Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS KEBIASAAN GEMAR MEMBACA PADA SISWA


SEKOLAH DASAR

Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia

Disusun Oleh:

Ayuni safitri (211014286206268)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO

2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................3

1.1 Latar Belakang..........................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................9

1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................10

1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................10

BAB II KAJIAN TEORI................................................................................11

2.1 Teori Kebiasaan.......................................................................................11

2.1.1 Pengertian Kebiasaan......................................................................11

2.2 Teori Gemar Membaca............................................................................14

2.2.1 Sikap Gemar.................................................................................14

2.2.2 Pengertian Membaca.....................................................................15

2.2.3 Pengerian Gemar Membaca..........................................................20

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Gemar Baca....................................22

2.2.5 Indikator Gemar Membaca...........................................................23

2.2.6 Cara Membangkitkan Kebiasaan Gemar Membaca........................24

2.3 Teori Siswa Sekolah Dasar......................................................................25

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................33

1.1 Jenis Penelitian........................................................................................33

1.2 Teknik Pengambilan Data.......................................................................34

1.3 Metode Pengambilan Data......................................................................34

1.4 Uji Keabsahan Data......................................................................................35

1.5 Metode Analisis Data..............................................................................37

ii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Di Indonesia bahkan di dunia, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang pesat di berbagai bidang kehidupan menuntut manusia untuk selalu siap

menerima perubahan. Salah satu bidang yang terkena imbas dari kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi adalah bidang pendidikan. Dalam Undang-Undang

Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual-keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

4
Kenyataan ini menuntut semua unsur yang terlibat dalam dunia pendidikan,

baik itu peserta didik maupun penentu kebijakan pendidikan di Indonesia untuk

selalu belajar agar siap menghadapi perubahan jaman. Hal itu tentu tidak mudah

untuk diwujudkan. Banyak kendala-kendala yang harus dihadapi untuk

mewujudkan harapan tersebut dalam era globalisasi. Untuk menghadapi era

globalisasi ini semua masalah dan informasi dapat dengan cepat diketahui oleh

seluruh dunia melalui berbagai media yang ada, termasuk informasi tentang

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu kegiatan yang

digunakan sebagai penyebaran informasi dalam belajar yaitu membaca menjadi

salah satu kegiatan yang sangat penting. Informasi yang didapat hanya dari

melihat dan mendengar, dimungkinkan akan cepat terlupakan dan hilang, tetapi

jika didapat dari media cetak, informasi tersebut akan tersimpandalam waktu yang

relatif lama dan bisa dicari kembali jika diperlukan dalamkegiatan membaca.

Pada era globalisasi ini, dimana kemajuan teknologi sudah berkembang pesat,

minat baca pada generasi baru cenderung menurun dan tidak lebih baik dari

generasi sebelumnya. Penyebabnya antara lain semakin canggihnya piranti audio

visual yang menyebabkan generasi baru lebih senang memanjakan mata dan

telinganya dari pada menumbuhkan semangat dan kebiasaan membaca serta

ketiadaan mata pelajaran membaca yang seharusnya diajarkan sejak dini pada

pendidikan dasar.

5
Tarigan mendefenisikan, membaca adalah proses yang dilakukan serta

digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan

oleh penulis melalui bahasa tulis. Membaca pada dasarnya merupakan awal dari

penguasaan ilmu. Semua ilmu yang ada di bumi ini tidak akan pernah bisa

dipelajari jika tidak didahului dengan kemampuan untuk membaca. Dengan

membaca diharapkan mata rantai dalam penguasaan sebuah ilmu tidak akan

hilang. Mata rantai itu adalah mendengar, membaca dan melihat. Sebagai salah

satu mata rantai dalam penguasaan ilmu, membaca untuk dijadikan sebagai

kebiasaan atau bahkan budaya dalam kehidupan sehari-hari masih sulit dilakukan.

Hal ini mungkin berasal dari budaya Indonesia yang berlatar budaya tutur

(oral culture), dimana legenda, dongeng, hikayat dan cerita-cerita rakyat yang

berkembang sejak lama di Indonesia dan merupakan media pembelajaran yang

paling mudah untuk dilaksanakan karena bisa dipelajari dari pada membaca

sebuah buku untuk merubah pengetahuan relatif lebih lama padahal kebiasaan dan

budaya membaca itu identik dengan budaya belajar yang justru amat penting bagi

kemajuan bangsa Indonesia di masa mendatang. Menurut Rahim, minat membaca

adalah keinginan yang kuat disertai dengan usaha-usaha seseorang untuk

membaca.

6
Membaca merupakan jendela dunia. Ungkapan ini secara jelas

menggambarkan manfaat membaca, yakni membuka, memperluas wawasan dan

pengetahuan individu. Membaca membuat individu dapat meningkatkan

kecerdasan, mengakses informasi dan juga memperdalam pengetahuan. Semakin

sering membaca, semakin luas pengetahuan yang individu miliki. Sebaliknya,

semakin jarang membaca, pengetahuan yang individu miliki semakin terbatas.

Jadi membaca merupakan salah satu pintu utama untuk mendapatkan informasi

dan pengetahuan.

Dengan bekal pengetahuan itulah manusia mampu menyelesaikan segala

permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya. Tanpa pengetahuan, tentunya

manusia akan banyak menemui kesulitan dalam memecahkan setiap masalah yang

dihadapinya. Salah satu kegiatan utama dalam proses belajar dan mengajar di

sekolah adalah membaca. Kebiasaan membaca buku yang dilakukan oleh siswa

sangat ditentukan oleh minat siswa terhadap aktivitas membaca tersebut. Dengan

demikian terlihat bahwa minat menjadi motivator untuk melakukan suatu kegiatan

seperti membaca.

7
Membaca adalah kunci untuk keberhasilan belajar siswa di sekolah.

Kemampuan membaca dan minat baca yang tinggi adalah modal dasar untuk

keberhasilan siswa dalam berbagai mata pelajaran. Minat dapat diartikan sebagai

suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu. Minat merupakan

faktor yang sangat penting yang ada dalam diri setiap manusia. Karena tanpa

minat seseorang sukar akan melakukan kegiatan membaca. Dengan demikian

dapat diketahui bahwa kegiatan membaca baru dapat berjalan dengan baik apabila

seorang siswa mempunyai minat baca, sehingga hasilnya akan optimal.

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh

pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui

media kata-kata/bahasa tulis. Dalam hal ini, membaca adalah suatu usaha untuk

menelusuri makna yang ada dalam tulisan. Sehubungan dengan pembahasan ini

yaitu tentang membaca, maka perlu ditinjau lebih lanjut tentang perintah

membaca yang ada dalam Al-Qur’an. Firman Allah di dalam surat Al-Alaq ayat 1

sampai 5 yang jika diartikan, begini bunyinya: ““Bacalah, dengan (menyebut)

nama Tuhanmu yang menciptakan(1), Dia telah menciptakan manusia dari

segumpal darah (2), Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah(3), yang

mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam(4), Dia mengajarkan kepada

manusia apa yang tidak diketahuinya(5)”.

8
Perintah membaca ini sedemikian pentingnya sehingga diulang dua

kali dalam rangkaian wahyu pertama. Sasaran perintah membaca ini tentu

tidak hanya ditunjukkan kepada pribadi nabi Muhammad SAW semata- mata,

tetapi juga untuk umat manusia sepanjang sejarah, karena realisasi perintah

tersebut merupakan kunci pembuka jalan kebahagiaan hidup duniawi dan

ukhrawi.

Dengan demikian, membaca merupakan syarat pertama dan utama

bagi keberhasilan manusia. Namun sangat disayangkan mayoritas umat Islam

yang terkait langsung dengan perintah ini masih rendah dalam merealisasi

kannya, khususnya dikalangan pelajar. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri

pada era teknologi informasi sekarang, kegiatan membaca cenderung

diabaikan oleh kalangan pelajar. Karena pada dasarnya kurang minat dalam

membaca, sehingga kegiatan membaca ini menjadi hal yang membosankan.

Siswa sekolah dasar akan lebih senang bermain game dari pada

membaca, terlebih lagi membaca buku pelajaran yang lebih menekankan kepada

penguasaan bahan/materi pelajaran sebanyak mungkin. Contohnya siswa-siswi

Sekolah Dasar Negeri 128 Muara Bungo, dengan adanya fasilitas perpustakaan yang

mendukung kegiatan membaca ini seperti adanya taman bacaan, perpustakaan yang

bersih dan rapi, dan memiliki buku bacaan yang banyak belum menjamin siswanya

mau untuk membaca tanpa adanya minat baca itu sendiri.

9
Minat baca merupakan aktivitas yang dilakukan dengan penuh

ketekunan dalam rangka membangun pola komunikasi dengan diri sendiri

untuk menemukan makna tulisan dan menemukan informasi untuk

mengembangkan intelektualitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan

perasaan senang yang timbul dari perilaku terarah guna melakukan kegiatan

membaca sebagai tingkat kesenangan yang kuat. Di sini minat baca dapat

diartikan sebagai keinginan yang kuat dari seseorang untuk membaca.

Oleh sebab itu, semakin tinggi minat baca seseorang, maka semakin

kuat keinginannya untuk membaca. Berdasarkan pendapat di atas, dapat

disimpulkan bahwa minat baca adalah kekuatan yang mendorong anak untuk

memperhatikan, merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca

sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca dengan kemauan sendiri.

Minat baca juga berarti keinginan yang kuat serta kesadaran seseorang

untuk mengetahuai makna-makna yang ada dalam tulisan serta perasaan

senang terhadap bahan bacaan sehingga merasa terdorong untuk

membacanya. Aspek minat baca meliputi kesenangan membaca, frekuensi

membaca dan kesadaran akan manfaat membaca.

10
Ada dua kelompok besar faktor yang mempengaruhi minat baca anak,

yaitu (1) Faktor personal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri anak, yaitu

meliputi usia, jenis kelamin, inteligensi, kemampuan membaca, sikap dan

kebutuhan psikologis. (2) Faktor institusional adalah faktor-faktor di luar diri

anak. yaitu meliputi ketersediaan jumlah buku-buku bacaan dan jenis-jenis

bukunya, status sosial ekonomi orang tua dan latar belakang etnis, kemudian

pengaruh orang tua, guru dan teman sebaya anak.

Salah satu faktor yang mempengaruhi minat baca adalah usia. Pada

usia sekolah dasar yaitu antara 6-12 tahun, anak sudah mulai mempunyai

minat pada aktivitas tertentu yang dianggap sesuai dengan kebutuhan, yaitu

ingin sekolah, rasa ingin tahu, tertarik terhadap bacaan dan sebagainya.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi minat baca tersebut, maka dapat

diketahui bahwa siswa sekolah dasar sudah mampu berpikir abstrak dalam

kegiatan membaca. Minat juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan siswa,

khususnya orang tua dan pihak sekolah dalam mengembangkan minat baca

siswa. Pihak sekolah harus mampu menjalankan perannya sebagai fasilitator

dalam menumbuhkan minat baca siswa, dengan memperbaiki sarana

perpustakaan, melengkapi ketersediaan buku-buku bacaan, serta memberikan

waktu khusus bagi siswa-siswinya untuk melakukan kegiatan membaca.

Namun pada kenyataannya sebagian besar masyarakat Indonesia

belum sampai pada tahap menjadikan kegiatan membaca sebagai kebutuhan

yang mendasar. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 22 Mei

2016 menunjukkan bahwa gejala minat baca sebagai berikut:

11
1. Kurangnya siswa yang mau mengunjungi perpustakaan.

2. Siswa menganggap kegiatan membaca merupakan kegiatan yang

membosankan.

3. Siswa lebih suka menerima informasi dalam bentuk lisan dari pada

mencari informasi dalam bentuk tulisan.

4. Sedikit sekali siswa yang meminjam buku ke perpustakaan.

5. Sedikit sekali siswa yang mau membaca kembali buku pelajarannya.

Berdasarkan gejala-gejala yang telah dipaparkan di atas, maka untuk

mengetahui secara lebih mendalam lagi mengenai minat bacanya, ataupun faktor yang

mempengaruhi minat baca serta upaya-upaya dalam meningkatkan minat baca siswa.

Kemudian dengan teori-tori yang ada, peneliti ingin membuktikan apakah benar gejala-

gejala yang ada tersebut dapat mempengaruhi minat bacanya. Sehingga minat bacanya

dapat dikatakan tinggi atau rendah. Peneliti tertarik melakukan penelitian dengan Judul

penelitian: “Analisis Kebiasaan Gemar Membaca Pada Siswa Sekolah Dassar”

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka pertanyaan yang diangkat dalam

penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebiassaann gemar membaca

pada siswa sekolah dasar ?

2. Bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kebiasaan

gemar membaca pada siswa sekolah dasar ?

12
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan yang ada

pada rumusan masalah, tujuan nya yaitu:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebiasaan

gemar membaca pada siswa sekolah dasar.

2. Untuk mengetahui upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan

kebiasaan gemar membaca pada siswa sekolah dasar.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini yaitu untuk membantu siswa sekolah dasar

agar dapat memiliki kebiasaan gemar membaca.

13
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Teori Kebiasaan

2.1.1 Pengertian Kebiasaan

Manusia adalah makluk yang unik karena manusia mampu melakukan hal-hal

tertentu dengan atau tanpa berpikir. Manusia selalu berjabat tangan menggunakan

tangan kanan, manusia menunjuk sesuatu menggunakan tangan kanan, manusia makan

menggunakan tangan kanan, manusia menggunakan sepatu diawali dari kanan dan

melepaskan sepatu diawali kaki kiri, manusia membungkukan badan ketika berjalan di

depan orang yang lebih tua.

Kenapa manusia melakukan hal tersebut. Kenapa manusia tidak berjabat tangan

menggunakan tangan kiri, menunjuk sesuatu menggunakan tangan kiri atau memakai

sepatu diawali dari kaki kiri. Jawabannya adalah kebiasaan. Manusia telah terbiasa

melakukan hal-hal tersebut secara demikian. Menurut Joko (2008:24) “kebiasaan

adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama”.

Manusia secara otomatis mengulurkan tangan kanan manu dan menggenggam tangan

orang itu ketika ada orang lain yang mengulurkan tangan mengajak bersalaman.

Menurut Sayid (2006:347) “kebiasaan adalah pengulangan sesuatu secara terus-

menerus atau dalam sebagian besar waktu dengan cara yang sama dan tanpa hubungan

akal, atau dia adalah sesuatu yang tertanam di dalam jiwa dari hal-hal yang berulang

kali terjadi dan diterima tabiat”. Manusia bisa menyimpulkan bahwa manusia

melakukan kebiasaan tanpa berpikir karena hal tersebut telah tertanam dalam jiwa

manusia dan menjadi tabiat manusia.

14
Kebiasaan dapat diartikan respon seseorang dalam menghadapi suatu hal tanpa

melalui proses berpikir. Kebiasaan dikatakan respon karena kebiasaan tidak melalui

proses berpikir manusia secara otomatis melakukannya seperti masalah berjabat tangan,

manusia tidak berpikir harus menggunakan tangan kanan atau tangan kiri untuk

berjabat tangan atau menggunakan tangan kanan ketika manusia berjabat tangan

dengan orang yang manusia sukai dan menggunakan tangan kiri ketika berjabat tangan

dengan orang yang tidak manusia sukai.

Jadi kebiasaan adalah respon dari seseorang dalam menghadapi suatu hal tanpa

melalui proses berpikir. Kebiasaan adalah respon dari individu. Jika kebiasaan adalah

respon dari individu mengapa setiap manusia temukan manusia berjawab selalu

menggunakan tangan kanan dan tidak manusia temui manusia yang berjabat tangan

menggunakan tanggan kiri, mengapa respon yang diberikan manusia tidak berbeda.

Artikata.com (2010:1) mendefinisikan kebiasaan adalah pola untuk melakukan

tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yg

dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama.

Menurut artikata “kebiasaan adalah suatu pola untuk melakukan tanggapan

terhadap siatusi tertentu oleh individu”. Manusia melakukan kebiasaannya tanpa

berpikir panjang dikarenakan perilaku tersebut adalah tanggapan dari sebuah perilaku

yang diberikan oleh orang lain kepadanya. Jadi kebiasaan bisa berupa tanggapan

manusia yang dilakukan secara berulang-ulang untuk hal yang sama.

15
Kebiasaan dilakukan secara berulang-ulang yang menjadi respon dari suatu

perilaku. Jika kebiasaan adalah respon dari perilaku maka respon yang didapatkan dari

perbuatan yang sama tidak akan sama karena perbuatan manusia dipengaruhi oleh

pengetahuan dan pengalaman hidupnya.

Menurut Asih (2010:38) “kebiasaan adalah perbuatan sehari-hari yang

dilakukan secara berulang-ulang dalam hal yang sama, sehingga menjadi adat

kebiasaan dan ditaati oleh masyarakat”. Manusia dapat menyimpulkan hal baru bahwa

kebiasaan bisa berbentuk pribadi karena dilakukan hanya oleh individu tersebut, contoh

dari kebiasaan individu adalah selebarasi pemain sepakbola ketika mencetak goal. Luiz

Suarez akan mencium tato pergelangan tangan kirinya dan Daniel Sturridge akan

menari ketika berhasil mencetak goal.

Perbuatan-perbuatan tersebut adalah contoh dari kebiasaan-kebiasaan individu.

Perbuatan digolongkan menjadi kebiasaan ketika perbuatan tersebut dilakukan secara

berulang-ulang, tanpa melalui proses berpikir, sebagai tanggapan atau respon terhadap

sesuatu, dan umumnya adalah perbuatan sehari. Perilaku yang digolongkan kebiasaan

minimal harus memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut.

Jadi kebiasaan adalah perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa

melalui proses berpikir karena perilaku tersebut adalah respon terhadap sesuatu yang

umumnya adalah perbuatan sehari-hari. Kebiasaan semuanya merupakan perbuatan

yang terpuji karena kebiasaan juga dapat berbentuk perbuatan tercela. Contoh

kebiasaan baik adalah mematuhi perkataaan orang tua dan contoh kebiasaan buruk

adalah pergi tanpa pamit kepada keluarga.

16
Pengertian kebiasaan merupakan suatu pekerjaan atau hal yang dapat dilakukan

secara teratur dan terlatih sehingga membentuk suatu kebiasaan. Djali (2015:128)

menyatakan “Kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melaui belajar

secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis’’.

Selanjutnya Muhibbin (2017:16) menyatakan “Kebiasaan merupakan setiap

siswa yang telah mengalami proses belajar, kebiasaan-kebiasaan yang akan tampak

berubah’’. Martinis (2017:244) menyatakan “Kebiasaan adalah aspek perilaku mnusia

yang menetap, berlangsung secara otomatis tidak direncanakan’’. Berdasarkan uraian

diatas dapat disimpulkan kebiasaan merupakan pekerjaan yang dilakukan secara terus-

menerus sehingga dari yang awalnya tidak bisa dikerjakan jadi terlatih dan lama-

kelamaan akan menjadi terbiasa.

2.2 Teori Gemar Membaca

2.2.1 Sikap Gemar

Gemar artinya suka, senang sekali. Sementara minat dalam kamus besar

bahasa Indonesia (prasetyono, 2008: 51) yaitu kata minat memiliki arti “kesukaan

(kecenderungan hati) kepada sesuatu, keinginan”. Jadi harus ada sesuatu yang

ditimbulkan, baik dalam dirinya maupun dari luar untuk menyukai sesuatu. Hal ini

menjadi landasan penting untuk mencapai keberhasilan suatu pekerjaan karena dengan

adanya minat, seseorang menjadi termotivasi dan tertarik untuk melakukan sesuatu

yang disenanginya.

17
Menurut Winkel (prasetyono: 51) minat adalah kecenderungan yang agak

mentap dan subjek merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang

berkecimpung dalam bidang itu. Jika dalam hati ada perasaan senang, maka biasanya

akan menimbulkan minat. Bila diperkuat dengan sikap positif, maka minat akan

berkembang dengan lebih baik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa minat merupakan suatu sikap batin dari dalam

diri seseorang yang merupakan suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang

tercipta dengan penuh kemauan dan perasaan senang yang timbul dari dorongan batin

seseorang. Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk

melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang

menjadi keinginannya.

2.2.2 Pengertian Membaca

Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang

diajarkan di Sekolah Dasar. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan satu

dengan yang lain dan merupakan satu kesatuan. Kegiatan membaca merupakan

kegiatan reseptif, suatu bentuk penyerapan yang aktif. Dalam kegiatan membaca,

pikiran dan mental dilibatkan secara aktif, tidak hanya aktifitas fisik saja. Banyak ahli

yang memberikan definisi tentang membaca. Berikut ini akan dikemukakan berbagai

pendapat mengenai kegiatan membaca.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 83), membaca adalah melihat

18
serta memahami isi dari apa yang tertulis. Membaca merupakan suatu proses yang

dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak

disampaikan penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Dengan kata lain, membaca

adalah memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan

tulis.

Menurut Akhadiah (1991: 22), membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan

yang terpadu yang mencangkup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-

kata, menghubungkannya dengan bunyi serta maknanya, serta menarik kesimpulan

mengenai maksud bacaan.

Klein, dkk. (Farida Rahim, 2005: 3) mengemukakan bahwa definisi membaca

mencangkup :

1. Membaca merupakan suatu proses

Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan

pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama

dalam membentuk makna.

2. Membaca adalah strategis

Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang

sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengkonstruk makna ketika

membaca.

3. Membaca merupakan interaktif

Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui

beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus

mudah dipahami sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.

19
Selanjutnya, Tarigan (1979: 7) mengutip pendapat Hodgson, mengemukakan

bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca

untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata

atau bahasa tulis. Anderson (Tarigan, 1979: 7) mengartikan membaca ditinjau dari

sudut lingkungan bahwa membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan

pembacaan sandi (a recording and decoding process).

Oleh karena itu, dalam membaca diperlukan kejelian pembaca untuk

mengetahui isi yang tersurat ataupun yang tersirat. Finochiaro dan Bonomo (Tarigan,

1979: 8) secara singkat mengatakan bahwa reading adalah “bringing meaning ti and

getting meaning from printed or written material”, memetik serta memahami arti atau

makna yang terkandung di dalam bahasa tertulis.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca

merupakan proses aktivitas komunikasi yang kompleks. Membaca bertujuan untuk

melihat, memahami isi atau makna dan memperoleh pesan yang hendak disampaikan

penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis sehingga diperoleh pemahaman

terhadap bacaan.

20
Membaca merupakan salah satu di antara empat keterampilan berbahasa

(menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) yang penting untuk dipelajari dan

dikuasai oleh setiap individu. Dengan membaca, seseorang dapat bersantai, berinteraksi

dengan perasaan dan pikiran, memperoleh informasi, dan meningkatkan ilmu

pengetahuannya. Menurut Bowman and Bowman (1991, 265) membaca merupakan

sarana yang tepat untuk mempromosikan suatu pembelajaran sepanjang hayat (life-

long learning). Dengan mengajarkan kepada anak cara membaca berarti memberi anak

tersebut sebuah masa depan yaitu memberi suatu teknik bagaimana cara mengekplorasi

“dunia” mana pun yang dia pilih dan memberikan kesempatan untuk mendapatkan

tujuan hidupnya.

Melalui membaca, informasi dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan

dapat diperoleh. Orang yang melakukan aktivitas tentunya mempunyai tujuan yang

ingin dicapai, demikian juga dalam kegiatan membaca. Seseorang yang membaca

dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang

tidak mempunyai tujuan. Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta

memperoleh informasi, mencangkup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti

(meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam

membaca.

21
Kustaryo (1988:2) menyimpulkan bahwa pengertian membaca adalah suatu

kombinasi dari pengenalan huruf, intellect, emosi yang dihubungkan dengan

pengetahuan si pembaca (background knowledge) untuk memahami suatu pesan yang

tertulis. Menurut Kustaryo, yang kurang lebih sama seperti yang diungkapkan Allen

dan Valette (1977), untuk seorang pemula membaca berarti mengenal simbol (printed

symbol) dari sebuah bahasa. Pemahaman bacaan secara bertahap akan dikuasai setelah

tahap word recognition ini dikuasai. Tentunya setelah mengadopsi strategi-strategi

membaca yang sesuai dengan tujuannya.

Davies (1997:1) memberikan pengertian membaca sebagai suatu proses mental

atau proses kognitif yang di dalamnya seorang pembaca diharapkan bisa mengikuti dan

merespon terhadap pesan si penulis. Dari sini dapat dilihat bahwa kegiatan membaca

merupakan sebuah kegiatan yang bersifat aktif dan interaktif.

Dengan pengetahuannya, pembaca harus bisa mengikuti jalan pikiran penulis

dan dengan daya kritisnya ditantang untuk bisa merespon dengan menyetujui atau

bahkan untuk tidak menyetujui gagasan atau ide-ide yang dilontarkan seorang penulis.

Apabila dilihat dari tipenya menurut Tarigan (1994) ada beberapa macam tipe

membaca, di antaranya adalah :

1. Membaca Nyaring

Pada prinsipnya membaca nyaring adalah mengubah wujud tulisan menjadi

wujud makna. Dalam membaca nyaring penglihatan dan ingatan juga turut aktif.

Membaca nyaring merupakan kegiatan membaca bersama-sama dengan orang lain

dalam menangkap makna sebuah tulisan.

2. Membaca dalam Hati

22
Membaca dalam hati merupakan keterampilan membaca yang sebenarnya,

sebagai keterampilan komunikasi tulisan, sebagai keterampilan mengubah wujud

tulisan menjadi wujud makna, sebagai keterampilan menangkap pokok-pokok

pikiran dari bahan bacaan. Ada beberapahal yang sangat perlu diperhatikan agar

keterampilan membaca sebagus mungkin yaitu secepat dan sebanyak mungkin

menangkap pokok-pokok pikiran dari bahan bacaan dengan sekecil mungkin energi

yang diperlukan.

3. Membaca Pemahaman

Membaca sebagai kegiatan menangkap atau mengambil makna yang tersirat

dari bahan yang tersurat. Tidak selamanya makna yang terkandung didalam bahan

bacaan sesuai dengan apa yang tertulis dalam bahan bacaan tersebut. Hal ini

dikarenakan adanya makna denotatif atau makna yang sebenarnya dan makna yang

konotatif yaitu makna yang lebih tinggi atau lebih dalam seperti yang terdapat dalam

karya- karya sastra seperti novel, cerpen, puisi dan drama.

4. Membaca Kritis

Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan bukan hanya sekedar

mengetahui dan memahami apa yang dikemukakan oleh penulis dalam karyanya,

akan tetapi juga mengkritisi tulisan dengan pemikiran pembacanya. Misalnya :

bagaimana hal ini bisa terjadi, baik latar belakang yang menjadi penyebabnya

maupun akibat dari kejadian yang tertulis di bahan bacaan. Dengan sendirinya

membaca kritis adalah kegiatan membaca yang bijaksana, penuh tenggang rasa,

mendalam, evaluatif, dan analitis.

5. Membaca Ide

23
Membaca ide merupakan jenis kegiatan membaca yang ingin mencari,

memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. Agar pembaca

ide dapat mencari, menemukan, serta mendapatkan meuntungan dari ide-ide yang

terkandung dalam bahan bacaan, maka pembaca ide harus berusaha menjadi

pembaca yang baik, pembaca yang benar-benar terampil menangkap ide-ide yang

terkandung dalam bahan bacaan.

2.2.3 Pengerian Gemar Membaca

Menurut Suyadi (2013: 9) gemar membaca adalah kebiasaan dengan tanpa

paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi,

baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan

bagi dirinya. Menurut Yaumi (2014: 60) gemar membaca adalah kebiasaan

menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebijakan bagi

dirinya.

Berdasarkan pernyataan di atas peneliti menyimpulkan gemar membaca adalah

kesukaan akan membaca dan kecenderungan hati untuk memahami dan mengerti isi

yang terkandung dalam teks bacaan serta menerapkannya dalam praktek.

1. Indikator sikap gemar membaca

Indikator sikap gemar membaca untuk kelas empat sampai kelas enam SD

menurut Daryanto dan Darmiatun (2013: 149), yaitu:

a. Membaca buku dan tulisan yang terkait dengan mata pelajaran

b. Mencari bahan bacaan dari perpustakaan daerahMembaca buku novel dan

cerita pendek

c. Membaca buku atau tulisan tentang alam, sosial, budaya, seni, dan teknolog

24
Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari karena minat

menambah dorongan untuk belajar. Menurut Hurlock (1999: 114), minat merupakan

sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan

bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat sesuatu akan menguntungkan, mereka

merasa berminat. Hal ini akan mendatangkan kepuasan.

Minat baca memerluka perhatian yang meneyeluruh serta perasaan senang

untuk membaca selain itu minat baca disertai dengan perasaan senang terhadap

kegiatan membaca. Menurut Mansyur (2019: 3) minat baca merupakan kesadaran

individu untuk membaca yang berawal dari dorongan diri masing-masing yang

didukung dengan lingkungan. Anak yang membaca dengan minat akan lebih

memahami bacaan yang sedang dibaca, karena anak akan membaca dengan sepenuh

hati. Agar siswa dapat mengetahui makna bacaan dibutuhkan minat yang baik dalam

membaca.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, minat baca dapat diartikan sebagai

ketertarikan untuk membaca terhadap suatu hal dengan menaruh perhatian pada suatu

pembelajaran tertentu dan disertai hasrat untuk mengetahui, mempelajari, dan

membuktikannya melalui partisipasi aktif juga keinginan besar untuk membaca.

Kemauan juga keinginan yang tinggi untuk membaca dan didorong dengan kesadaran

siswa akan pentingnya keinginan membaca sangat diperlukan demi tercapainya tujuan

dan hasil yang diinginkan oleh pembaca.

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Gemar Baca

25
Menurut Triatma (Anjani, Dantes, dan Artawan, 2019: 75) Minat baca

dipengaruhi oleh faktor dalam diri siswa dan faktor luar diri siswa. Faktor dari dalam

diri siswa meliputi perasaan, motivasi, dan perhatian. Sedangkan faktor yang

mempengaruhi minat baca dari luar terdiri dari peranan guru, lingkungan, keluarga dan

fasilitas. Seorang guru hendaknya harus mampu memberikan motivasi, dan perhatian

secara terus menerus kepada siswa. Juga mampu menggunakan teori atau komponen

strategi pembelajaran sebagai prinsip pembelajaran sehingga dalam proses

pembelajaran dapat berlangsung dengan baik juga dapat diterima dengan mudah oleh

siswa.

Agar siswa memliki minat baca tinggi maka membutuhkan beberapa hal

diantaranya: lingkungan yang mendukung, bahan bacaan yang menarik, dan bimbingan

terhadap bacaan yang sesuai dengan tingkatan umur siswa menurut (Anjani, Dantes,

dan Artawan, 2019: 75).

Berdasarkan pendapat ahli diatas mengenai faktor yang mempengaruhi minat

baca siswa, maka daat disimpulkan bahwa minat baca seseorang dapat dipengaruhi

oleh faktor yang berasal dari dalam diri siswa juga dari faktor luar diri siswa. Dan untuk

menumbuhkan minat baca dibutuhkan peranan guru dalam memberikan motivasi juga

perhatian agar minat baca siswa dapat meningkat.

26
2.2.5 Indikator Gemar Membaca

Indikator minat baca (Arinda Sari, 2018: 363). indikator minat baca diantaranya

adalah :

1. kesenangan membaca

2. kesadaran akan manfaat dari bacaan

3. frekuensi membaca

4. kuantitas sumber bacaan.

Menurut Safari dalam Ony, Kisyani, dan Wahyu (2017: 321-322) indikator

minat baca adalah:

1. Perasaan senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu

mata pelajaran, siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang disenanginya.

Tidak ada perasaan terpaksa pada siswa untuk mempelajari bidang tersebut;

2. Ketertarikan siswa

Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung

merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau bisa berupa pengalaman

afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

3. Perhatian siswa

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap pengamatan

dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang

memiliki minat pada objek tertentu, dengan sendirinya akan memperhatikan

objek tersebut.

27
4. Keterlibatan siswa

Ketertarikan seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang

tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari

objek tersebut.

Untuk mengukur minat baca dirumuskan dimensi sebagai berikut yaitu

perasaan senang membaca, kebutuhan terhadap membaca buku, ketertarikan terhadap

bacaan, keinginan membaca buku, dan keinginan mencari bahan bacaan.

Menurut (Anjani, Dantes, dan Artawan, 2019:75) Indikator minat baca terdiri

dari siswa memiliki semangat dalam membaca, siswa memiliki kesadaran akan

pentingnya membaca, siswa memiliki daya tarik untuk membaca, siswa dapat

memanfaatkan waktu luang untuk membaca, dan siswa memiliki keinginan sendiri

untuk mencari bahan bacaan. Membaca bukan hanya melihat dan mengucapakan

kalimat tetapi tujuan yang dikejar adalah mendapatkan pemahaman setelah membaca.

Berdasarkan pemaparan tersebut maka pada penelitian ini untuk mengetahui

minat baca siswa, peneliti menggunakan indikator berdasarkan pendapat dari Safari

dalam Ony, Kisyani, dan Wahyu (2017: 321-322) yakni perasaan senang, ketertarikan

siswa, perhatian siswa, dan keterlibatan siswa.

2.2.6 Cara Membangkitkan Kebiasaan Gemar Membaca

Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk

membangkitkan minat baca pada suatu subjek yang baru adalah dengan ditanamkannya

minat baca sedini mungkin. Menurut Hasyim (Yusuf, 2021:2) menyebutkan bahwa

ada beberapa cara menumbuhkan kebiasaan membaca, yaitu:

1. Bacakan buku sejak anak lahir

28
2. dorong anak bercerita tentang apa yang telah didengar atau dibacanya,

3. ajak anak ke toko buku/perpustakaan

4. beli buku yang menarik minat anak

5. sisihkan uang untuk membeli buku

6. tukar buku dengan teman

7. hilangkan penghambat seperti televisi dan playstation

8. beri hadiah (reward) yang memperbesar semangat membaca

9. memiliki kesadaran dan minat yang tinggi terhadap membaca, dan

10. menyediakan waktu untuk membaca.

Dalam membangkitkan minat baca anak-anak harus diberikan stimulus agar

minat baca dapat muncul dari dalam diri siswa. Upaya meningkatkan minat baca

dengan cara memaksa siswa membaca buku sebanyak-banyaknya tidak akan efektif,

karena akan lebih baik jika keinginan tersebut berasal dari dalam diri siswa tanpa ada

paksaan.

Menurut (Kasiyun, 2015: 94) di lembaga pendidikan fasilitas yang baik

diperlukan untuk meningkatkan minat baca siswa, baik fasilitas ruangan atau pun

kelengkapan koleksi di perpustakaan. Juga diperlukan kerja sama yang baik antara guru

dan pustakawan, sekolah juga perlu menyediakan fasilitas seperti majalah dinding dan

majalah sekolah untuk para siswa. Dan yang tidak kalah penting adalah ketersedian

buku yang sesuai dengan kebutuhan pembaca.

2.3 Teori Siswa Sekolah Dasar

2.3.1 Pengertian Siswa Sekolah Dasar

29
Siswa adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral

dalam proses belajar mengajar dimana di dalam proses belajar mengajar, siswa sebagai

pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya

secara optimal. Siswa akan menjadi faktor penentu, sehingga dapat mempengaruhi

segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.

Menurut Abu Ahmadi, siswa adalah orang yang belum mencapai dewasa, yang

membutuhkan usaha, bantuan bimbingan dari orang lain yang telah dewasa guna

melaksanakan tugas sebagai salah satu makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai

warga negara yang baik dan sebagai salah satu masyarakat serta sebagai suatu pribadi

atau individu. Menurut Ali (2010) menyatakan bahwa siswa adalah mereka yang

secarakhusus diserahkan oleh orang tua untuk mengikuti pembelajaran yang

diselenggarakan disekolah dengan tujuan untuk menjadi manusia yang memiliki

pengetahuan, berketrampilan, berpengalaman, berkepribadian, berakhlak dan mandiri.

Pengertian siswa dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah orang/anak yang

sedang berguru (belajar, bersekolah). Menurut Prof. Dr. Shafique Ali Khan (2005)

pengertian siswa adalah orang yang datang ke suatu lembaga untuk memperoleh atau

mempelajari beberapa tipe pendidikan. Sedangkan menurut Daradjat (1995) siswa

adalah pribadi yang “unik” yang mempunyai potensi dan mengalami proses

berkembang.

30
Dalam proses berkembang itu siswa membutuhkan bantuan yang sifat dan

contohnya tidak ditentukan oleh guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam suatu

kehidupan bersama dengan individu-individu yang lain. Menurut Sardiman (2003),

pengertian siswa adalah orang yang datang kesekolah untuk memperoleh atau

mempelajari beberapa tipe pendidikan.

Pada masa ini siswa mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis.

Selain itu juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang

dewasa. Dari beberapa teori di atas, maka dapat disimpulkan siswa adalah salah satu

faktor yang paling penting dalam dunia pendidikan dan untuk berjalanya sistem

belajar-mengajar. Siswa adalah orang yang datang kesekolah untuk memperoleh atau

mempelajari beberapa tipe pendidikan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 66 Tahun 2010,

sekolah dasar adalah salah satu pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan

umum pada jenjang pendidikan dasar. Suharjo (2006) menyatakan bahwa sekolah

dasar pada dasarnya merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan

program pendidikan enam tahun bagi anak-anak usia 6-12 tahun. Hal ini juga

diungkapkan Fuad Ihsan (2008) bahwa sekolah dasar ditempuh

selama 6 tahun.

31
Pernyataan tentang sekolah dasar lainnya yang dikemukakan oleh

Harmon & Jones (2005) bahwa: “Elementary schools usually serve children

between the ages of five and eleven years, or kindergarten through sixth grade.

Some elementary schools comprise kindergarten through fourth grade and are

called primary schools. These schools are usually followed by a middle school,

which includes fifth through eighth grades. Elementar schools can also range

from kindergarten to eighth grade”. Pernyataan oleh Harmon & Jones sedikit

berbeda dengan pernyataan oleh Suharjo.

Jika Suharjo menyatakan sekolah dasar lebih ditujukan pada anak yang

berusia 6-12 tahun, maka Harmon dan Jones menyatakan sekolah dasar biasanya

terdiri atas anak- anak antara usia 5-11 tahun dan usia tingkatan sekolah

menengah. Di Indonesia, kisaran usia sekolah dasar berada di antara 6 atau 7

tahun sampai 12 tahun. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari

kelas 1 sampai kelas 6.

2.3.2 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Sekolah memainkan peran yang sangat penting sebagai dasar pembentukan

sumber daya manusia yang bermutu. Melalui sekolah, anak belajar untuk

mengetahui dan membangun keahlian serta membangun karakteristik mereka

sebagai bekal menuju kedewasaan.

”The school function as a socializing agent by providing the intellectual

and social experiences from which children develop the skill, knowledge, interest,

and attitudes that characterize them as individuals and that shape their abilities to

32
perform adult roles” (Berns, 2004). Bagi anak, ketika masuk ke sekolah dasar

terdapat suatu perubahan dimana peran-peran dan kewajiban baru akan dialami.

Melalui sekolah dasar, anak untuk pertama kalinya belajar untuk

berinteraksi dan menjalin hubungan yang lebih luas dengan orang lain yang baru

dikenalinya. Pada masa usia sekolah dasar ini terdapat dua fase yang terjadi, yaitu:

a. Masa kelas rendah sekolah dasar (usia 6 tahun sampai usia sekitar 8

tahun). Pada usia ini dikategorikan mulai dari kelas 1 sampai dengan

kelas

b. Masa kelas tinggi sekolah dasar (usia 9 tahun sampai kira-kira usia 12

tahun) Pada usia ini dikategorikan mulai dari kelas 4 sampai dengan

kelas

c. Pada masing-masing fase tersebut memiliki karakteristiknya masing-

masing.

Masa-masa kelas rendah siswa memiliki sifat-sifat khas sebagai berikut :

a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan

pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah

b. Adanya sikap yang cenderung untuk memenuhi peraturan- peraturan

permainan yang tradisional

c. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri

d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain

e. Kalau tidak dapat menyelesaikan masalah, maka masalah itu

dianggapnya tidak penting.

33
f. Pada masa ini (terutama pada umur 6-8 tahun) anak memperhatikan

nilai (angka rapor).

g. Hal-hal yang bersifat konkret lebih mudah dipahami daripada hal yang

abstrak.

h. Kehidupan adalah bermain. Bermain bagi anak usia ini adalah hal

yang menyenangkan. Bahkan anak tidak dapat membedakan secara

jelas perbedaan bermain dengan belajar.

i. Kemampuan mengingat (memori) dan berbahasa berkembang sangat

cepat.

Sedangkan ciri-ciri sifat anak pada masa kelas tinggi di sekolah dasar

yaitu:

a. Adanya minat terhadap kehidupan sehari-hari.

b. Sangat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.

c. Menjelang akhir masa ini terdapat minat terhadap hal- hal atau mata

pelajaran khusus. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan

guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya

dan memenuhi keinginannya. Setelah kira-kira umur 11 tahun pada

umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan baik dan berusaha

menyelesaikannya sendiri.

d. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai hal yang

baik mengenai prestasi sekolah.

e. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya

untuk bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak

34
lagi terikat kepada aturan permainan yang tradisional melainkan mereka

membuat peraturan sendiri.

f. Mengidolakan seseorang yang sempurna (Anonim,2013

2.4 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Dona Aji Karunia Putra (2006) dengan judul

Pengaruh antara Kebiasaan Membaca dan Kecepatan Membaca dengan

Pemahaman Membaca Siswa kelas II SMP Negeri di Kecamatan Depok, Sleman,

Yogyakarta. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa ada pengaruh positif

antara kecepatan membaca dengan pemahaman membaca dan ada pengaruh

positif antara kebiasaan membaca dan kecepatan membaca dengan pemahaman

membaca siswa kelas II SMP Negeri di Kecamatan Depok, Sleman, Yogyakarta.

Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan sehingga dijadikan

sebagai acuan penelitian. Penulis merujuk pada pengaruh kebiasaan membaca

dengan pemahaman membaca siswa. Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian

mengenai studi pengaruh antara kebiasaan membaca dengan pemahaman bacaan

siswa kelas VIII SMP di Kecamatan Kalasan Sleman.

Dwi Agustina Wati pada tahun 2007, telah melakukan penelitian dengan

judul Pengaruh antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Apresiasi Puisi

Siswa Kelas X SMA Negeri di Kecamatan Sleman Tahun Pelajaran 2006/2007.

Dalam penelitian tersebut, disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan antara kebiasaan membaca dengan kemampua apresiasi puisi siswa

kelas X SMA Negeri di Kecamatan Sleman tahun pelajaran 2006/2007. Penelitian

35
tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan sehingga dijadikan sebagai

acuan penelitian.

Hariadi Budi Atmoko, 2012. Pengaruh Kecepatan membaca Terhadap

Pemahaman Isi Bacaan Siswa Kelas V SDN Terenyang 03 Sumber pucung

Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pengaruh kecepatan

mebaca terhadap tingkat pemahaman isi bacaan. Pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa rata-rata tingkat kecepatan membaca siswa pada saat pre-test

adalah 134 kpm. Rata-rata tingkat pemahaman isi bacaan adalah 55% Pada saat

pos-test rata-rata tingkat kecepatan membaca adalah 193 kpm. Rata-rata tingkat

pemahaman isi bacaan adalah 67,2%.

Dari beberapa hasil penelitian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa

penelitian tersebut mempunya kaitan dengan penelitian yang dikaji oleh penulis,

yaitu sama-sama meneliti tentang kebiasaan membaca siswa. Selanjutnya terdapat

perbedaan dari penelitian di atas dimana penelitian peneliti hanya dua variabel

sedangkan masing-masing peneliti di atas meneliti dengan tiga variabel.

36
BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

deskriptif. Menurut Sugiyono, metode penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk

meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen)

dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber

data dilakukan secara purposive dan snowball.

Sengankan menurut Menurut Sukmadi (2009), metode kualitatif adalah

penelitian untuk mendiskripsikan dan menganalsis tentang fenomena, peristiwa,

kepercayaan, sikap, dan aktivitas sosial secara individual maupun kelompok.

37
Metode kualitatif merupakan kumpulan metode untuk menganalisis dan

memahami lebih dalam mengenai makna beberapa individu maupun kelompok

dianggap sebagai masalah kemanusiaan atau masalah sosial Creswell (2015).

Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana sumbangsih guru dalam

menanamkan kebiasaan gemar membaca bagi siswa di tingkat sekolah dasar.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan peneltian kualitatif untuk dapat

memahami fenomena dalam konteks pendidikan secara alamiah yang

menggambarkan permasalahan kebiasaan gemar membaca pada anak menurut

sudut pandang pengajar dan petugas perpustakaan. Dalam penelitian kualitatif

peneliti menganalisis dan setelah itu melaporkan fenomena dalam suatu hasil

analisa dalam penelitian. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini dipilih

secara purposive, kriteria yang dipakai adalah subjek berusia 7-13 tahun / berada

pada jenjang sekolah dasar.

1.2 Teknik Pengambilan Data

Penelitian kualitatif menggunakan desain penelitian studi kasus dalam arti

penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami

secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya. Teknik

pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau

kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada

generalisasi

1.3 Metode Pengambilan Data

Dalam penelitian ini data diperoleh dengan melakukan wawancara dan

observasi. Wawancara adalah suatu pola khusus dari sebuah interaksi yang

38
dimulai secara lisan untuk suatu tujuan tertentu dan di fokuskan pada daerah

konten yang spesifik dengan suatu proses eliminasi dari bahan-bahan yang tidak

ada hubungannya secara berkelanjutan Robert Kahn dan Daniel Katz (2006).

Menurut Kontjaraningrat (2002) wawancara merupakan suatu cara yang

digunakan untuk tugas tertentu, mencoba untuk mendapatkan sebuah informasi

dan secara lisan pembentukan responden, untuk berkomunikasi secara tatap muka.

Dari dua pengertian mengenai wawancara dapat disimpulkan bahwa

metode wawancara merupakan suatu percakapan antara dua orang atau lebih dan

berlangsung antara interviewer dan interviewee secara lisan untuk mendapatkan

sebuah informasi. Pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan untuk menggali

lebih dalam mengenai topik permasalahan. Adapun data yang diperoleh peneliti

kemudian dianalisis dengan menggunakan reduksi kata. Partisipan informan

merupakan beberapa guru SD yang mengajar di Muara Bungo dan merupakan

guru mata pelajaran.

1.4 Uji Keabsahan Data

Keabsahan data dilakukan untuk terjaminnya keakuratan data. Data yang

salah akan menghasilkan penarikan kesimpulan yang salah, demikian pula

sebaliknya, data yang valid akan menghasilkan kesimpulan hasil penelitian yang

benar. Keabsahan data merupakan konsep yang sangat penting yang diperbaharui

dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi

positivisme dan disesuaikan dengan tuntutan, kriteria dan paradigmanya sendiri.

Teknik eksplorasi keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini

Moleong (2008) adalah:

39
1. Ketekunan Pengamat

Ketekunan pengamat berarti dilaksanakan dengan lebih seksama dan

lebih teliti. Ketekunan pengamat dilakukan untuk memperoleh data atau

informasi pada subjek yang sedang diteliti. Ketekunan pengamat untuk

mnemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan

persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada

hal-hal tersebut dengan rinci.

2. Triangulasi

Triangulasi merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan

peneliti pada saat mengumpulkan data dan menganalisis data. Ide dasarnya

adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik, sehingga

diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari sudut pandang yang

berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal.

Karena itu triangulasi adalah usaha mengecek kebenaran data atau

informasi yang diperoleh peneliti dan berbagai sudut pandang yang berbeda

dengan cara mengurangi sebanyak mungkin perbedaan yang terjadi pada saat

pengumpulan dan analisis data. Fungsi dari penggunaan metode triangulasi

adalah memahami fenomena sosial dan konstruksi psikologis tidak cukup

hanya dengan menggunakan satu alat ukur saja.

Triangulasi menekankan digunakannya lebih dari satu metode dan

banyak sumber data termasuk diantaranya sejumlah peristiwa yang terjadi.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sebagai berikut Patton

(dalam Moleong, 2004):

40
a. Triangulasi sumber data:

Untuk membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda

dalam metode kualitatif. Data yang diperoleh berupa wawancara yang

dilakukan lebih dari satu kali dalam periode waktu tertentu.

b. Triangulasi teori:

Menggunakan beberapa teori untuk memastikan data yang

dikumpulkan akan terlihat dalam bab pembahasan untuk dipergunakan di

dalam penelitian.

c. Triangulasi metode:

Dilakukan dengan cara melakukan pengecekan antara penemuan

hasil penelitian yang sama teknik pengumpulan datanya dan pengecekan

melalui sumber data dengan metode yang sama.

3. Perpanjangan Keikutsertaan

Dalam penelitian ini keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam

pengumpulan data. Keikutsertaan tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat,

tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian.

Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan meningkatkan

derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Hal tersebut penting artinya

karena penelitian kualitatif berorientasi pada situasi, sehingga dengan

perpanjangan keikutsertaan dapat membangun kepercayaan antara subjek dan

peneliti memerlukan waktu yang cukup.

41
Metode keabsahan data berfungsi untuk data yang diperoleh sangat

besar peluang untuk keluar dari objektifitas. Keabsahan data untuk kebenaran

suatu hasil penelitian yang lebih menekankan pada data informasi daripada

sikap dan jumlah orang. Dalam metode keabsahan dapat mempermudahkan

peneliti dalam membentuk skema psikologis yang dapat menghubungkan

dengan landasan teori pada hasil akhir yang dapat membuat kesimpulan

pengaruh rasa insecure pada mahasiswa terhadap kehidupan sosial.

1.5 Metode Analisis Data

Moleong (2008) mengatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan

penelitian yang menfokuskan pada paparan kalimat, sehingga lebih mampu

memahami kondisi psikologi manusia yang komplek (dipengaruhi oleh banyak

fakta) yang tidak cukup, apabila hanya diukur dengan menggunakan skala saja.

Hal ini terutama didasari oleh asumsi bahwa manusia merupakan animal

symbolicum (makhluk simbolis) yang mencari makna dalam hidupnya. Sehingga

penelitian ini memerlukan peran kualitatif guna melihat manusia secara total.

Tujuan analisis data kualitatif agar peneliti mendapatkan makna hubungan

variabel-variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang

dirumuskan dalam penelitian. Hubungan antar semantis sangat penting karena

dalam analisis kualitatif, peneliti tidak menggunakan angka-angka seperti pada

analisis kuantitatif. Prinsip pokok teknik analisis data kualitatif ialah mengolah

dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur,

terstruktur dan mempunyai makna.

42
Menurut Miles,Huberman &Saldana (2014), terdapat tiga teknik analisis

data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses

ini berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum

data benar-benar terkumpul. Teknik analisis data kualitatif sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.

Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data

sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak

perlu diartikan sebagai kuantifikasi data.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,

sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk

penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan),

matriks, grafik, jaringan dan bagan.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data

kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan

untuk mengambil tindakan. Dari penjelasan-penjelasan tersebut dapat

dipahami bahwa ada yang mengutarakan memfokuskan pada kalimat dan ada

juga yang menjelaskan mengenai makna variabel dalam sesuatu.

43
DAFTAR PUSTAKA

Achnan A. S. (2018). Pengantar Psikologi. Sulawesi selatan: Aksara Timur

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.
Aksara. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Menejemen. Bandung: Alfabeta.
Ginting, Cipta. 2013. Kiat Belajar di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.

Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi

Sukardi. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Suprijanto, 2012. Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar: Dari Teori Hingga
Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Somadayo, Samsu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca.


Yogtakarta: Graha Ilmu

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa.


Bandung: Penerbit Angkasa.

Adzim, M. Fauzil. 2000. Membuat Anak Gila Membaca. Bandung:

44
Mizan. Bafadal, Ibrahim. 2005. Pengolahan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.

Hikmat, Ade. 2014. Kerativitas, Kebiasaan Membaca, dan Kemampuan Apresiasi


Cerpen. Jakarta: Uhamka Pers.

Martono, Nanang. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis
Sekunder. Jakarta: Rajawali Pers.

45

Anda mungkin juga menyukai