50% x 30 15
3 Kelas 2 Basrah III 30 Siswa 50% x 30 15
4 Kelas 2 Basrah IV 29 Siswa 50% x 29 15
Total 118 59

3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel


Sampling merupakan sebagai pemilihan sejumlah subjek penelitian sebagai wakil dari
populasi sehingga dihasilkan sampel yang mewakili populasi yang dimaksud teknik sampling
adalah suatu teknik pengabilan sampel. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik sampling
jenuh, karena dalam pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan syarat yang ada dalam populasi.

3.3 Jenis Dan Sumber Data


3.3.1 Jenis Data
Data adalah sumber atau bahan mentah tentang sesuatu yang dibutuhkan. Data dalam
penelitian ini menggunakan data yang dikumpulkan atau didapat oleh peneliti melalui
wawancara dan dokumentasi secara langsung dari responden siswa dan guru SD IT Adzkia 1
Padang. Dalam penelitian ini juga penulis menggunakan regresi sederhana.

3.3.2 Sumber Data


Adapun data yang dipergunakan dalam penelitian ini dengan Penelitian lapangan
(fleid research) yaitu, penelitian ini dilakukan dengan terjun langsung ke objek penelitian
melalui pertanyan-petanyaan yang berhubungan dengan data penelitian melalui wawancara,
karena dalam penelitian ini memerlukan datadata yang valid, akurat dan signifikan dengan
permasalahan agar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, dan data diambil langsung
dari siswa dan guru SD IT Adzkia 1 Padang.

18
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data ini, maka alat yang tepat untuk mengumpulkan
data adalah wawancara dan dokumentasi.

3.4.1 Wawancara

Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung
antara narasumber dan pewawancara. Wawancara adalah kegiatan tanya-jawab secara lisan
untuk memperoleh informasi. Bentuk informasi yang diperoleh dinyatakan dalam tulisan, atau
direkam secara audio, visual, atau audio visual. Wawancara merupakan kegiatan utama dalam
kajian pengamatan. Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2015:72) wawancara adalah
pertemuan yang dilakukan oleh dua orang untuk bertukar informasi mupun suatu ide dengan
cara tanya jawab, sehingga dapat dikerucutkan menjadi sebuah kesimpulan atau makna dalam
topik tertentu. Menurut Moleong (2010,h.186), wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara atau disebut
interviewer yang mengajukan pertanyaan dan yang terwawancara atau disebut interviewe
yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan.

3.4.2 Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2018:476) dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk
memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan
gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi
adalah metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dari sumber tertulis atau
dokumen-dokumen baik berupa buku-buku, majalah, peraturan-peraturan notulen rapat, nama
siswa, jumlah siswa, nilai rapot dan lain sebagainya. Dokumentasi yang digunakan adalah
data banyak seluruh siswa kelas 2 SD IT Adzkia 1 Padang.

19
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini,
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Arah pengaruh kedisiplinan belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa
adalah positif.
2. Variabel kedisiplinan (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa
(Y).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedisiplinan siswa berpengaruh secara positif
terhadap prestasi belajar siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
tingkat kedisiplinan siswa maka prestasi belajarsiswa juga akan semakin tinggi.

4.2 Saran
Saran-saran yang sekiranya bermanfaat untuk semua pihak yang terkait kedisiplinan siswa
dan hasil belajar siswa antara lain.
1. Bagi siswa
Untuk siswa yaitu harus memperhatikan disiplinnya baik dirumah dan disekolah,
walaupun kedisplinan tersebut tidak sepenuhnya berpengaruh terhadap hasil belajar. Untuk
meningkatkan hasil belajar yang baik, mahasiswa harus bisa menerapkan disiplin belajar.
Dengan diterapkannya disiplin belajar ini pastinya menghasilkan nilai yang baik dan lebih
meningkat. Disarankan agarsiswa dapat lebih disiplin,supaya dapat memberikan pengaruh
yang bersifat positif bagi diri sendiri serta kehidupan sosialnya.

2. Bagi Orang tua


Saran bagi orang tua siswa harus menerapkan dan mengajarkan kedisiplinan pada anak
di rumah, sehingga kedisiplinan dapat terbentuk. Kedisiplinan tidak bisa terbentuk dalam
waktu yang singkat, perlu waktu yang lama untuk membentuk kedisiplinan, perlu latihan dan
pembiasaan. Karena waktudi rumah lebih banyak dibandingkan waktu yang dimiliki siswa di
sekolah.

20
3. Bagi guru
Saran untuk guru harus memperhatikan kedisiplinan siswa saat di kelas untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Apabila guru dapat mendisiplinkan siswa ketika di kelas
maka proses pembelajaran akan kondusif, yang akhirnya siswa belajar lebih nyaman dan
tenang.

4. Bagi sekolah
Untuk pihak sekolah alangkah lebih baik meningkatkan kedisiplinan siswa dengan
pengawasan dan pelaksanakan tata tertib sekolah. Pengawasan yang lebih maksimal akan
menciptakan tingkat disiplin yang tinggi. Sehingga tata tertib berjalan sesuai harapan dan
tujuan.

21
DOKUMENTASI

22
DAFTAR RUJUKAN

Alimaun. (2015). Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas II Sekolah
Dasar Se-Daerah Binaan R.A. Kartini Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Elly .(2016). Hubungan Kedisiplinan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas II di

SD Negeri 10 Banda Aceh. Jurrnal Pesona Dasar Universitas Syiah Kuala.

Purwanto. 2011. Evaluasi hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Karya.

Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Belajar Yang Mempengaruhinya. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Daryanto. 2010. Belajar dan mengajar. Bandung: CV. Vrama Widya

Susanto Ahmad. 2012. Teori Belajar & Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

23

Anda mungkin juga menyukai