Anda di halaman 1dari 59

1

PROPSAL TESIS

IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH (GLS) SEBAGAI


PEMBENTUK KARAKTER (MANDIRI DAN KREATIF) SISWA

(Studi Multisitus di SD Islam Sabilillah Malang dan SD Indonesia Interactive


Standart School Malang)

Oleh

NUR RISTA ZAHRO

NIM. 19760020

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH
PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2020
2

DAFTAR ISI

Halaman Sampul .................................................................................................1


Daftar Isi .............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian ...................................................................... 3
B. Fokus Penelitian ......................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 11
E. Penelitian Terdahulu dan Orisinalitas Penelitian ........................ 12
F. Definisi Istilah ............................................................................. 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Konsep Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ................................... 19
1. Pengertian Literasi .................................................................. 19
2. Gerakan Literasi Sekolah ....................................................... 20
3. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah ........................................... 23
4. Tahapan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar ............. 24
5. Komponen Gerakan Literasi Sekolah ..................................... 27
6. Prinsip-Prinsip Gerakan Literasi Sekolah .............................. 28
7. Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah ...................... 30
B. Pembentukan Karakter ............................................................... 32
1. Pengertian Karakter ............................................................... 32
2. Prinsip Pendidikan Karakter .................................................. 36
3. Macam Pembentukan Karakter ............................................. 37
C. Pembentukan Karakter Melalui Gerakan Literasi Sekolah ........ 42
D. Kerangka Berpikir ....................................................................... 43

BAB III METODE PENELITIAN


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................ 45
B. Kehadiran Peneliti ...................................................................... 46
C. Latar Penelitian ........................................................................... 47
D. Data dan Sumber Data Penelitian ................................................ 47
E. Pengumpulan Data....................................................................... 49
F. Analisis Data ............................................................................... 51
G. Keabsahan Data ........................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 57


3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Menghadapi era revolusi industri 4.0 peserta didik dituntut untuk

mengasah keterampilan membaca yang berujung kemampuan memahami

informasi secara analitis, kritis dan reflektif.1 Untuk mendukungnya

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan

Literasi Sekolah (GLS). Dalam upaya penumbuhan minat baca,

pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan

Menengah, memnggagas dan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah

(GLS) yang tertuang dalam Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 23 tahun 2015. 2

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah kemampuan mengakses,

memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai

aktivitas, antara lain, membaca, melihat/menyimak, menulis, dan

berbicara.3 Kebiasaan membaca perlu ditanamkan sedini mungkin kepada

anak, khususnya ketika masih pendidikan dasar. Pendidikan dasar adalah

bagian awal untuk membangun kebiasaan membaca siswa, dan inilah zona

calon dimana siswa mendapatkan lebih banyak eksposur untuk

1
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No 22 tahun 2006 Tentang Standart Isi.
2
Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 tahun 2015
3
Dewi Utami Fuziah, Panduan Gerakan Literasi di Sekolha Dasar, (Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2016), 2.
4

meningkatkan pengetahuan mereka. Selama usia ini, diyakini bahwa setiap

informasi mudah ditransfer.

Implementasi atau diterapkanya Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

oleh pemerintah juga sebagai bentuk respon dari data evaluasi PISA

(Programme for International Student Assessment) yaitu studi

internasional yang menguji prestasi membaca, matematika, dan sains

siswa. Rendahnya kemampuan literasi siswa di Indonesia dapat dilihat

pada tabel data hasil survei PISA dibawah ini:

Tabel 1.1 Data Hail Survei PISA Tahun 2012, 2015 dan 2018

Tahun Materi yang Skor rata- Peringkat Jumlah


Diujikan rata Negara
partisipan

2012 Membaca 395 62 65


Matematika 375 64
Sains 382 64
2015 Membaca 397 61 69
Matematika 386 63
Sains 403 62
2018 Membaca 371 75 80
Matematika 379 77
Sains 376 76
Sumber: diolah dari hasil laporan PISA (OECD 2018)
5

Dibawah ini kemampuan literasi siswa di Indonesia yang

ditunjukan melalui kurva data hasil survey PISA:

Gambar 1.1 Kurva Data Hail Survei PISA Tahun 2012, 2015

dan 2018

Sumber: OECD 2018

Berpijak pada data empiris tersebut, menunjukkan bahwa

kemampuan literasi siswa di Indonesia masih tergolong rendah. Saat ini

pemerintah mencanangkan program pendidikan yang dijabarkan ke dalam

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang bertujuan untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa dan mutu pendidikan, serta sebagai pembentuk

karakter siswa. Program ini telah digulirkan pada tahun 2015 melalui

peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2015.

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini sendiri mewajibkan siswa membaca

buku non pelajaran selama 10-15 menit sebelum pembelajaran dimulai

dengan tujuan menumbuhkan budaya membaca dan menulis bagi warga


6

sekolah baik itu kepala sekolah, guru, dan peserta didik yang berujung

pada kemampuan memahami informasi secara analisis, kritis, dan reflektif.

Melalui kegiatan litersi ini diharapkan dapat menghasilkan individu yang

berkemampuan literasi tinggi baik dalam hal literasi membaca,

matematika, sains dan khususnya sebagai pembentuk karakter siswa.

Gerakan ini juga sebagai upaya mewujudkan salah satu dari 9

agenda prioritas (Nawacita), yaitu point kedelapan tentang revolusi

karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum dalam

rangka mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui penguatan nilai-nilai

religious, jujur, toleransi, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri,

demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,

menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar

membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, serta tanggung jawab,

pemerintah memandang perlu adanya penguatan pendidikan karakter. Hal

ini dapat berdampak pada pendidikan karakter siswa yang dapat menjadi

kebiasaan. Menurut Kesuma (2011) pendidikan karakter merupakan

sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh

kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam

perilaku kehidupan tersebut. Pendidikan karakter kini marak dilakukan di

sekolah-sekolah salah satunya yaitu di implementasikan dalam Gerakan

Literasi sekolah (GLS) hingga ke pembelajaran. Selain di sekolah karakter

juga harus ditanamkan dilingkungan keluarga dan masyarakat. Hal ini

mengingat pembentukan karakter harus dilakukan secara terus menerus


7

karena memerlukan proses yang relative lama sehingga karakter yang

dimiliki oleh individu dapat mendarah daging.

Berikut ini karakter mandiri siswa menurut Menurut Desmita (2009);

mengatakan bahwa ciri-ciri individu yang memiliki kemandirian adalah. 1)

Dapat menemukan identitas atau nasib dirinya; 2) Memiliki inisiatif dan

kreatif; 3) Membuat pertimbangan-pertimbangan sendiri dalam bertindak;

4) Bertanggungjawab atas tindakannya; 5) Mampu menahan diri atau

kontrol diri; 6) Dapat mengambil keputusan sendiri.4 Sedangkan individu

yang memiliki karakter kreatif adalah. Menurut Hamzah B. Uno dan

nurdin Mohamad (2011); berpendapat bahwa indikator kreativitas sebagai

berikut: 1) memiliki rasa ingin tahu yang besar; 2) sering mengajukan

pertanyaan yang berbobot; 3) memberikan banyak gagasan dan usul

terhadap suatu masalah; 4) mampu menyatakan pendapat secara spontan

dan tidak malu-malu; 5) mempunyai atau menghargai rasa keindahan; 6)

mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah

terpengaruh oleh orang lain; 7) memiliki rasa humor yang tinggi; 8)

mempunyai daya imajinasi yang kuat; 9) mampu mengajukan pemikiran,

gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang lain (orisinal); 10)

dapat bekerja sendiri; 11) senang mencoba hal-hal baru; 12) mampu

mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).5

4
Desmita, Psikologi Perkembangan Anak, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009). 185.
5
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara. 2011). 252.
8

Karakter mandiri dan kreatif yang sudah di deskripsikan oleh para

ahli di atas dianggap penting dan perlu dilakukan penelitian pada siswa,

karena kedua karakter tersebut dibutuhkan untuk pemebntukan karakter

mandiri dn kreatif siswa dalam implementasi Gerakan Literasi Sekolah

(GLS) maka dari itu peniliti akan melakukan penelitian di SD Islam

Sabilillah Kota Malang dan SD Indonesia Interactive Standart School

Malang Hasil wawancara dengan guru kelas 3 bahwa bahwa implementasi

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SD Sabilillah terjadwal satu minggu

sekali dengan durasi waktu 15 menit sebelum memulai pelajaran, yakni

dilaksanakan pada hari selasa untuk kelas bawah (kelas 1- kelas 3), dan

pada hari kamis untuk kelas atas (kelas 4 - kelas 6) dengan prosedur

pelaksaan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yaitu, pada minggu

pertama siswa membaca buku cerita, minggu kedua menulis cerita yang

sudah dibaca pada minggu sebelumnya, pada minggu ketiga siswa

membaca cerita, minggu keempat yakni siswa membuat karya. Sedangkan

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang di terapkan oleh SD IISS adalah

satu minggu sekali pada jam mata pelajaran language, dari dua sekolah

yang ada di Kota Malang maka peneliti ingin mengetahu bagaimana

implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai pembentuk karakter

(mandiri dan kreatif) siswa.

Berdasarkan kajian yang ingin diteliti oleh peneliti di atas. Kajian

tentang kebijakan Gerakan literasi sekolah sudah banyak yang melakukan,

diantaranya, Apridhona, 2019; Binasdevi, 2019; dan Nuril, 2017. Selain itu
9

penelitian yang berhubungan dengan Literasi Sekolah sebagai pembentuk

karakter siswa juga terdapat pada penelitian milik Respati; 2018, Ariyanti;

2018 tentang keterkaitan pendidikan karakter melalui pembelajaran literasi

kritis. Dan milik Nilalohita; (2018) dengan fokus penelitian terhadap

budaya literasi dalam pembentukan karakter. Apridhona; (2019) meneliti

tentang implementasi kebijakan gerakan literasi sekolah pada jenjang

Sekolah Dasar di Kabupaten Malang. focus penelitian Apridhona tentang

bagaimana aplikasi GLS dan apa saja hambatan-hambatan dalam

penerapan GLS. Binasdevi; (2019) dengan judul hubungan kegiatan

literasi sekolah dan motivasi belajar melalui mediasi kemampuan berfikir

kritis dengan prestasi belajar matematika. Pada tesis ini menganalisis

hubungan gerakan litersi sekolah dengan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran matematika, dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif,

dengan hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat

positif signifikan dengan motivasi dan hasil belajar matematika. Nuril;

(2017) dengan judul, Internalisasi Nilai-Nilai Pendidika Karakter Dalam

Gerakan Literasi Sekolah di MI Kota Malang. Pada tesis ini membahas

tentang internalisasi pendidikan karakter dalam gerakan literasi sekolah,

tetapi tidak semua pendidikan karakter di internalisasikan, yang di

internalisasikan hanya pendidikan karakter (displin, kreatif, rasa ingin

tahu, menghargai prestasi, gemar membaca, serta tanggung jawab).

Melihat pentingnya gerakan literasi sekolah dalam membentuk

karakter siswa yang telah menjadi tuntutan dari kurikulum 2013, maka
10

peneliti akan meneliti implementasi Gerakan literasi sekolah sebagai

pembentuk karakter (mandiri dan kreatif) siswa di SDI Sabilillah dan SD

Indonesia Interactive Standart School Kota Malang.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan diatas, maka yang

menjadi fokus penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana implementasi gerakan literasi sekolah di SDI Sabilillah?

2. Bagaimana implementasi gerakan literasi sekolah dapat membentuk

karakter mandiri dan kreatif siswa di SDI Sabilillah ?

3. Bagaimana implementasi gerakan literasi sekolah di SD IISS?

4. Bagaimana implementasi gerakan literasi sekolah dapat membentuk

karakter mandiri dan kreatif siswa di SD IISS?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan susunan fokus penelitian diatas, adapun tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis implementasi gerakan

literasi sekolah di SDI Sabilillah?

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis implementasi gerakan

literasi sekolah dapat membentuk karakter mandiri dan kreatif siswa

di SDI Sabilillah ?

3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis implementasi gerakan

literasi sekolah di SD IISS?


11

4. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis implementasi gerakan

literasi sekolah dapat membentuk karakter mandiri dan kreatif siswa

di SD IISS?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi kontruktif

terhadap lembaga pendidikan. Adapun secara detail, manfaat dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah

khazanah atau pengetahuan khususnya di dalam proses pelaksanaan

Implementasi Gerakan Literasi Sekolah sebagai pembentuk karakter

siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat diginakan sebagai bahan

informasi bagi lembaga pendidikan sekolah, mengenai

pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah sebagai pembentuk

karakter siswa.

b. Bagi pendidik dan tenaga kependidikan

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan

informasi bagi guru agar selalu berupaya melakukan inovasi dalam

proses penerapan Gerakan Literasi Sekolah sebagai pembentukan

karakter mandiri dan kreatif siswa.


12

c. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi mereka

yang berminat untuk menindaklanjuti hasil penelitian yang

berbeda dan dengan sampel penelitian yang lebih banyak.

E. Penelitian Terdahulu dan Orisisnalitas Penelitian

Berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,

peneliti telah menelusuri penelitian-penelitian yang memiliki kaitannya

dengan implementasi gerakan literasi sekolah (GLS). penelitian-penelitian

tersebut antara lain sebagia berikut:

Pertama, penelitian yang dilakukan Yulisa Wandasari yang berjudul

“Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Sebagai Pembentuk

Pendidikan Berkarakter”.6 Hasil penelitianya, gerakan literasi sekolah

dapat mengakses, memahami, dan menggunakan melalui membaca.

Implementasi keaksaraan sekolah gerakan di SMK Negeri 1 Tanah Abang

berjalan dengan baik dan mampu meningkatkan pendidikan berkarakter

dengan melibatkan komunitas sekolah, yaitu kepala sekolah, guru, dan

peserta didik.

Kedua, penelitian yang dilakukan Reny Nuril Hidayati dengan

judul, “Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Gerakan

Literasi Sekolah Pada Siswa Kelas 2 di Sekolah Dasar Muhammadiyah 9

6
Yulisa Wandasari, Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Sebagai Pembentuk
Pendidikan Berkarakter, jurnal manajemen, kepemimpinan, dan supervisi pendidikan, Vol.1. Juli-
Desember 2017, 9.
13

Kota Malang”.7 Penelitian ini membahas tentang internalisasi nilai-nilai

pendidikan karakter yang ada dalam gerakan literasi sekolah seperti

kegiatan membaca dan menulis sejak dini agar menjadi pembelajar

sepanjang hayat, buku yang dibaca bukan merupakan buku teks pelajaran

namun buku non pelajaran, dengan adanya kegiatan membaca siswa

mampu memiliki karakter disisplin, kreatif, rasa ingin tahu yang tinggi,

menghargai prestasi teman, bersahabat, serta komunikatif.

Ketiga, penelitian yang dilakukan Nurasih Hasanah dengan judul

“Program Literasi Sekolah dalam Meningkatkan Kedisplinan Siswa SMA

Negeri 8 Yogyakarta”.8 Dalam penelitian ini membahas tentang jenis-jenis

program literasi sekolah dalam meningkatkan salah satu karakter siswa

yaitu karakter disiplin siswa kelas X dan XI yaitu dengan membaca buku

non pelajaran dan mebaca kitab suci Al-Qur’an, menulis rangkuman, serta

menulis essay. Sedangkan upaya guru BK dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa meliputi literasi menulis, bimbingan konseling, dan

home visit.

Keempat, penelitian yang dilakukan Hawa Ajeng Trisnawati

dengan judul “Pelaksanaan Kegiatan Literasi dalam Pembentukan

Karakter Siswa di Sekolah Tara Salvia Ciputat (Analisis Deskriptif Pada

7
Reny Nuril Hidayati, Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Gerakan
Literasi Sekolah Pada Siswa Kelas 2 di Sekolah Dasar Muhammadiyah 9 Kota Malang.
Skripsi,Jurusan PGMI, Fakultas Tarbiyah, UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang. 2017.
8
Nurasih Hasanah, Program Literasi Sekolah dalam Meningkatkan Kedisplinan Siswa
SMA Negeri 8 Yogyakarta, Skripsi, Jurusan Bimbingan Konseling Islam, UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta, 2016.
14

Siswa Kelas Rendah Sekolah Dasar Tara Salvia Ciputat) ”.9 Penelitian ini

bertujuan untuk dapat mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan literasi

dalam pembentukan karakter siswa di Sekolah Dasar Tara Salvia Ciputat.

Penelitian ini menggunakan penelitian kombinasi (mixed methods),

dimana dalam penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu kualitatif

dan kuantitatif untuk menghasilkan kesimpulan permasalahan yang lebih

akurat dan persuasif. Metode penelitian ini adalah metode naturalistik,

dimana metode ini akan dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural

setting) dengan melakukan observasi menyeluruh pada sebuah latar

tertentu tanpa mengubahnya sedikit pun. Hasil penelitian menunjukan

bahwa kegiatan-kegiatan membaca dalam upaya melaksanakan kegiatan

literasi di sekolah sudah berjalan sejak awal berdirinya sekolah. Sekolah

sudah terbiasa dengan kegiatan-kegiatan dalam meningkatkan kemampuan

literasi siswa-siswi, mulai dari kegiatan rutinitas seperti membaca senyap,

DEAR (Drop Everything and Read), reading circle, bahkan sampai

kegiatan yang bersifat tagihan yaitu reading log. Selain kegiatan-kegiatan

yang dilaksanakan, sekolah juga menciptakan lingkungan yang kaya akan

literasi, sehingga siswa-siswi terbiasa dengan lingkungan yang dapat

meningkatkan kemampuan literasi.

Penelitian terakhir, yaitu penelitian yang dilakukan Chitra Sari

Nilalohita, dengan judul “Budaya Literasi Dalam Pembentukan Karakter

Siswa (Analisis Deskriptif pada Siswa Kelas Rendah Madrasah Ibtidaiyah


9
Hawa Ajeng Trisnawati, Pelaksanaan Kegiatan Literasi dalam Pembentukan Karakter
Siswa di Sekolah Tara Salvia Ciputat. Tesis, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2018.
15

Pembangunan UIN Jakarta)”.10 Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan impplementasi budaya literasi di Madrasah Ibtidaiyah

Pembangunan UIN Jakarta khususnya pada siswa kelas rendah. Penelitian

ini juga bertujuan untuk mengetahui pembentukan karakter siswa yang

salah satunya diperoleh melalui budaya literasi. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa budaya literasi telah diimplementasikan di MI

Pembangunan UIN Jakarta pada tahap pembiasaan, yang diterapkan

melalui pembiasaan membaca selama 15 menit, menghadirkan lingkungan

sekolah yang kaya literasi, serta mengoptimalkan fungsi perpustakaan

yang dikemas dalam Gerakan Literasi Madrasah Pembangunan (GLMP).

Tabel 1.2 Orisinalitas Penelitian

No. Nama dan Judul Persamaan Perbedaan Orisinalitas


Penelitian Penelitian
1. Yulisa Wandasari, Mengkaji dan 1. Subjek Implementasi
Implementasi meneliti penelitianya Gerakan
Gerakan Literasi tentang Gerkan yaitu siswa Literasi Sekolah
Sekolah (GLS) Literasi SMK Negeri 1 (GLS) Sebagai
Sebagai Sekolah Jakarta. Pembentuk
Pembentuk sebagai Karakter
Pendidikan Pembentuk (Mandiri dan
Berkarakter Karakter Kreatif) siswa
Siswa. (Studi
Multisitus di
SD Islam
Sabilillah
Malang dan SD
Indonesia

10
Chitra Sari Nilalohita, Budaya Literasi Dalam Pembentukan Karakter Siswa (Analisis
Deskriptif pada Siswa Kelas Rendah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta). Tesis
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017.
16

Interactive
Standart School
Malang)

2. Reny Nuril Mengkaji dan 1. Subyek Implementasi


Hidayati, meneliti peneliti kelas Gerakan
Internalisasi Nilai- tentang Gerkan rendah, serta Literasi Sekolah
nilai Pendidikan Literasi karakter yang (GLS) Sebagai
Karakter dalam Sekolah ditumbuhkan Pembentuk
Gerakan Literasi sebagai kelas rendah Karakter
Sekolah Pada Pembentuk adalah gemar (Mandiri dan
Siswa Kelas 2 di Karakter membaca dan Kreatif) siswa
Sekolah Dasar Siswa. menulis sejak (Studi
Muhammadiyah 9 dini. Multisitus di
Kota Malang. SD Islam
Sabilillah
Malang dan SD
Indonesia
Interactive
Standart School
Malang)

3. Nurasih Hasanah, Mengkaji dan 1. Subjek peneliti Implementasi


Program Literasi meneliti kelas X dan XI Gerakan
Sekolah dalam tentang Gerkan karakter yang Literasi Sekolah
Meningkatkan Literasi diciptakan (GLS) Sebagai
Kedisplinan Siswa Sekolah adalah Pembentuk
SMA Negeri 8 sebagai karakter Karakter
Yogyakarta. Pembentuk disisplin (Mandiri dan
Karakter membaca Kreatif) siswa
Siswa. buku pelajaran (Studi
maupun non Multisitus di
pelajaran, SD Islam
rangkuman, Sabilillah
serta esay. Malang dan SD
Indonesia
Interactive
Standart School
Malang)
17

4. Hawa Ajeng Mengkaji dan 1. Subjek peneliti Implementasi


Trisnawati, meneliti kelas rendah, Gerakan
Pelaksanaan tentang Gerkan karakter yang Literasi Sekolah
Kegiatan Literasi Literasi ditumbuhkan (GLS) Sebagai
dalam Sekolah adalah gemar Pembentuk
Pembentukan sebagai membaca, dan Karakter
Karakter Siswa di Pembentuk membaca (Mandiri dan
Sekolah Tara Karakter senyap Kreatif) siswa
Salvia Ciputat. Siswa. 2. Metode yang (Studi
digunakan Multisitus di
naturalistic SD Islam
Sabilillah
Malang dan SD
Indonesia
Interactive
Standart School
Malang)

5. Chitra Sari Mengkaji dan 1. Subjek peneliti Implementasi


Nilalohita, Budaya meneliti kelas rendah, Gerakan
Literasi Dalam tentang Gerkan karakter yang Literasi Sekolah
Pembentukan Literasi ditumbuhkan (GLS) Sebagai
Karakter Siswa Sekolah adalah Pembentuk
(Analisis sebagai membiasakan Karakter
Deskriptif pada Pembentuk membaca 15 (Mandiri dan
Siswa Kelas Karakter menit setiap Kreatif) siswa
Rendah Madrasah Siswa. hari serta (Studi
Ibtidaiyah mengoptimalk Multisitus di
Pembangunan UIN an fungsi SD Islam
Jakarta). perpustakaan Sabilillah
yang dikemas Malang dan SD
dalam Indonesia
Gerakan Interactive
Literasi Standart School
Madrasah Malang)
Pembangunan
(GLMP).
18

F. Definisi Istilah

Untuk menyamakan persepsi atau pandangan mengenai pengertian

dari judul tesis ini, perlu ditegaskan beberapa istilah yaitu:

1. Gerakan Literasi Sekolah adalah suatu usaha atau kegiatan yang

bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah (peserta didik,

guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, dll),

dan pemangku kepentingan dibawah koordinasi Direktoral Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan yang berupa pembiasaan membaca dan menulis peserta

didik.11

2. Pembentukan Karakter. Kata Karakter berasal dari bahasa Yunani

yaitu charassain yang artinya mengukir. Dapat diartikan juga dengan

bentuk kegiatan mengukir diatas batu yang pada pelaksanaanya tidak

mudah atau gampang.12 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

karakter adalah tabiat, sifat-sifat kejiwaan atau budi pekerti yang dapat

membedakan seseorang dengan yang lain.13

11
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Panduan Gerakan Literasi Sekolah Dasar,
(Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2016, 2.
12
Helaludin, Penguatan Karakter Peserta Didik Melalui Budaya Literasi Karya Sastra,
Seminar Internasional. Journal 2016, 1.
13
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Offline.
19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

1. Pengertian Literasi

Literasi di dalam bahasa latin ialah Literatus yang artinya orang yang

belajar, sedangkan literasi yang kita ketahui atau yang lebih kita sering kenal

sebagai melek aksara atau keberaksaraan dengan pengertian sebgai sebuah

kemampuan seseorang di dalam membaca dan menulis.14

Literasi merupakan kegiatan membaca, berpikir, dan menulis yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memahami informasi secara

kritis, kreatif, dan reflektif.15 Literasi dapat dijadikan sebagai basis

pembelajaran di sekolah, literasi juga dipandang sebagai kemampuan

seseorang dalam membaca dan menulis atau bebas buta huruf.16 Sebuah

lembaga Nasional yaitu National Institute For Literacy menjelaskan bahwa

literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara,

menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan

dalam pekerjaan keluarga dan masyarakat.17 Education Development Center

(EDC) juga turut mengeluarkan pengertian dari literasi, yaitu kemampuan

individu untuk menggunakan potensi serta skill yang dimilikinya, jadi bukan

14
Divisi Kajian Komisi Pendidikan PPI Dunia 2017/2018, “Literasi di Indonesia”,
White Paper, 2018, 12.
15
Suyono, Implementasi Gerakan Literasi Sekolah pada Pembelajaran Tematik di
Sekolah Dasar, Jurnal Ilmu Pendidikan , Vol 12, 2017, 19.
16
Suyono, Implementasi Gerakan Literasi Sekolah pada Pembelajaran Tematik di
Sekolah Dasar.. 20.
17
Divisi Kajian Komisi Pendidikan PPI Dunia 2017/2018, . . 15.
20

hanya kemampuan baca tulis saja. Lebih lanjut lagi, menurut UNESCO

menjelaskan bahwa literasi merupakan keterampilan kognitif dalam membaca

dan menulis yang tidak hanya terkait pada konteks sumber dan cara

pemerolehan keterampilan, hal ini disebabkan pemahaman literasi seseorang

terpengaruh oleh kondisi akademis, lingkungan, unsur-unsur budaya, dan

pengalaman orang tersebut.18

Dari pengertian demikian dapat disimpulkan secara umum bahwa

literasi merupakan kemampuan seseorang dalam mengelola, memahami, dan

memperhatikan informasi ketika mmebaca ataupun menulis. Literasi tidak

hanya saja terpukau pada kegiatan membaca dan menulis saja, namun literasi

juga dapat berhubungan dengan keterampilan berbahasa dengan

membutuhkan kemampuan kognitif tentang jenis dan sumber bacaan yang

dibaca serta isi di dalam becaan tersebut atau budaya yang ada di dalamnya.

Pengertian literasi merupakan kemampuan memahami, mengakses,

menggunakan sesuatu dengan cermat melalui berbagai aktivitas, antara lain

membaca, melihat, menyimak, menulis, dan atau berbicara.19

2. Gerakan Literasi Sekolah

Pengertian Gerakan Literasi Sekolah adalah upaya secara menyeluruh

yang dilakukan untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran

18
Suyono, Implementasi Gerakan Literasi Sekolah pada Pembelajaran Tematik di
Sekolah Dasar, Jurnal Ilmu Pendidikan , Vol 12, 2017, 21.
19
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di
Sekolah Dasar, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), 2.
21

yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.20 Gerakan

Literasi Sekolah juga bisa diartikan dengan usaha kegiatan partisipatif dengan

mengikutsertakan masyarakat sekolah dianutnya, siswa, guru, tenaga

kependidikan, kepala sekolah, pengawas, dan lain sebagainya. Dengan

berkoordinasi bersama Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan yaitu mengenai pembiasaan membaca dan

menulis peserta didik.21 Gerkan Literasi Sekolah dilaksanakan dengan

mengintegrasikanya dengan kegiatan kurikuler, kokurikuler dan

ekstrakurikuler. Pelaksanaanya dapat dilakukan di dalam kelas atau di luar

kelas yang didukung oleh orang tua dan masyarakat, kemudian kegiatan

literasi yang kita ketahui adalah kegiatan dengan aktivitas membaca dan

menulis. Namun, telah disebutkan di dalam Deklrasi Praha pada tahun 2003

yang menjelaskan tentang literasi merupakan kegiatan dimana seseorang

dapat menjalin komunikasi bersama masyarakat yang lain. Arti literasi

merupakan aplikasi interaksi sosial yang berhubungan dengan bahasa,

pengetahuan dan kebiasaan atau budaya.22

Di dalam maklumat UNESCO disebutkan bahwa literasi informasi

berhubungan dengan kemahiran untuk memilih, mengenali, menilai,

menemukan, menciptakan sesuatu secara efektif dan terorganisasi untuk

menyelesaikan problem. Kemahiran itu harus dimiliki oleh setiap individu

20
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di
Sekolah Dasar. . . 2.
21
Yulisa Wandasari, “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai Pembentuk
Pendidikan Berkarakter”, Jurnal Manajemen 1, Vol 1, 2017, 19.
22
Yulisa Wandasari, “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah . . . 21
22

untuk berperan dalam masyarakat, itu merupakan kebebasan dasar manusia

terkait pembelajaran seumur hidup.23

Gerakan Literasi Sekolah memegang bantuan sosial dari beberapa

komponen, usaha-usaha yang dilakukan untuk pencapaianya berupa

pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan diawali dengan kegiatan

membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai (guru membacakan buku

dan warga sekolah membaca dalam hati, yang disesuaikan dalam konteks atau

target sekolah).24 Setelah pembiasaan membaca terlaksana dan sudah

terbentuk, kemudian akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan

pembelajaran. Hal ini telah disebutkan di dalam buku panduan Gerakan

Literasi Sekolah. Ragam aktivitas dapat berupa kombinasi peningkatan

keterampilan reseptif maupun produktif.

Dalam pengaplikasiaanya, pada waktu-waktu yang terencana,

dilakukan assessment agar pengaruh dari Gerakan Literasi Sekolah dapat

diketahui dan selalu dikembangkan. Gerakan Literasi Sekolah dapat diketahui

dan selalu dikembangkan. Gerakan Literasi Sekolah diharapkan dapat

memobilisasi atau mengaktifkan warga sekolah, dan masyarakat untuk

memegang, melakukan, dan mewujudkan gerakan ini menjadi bagian yang

penting disepanjang hayat.25

23
Suyono, Implementasi Gerakan Literasi Sekolah pada Pembelajaran Tematik di
Sekolah Dasar, Jurnal Ilmu Pendidikan , Vol 12, 2017, 330.
24
Suyono, Implementasi Gerakan Literasi Sekolah pada Pembelajaran Tematik di
Sekolah Dasar, . . . 331
25
Yulisa Wandasari, “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai Pembentuk
Pendidikan Berkarakter”, Jurnal Manajemen 1, Vol 1, 2017, 331.
23

3. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah

Pelaksanaan Program Gerakan Literasi tentunya memiliki tujuan agar

menjadikan siswa memiliki karakter mulia yang tertanam di dalam dirinya

dan juga merupakan sebagai wadah untuk menghadirkan berbagai buku

bacaan, Gerakan Literasi Sekolah memiliki tujuan umum dan khusus sebagai

berikut.26

1) Tujuan Umum

Mengembangkan budi pekerti siswa dengan membudayakan

ekosistem literasi sekolah melalui Gerakan Literasi Sekolah agar mereka

menjadi pembelajar sepanjang hayat.

2) Tujuan Khusus

a) Membangun budaya literasi di lingkungan sekolah

b) Meningkatkan daya serap warga sekolah dalam hal membudayakan

membaca.

c) Membentuk tempat pendidikan untuk tempat belajar yang

mengasyikkan serta ramah anak agar masyarakat yang ada di sekolah

mampu mengelola pengetahuan.

d) Memperhatikan kelanjutan dari pembelajaran dengan mendatangkan

berbagai macam buku bacaan dan menampung berbagai strategi

dalam membaca.

26
Indonesia dan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, panduan gerakan
literasi sekolahdi jenis sekolah, . .12.
24

4. Tahapan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar

Dalam jangka panjang, Gerakan Literasi Sekolah dilaksanakan

dalam tiga tahap, yaitu tahap pembiasaan, pengembangan, dan

pembelajaran.27

1) Tahap pertama, yaitu dimulai dari kegiatan pembiiasaan membaca yang

mengasyikkan dan membuat senang siswa di sekolah. Hal ini dilakukan

agar minat siswa dan minat warga sekolah meningkat dalam hal

membaca. Minat dalam hal membaca merupakan sesuatu yang

fundamental khususnya untuk menumbuhkan peningkatan literasi

siswa.

2) Tahap kedua, dengan melakukan pengembangan minat baca untuk

meningkatkan kemampuan literasi. Hal ini bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkanya

dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan

komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi bacaan

pengayaan.

3) Tahap ketiga, dengan melakukan kegiatan pelaksanaan pembelajaran

berbasis literasi. Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran bertujuan

mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkanya

dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan

komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi teks buku

bacaan pengayaan dan buku pelajaran. Dalam tahap ini ada tagihan
27
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di
Sekolah Dasar, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), 2.
25

yang sifatya akademis (terkait dengan mata pelajaran). Kegiatan

membaca pada tahap ini untuk mendukung pelaksanaan kurikulum

2013 yang mensyaratkan peserta didik membaca buku non tekas

pelajaran yang dapat berupa buku tentang pengetahuan umum,

kegemaran, minat khusus, atau tekas multi modal, dan dapat juga

dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu sebanyak 6 buku bagi siswa

SD, 12 buku bagi Siswa SMP, dan 18 buku bagi Siswa SMA/SMK.

Buku laporan kegiatan membaca pada tahap pembelajaran ini

disediakan oleh wali kelas.28

Pada Tabel 2.1 berikut dipaparkan tahap dan kegiatan literasi

sekolah:

Tabel 2.1 Tahapan Kegiatan Literasi

TAHAPAN KEGIATAN
PEMBIASAAN 1. Dimulai dari membaca 15 menit
sebelum pelajaran dumulai dengan
kegiatan membaca buku dengan
nyaring (read aloud) atau membaca di
dalam hati (sustained silent reading).
2. Membentuk lingkungan yang kaya
literasi, diantaranya: (1) mengadakan
tempat baca yang berupa buku bacaan
seperti perpustakaan, sudut baca
dikelas, stempat baca yang nyaman
dan menyenangkan. (2) peningkatan
atau perluasan sarana yang lain seperti
kantin, Unit Kesehatan Sekolah dan
taman yang indah. (3) pengadaan
beberpa koleksi teks cetak, digital,
visual, maupun multimedia yang
mudah diakses oleh seluruh warga di
sekolah; (4) pengajaran bahan kaya
28
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di
Sekolah Dasar, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), 5.
26

teks (print-rich-materials).
PENGEMBANGAN 1. Dimulai dengan 15 menit sebelum
pelajaran di kelas melalui kegiatan
membaca buku dengan nyaring,
membaca dalam hati, membaca
beriringan, dan atau membaca terpadu
diikuti kegiatan lain dengan tagihan
non akademik. Contoh: membuat peta
cerita (story map), menggunakan
graphic organizers, bincang buku.
2. Menumbuh kembangkan lingkungan
yang kaya akan literasi, menjadikan
ekosistem sekolah yang memiliki
kegemaran terhadap membaca untuk
memperoleh pengetahuan melalui
berbagai kegiatan, diantaranya: (a)
apresiasi untuk perilaku yang baik,
peduli terhadap lingkungan sekitar,
dan semangat dalam hal belajar,
apresiasi dilakukan pada saat upacara
hari senin atau hari-hari lainya. (b)
aktivitas akademik yang membawa
terciptanya budaya literasi di
lingkungan sekolah seperti belajar
dikebun, belajar di lingkungan sekitar
sekolah, perpustakaan daerah, dan
taman baca masyarakat.
3. Pengembangan literasi dengan
beberapa kegiatan diperpustakaan
sekolah atau perpustakaan
kota/daerah, taman bacaan, sudut baca
kelas diantaranya (a) membaca buku
dengan nyaring, membaca buku dalam
hati, membaca beriringan (shared
reading), membaca terpandu (guided
reading), melihat film pendek,
membaca tekas visual/digital (materi
dari internet); (b) siswa merespon teks
berupa teks cetak, digital, visual, fiksi,
dan nonfiksi, dengan berbagai
kegiatan seperti menggambar,
membuat peta konsep, berdiskusi, dan
bebrbincang dengan buku.
PEMBELAJARAN 1. Pada tahap pembelajaran ini hal yang
dilakukan sudah mencakup
pembiasaan dan pengembangan yaitu
27

dari kegiatan membaca 15 menit


sebelum pembelajaran dimulai sampai
kegiatan pembelajaran membaca yang
lain.
2. Kegiatan literasi dalam pembelajaran,
disesuaikan dengan tagihan akademik
di kurikulum 2013.
3. Melakukan berbagai strategi membaca
dalam memahami beberapa teks
dalam semua mata pelajaran
(misalnya, dengan menggunakan
graphic organizers).
4. Memanfaatkan lingkungan fisik,
sosial afektif, dan akademik disertai
beragam bacaan (cetak, visual,
auditori, digital) yang kaya akan
literasi di luar buku tekas pelajaran
untuk memperbanyak dan
memperkaya pengetahuan.

5. Komponen Gerakan Literasi

Literasi bukan hanya kegiatan membaca dan menulis saja, namun

mencakup keterampilan untuk berpikir dengan menggunakan berbagai

literatur atau sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk visual, cetak, digital,

dan auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai literasi

informasi. Berikut merupakan berbagai komponen literasi dasar:

1) Literasi Dini (Early Literasi). Kemampuan atau keahlian dalam

mempelajari, menguasai bahan lisan, dan berkomunikasi melalui gambar

dan lisan yang terbentuk oleh pengalaman dalam berinteraksi dengan

lingkungan sosial. Pengalaman peserta didik yang menggunakan bahasa

ibu atau bahasanya sendiri menjadi fondasi dalam literasi.

2) Literasi Dasar (Basic Literacy). Kecakapan dalam hal mendengar, bicara,

membaca, menulis, dan menghitung (counting) yang berhubungan


28

dengan keahlian analisis untuk menghitung (calculating),

mempersepsikan atau mengenal informasi (perceiving),

mengomunikasikan, serta mengilustrasikan informasi (drawing)

berdasarkan kepada pemahaman pribadi.

3) Literasi Perpustakaan (Library Literacy). Memberi pemahaman tentang

cara untuk membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan dan

menggunakan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey

Decimal System sebagai pengetahuan yang mampu memudahkan dalam

pemanfaatan perpustakaan, memahami dalam penggunaan katalog

dan pengindeksasian.29

6. Prinsip-Prinsip Literasi Sekolah

1) Prinsip-prinsip Gerakan Literasi Pada Tahap Pembiasaan

a) Buku bacaan yang digunakan adalah buku non pelajaran.

b) Buku bacaan yang digunakan adalah buku yang menarik minat

siswa. Siswa dibolehkan untuk membawa buku dari rumah untuk

bacaan di sekolah.

c) Kegiatan membaca pada tahap pembiasaan tidak dilakukan

dengan memberikan tugas menghafal cerita, menulis dan lain-lain

d) Pada tahap ini kegiatan membaca dapat diikuti dengan melakukan

diskusi mengenai buku yang dibaca/ dibacakan, atau kegiatan

29
Sutrianto,dkk. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas,
(Jakarta:Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2016), hal 5-6
29

yang menyenangkan lainnya. Tanggapan dalam diskusi tidak

dinilai/dievaluasi.

e) Kegiatan dalam tahap pembiasaan dilakukan dengan santai dan

menyenangkan.

f) Guru menyapa peserta didik , bercerita kemudian meminta

mereka untuk membaca buku.

2) Prinsip-prinsip Gerakan Literasi Pada Tahap Pengembangan

a) Buku bacaan yang digunakan adalah buku non pelajaran.

b) Buku bacaan yang digunakan adalah buku yang menarik minat

siswa. Siswa dibolehkan untuk membawa buku dari rumah untuk

bacaan di sekolah.

c) Siswa dibolehkan untuk membawa buku dari rumah untuk bacaan

di sekolah.

d) Kegiatan membaca pada tahap pembiasaan dapat

dilakukan dengan memberikan tugas menghafal

cerita, menulis dan lain-lain.

e) Menelaah bacaan yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan

sepeeti menggambar , menulis, dan seni gerak serta peran.

f) Evaluasi dalam diskusi berupa tanggapan-tanggapan yang

dilakukan peserta didik terhadap buku yang mereka baca yang

berupa non-pelajaran dan memperhatikan sikap peserta didik

dalam kegiatan tersebut.

g) Penilaian dalam bentuk komentar dan masukan untuk peserta didik


30

agar termotivasi.

h) Kegiatan membaca dilakukan dengan suasana mengasyikkan.

3) Prinsip-prinsip Gerakan Literasi Sekolah pada Tahap

Pembelajaran

a) Kegiatan pada tahap pembelajaran ini disesuaikan dengan

kemampuan literasi peserta didik.

b) Kegiatan berupa membaca bervariasi , dilakukan dengan

memberikan keseimbangan dalam hal membaca sendiri. Di

bacakan oleh guru,membaca dengan panduan , membaca

beriringan atau bersama.

c) Pemanfaatan terhadap buku yang bersifat fiksi dan non fiksi dalam

memperkaya pemahaman peserta didik terhadap materi ajar dan

buku teks pelajaran.

d) Pembelajran memperhatikan terhadap proses. Peserta didik

membagi dan berdiskusi tentang hasil pekerjaannya agar dapat

masukan dari guru dan teman.

e) Kegiatan dalam hal menanggapi bacaan serta keberagaman gaya

belajar peserta didik.

7. Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah

Sekolah harus memiliki strategi dalam menanamkan budaya literasi

sebagai berikut.30

30
Beers, dkk, A Principla’s guide to Literacy Instructionsebagaimana dikutip oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Kementrian Pendidikan dan Ekbudayaan,
Desain Induk Gerakan Literassi Sekolah . hlm 12-13
31

1) Lingkungan fisik yang ramah literasi

Lingkungan adalah hal yang mulanya akan di jumpai oleh warga

sekolah. Sehingga lingkungan itu sendiri harus memiliki wajah yang

ramah dan kondusif untuk kegiatan pembelajaran. Sekolah hendaknya

mengembangkan budaya Literasi dengan memamerkan hasil karya

siswa yang dipajang di area sekolah, srta tidak lupa untu

menggantinya secara rutin agar semua siswa dapat memiliki bagian

untuk diapresiasi. Selain itu, siswa harus memiliki minat untuk

mengakses buku-buku bacaan di setiap sudut baca kelas, kantor,

dan area lain di sekolah. Ruang Kepala Sekolah hendaknya dipajang

dengan hasil karya siswa untuk memberikan kesan bahwa sekolah

memiliki komitmen terhadap budaya Literasi

2) Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai

model komunikasi dan interaksi yang literat

Pembangunan Komunikasi dan interaksi seluruh warga sekolah

dibangun untuk menciptakan Lingkungan sosial dan afektif. Hal ini

diperoleh dari pengakuan atas pencapaian siswa sepanjang tahun.

Penghargaan di berikan ketika seluruh warga sekolah sedang

berkumpul seperti pada saat upacara bendera setiap minggunya.

Prestasi disini bukanlah prestasi akademik saja tetapi juga sikap, dan

upaya siswa.

Oleh karena itu setiap siswa memiliki kesempatan untuk

memperoleh penghargaan dari semua sekolah. Pimpinan sekolah


32

selayaknya berperan aktif dalam menggerakkan literasi, antara lain dengan

membangun budaya kolaboratif antarguru dan tenaga kependidikan.

Dengan demikian, setiap orang dapat terlibat sesuai kepakaran masing-

masing. Peran orang tua dalam membantu gerakan literasi akan semakin

memberikan kekuatan kepada sekolah dalam pengembangan budaya

literasi.

3) Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat

Lingkugan fisik, sosial, dan afektif berhubungan dengan lingkungan

akademik, dapat dilihat dari pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah. Dalam

hal ini, kegiatan literasi memiliki alokasi waktu yang banyak. Contohnya

adalah kegiatan 15 menit sebelum pembelajaran dimulai dimulai dengan

guru guru membacakan buku dengan nyaring danpeserta didik yang

membaca dalam hati.

B. Pembentukan Karakter

1. Pengertian Karakter

Secara etimologis, kata karakter (Inggris: character) berasal dari

bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang berarti “to engrave”.

Kata “to engrave” bisa diterjemahkan mengukir, melukis,

memahatkan, atau menggoreskan. Di dalam kamus besar bahasa

indonesia karakter berati tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi

pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak.

Karakter juga bisa disebut sebagai huruf, angka, ruang, simbol khusus
33

yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik.31 Orang yang

berkarakter berarti orang tersebu memiliki kepribadian yang baik dari

perilaku, sifat, martabat yang mulia.32

Dengan penjelasan itu bisa diketahui bahwa karakter identik

dengan kepribadian akhlak. Kepribadian adalah sebuah ciri atau sifat

khas yang bersumber dari lingkungan keluarga di masa kecil dan juga

bawaan sejak lahir. Terdapat kelompok orang yang memiliki pendapat

bahwa tingkah baik dan buruk manusia itu sudah bawaan dari lahir.

Jika yang di bawa sejak lahir itu baik maka akan memiliki karakter

yang baik, sedangkan jika yang di bawa sejak lahir itu jelek maka

manusia akan memiliki karakter jelek.apabila pendapat kelompok

orang itu benar maka tidak ada gunanya ada pendidikan karakter,

karena tidak mungkin karakter orang bisa berubah karena sudah taken

for granted. Sementara itu kelompok orang yang lain memiliki

perbedaan pendapat bahwa karakter itu bisa dirubah dan dibentuk bisa

dibentuk serta diupayakan,sehingga pendidikan karakter mampu

menjadikan bermakna agar manusia dapat dibawa untuk memiliki

karakter yang baik.33

Secara terminologis, menurut Thomas Lickona, Karakter adalah “A

reliable inner disposition to respond to situations in a morally good

31
Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat bahasa, 2008, hlm 680
32
Helaluddin, Penguatan Karakter Peserta Didik Melalui Budaya Literasi Karya Sastra,
seminar internasinal journal, 2016. 250.
33
Helaluddin, Penguatan Karakter Peserta Didik Melalui Budaya Literasi Karya Sastra,
seminar internasinal journal, 2016. 250.
34

way.” Selanjutnya Lickona menambahkan, “Character so conceived

has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral

behavior”. Menurut Lickona, karakter mulia (good character)

meliputi pengetahuan tentang kebaikan (moral khowing), lalu

menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan (moral feeling), dan

akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (moral behaviour). Dengan

kata lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan

(cognitives), sikap (attitides), dan motivasi (motivations), serta

perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills).34

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa karakter identik

dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku

manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik

dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya, dengan dirinya, dengan

sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud

dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan

norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.

Dari konsep karakter ini muncul konsep pendidikan karakter

(character education). kehendak (niat) sebagai awal terjadinya akhlak

(karakter) pada diri seseorang, jika kehendak itu diwujudkan dalam

bentuk pembiasaan sikap dan perilaku.35 Terminologi pendidikan

karakter mulai dikenalkan sejak tahun 1900- an. Thomas Lickona

dianggap sebagai pengusungnya, terutama ketika ia menulis buku


34
Yulisa Wandasari, “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Sebagai Pembentuk
Pendidikan Berkarakter” Journal Manajemen 1, No 1, 2017, 19.
35
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), Jakarta: bulan bintang.2012. Hlm 62
35

yang berjudul The Return of Character Education dan kemudian

disusul bukunya, Educating for Character: How Our School Can

Teach Respect and Responsibility.36

Melalui buku-buku itu, ia menyadarkan dunia Barat akan

pentingnya pendidikan karakter. Pendidikan karakter menurut Lickona

mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing

the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan

kebaikan (doing the good).37

Jadi, pendidikan karakter harus menjadi gerakan nasional yang

menjadikan sekolah sebagai agen untuk membangun karakter siswa

melalui pembelajaran dan pemodelan. Melalui pendidikan karakter,

sekolah harus berpretensi untuk membawa peserta didik memiliki

nilai-nilai karakter mulia seperti hormat dan peduli pada orang lain,

tanggung jawab, memiliki integritas, dan disiplin. Di sisi lain

pendidikan karakter juga harus mampu menjauhkan peserta didik dari

sikap dan perilaku yang tercela dan dilarang.

Pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar

dan mana yang salah kepada anak, tetapi lebih dari itu pendidikan

karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik

sehingga peserta didik paham, mampu merasakan, dan mau

melakukan yang baik. Dengan demikian, pendidikan karakter

36
Thomas Lickona, Educating for Character. Hoe Our School can teach Respect and
Responsibility, (New York:Bantam Bookdd, 1991), hlm 6
37
Thomas Lickona, Educating for Character.. . .51
36

membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan

moral.

2. Prinsip Pendidikan Karakter

Berikut ini prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan

pendidikan nilai atau karakter bangsa, yaitu:38

a) Nilai dapat diajarkan atau memperkuat nilai-nilai luhur budaya

bangsa melalui olah pikir, olah rasa, olah krasa, olah qolbu, dan

olah raga dihubungkan dengan obejek yang dipelajari yang

terintergrasi dengan materi pelajaran, seperti yang terdapat dalam

model-model Biologi dan ayat Kauniyah lainnya. Sains tidak bebas

nilai, tetapi mengandung nilai-nilai Intrinsik: Praktis, Religi, Sosio-

Politik, Intelektual, dan nilai Pendidikan yang dapa di tanamkan

kepada peserta didik yang dapat dibelajarkan kepada peserta didik.

b) Proses perkembangan nilai-nilai karakter bangsa dilakukan melalui

setiap mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan pembelajran

(intrakulikuler dan ekstrakulikuler).

c) Proses pengembangan nilai-nilai karakter bangsa merupakan proses

yang berkelanjutan sejak peserta didik masuk dalam satuan

pendidikan.

d) Dialog atau diskusi tentang berbagai amtsal (perumpamaan) objek

yang dipelajari untuk melakukan olah pikir, olah rasa olahraga ,

38
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di
Sekolah Dasar, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2016.
37

olahqolbu untuk memenuhi tuntutan dan munculnya kesadaran diri

sebagai hamba Allah, anggota masyarakat dan bangsa maupun

warga negar, dan sebagai bagian dari lingkungan tempat hidupnya.

Dengan demikian tertanamlah nilai intelektual, nilai religi, nilai

sosio-politik, nilai pendidikan, nilai praktis bagi peserta didik

terhadap objek yang dipelajari.

e) Program pengembangan dirinya melalui kegiatan. rutin atau budaya

sekolah, keteladanan, kegiatan spontan pada saat kejadian,

pengkodisian, dan pengintregasian pendidikan nilai atau karakter

dengan materi mata pelajaran, serta merujuk kepada pengembangan

Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran melalui olah pikir, olah

rasa, olah qolbu, olah karsa dan olah raga untuk menggali dan

mengmbangkan nilai praktisnya ke jenjang nilai intelektual, nilai

pendidikan, nilai sosio-politik, dan nilai religinya sebagimana

ditunjukkan dalam bagan di atas. Demikian pula setiap Kompetensi

Dasar memiliki pengembangan satu atau lebih nilai dan setiap nilai

memilki satu atau lebih indkator yang menjadi tugas Guru dalam

membuat Silabus.

3. Macam Pembentukan Karakter.

Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian

Pendidikan Nasional berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter,


38

telah mengidentifikasi 18 pembentukan karakter diantaranya adalah.39

a. Religious

b. Jujur

c. Toleransi

d. Disiplin

e. Kerja Keras

f. Kreatif

g. Mandiri

h. Demokratis

i. Rasa Ingin Tahu

j. Semangat Kebangsaan

k. Cinta Tanah Air

l. Menghargai Prestasi

m. Bersahabat/Komunikatif

n. Cintai Damai

o. Gemar Membaca

p. Peduli Lingkungan

q. Peduli Sosial

r. Tanggung Jawab

Adapun indikator keberhasilan terbentuknya karakter dicontohkan pada

39
Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya
untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa, oleh Pusat Kurikulum Departemen
Pendidikan Nasional, 2010. Diakses 1 Mei 2020.
39

tabel sebagai berikut.40

Tabel 2.2 Indikator keberhasilan pembentukan Karakter

No Nilai Indikator
1 Religious a. Memberi ucapan salam
b. Berdoa sebelum serta sesudah
kegiatan belajar
c. Beribadah
d. Ikut serta dalam hari besar
keagamaan
2 Jujur a. Mengerjakan tugas dengan baik
b. Tidak menyontek atau memberikan
contekan
c. Ada koperasi kejujuran atau kantin
kejujuran
d. Melaporkan kegiatan sekolah dngan
transparan
e. Perekrutan siswa dengan adil dan
bijaksana
f. Melakukan sistem penilaian dengan
jujur
3 Toleransi a. Tidak membeda-bedakan agama,
suku, ras, dan golongan
b. Menghargai perbedaan
4 Disiplin a. Hadir tepat waktu
b. Menegakkan prinsip dengan
memberikan hukuman bagi
pelanggar dan hadiah bagi yang
berprestasi
c. Menjalankan tata tertib sekolah
5 Kerja Keras a. Pembelajaran menantang
b. Warga sekolah didorong untuk
berprestasi
c. Berkompetisi dengan baik
d. Menghargai penghargaan siswa
6 Kreatif a. Menciptakan ide baru
b. Menghargai karya
c. Membangun suasana belajar untuk

40
Agus Zaenal Fitri . . . 39-43
40

membangun kreatifitas
7 Mandiri a. Membimbing siswa untuk dapat
bekerja secara mandiri
b. Membimbing siswa mampu
mengerjakan tugas- tuga individu
8 Demokratif a. Tidak memaksakan keinginan
pribadi kepada orang lain
b. Melakukan pemilihan dengan
demokratis
c. Keputusan dilakukan dengan
musyawarah
9 Rasa Ingin Tahu a. Sistem pembelajaran
diarahkan untuk
mengeksplorasi
keingintahuan siswa.
b. Sekolah memberikan fasilitas, baik
melalui media cetak maupun
elektronik, agar siswa dapat mencari
informasi yang baru
10 Semangat Kebangsaan a. Merayakan hari besar nasional
b. Mencontoh para pahlawan nasional
c. Berkunjung ke tempat bersejarah
d. Melaksanakan upacara
e. Memajang gambar tokoh-tokoh
bangsa
11 Cinta Tanah Air a. Menenamkan rasa nasionalisme
b. Melafalkan bahasa indonesia
dengan baik dan benar
c. Memajang simbol simbol NKRI
d. Ikut bangga terhadap karya bangsa
e. Melestarikan seni dan budaya
12 Menghargai Prestasi a. Memajang hasil karya siswa
b. Memberikan penghargaan kepada
siswa
c. Melatih dan membina generasi
penerus untuk mencontoh hasil atau
presasi sebelumnya
13 Bersahabat/Komunikatif a. Saling menghargai dan
menghormati
b. Guru menyayangi semua warga
41

sekolah
c. Tidak membuat jarak
d. Selalu adil dan tidak membeda-
bedakan
14 Cinta Damai a. Menciptakan suasana kelas yang
tentram dan damai
b. Tidak mentoleransi kegiatan yang
ersifat kekerasan
c. Menciptakan keharmonisasian di
kelas dan sekolah
15 Gemar Membaca a. Mendorong dan memfasilitasi
siswa agar gemar membaca
b. Setiap pembelajran ada referensi
c. Adanya tempat membaca seperti
perpustakaan, atau ruang
lainnya
d. Menyediakan buku sesuai dengan
tahapan siswa
e. Menyediakan buku yang mampu
menarik minat membaca siswa
16 Peduli Lingkungan a. Menjaga lingkungan sekolah
b. Merawat tumbuhan dengan baik
c. Mendukung adanya program Go
green
d. Tempat sampah yang dibedakan
antara organik dan non organik
e. Kamar mandi, air bersih dan
washtafle yang baik
17 Peduli Sosial a. Sekolah memberikan bantuan
kepada siswa yang kurang mampu
b. Melakukan bakti sosial
c. Melakukan kunjungan di kawasan
marginal
d. Memberikan bantuan
kepada lingkungan
masyarakat yang kurang
mampu
e. Menyediakan kotak amal
18 Tanggung Jawab a. Mengerjakan tugas sekolah dengan
baik
42

b. Mengerjakan pekerjaan rumah


dengan baik
c. Bertanggungjawab terhadap semua
perbuatan
d. Melakukan piket yang sesuai
dengan jadwal
e. Melakukan tugas kelompok
bersama-sama

Delapan belas karakter tersebut sesuai dengan acuan Kementrian

Pendidikan Nasional pada Kurikulum 2013. Kemudian dapat disesuaikan

dengan tujuan dan target yang ada di sekolah.

C. Pembentukan Karakter melalui Gerakan Literasi Sekolah

Terbitnya Permendikbud tentang Penumbuhan Budi Pekerti tidak

lepas dari konteks global. Literasi menjadi subjek pengukuran oleh beragam

survei internasional. Indonesia sendiri sejak 2000, berpartisipasi dalam

survei PISA. Sayangnya, di tiap survei 3 tahunan itu, posisi Indonesia selalu

berada di posisi terbawah, jauh di bawah negara tetangga seperti Singapura,

Malaysia, dan Vietnam.41

Mengingat begitu pentingnya budaya literasi bagi pengembangan

Karaker siswa, maka sudah seharusnya semua komponen pendidikan

membudayakannya sejak dini. Beberapa manfaat sastra dalam pendidikan

anak, di antaranya: (1) Perkembangan bahasa, (2) perkembangan kognitif,

(3) perkembangan kepribadian, dan (4) perkembangan sosial.42

41
Billy Antoro, Gerakan Literasi Sekolah : Dari Pucuk Hingga Akar (Jakarta : Direktorat
Jenderal Pendidikan dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), 7.
42
Helaluddin, Penguatan Karakter Peserta Didik Melalui Budaya Literasi Karya Sastra,
Seminar Internasional Journal 2016, 252.
43

Dengan membaca buku maka akan berkembangnya karakter pada

diri anak sesuai dengan target pencapaian Pelaksanaan gerakan Literasi pada

anak GLS di SD menciptakan ekosistem pendidikan di SD yang literat.

Ekosistem pendidikan yang literat adalah lingkungan yang menyenangkan

dan ramah peserta didik, sehingga menumbuhkan semangat warganya dalam

belajar, semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai

sesama, menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan,

memampukan warganya cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi

kepada lingkungan sosialnya, dan mengakomodasi partisipasi seluruh warga

sekolah dan lingkungan eksternal SD.43

Manfaat salah satu karya sastra bagi pembentukan karakter juga

diutarakan oleh Noor yang menyebut ada beberapa manfaat buku bacaan

bagi anak contohnya adalah dongeng yautu; (1) mengajarkan nilai moral

yang baik, (2) mengembangkan daya imajinasi anak, (3) menambah

wawasan, (4) meningkatkan kreatifitas, (5) mendekatkan anak-anak dengan

orang tua, dan (6) menghilangkan ketegangan/ stress.

D. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir pada penelitian ini, secara skematis dapat

dijelaskan melalui gambar berikut ini:

43
Helaluddin, Penguatan Karakter Peserta Didik Melalui Budaya Literasi Karya Sastra .
. . 252-253
44

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Sebagai


Pembentuk Karakter Siswa

Implementasi Gerakan Gerakan Literasi Sekolah


Literasi Sekolah (GLS) (GLS) Sebagai Pembentuk
Karakter Mandiri dan
Kreatif Siswa

Temuan Penelitian

Dari skematis tersebut dapat dijelaskan bahwasanya penelitian ini

akan dilakukan untuk pembentukan karakter mandiri dan kreatif siswa

dalam implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Peniliti akan

langsung terjun ke lapangan untuk mencari data yang diperlukan melalui

observasi, wawancara, dan dokumentasi setelah sebelumnya mengajukan

surat permohonan penelitian di sekolah terkait. Setelah data yang

diperlukan sudah ditemukan, maka peniliti akan menghentikan proses

penelitian yang dilakukan. Hal ini dilakukan dengan cara peneliti

mengatakan ke sekolah bahwa penelitian yang dilakukan telah selesai,

kemudian meminta keterangan surat selesai melaksanakan penelitian

selama periode tertentu dari sekolah yang bersangkutan.


45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis kualitatif deskriptif.

Maksud dari kualitatif disini adalah penelitian yang menyelidiki fenomena

sosial dan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia.44 Penelitian ini juga

bermaksud untuk menggambarkan, mengungkapkan, menjelaskan dan

menganalisis implementasi Gerakan Literasi Siswa GLS sebagai pembentuk

karakter mandiri dan kreatif siswa. Nazir menyatakan bahwa penelitian

deskriptif bertujuan untuk menyajikan representasi tentang keadaan dan

peristiwa.45begitu juga tujuan deskripsi dari penelitian ini untuk

merepresentasikan situasi yang terjadi pada saat penelitian dilakukan dan dan

seperti apa implementasi GLS sebagai pembetuk karakter siswa yaitu sebagai

subjek yang berada di latar penelitian.46

Penyajian dalam penelitian ini berdasarkan pada penyelidikan data

secara komprehensif. Lalu disajikan secara deskriptif dalam bentuk kalimat

untuk memperoleh keutuhan deskripsi tentang implementasi GLS sebagai

pembentuk karakter siswa. Penyajian data tersebut akan diperoleh dari hasil

observasi, wawancara dan dokumentasi yang akan dilakukan oleh peneliti.

44
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
6.
45
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), 55.
46
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta: Rajawali
Pers, 2008), 175.
46

Rencana penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

studi multisitus (multisite study). multisite study is a qualitative research

approach that we designed to gain an in-depth knowledge of an

organizational phenomenon that had barely been researched; strategic

scanning.47 Menurut Margono, studi multisitus adalah penelitian yang terdiri

dari satu kesatuan (unit) mendalam, sehingga hasilnya merupakan gambaran

lengkap atau kasus pada unit tersebut.48 Studi multisitus merupakan penelitian

kualitatif yang melibatkan beberapa situs, tempat dan subyek penelitian,

dimana subyek-subyek tersebut dianggap mempunyai ciri yang sama. Studi

multisitus ini mengeksplorasi suatu fenomena atau masalah dengan batasan

yang terperinci, melakukan pengambilan data secara mendalam dan memuat

berbagai sumber informasi dari tempat yang mempunyai karakter yang

sama.49

B. Kehadiran Peneliti

Peneliti dalam penelitian yang akan dilaksanakan ini sebagai instrumen

utama dan penghimpunan data pada latar penelitian. Peneliti merupakan

perancang, pengimplikasi, penghimpun data, penganalisis, penafsir data yang

ditemukan dan orang yang melaporkan hasil penelitian.50 Peneliti bertindak

sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan.

Kehadiran dan keterlibatan peneliti tidak dapat digantikan oleh alat lain.

47
Bogdan, Robert & Sari Knopp Biklen. Qualitatif research for education: and
introduction to theory and methods. (Boston: Allyn & bacon Inc, 1982), 105.
48
S. Margono, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), 27.
49
Abdul Aziz S.R, Memahami Fenomena Sosial Melalui Studi Kasus: Kumpulan Materi
Pelatihan Metode Penelitian Kualitatif, (Surabaya: BMPTSI Wilayah VII Jatim, 1998), 2.
50
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
168.
47

Melalui keterlibatan secara langsung dapat diketahui adanya data atau

informasi tambahan dari informan berdasarkan cara pandang, pengalaman,

keahlian dan kedudukannya. Adapun kehadiran peneliti di lokasi penelitian

melalui beberapa tahap yaitu: exploration, cooperation, and participation.51

C. Latar Penelitian

Peneliti dalam Penelitian ini mengambil lokasi dan latar penelitian di

dua tempat yang berbeda. Penelitian dilakukan di SD Islam Sabilillah yang

beralamat di Jl. A. Yani No 15 Blimbing, Kec Blimbing Kota Malang dan SD

Indonesia Interactive Standart School yang beralamat di Jl. Sarangan No 32,

Kec Lowokwaru Kota Malang. Penelitian ini dilaksanakan pada hari efektif,

ketika jam pelaksanaan kegiatan literasi berlangsung di sekolah dengan situasi

yang kondusif.

D. Data dan Sumber Data Penelitian

Data kualitatif adalah data apa saja yang dikatakan oleh orang-orang

berkaitan dengan seperangkat pertanyaan yang diajukan pleh peneliti. Apa

yang dikatan orang-orang tersebut merupakan sumber utama data kualitatif,

apa yang mereka katakan diperoleh secara verbal melalui suatu wawancara

dalam bentuk tertulis melalui analisis dokumen atau respon survey.52 Data

merupakan suatu hal, keterangan, fakta-fakta, dokumen, padangan, yang dapat

51
Sanapiah Faisal, Penelitian Kualitatif: Dasar—dasar dan Aplikasi (Malang: Yayasan
Asah, Asih, Asuh, 1989), 12.
52
Ruslan Ahmadi, Memahami Metodologi Penelitian Kualitatif, (Malang: UIN Press,
2005), 63.
48

berbentuk grafik, angka-angka, coretan tulisan dan lain-lain.53 Data yang

dibutuhkan dari penelitian yang akan dilakukan ini yaitu data yang berkaitan

dengan Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Sebagai Pembentuk

Karakter Mandiri dan Kreatis Siswa .

Sedangkan sumber data yaitu dari mana data itu berasal. 54 Menurut

Lofland yang dkutip oleh Moleong yang menjadi sumber data utama dalam

penelitian kualitatif yaitu sumber data yag berupa kata-kata, tindakan dan

didukung oleh dokumentasi dan lain-lain.55

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sumber data berupa data

primer dan data skunder:

1. Sumber Data Primer

Sumber Data Primer adalah sumber yang memberikan data secara

langsung dari sumber utama dalam penelitian. Adapun sumber data yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV, kepala sekolah dan guru

kelas, serta guru Language di SD Islam Sabilillah dan SD Indonesia

Interactive Standart School Malang.

2. Sumber Data Skunder

Sumber data skunder adalah sumber data pendukung atau penunjang

dalam penelitian. Adapun sumber data skunder yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah berupa dokumen atau catatan sekolah di SD Islam

Sabilillah dan SD Indonesia Interactive Standart School Malang.

53
Iqbal Hasan, Analisis Penelitian dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), 19.
54
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), 172.
55
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 63.
49

E. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dipandu oleh fakta-fakta yang

ditemukan pada saat penelitian di lapangan. Adapun pengumpulan data yang

penulis gunakan yaitu:

1. Obeservasi

Teknik observasi, Molwong mengemukakan observasi difokuskan pada

berbagai momendan situasi tertentu yang dapat menyumbangkan informasi

dan pandangan yang berguna.56 Pendapat lain menyatakan observasi ialah

pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai gejala-gejala yang

tampak pada obyek penelitian yang dilakukan.57 Pengamatan dilakukan oleh

peneliti sendiri dengan cara melihat, mengamati pelaksanaan kegiatan literasi.

Informasi yang diperoleh kemudian dicatat oleh peneliti sesuai dengan

keadaan sebenarnya di lapangan.

2. Wawancara atau inteview

Sukmadinata mengemukaka interview mendalam atau wawancara

dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka, yang

memungkinkan responden memberikan jawaban secara luas. Pertanyaan

tersebut diarahkan pada pengungkapan kehidupan responden, konsep,

persepsi, peranan, kegiatan, dan peristiwa-peristiwa yang dialami berkenaan

dengan fokus yang akan diteliti.58 Wawancara ini akan dilakukan oleh dua

orang pihak, yang pertama pewawancara (interviewer) yaitu orang yang

56
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 128
57
Safi’i Asrof, Metoodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Elkaf, 2005), 45.
58
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung:
Rosdakarya, 2009), 112.
50

mengajukan pertanyaan dan yang kedua terwawancara (interviewee) yaitu

orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 59 Wawancara yang akan

dilakukan dalam penelitian ini ditujukan kepada guru kelas, guru language,

siswa dan kepala sekolah terkait tentang implementasi Gerakan Literasi

Sekolah GLS.

Wawancara yang pertama ditujukan kepada guru dan kepala sekolah.

Tujuannya untuk mengetahui proses pelaksanaan kegiatan literasi. Wawancara

yang kedua dilakukan kepada siswa. wawancara tersebut dilaksakan untuk

mengetahui penjelasan siswa dari hasil kegiatan literasi yang sudah dilakukan

setiap satu minggu sekali.

3. Dokumentasi

Miftahudin dkk dalam laporan penelitian menyebutkan penggunaan

dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai gambaran

keberadaan obyek yang diteliti, disamping itu juga untuk melengkapi data-
60
data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan iterview. Bentuk dari

dokumentasi diantaranya catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, dan sebagainya.61 Dokumentasi yang digunakan dalam

penelitian ini berupa catatan, foto-foto siswa ketika melakukan kegiatan

literasi kelas IV SD Islam Sabilillah dan SD Indonesia Interactive Standart

School Malang.

Berikut ini yang perlu didokumentasikan terkait penelitian ini adalah:

59
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 186.
60
Miftahuddin dkk, Implementasi Pendidikan Karakter di Pndok Pesantren Krapyak
Yogyakarta: Menggali Nilai-Nilai Moderasi untuk Aksi Berbangsa dan Bernegara, (Laporan
Penlitian Kelompok Jurusan PenD. Sejarah FISE UNY, 2011), 32.
61
Ahmad Tanzeh, Metode Penelitian Praktis (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2005), 30.
51

a. Profil lembaga

Pada bagian ini meliputi: sejarah berdirinya visi, misi dan tujuan, struktur

organisasi dan lain-lain.

b. Foto-foto kegiatan

Pada hal ini mencakup: foto ketika wawancara dan perilaku yang

ditunjukkan oleh siswa melakukan kegiatan literasi.

c. Foto sekolah

Pada hal ini meliputi foto kondisi fisik sekolah.

F. Analisis Data

Analisis data menurut Sugiono menjuk pada proses mencari, dan

menyusun secara sistematis data-data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data

kedalam kategori, menjabarkan ke dalam bagian-bagian, melakukan sintesa,

dan menyusun ke dalam polla.62 Kemudian diinterpretasikan atau disimpulkan

baik untuk masing-masing masalah atau hipotesis penelitian maupun untuk

keseluruhan masalah yang diteliti.63 Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teknik analisis induktif, yaitu analisis yang

bertolak dari data-data yang diperoleh dari observasi, wawancara, maupun

dokumentasi dan berakhir pada simpulan-simpulan umum. Kesimpulan umum

itu bisa berupa kategorisasi maupun proposisi.64

62
Sugiono, Metodologi Penelitian Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2005), 427.
63
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001), 34.
64
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologi ke Arah Varian
Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo, 2001), 209.
52

Data-data yang telah diperoleh oleh peneliti, lalu diseleksi dan

menyesuaikannya dengan konteks penelitian yang dilakukan. Data tersebut

diklarifikasi, diorganisasikan ke dalam bagian-bagian, menjabarkannya ke

dalam bentuk yang mudah dipahami kemudian disintesiskan secara induktif.

Analisis data yang akan digunakan oleh peneliti yaitu model analisis Miles

dan Huberman,65 antara lain sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu proses penyortiran, pemokusan,

pengamatan, peringkasan, pengabstrakan dan peralihan data kasar yang

diperoleh dari lapangan baik yang berupa tulisan, angka, grafik dll.66 Pada

tahap ii diawali dengan mnegidentifikasi data yang terkecil dan bermakna jika

dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian. Setelah satuan data diperoleh,

lalu memberikan koding pada satuan data tersebut agar mudah ditelusuri.67

Reduksi data penelitian ini yaitu data-data yang sudah diperoleh kemudian

deseleksi agar relevan dengan data yang dibutuhkan dalam tujuan penelitian.

Setelah itu data disederhanakan agar memiliki makna yang mudah dipahami

dan selanjutnya disusun secara sistematis dengan mengedepankan hal-hal

yang dianggap pentingdari temuan yang didapat. Data dirangkum, dipilih hal-

hal yang pokok, difokuskan ppada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti utuk melakukan

65
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2014), 92-99.
66
Marthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: UI
Pres, 1992), 16.
67
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 2016, 288.
53

pengumpulan data selanjutnya, dan mencari ulang data yang diperlukan.

Reduksi data ini akan terus dilakukan dari awal penelitian hingga berakhir

penelitian.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka pada tahap berikutnya adalah

mendisplaykan data atau penyajian data. Dalam penyajian data, data yang

telah direduksi dibuat dalam bentuk uraian singkat, kalimat narasi, bagan,

hubungan antar kategori, flowcart, grafik, matrik dan chart. Dengan

menyajikan data, maka akan mudah untuk dipahami dan menyusun rencana

berikutnya dari data yang telah dipahami.

3. Verifikasi

Pengolahan data berikutnya ialah dengan verifikasi atau

menggambarkan kesimpulan. Penarikan kesimpulan yang dilakukan dalam

penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berubah jika tidak ditemukan

buktu-bukti yang kuat utuk mendukung kesimpulan tersebut. Akan tetapi, jika

kesimpulan yang telah dikemukakan didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten pada saat peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data,

maka kesimpulan yang dikemukakan dapat dinyatakan sebagai kesimpulan

yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian ini, mungkin

akan menjawab rumusan masalah yang dikemukakan di awal, tetapi mungki


54

juga tidak, karena rumusan maslah dalam penelitian kualitatif masih bersifat

sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.68

Pada tahap ini peneliti membuat kesimpulan dengan menjawab rumusan

masalah atau fokus penelitian yang sudah dirumuskan sejak awal. Kesimpulan

ini berisi gambaran atau deskripsi bagaimana konsep Implementasi Kegiatan

Literasi Sekolah GLS sebagai Pembentuk Karakter Mandiri dan Kreatif Siswa

di SD Islam Sabilillah dan SD IISS Malang.

G. Keabsahan Data

1. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan merupakan suatu upaya yang dilakuakn peneliti

untuk mencari dan menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur data-data yang

relevan dengan persoalan, kemudian memusatkan perhatian lebih mendalam

dari unsur-unsur berikut. Pada penelitian ini peneliti akan melakukan

pengamatan dengan teliti dan rinci secara kontinu terhadap faktor-faktor apa

saja yang muncul ketika pengamatan berlangsung.

2. Triangulasi

Triangulasi merupakan suatu teknik dalam kevalidan data yang

memanfaatkan bentuk-bentuk yang lain untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding dari data yang telah ditemukan. Jenis triangulasi yang

digunakan pada penelitian ini ialah triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Dengan triangulasi sumber, peneliti akan mengecek dan membandingkan data

yang diperoleh dari berbagai sumber dengan data dari hasil instrumen
68
Robert K. Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode, Ahli Bahasa oleh M. Djauzi
Mudzakir, (Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 2006), 61.
55

penelitian yang sama. Kemudian membandingkan data yang ditunjukkan oleh

guru dan kepala sekolah dengan data yang ditunjukkan siswa secara pribadi.

Membandingkan data yang ditunjukkan siswa mengenai karakter pemikir

kritisnya saat penelitian berlangsung dengan data apa yang ditunjukkannya

sepanjang waktu. Membandingkan data dari berbagai perspektif pendapat

yang berbeda. Setelah itu membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu

dokumen.

Melalui triangulasi teknik, peneliti akan mengecek data kepada sumber

yang sama dengan teknik yang berbeda.69 Data yang diperoleh dengan

wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi. Selain itu, peneliti

melakukan diskusi kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lainnya

untuk memastikan data mana yang dianggap benar.

Pengajuan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

a. Triangulasi pengumpulan data, dilakukan dengan membandingkan

data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

b. Triangulasi sumber data, dilakukan dengan membandingkan data hasil

wawancara dengan hasil wawancara informan yang berbeda.

c. Pengecekan anggota dilakukan dengan cara menunjukan data atau

informasi, dengan membandingkan keadaan dan perspektif seseorang

dengan berbagai pendapat dan pandangan orang orang lain.

69
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2016, 327-331.
56

d. Diskusi teman sejawat dilakukan terhadap orang yang menurut

peneliti memiliki penegtahuan dan keahlian yang relevan, agar data

dan informasi yang telah dikumpulkan dapat didiskusikan dan dibahas

untuk penyempurnaan data penelitian.


57

DAFTAR PUSTAKA

Almericano, Ghina M. 2014. Building chracter through literacy with childern’s

literature. Research in Higher Education Journal 2(2): 2

Antoro, Billy. 2016. Gerakan Literasi Sekolah : Dari Pucuk Hingga Akar.

Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan dan Menengah Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan

Budiharto, Triyono, Suparman, 2018. Literasi Sekolah Sebgai Upaya Penciptaan

Masyarakat Pembelajra yang Berdampak Pada Peningkatan

Kualitas Pendidikan, Jurnal Ilmu-ilmu sejarah, sosial budaya,

kependidikan, 5(1): 158

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan. 2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta :

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan

Dwi Atmi Sutarini, 2014. Pengelolaan Kelompok Kerja Guru. Jurnal Penelitian

Ilmu Pendidikan. 7(2): 1-2

Helaluddin. 2016. Penguatan Karakter Peserta Didik Melalui Budaya Literasi

Karya Sastra. Seminar Internasional Journal 9(2):1

Hilal, Imam, Sa‟dm. 2018. Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar. Jurnal

Pendidikan dan Pengembangan, 3(4) :811-812


58

Kurrotu‟aini Nurul Ma‟rifah, 2015. Implementasi Gerakan Literasi Melalui

Pembiasaan Membaca pada Siswa di SD Muhamamadiyah

Wirobrajan 3 Yogyakarta. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga

Lexy J Moleong, 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdikarya

Nurasiah Hansanah, 2016. Program Literasi Sekolah dalam Meningkatkan

Kedisiplinan Siswa SMA Negeri 8 Yogyakarta. Skripsi. UIN Sunan

Kalijaga.

Nuryudi, 2016. Problematika Penyelenggaraan Program Literasi Informasi Bagi

Sivitas Akademika di Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.Jurnal.UIN Sunan Kalijaga.

Peter Salim dan Yeni Salim, 2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Modern English Press

Reny Nurul Hidayati, 2017. Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam

Gerakan Literasi Sekolah Pada Siswa Kelas 2 di Sekolah Dasar

Muhammadiyah 9 Kota Malang, Skripsi. UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang.

Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta
59

Sutrianto,dkk. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah

Atas, Jakarta:Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Trihayu, 2015. Pendidikan Karakter melalui Program Pembiasaan di SD Islam

Terpadu Insan Utama Bantul, Jurnal Pendidikan Ke-SD-an.

1(3):156- 157

Wandasaei, Yulisa. 2017. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Sebagai

Pembentuk Pendidikan Berkarakter. Jurnal Manajemen 1(1):1

Anda mungkin juga menyukai