PPL SIKLUS 2
Oleh
Pramono Sutarno, S.Pd
HALAMAN PENGESAHAN
ii
BIODATA PENULIS
Penulis
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
Rahmat, taufiq serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Best Pratice ini dengan lancar. Laporan Best Pratice ini berjudul “Meningkatkan
motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila Kelas VIII
materi Kedudukan dan Fungsi Pancasila melalui model pembelajaran inovatif
berbasis Project Based Learning di SMP Negeri 2 Kandangan”. Laporan ini ditulis
untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan rangkaian Program Pendidik
Profesi Guru dalam jabatan kategori 1 gelombang 2 tahun 2023.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan Best Pratice ini tidak akan bisa
selesai tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan
segala ketulusan hati, penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dr. Iswan Riyadi, M.M. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan motivasi agar kegiatan senantiasa berjalan dengan baik
2. Agus Heri Winarno, S.Pd. selalu Guru Pamong yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam kegiatan Pendidikan Profesi Guru dalam
jabatan kategori 1 gelombang 2.
3. Keluarga besar SMP Negeri 2 Kadangan yang sudah senantiasa memberikan
dukungan dan kelancaran.
4. Keluarga, sahabat dan rekan-rekan peserta Program Pendidikan Profesi
Guru dalam jabatan kategori 1 gelombang 2 tahun 2023 pada Mata Pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di LPTK Universitas Widya
Dharma Klaten.
Penulis telah berusaha menulis laporan Best Pratice ini dengan sebaik-baiknya,
namun penulis menyadari keterbatasan yang ada. Sehingga penulisan laporan ini
tentu masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan laporan ini.
Harapan penulis, semoga laporan Best Pratice ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak tanpa terkecuali. Aamiin
Penulis
iv
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
BIODATA PENULIS ......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Jenis Kegiatan .............................................................................................. 7
D. Manfaat Kegiatan ......................................................................................... 8
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN ........................................................... 9
A. Tujuan dan Sasaran ...................................................................................... 9
B. Bahan/Materi Kegiatan ................................................................................ 9
C. Metode/Cara Melaksanakan Kegiatan.......................................................... 9
D. Alat/Instrumen ............................................................................................ 10
E. Waktu dan Tempat Kegiatan ...................................................................... 11
BAB III HASIL KEGIATAN ......................................................................... 12
A. Hasil ........................................................................................................... 12
B. Masalah yang Dihadapi .............................................................................. 12
C. Cara Menghadapi Masalah ......................................................................... 12
BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 14
A. Kesimpulan................................................................................................. 14
B. Saran ........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAJA .......................................................................................... 15
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 16
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan modal terbesar dalam jangka Panjang yang harus di susun,
disiapkan, dan diberi sarana prasarana sehingga kelangsungan proses belajara mengajar dapat
terlaksana dengan baik dan sesuai dengan harapan. Pendidikan Pancasila merupakan mata
Pelajaran yang menitikberatkan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
untuk menerapkan hak dan kewajiban sebagai upaya untuk menjadi warga negara yang baik,
cerdas, dan berkarakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam Pendidikan tentunya berbagai permasalahan
akan muncul terutama motivasi peserta didik.Sebagai upaya untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa khususnya peserta didik, guru sebagai orang tua multi fungsi atau orang tua di sekolah
berkewajiban memberikan pemecahan terhadap masalah peserta didik khusunya dalam
motivasi pembelajaran.
Peningkatan mutu Pendidikan tidak terlepas dari pembelajaran, karena pembelajaran yang
berkualitas dan mengoptimalkan hasil belajar siswa yang pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap kwalitas Pendidikan itu sendiri. Kualitas pendidikan perlu mendapat perhatian khusus
dari para pengajar, perlu ada perubahan paradigma dalam menelaah proses belajar siswa dan
interaksi antara siswa dan guru. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan keluaran anak didik
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan lebih menekankan pada peserta didik agar
menjadi manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Siswa harus
termotivasi dalam pengembangan pengetahuan. Suatu permasalahan yang mendasar saat ini
adalah siswa cenderung kurang bersemangat dalam kegiatan belajar, hal ini mengakibatkan
proses pembelajaran selalu dianggap gagal. Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi
pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang
bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change
of behaviour as a result of experience).
Seseorang akan berhasil dalam belajar, jika pada dirinya sendiri ada keinginan utuk
belajar. Inilah prinsip pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau
dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. (sardiman, 2007: 40) siswa
belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental ini berupa keinginan,
kemauan, atau cita-cita, kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Menurut
Dimyati & Mudjiono (2006: 80) motivasi belajar dapat diartikan sebagai suatu yang
mendorong siswa untuk sudi melakukan kegiatan belajar. Sedangkan menurut Mc. Donald
(dalam Sardiman 2007: 73-74) mengemukakan bahwa motivasi adalah perubahan energy
dalam diri seseorang yang ditandai munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan.
Dimyati & Mudjiono (2006: 80-81) menjelaskan bahwa ada tiga komponen utama dalam
motivasi yaitu: (a) kebutuhan, (b) dorongan, dan (c) tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu
merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan
merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan.
Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau
pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi.
Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan
perilaku dalam hal ini perilaku belajar. Dalam proses pembelajaran, meningkatkan motivasi
belajar melibatkan pihak-pihak antara lain siswa dan guru. Siswa bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri untuk meningkatkan motivasi belajar pada dirinya agar memperoleh hasil
belajar yang memuaskan. Motivasi berupa tekad yang kuat dari dalam diri siswa untuk sukses
secara akademis, akan membuat proses belajar semakin giat dan penuh semangat.
6
Motivasi selain penting bagi siswa, juga diperlukan oleh guru, berikut ini pentingnya
motivasi bagi siswa menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 85)
1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir.
2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar dibandingkan dengan teman sebaya
3. Mengarahkan kegiatan belajar
4. Membesarkan semangat belajar
5. Menyadarkan tentang adanya pengalaman belajar yang kemudian bekerja. Sedangkan
bagi guru, motivasi diperlukan untuk: (1) membangkitkan, mengangkat dan
memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil, (2) mengetahui dan
memahami motivasi belajar siswa di kelas yang bermacam- macam, (3) meningkatkan
dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran, seperti
sebagai penasihat, fasilitator, (4) instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi
hadiah, atau pendidik.
6. Menurut Sardiman (2007: 85) ada tiga fungsi motivasi yaitu : a) mendorong manusia
untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energy. Motivasi
dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan,
b) menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian 0motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dijerjakan sesuai
dengan rumusan tujuannya, c) menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-
perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak manfaat bagi tujuan tersebut.
Dengan permasalahan tersebut, seorang guru diharapkan memberikan pengajaran yang
dapat memotivasi siswa dalam belajar dengan penerapan model- model pengajaran yang sesuai
dengan kurikulum pendidikan masa kini yang menitikberatkan pada peran siswa atau student
center. Model project based learning dipilih menjadi inovasi dalam pembelajaran karena
selama ini model yang digunakan saat pembelajaran masih monoton dan tidak membuat
peserta didik aktif dalam pembelajaran. Model ini memiliki kelebihan mendorong siswa untuk
lebih peka terhadap permasalahan yang terjadi di lingkungan nyata, membiasakan siswa untuk
menganalisis atau meneliti sejak dini, dan meningkatkan berpikir kritis, kreativitas, dan
kemandirian. Dengan penerapan model tersebut diharapkan siswa mampu meningkatkan
motivasi belajar yang sesuai dengan harapan. Berdasarkan uraian di atas maka tujuan
penelitian ini adalah untuk: Mengetahui motivasi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kandangan
setelah melaksanakan pembelajaran dengan model project based learning.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ditemukan rumusan masalah sebagai berikut:
Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning dapat
meningkatkan motivasi peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila pada kelas
VIII di SMP Negeri 2 Kandangan?
C. Jenis Kegiatan
Program Pendidikan Profesi Guru dalam jabatan kategori 1 gelombang 2 tahun 2023
merupakan salah satu upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan. Program ini dikembangkan mengikuti arah
kebijakan Kemendikbud yang menekankan pada pembelajaran berorientasi pada keterampilan
berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS). Keterampilan berfikir
tingkat tinggi adalah proses berfikir kompleks dalam menguraikan materi, membuat
kesimpulan, membangun representasi, menganalisis dan membangun hubungan dengan
melibatkan aktifitas mental yang paling dasar yang sebaiknya dimiliki oleh seorang guru
professional.
7
Unit Pembelajaran yang sudah tersusun diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran.
Unit Pembelajaran yang dikembangkan dikhususkan untuk Pendidikan Dasar yang dalam hal
ini akan melibatkan dosen dan guru pamong yang sangat profesional. Kami ucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh tim penyusun yang berasal dari
Perguruan Tinggi dan berbagai pihak yang telah bekerja keras dan berkontribusi positif dalam
mewujudkan penyelesaian Unit Pembelajaran ini. Kegiatan yang dilaporkan dalam laporan
praktik baik ini adalah kegiatan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Pancasila.
D. Manfaat Kegiatan
Sebagai tenaga pendidik yang professional, maka hasil penelitian ini sangatlah besar
manfaatnya bagi penulis maupun bagi rekan guru maupun peserta didik.
a) Bagi penulis
Penulis ingin mengetahui apakah hasil penulisan laporan Best practice memberikan
manfaat bagi orang lain?
b) Bagi guru
➢ Berperan aktif dalam mengembangan pengetahuan ataupun ketrampilan
➢ Memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran
➢ Menjadi guru yang professional
➢ Menjadikan motivasi untuk guru yang lain
c) Bagi peserta didik
➢ Peserta didik lebih tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran
➢ Mempermudah peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran
➢ Menciptakan suasana kelas yang kondusif ketika proses pembelajaran
➢ Dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
d) Bagi sekolah
➢ Menerapkan metode pembelajaran yang inovatif
➢ Memanfaatkan metode yang dilaksanakan semaksimal mungkin
➢ Mengembangkan bakat agar tercipta visi dan misi sekolah
8
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Tujuan dan Sasaran
Meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila
Kelas VIII di materi Kedudukan dan Fungsi Pancasila, dengan menerapkan model
pembelajaran inovatif berbasis Project Based Learning.
Elemen : Pancasila
Capaian Pembelajaran :
Peserta didik memahami implementasi Pancasila dalam kehidupan bernegara
dari masa ke masa. Peserta didik mampu mengidentifikasi nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari.
1. Peserta didik mampu menelaah bagaimana penerapan nilai pancasila.
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertanyaan Mendasar
Inti
55 Menit 1. Siswa memperhatikan slide power point tentang meteri yang akan
diajarkan pada pertemuan ini.
2. Siswa memperhatikan video tentang salah satu penerapan sila
Pancasila.
3. Guru mengajukan pertanyaan terkait video yang telah di
9
tampilkan.
Menguji Hasil
D. Alat/ Instrumen
➢ Media dan alat pembelajaran dengan menggunakan:
Sarana (alat/bahan) : Laptop, LCD Proyektor
Prasarana : Power point, video pembelajaran, referensi yang relevan lainnya
Sumber bahan Ajar : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Kelas VIII, Buku
Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas VIII
➢ Sedangkan instrument yang digunakan dalam PPL ini adalah:
1. Asesmen sebelum pembelajaran (diagnostik)
10
• Asesmen diagnostik non kognitif :
Untuk mengetahui kondisi peserta didik, dilakukan asesmen diagnostik non kognitif
dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan seperti :
1. Bagaimanakah kabar kalian hari ini?
2. Bagaimana perasaan kalian hari ini? Apakah selalu semangat belajar?
3. Apakah kalian siap menerima pembelajaran hari ini?
• Asesmen diagnostic kognitif
Merupakan asesmen diagnosis yang bisa dilaksanakan secara rutin, untuk awal ketika
guru akan mulai memperkenalkan sebuah topik pembelajaran baru, di akhir ketika
guru sudah selesai menjelaskan dan membahas sebuah topik tertentu, dan waktu yang
lainnya. Bisa berbentuk lisan dan tertulis ataupun lainnya.
2. Asesmen selama proses pembelajaran (formatif)
11
BAB III
HASIL KEGIATAN
A. Hasil
Kondisi yang dihadapi dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan
Pancasila adalah rendahnya motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan
Pancasila Kelas VIII B dalam materi “Kedudukan dan Fungsi Pancasila”
Pembelajaran dengan model pembelajaran yang lama mengakibatkan strategi dan media
pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik dan kurang inovatif (teacher center)
sehingga berdampak pada rendahnya motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran yang
nantinya akan berpengaruh pada hasil belajar.
Untuk itu perlu mengupgrade dengan menerapkan model PjBL (Project based Leraning)
dan pembelajaran yang bervariasi peserta didik akan lebih antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Model pembelajaran ini guru hanya sebagai fasilitator agar tercapai tujuan pembelajaran
yang direncanakan. Sehingga dalam proses pembelajaran guru berhasil menggunakan media
pembelajaran lebih inovatif dan peserta didik pun tidak merasa bosan dengan pembelajaran
untuk dapat berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Model project based learning dipilih
menjadi inovasi dalam pembelajaran karena selama ini model yang digunakan saat
pembelajaran masih monoton dan tidak membuat peserta didik aktif dalam pembelajaran.
Model ini memiliki kelebihan mendorong siswa untuk lebih peka terhadap permasalahan yang
terjadi di lingkungan nyata, membiasakan siswa untuk menganalisis atau meneliti sejak dini,
dan meningkatkan berpikir kritis, kreativitas, dan kemandirian.
Terdapat beberapa hal-hal baik yang dirasakan dalam pembelajaran berlangsung setelah
penerapan inovasi seperti mendorong peserta didik untuk mendalami materi pelajaran dengan
cara yang lebih mendalam.peserta didik belajar untuk mengevaluasi informasi,
mengidentifikasi masalah, dan merumuskan solusi yang masuk akal,peserta didik untuk
berkolaborasi, berbagi ide, dan membangun keterampilan sosial. Mereka belajar cara bekerja
bersama sebagai tim untuk mencapai tujuan bersama,peserta didik mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah yang transferable, yang dapat diterapkan dalam berbagai
konteks dan mata pelajar.
Hal ini terjadi karena Inovasi dalam pembelajaran memiliki potensi untuk menciptakan
pengalaman pembelajaran yang lebih bermakna, mendalam, dan relevan bagipeserta didik,
yang dapat dilihat dari analisis hasil belajarpeserta didik dapat di ambil kesimpulan bahwa
dari 30peserta didik sebanyak 28peserta didik telah mencapai nilai yang melebihi KKM dan
sisanyapeserta didik perlu untuk diberi penguatan dan perhatian untuk bisa memperoleh hasil
yang lebih maksimal.
13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembelajaran yang saya lakukan dikelas dengan mengunakan model
pembelajaran PjBL dengan meteode yang bervariasi ( Ceramah , diskusi , tanyan jawab dan
penugasan dan menggunakan madia PPT dan Video ).
➢ Mempunyai dampak bagi peserta didik:
Penggunaan media pembelajaran yang berbasis
TPACK dalam bentuk video yang ditampilkan dalam slide powerpoint berdampak
memudahkan peserta didik dalam mempelajari dan memahami materi, lebih bersemangat
dan tidak cepat bosan. Sehingga kemampuan berpikir analisis peserta didik dapat
ditingkatkan.
Hasilnya efektif peserta didik lebih bersemangat, lebih berani dalam menyampaikan
pendapat selama kegiatan dikusi dalam pembelajaran, terlihat dari hasil dari pembelajaran
peserta didik sesudah melakukan kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan kegiatan refleksi saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Faktor keberhasilan pembelajaran ini ditentukan dari penguasaan guru terhadap model
dan metode pembelajaran, media pembelajaran dan langkah langkah pelaksanaan dalam
rancangan Modul ajar yang telah dibuat. Dan faktor keberhasilan dapat dilihat dari
meningkatnya jumlah peserta didik yang mencapai ketuntasan hasil belajar.
B. Saran
Berdasarkan hasil praktek pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Project Based Learning berikut disampaikan rekomendasi :
1. Peserta didik diharapkan untuk meningkatkan kemampian berfikir tingkat tinggi dalam
pembelajaran. Kemampuan belajar seperti ini dapat membantu peserta didik menguasai
materi secara lebih mendalam.
2. Guru seharusnya tidak hanya melakukan proses pembelajaran dengan mengacu buku
peserta didik dan buku guru yang telah disediakan, tetapi perlu melakukan beberap inovasi
sesuai latar belakang peserta didikdan situasi kondisi sekolahnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo, B., & Trisyanti, U. 2018. Revolusi Industri 4.0 dan Tantangan Perubahan Sosial. In
Prosiding Semateksos 3 “Strategi Pembangunan Nasional Menghadapi Revolusi Industri 4.0.”
Retnosasi, I. E., Indrayanti, T., Pramujiono, A., & Supriyanto, H. (2021). Pelatihan Penyusunan
Best Practice dalam Penelitian Tindakan Kelas pada Guru SMP-SMA. Yumary: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2), 61-68.
Sugiono. 2017. Evaluasi Pendidikan. Alfabeta.
Yuyus Kardiman dkk (2017). Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA/MA. Jakarta: Erlangga.
15
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Disusun oleh:
2023
16
MODUL AJAR KURIKULUM MERDEKA PENDIDIKAN PANCASILA FASE
D KELAS VIII
INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Penyusun : Pramono Sutarno, S.Pd
Instansi : SMP Negeri 2 Kandangan
Tahun Penyusunan : Tahun 2023
Jenjang Sekolah : SMP/MTs
Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila
Fase D, Kelas / Semester : VIII (Delapan) / I (Ganjil)
Bab I : Kedudukan dan Fungsi Pancasila
Elemen : Pancasila
Capaian Pembelajaran : Peserta didik memahami implementasi Pancasila dalam
kehidupan bernegara dari masa ke masa. Peserta didik
mampu mengidentifikasi nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari
KOMPONEN INTI
17
2. Peserta didik mampu menghayati pentingnya kedudukan dan fungsi Pancasila.
3. Peserta didik mampu mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan.
B. PEMAHAMAN BERMAKNA
▪ Meningkatkan kemampuan siswa tentang mengenai fungsi dan kedudukan Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila sebagai pandangan hidup, Pancasila sebagaisumber
hukum negara.
C. PERTANYAAN PEMANTIK
▪ Bagaimana mempraktikkan nilai-nilai luhur dari Pancasila?
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertanyaan Mendasar
Inti
55 Menit 4. Siswa memperhatikan slide power point tentang meteri yang akan
diajarkan pada pertemuan ini.
5. Siswa memperhatikan video tentang salah satu penerapan sila
Pancasila.
18
2. Guru memantau perkembangan proyek yang di buat oleh peserta didik
dan membimbing jika mengalami kesulitan.
Menguji Hasil
Pembelajaran Alternatif
Model atau proses pembelajaran yang telah dibuat sebagai percontohan di atas disusun berdasarkan
pengamatan dan sejumlah asumsi. Beberapa asumsi tersebut di antaranya kondisisekolah dengan
sarana dan prasarana yang memadai dan atau sebaliknya. Serta wilayah sekolah yang berada di
perkotaan atau pelosok daerah. Karena Indonesia yang begitu luas, dan beragam letak geografisnya.
Juga.adanya.keterbatasan.yang.mungkin.dimiliki.oleh.beberapa. guru maupun siswa.
Untuk lingkungan sekolah dan siswa yang tidak memiliki keterbatasan sarana untuk mendukung
proses pembelajaran, dapat dikembangkan proses pembelajarannya dengan lebih bervariasi dan
kreatif, seperti pemutaran video, pembuatan video, pembuatan animasi, serta pembuatan poster.
Namun untuk lingkungan sekolah dan siswa yang memiliki keterbatasan, maka proses pembelajaran
dapat diganti dengan pembelajaran bermain peran, pembuatan poster menggunakan kertas karton
manila, membuat cerita bergambar (Cergam) dan beberapa variasi pembelajaran yang lain
disesuaikan dengan lingkungan sekolah dan siswanya.
REFLEKSI
Refleksi Siswa
1. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar, satu kelompok berisi minimal 5 siswa
2. Guru meminta kepada siswa untuk mendiskusikan. dan. mengisi. di. bagian. refleksi. dan.
evaluasi diri (Perilaku Ideal, Perilaku Realita, dan Rencana Perbaikan) berdasarkan contoh
yang ada di Buku Siswa PPKn Kelas VIII halaman 20
3. Meminta setiap kelompok menulis sikap atau perilaku apa yang terkait perilaku ideal,
perilaku realita, dan rencana perbaikannya
4. Meminta setiap kelompok menuliskan hasil diskusinya pada karton manila/kertas lainnya
5. Meminta setiap kelompok secara bergantian mempresentasikan hasil diskusinya di depan
kelas
19
6. Hasil dari tugas kelompok tersebut selanjutnya di tempelkan di ruang kelas.
20
Refleksi Guru
Dalam memfasilitasi proses pembelajaran Kedudukan dan Fungsi Pancasila bagi siswa,
apakah saya sebagai guru sudah:
1. Konsisten memberi keteladanan pada siswa dalam sikap dan perilaku sehari-hari secara
baik? (Sangat baik/baik/sedang/kurang baik)
2. Menjadikan pembelajaran tidak berpusat pada saya sebagai guru, melainkan berpusat pada
siswa secara baik? (Sangat baik/baik/ sedang/kurang baik)
3. Menggunakan pembelajaran secara kontekstual secara baik?
(Sangat baik/baik/sedang/kurang baik)
4. Apa yang perlu saya tingkatkan dalam proses pembelajaran pada
Bab Bentuk dan Kedaulatan Negara?
ASESMEN / PENILAIAN
Penilaian
Dalam pembelajaran Kedudukan dan Fungsi Pancasila, penilaian sikap menjadi hal utama
selanjutnya penilaian pengetahuan dan keterampilan. Karena memang di bab ini pembelajarannya
lebih menitik beratkan nilai-nilai dan diperkuat dengan pengetahuan.
Penilaian keterampilan juga diperlukan di bagian ini, walaupun porsinya tidak sama dengandua
penilaian yang lain.
21
Nama
Peserta 1 2 3 4 ... … 14 Jumlah Rata-rata
Didik
1. Haidar 4 3 3 2 … … 3 39 3.25/B
2. Nusaybah 3 4 4 4 … … 4 46 3.8/A
… …..
… …..
… Halwa 2 4 3 2 4 35 2.9/B
1. Mampu menyampaikan
hasil diskusi kelompok
secara tegas dan lugas
2. Mampu
mengomunikasikan ide
dan gagasan dengan
terarah dan sistematis
3. Mampu merespons
pertanyaan yang pada
sesi diskusi
4. Mampu menunjukkan
perilaku tertib dan baik
saat pelaksanaan
simulasi antre
… ……
22
Nilai Akhir
1. Isi Isi sesuai Isi sesuai dengan Isi kurang sesuai Isi tidak sesuai
dengan perencanaan yang perencanaan yang dengan
perencanaan disusun, tetapi disusun dan perencanaan yang
yang disusun informasi tidak informasi yang di susun.
dan informasi disampaikan disampaikan
disampaikan dengan urutan kurang tepat
dengan urutan yang logis
yang logis
2. Topik Topik spesifik, Topik melebar Topik melebar Topik sulit
informatif dan namun tetap dapat dan kurang dapat dipahami dan
meyakinkan dipahami oleh dipahami tidak spesifik
pembaca pembaca
3. Desain Info Tata letak Tata letak beberapa Tata letak Tata letak
Grafis elemen grafis elemen grafis beberapa elemen mayoritas elemen
rapi kurang rapi grafis kurang rapi grafis tidak rapi
dan tidakjelas
4. Tujuan Pesan sangat Pesan cukup Pesan kurang bisa Pesan sulit
penyampaian mudah mudah ditangkap ditangkap ditangkap
pesan ditangkap pembaca pembaca pembaca
pembaca
Pengayaan
Pancasila merupakan fondasi yang sangat kuat untuk bangsa Indonesia. Pancasila menjadi dasar bagi
penyelenggaraan negara Indonesia. Untuk mem perkuat pemahaman kita mengenai materi bab 1
kedudukan dan fungsi Pancasila, tayangan video ini dapat digunakan untuk pengayaan pengetahuan
guru.
Remedial
Alternatif kegiatan remedial:
a. Mengulang materi pokok di luar jam tatap muka bagi peserta didik yang belum tuntas.
b. Memberikan penugasan kepada peserta didik yang belum tuntas.
c. Memberikan kesempatan untuk tes perbaikan.
RUJUKAN LANJUTAN
Rujukan Lanjutan
Untuk memperkaya wawasan guru, ada berbagai buku dan artikel yang dapat dijadikan rujukan
untuk memperkuat materi Bab 1 Kedudukan dan Fungsi Pancasila, antara lain:
1. Bo'a, Fais Yonas. 2018. Pancasila sebagai Sumber Segala Sumber Hukum dalam Sistem
Hukum Nasional. Jurnal Konstitusi, Vol 15. No. 1, 2018.
https://jurnalkonstitusi.mkri.id/index.php/jk/article/view/1512/351
2. Krisnayuda, Backy. Pancasila & Undang-Undang: Relasi dan Transformasi Keduanya dalam
Sistem.
24
3. Pancasila dalam Sistem Hukum (Fais Yonas Bo'a)
4. Pancasila Sumber dari Segala Sumber Hukum di Indonesia (Kurnisar Kurnisar)
5. Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara (Ronto)
6. Lahirnya Pancasila: kumpulan pidato BPUPKI (Floriberta Aning S)
7. Pancasila (Suparman, S.Pd.)
8. Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno (Soekarno)
9. Karakter Pancasila, Membangun Pribadi dan Bangsa Bermanfaat (Zaim Uchrowi)
10. Makna dan Arti Penting Pancasila sebagai Dasar Negara
(https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/makna-dan-arti-penting-pancasila-sebagaidasar-
negara-4940/)
UJI KOMPETENSI
Uji Kompetensi
Cermatilah peristiwa-peristiwa di bawah ini. Lalu, tuliskan pendapatmu untukmenjawab
persoalan yang diajukan.
1. Rita sudah tiga hari tidak masuk sekolah. Ketua kelas mengusulkan untuk menjenguk Rita.
Semua pengurus kelas setuju. Sepulang sekolah, mereka menuju rumah Rita untuk
menjenguk. Mereka membawa jeruk dua kilogram sebagai buah tangan. Sesampainya di
rumah Rita, semua masuk ke ruang tamu rumah Rita. Hanya, Sella yang tidak masuk. Ia
memilih menunggu di teras. Rupanya, Sella merasa minder untuk masuk rumah Rita yang
megah. Rita pernah meledek Sella sebagai anak miskin.
Jika kamu sebagai ketua kelas, bagaimana cara kamu mengajak Sella agar mau masuk ke ruang
tamu rumah Rita? Jelaskan nilai-nilai Pancasila yang berhubungan dengan peristiwatersebut!
2. OSIS mengadakan kegiatan class meeting selepas Penilaian Akhir Semester (PAS). Ada
lima cabang olahraga yang dipertandingkan. Pada hari pelaksanaan, penanggung jawab
empat cabang olahraga telah siap. Namun, ada satu penanggung jawab cabang olahraga
yang tidak hadir. Akibatnya, cabang olahraga tersebut tertunda pelaksanaannya. Ketua
OSIS menyalahkan kepada ketua panitia karena dinilai tidak mengawal timnya dengan
baik.
Jika kamu diminta menyelesaikan masalah tersebut, bagaimana cara kamu menyelesaikan masalah
tersebut dan mencari solusi terbaik? Jelaskan sila ke berapa dalam Pancasila yang berhubungan
dengan peristiwa itu!
25
DAFTAR PUSTAKA
Acetylena, Sita. 2018. Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara: Perguruan Taman Siswa
sebagai Gagasan Taman Pengetahuan dan Etika. Penerbit Malang Madani.
Desia, Lusy Dwi. 2018. Pemikiran Soekarno tentang Internasionalisme dalam Pancasila.
Universitas Pendidikan Indoensia.
Hanifah, Abu. 1978. Renungan tentang Sumpah Pemuda dalam Bunga Rampai Soempah
Pemoeda. Jakarta: Balai Pustaka
Mulyono, Budi. 2017. Reorientasi Civic Disposition dalam Kurikulum Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai Upaya membentuk Warga Negara yang Ideal. Jurnal
Civics, Media Kajian Kewarganegaraan. Vol 14, No. 2, 2017.
Uchrowi, Zaim. 2013. Karakter Pancasila. Membangun Pribadi dan Bangsa Bermartabat.
Jakarta: Balai Pustaka
Yenny,. Maghfiroh.. 2012.. Holistic Character. Edusmart for Parenting and Teaching.
Jakarta: Matahati Edukasi Indonesia
26
➢ LAMPIRAN 2 LKPD
27
BAHAN BACAAN GURU & PESERTA DIDIK
28
B. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Bagian ini memberikan penjelasan terkait Pancasila yang menjadi pandangan hidup bangsa
Indonesia. Pancasila sendiri merupakan kristalisasi dari pengalaman hidup dalam sejarah panjang
bangsa Indonesia yang telah membentuk karakter, perilaku, etika, tata nilai dan norma yang telah
membentuk menjadi pandangan hidup bangsa. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia mengedepankan cara-cara musyawarah untuk
pengambilan keputusan dan mengatasi persoalan bangsa dan negara. Nilai keadilan sosial
menjadikan Bangsa Indonesia sebuah bangsa yang dermawan dan gemar berbagi. Bangsa
Indonesia menolak pemusatan kekayaan hanya dimiliki dan dikuasai oleh segilintir orang.
29
Sebagai warga yang baik, kita harus menjadikan Pancasila sebagai kepribadian baik itu di
keluarga, masyarakat bangsa dan bernegara.
30
Demikianlah gambaran Pancasila sebagai dasar negara. Pancasila merupakan fondasi bagitegaknya
Bangsa Indonesia. Semakin kokoh pengamalan Pancasila dalam bernegara, maka semakin kokoh
pula bangunan Negara Indonesia. Indonesia negara besar dengan puluhan provinsi, belasan ribu
pulau, dan ratusan juta jiwa penduduknya dengan keragamannya.
Maka, perlu landasan atau fondasi kokoh untuk dapat tetap menopang tegak berdirinya
Negara Indonesia.
Landasan tersebut merupakan nilai-nilai yang mendasari Negara Indonesia. Nilai-nilai itu pula yang
menjadi dasar penyelenggaraan negara. Dan, Pancasila merupakan nilai-nilai dasar dalam
menyelenggarakan Negara Indonesia. Setiap negara mesti memiliki landasan dengan cara apa
Negara tersebut diselenggarakan.
Ada negara yang mendasarkan penyelenggaraan negaranya atas dasar kapitalisme, komunisme,
sekularisme, dan lainnya. Bagi Negara Indonesia dasar penyelenggaraan negara tersebut adalah
Pancasila, yaitu lima sila dasar yang menjadi fondasi dalam semua aspek penyelenggaraan negara.
Pancasila sebagai dasar Negara termaktub jelas dalam
Pembukaa n Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) pada
alinea keempat,
yaitu “…maka disusunlah kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu ke adilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Mengacu pada kalimat “…negara Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada…”,
menegaskan bahwa dasar Negara Indonesia adalah Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara
mengandung konsekuensi bahwa setiap aspek penyelenggaraan negara mesti mengacu dan sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Mulai dari penyelenggaraan pada lingkup pemerintah pusat sampai
pemerintah daerah yang terkecil.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan pengertian bahwa dalam menyelenggarakan negara mesti
didasarkan pada nilai Ketuhanan. Maka, dalam pasal 29 ayat 1 UUD NRI Tahun
1945 ditegaskan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya, tidak boleh
31
ada kebijakan-kebijakan negara yang menyalahi nilai Ketuhanan. Misalnya, negara membolehkan
atheisme ada dan menyebar di Indonesia. Ini menyalahi Pancasila sila kesatu.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab memberikan makna dalam me nyelenggarakan negara
mesti menghormati nilai kemanusiaan yang didasari atas sifat adil dan beradab.
Artinya, tidak boleh ada kebijakan-kebijakan negara yang mencederai nilai kemanusiaan yang
beradab dan rasa keadilan. Misalnya, Negara mengeluarkan kebijakan pembangunan, tetapi
mengorbankan hak-hak rakyat.
Sila Persatuan Indonesia memberikan makna bahwa dalam menyelenggarakan negara mesti
menjaga nilai persatuan bangsa. Artinya, tidak boleh ada kebijakan-kebijakan negara yang
berpotensi menimbulkan disintegrasi bangsa. Sebaliknya, negara harus menjaga keutuhan dan
kesatuan Indonesia. Misalnya, pemerintah mengeluarkan kebijakan perundangan yang
menyudutkan nilai-nilai luhur salah satu masyarakat daerah di Indonesia.
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam per musyawaratan/perwakilan
memberikan makna bahwa dalam menyelenggarakan negara mestimendahulukan nilai musyawarah
untuk mufakat. Artinya, tidak boleh ada kebijakan- kebijakan negara yang dalam proses
pengambilan keputusannya diambil secara otoriter tanpa memperhatikan nilainilai musyawarah
untuk mufakat. Misalnya, pemerintah mengeluarkan perundangan tanpa melalui mekanisme
pembahasan dan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memberikan makna bahwa dalam
menyelenggarakan negara mesti mengutamakan nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Artinya, tidak boleh ada kebijakankebijakan negara yang hanya menyejahterakan
sebagian warga negara. Sebaliknya, negara harus mewujudkan kesejahteraan yang adil bagi
seluruh rakyat Indonesia. Misalnya, pemerintah mengutamakan kepentingan para pengusahadalam
perizinan eksplorasi sumberdaya alam tanpa mempertimbangkan masyarakat sekitarnya.
Rumusan Pancasila yang terdapat dalam alinea keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945
secara yuridis konstitusional berlaku dan mengikat seluruh lembaga negara, lembaga masyarakat,
dan setiap warga negara.
Rumusan lengkap sila-sila dalam Pancasila dimuat dalam Instruksi Presiden Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 1968 tentang Tata Urutan dan Rumusan dalam
Penulisan/Pembacaan/Pengucapan sila-sila Pancasila, sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
32
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara, sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD NRI
Tahun 1945, juga dimuat dalam Ketetapan MPR Nomor XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan
Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara.
Nilai ketuhanan menjadikan bangsa Indonesia sebuah bangsa yang religius. Nilai-nilaiagama
terinternalisasi dalam diri dan terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maka,
pandangan hidup ini mewarnai berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagai contoh dalam bidang pendidikan, maka disusunlah tujuan pendidikan nasional,
sebagaimana termaktub dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pada pasal 3 tertulis,
“Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia…”.
Pasal 3 Undang-undang Sisdiknas tersebut menjadi bukti bahwa Pancasila telah menjadi
pandangan hidup bangsa. Sehingga, ketika merumuskan peraturan perundang-undangan,
pandangan hidup ini mewarnainya. Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional menjadi
senapas dan seirama dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab menjadikan Bangsa Indonesia sebuah bangsa yang
menghargai harkat dan martabat kemanusiaan. Tidak boleh ada eksploitasi manusia atas
33
manusia lainnya. Maka, bangsa ini membuat peraturan perundangan yang melarang human
trafficking (perdagangan manusia).
Bangsa Indonesia juga menolak segala bentuk penjajahan di atas muka bumi. Hal ini tegas
disebutkan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945(UUD
NRI Tahun 1945) alinea pertama.
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.”
Nilai persatuan menjadi kan Bangsa Indonesia sebuah bangsa yang mencintai persatuan. Ketika
detik-detik akhir pengumuman dan pengesahan Piagam Jakarta, ada keberatan dari Perwakilan
Indonesia Timur yang berpotensi memecah persatuan bangsa, maka para pemimpin bangsa dari
kalangan Islam ketika itu dengan lapang dada bersedia mengubah rumusan sila pertama dari semula,
“Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, menjadi
“Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Ini merupakan bukti bahwa nilai persatuan dalam sila ketiga Pancasila telah menjadi pandangan
hidup Bangsa Indonesia sebelum Pancasila itu lahir. Pandangan hidup ini mempengaruhi dalam
bersikap dan me ngambil keputusan mengenai persoalan berbangsa danbernegara.
Nilai permusya wa ra tan menja dikan Bangsa Indo nesia sebuah bangsa yang meng utamakan mu
sya warah mufa kat untuk me me cahkan persoalan. Juga mem berikan hak ke pa da warga negara
untuk berpendapat di muka publik.
Hal ini ditegaskan dalam UUD NRI Tahun 1945 pasal 28, “Kemerdekaan ber serikat dan
berkumpul, me ngeluarkan pikiran de ngan lisan dan tulisan dan sebagai nya ditetapkan dengan
un dang-undang.”
Karena itulah, Bangsa Indonesia menolak tin da kan pemaksaan kepada seseorang untuk me ngi
kuti pendapatnya atau mendukungnya melakukan sesuatu. Bangsa Indo nesia mengedepankan
cara-cara musyawarah untuk peng ambilan keputusan dan mengatasi persoalan bangsa dan
negara.
Nilai keadilan sosial menjadikan Bangsa Indonesia sebuah bangsa yang dermawan dan gemar
berbagi. Mereka hidup guyub dalam tradisi gotong-royong.
Membantu warga masyarakat yang kesusahan sudah menjadi pandangan hidup yang mewarnai
kehidupan bangsa. Distribusi kesejahteraan sosial secara adil telah lama menjadi nilai dan
pandangan hidup Bangsa Indonesia. Karena itulah, negara melaksanakan program BPJS
kesehatan sebagai bentuk layanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia.
34
Demikian pula dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila merupakan sumber dari
segala sumber hukum Negara Indonesia. Pancasila berfungsi sebagai sumber hukum yang
mengatur tata kelola berbangsa dan bernegara serta menjadi acuan dalam merumuskan aturan dan
hukum yang berlaku di Indonesia.
Mengacu kepada teori norma Hans Nawiasky, sebagaimana dikutip oleh Dimas Hutomo, die
Stuferordnung der Rechtnormen (teori hierarki hukum), terdapat jenis dan tingkatan suatu aturan,
yaitu pertama, staatsfundamentalnorm (Norma fundamental negara/abstrak/sumber hukum, contoh:
Pancasila); kedua, staatsgrundgesetz (Aturan dasar/aturan pokok negara/konstitusi/ UUD); ketiga,
formell gesetz (Undang-undang); keempat, verordnung & utonome satzung (Aturan
pelaksana/Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah).
Merujuk pada teori di atas, maka Pancasila menempati posisi staatsfundamentalnorm sebagai
sumber dari segala sumber hukum negara. Hal ini sebagaimana ditegaskan pula dalam pasal 2
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011, yaitu Pancasila merupakan sumber segala sumber
hukum negara.
Karena itu, setiap produk hukum yang dihasilkan negara tidak boleh bertentangan dengan nilai
dasar Pancasila. Setiap sila Pancasila merupakan nilai dasar atau prinsip, sedangkan hukum adalah
nilai instrumental atau penjabaran dari nilai dasar. Karenanya, dalam merumuskan hukum dan
peraturan negara mesti bernafaskan pada sila-sila dalam Pancasila.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa harus menjadi acuan dalam merumuskan hukum dan peraturan
negara yang berhubungan dengan kehidupan beragama. Melalui perangkat hukum, negara harus
mengarahkan warganya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Taat menjalankan ajaran agamanya. Saling menghormati antara pemeluk agama yang
satu dengan yang lainnya.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab mesti menjadi acuan dalam merumuskan hukum dan
peraturan yang melindungi harkat dan martabat kemanusiaan yang adil dan beradab.
Tidak boleh ada tebang pilih dalam pelaksanaan hukum.
Setiap warga negara sama kedudukannya di dalam hukum
dan memperoleh perlakuan yang sama.
Sila persatuan Indonesia mesti menj adi arah kebijakan
hukum untuk senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa. Tidak boleh ada kebijakan hukum yang berpotensi
menimbulkan disintegrasi bangsa.
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan mesti men jadi acuan
dalam merumuskan hukum dan peraturan tentang
mekanisme implementasi kedaulatan rakyat. Negara harus
mampu
mengarahkan warganya untuk ber partisipasi aktif dalam proses penyelenggaraan bernegara dan
kehidupan berbangsa.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mesti menjadi acuan da lam merumuskan
hukum dan peraturan guna mewujudkan kesejahteraan sosial yang adil bagi seluruh rakyat
Indonesia. Tidak boleh ada perangkat hukum yang menguntungkan sebagian golongan dan
mengorbankan kepentingan rakyat.
35
D. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa
Kalian pasti memiliki kepribadian masing-masing. Cermati kepribadian teman-temanmu!
Mungkin kalian akan mendapati ada temanmu yang cenderung kaku dan disiplin, ada yang
fleksibel dan mudah beradaptasi, ada pula yang cara berpikirnya sederhana dan tidak mau ambil
pusing. Itu semua dipengaruhi oleh latar belakang keluarga, lingkungan yang membentuk dan
membesarkan, dan faktor lainnya.
Demikianlah gambaran Pancasila sebagai kepribadian bangsa. Bangsa Indonesia memiliki watak,
karakter, dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Watak dan karakter ini
membentuk kepribadian Bangsa Indonesia yang membedakannya dengan kepribadian bangsa-
bangsa lain.
Era globalisasi yang membuat dunia seperti tanpa batas, memiliki tantangan tersendiri bagi Bangsa
Indonesia. Tidak sedikit masyarakat Indonesia, khususnya generasi mudanya, yang mengalami
krisis identitas. Mereka seperti kehilangan jati dirinya sebagai Bangsa Indonesia. Mereka meniru
kepribadian bangsa-bangsa lain yang dianggap keren dan modern.
Padahal, itu bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
Pancasila sebagai kepribadian bangsa mestinya tercermin dalam sikap mental dan perilaku
keseharian. Tidak mudah terpengaruh oleh kepribadian bangsa lain. Setiap bangsa pasti memiliki
kepribadian yang dipengaruhi oleh pandangan hidupnya. Bangsa Indonesia memiliki kepribadian
luhur, bahkan sebelum Pancasila dirumuskan. Kepribadian luhur inilah yang tercermin dalam
perilaku sehari-hari.
Kepribadian Bangsa Indonesia yang terwarnai oleh sila pertama tercermin dari sikap hidup taat
menjalankan ajaran agama. Berusaha senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Mewujudkan kerukunan antar umat beragama. Mengembangkan sikap saling menghormati dan
menghargai antarumat beragama.
Kepribadian Bangsa Indonesia yang diwarnai oleh sila kedua tercermin dari sikap mengakui dan
memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia,sikap saling tenggang rasa,
tidak semenamena terhadap orang lain, dan berani membela kebenaran dan keadilan.
Kepribadian Bangsa Indonesia yang terwarnai oleh sila ketiga tercermin dari sikap menempatkan
persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air
dan bangsa, rela berkorban bagi kepentingan negara dan bangsa.
Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan Indonesia dan bertanah air Indonesia.
Mengembangkan persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.
36
Kepribadian Bangsa Indonesia yang terwarnai oleh sila keempat tercermin dari sikap
mengutamakan musyawarah mufakat untuk pengambilan keputusan bersama. Menghormati dan
menjunjung tinggi setiap keputusan yang ambil dengan jalan musyawarah.
Mempertanggungjawabkan keputusan yang diambil secara moral kepada Tuhan Maha Esa.
Kepribadian Bangsa Indonesia yang terwarnai oleh sila kelima tercermin dari sikap
mengembangkan sikap adil terhadap sesama. Menghormati hak orang lain, gemar memberikan
pertolongan. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta suka menghargai hasil karya
orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa dan kesejahteraanbersama.
Dengan demikian, Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai-nilai luhur dan kepribadianBangsa
Indonesia. Karena itu, kalian mesti bangga menampilkan kepribadian Bangsa Indonesia saat
berinteraksi dengan para pelajar lain ketika mengikuti kegiatan internasional,seperti pertukaran
pelajar internasional.
37
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki cita-cita dan tujuan yang jelas dan mulia,
sebagaimana disebutkan di atas. Cita-cita dan tujuan bangsa yang didasari nilai-nilai Pancasila ini
mesti diterjemahkan dalam program-program pembangunan di berbagai sektor kehidupan
berbangsa dan bernegara; politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan.
38
➢ LAMPIRAN 3 FOTO KEGIATAN
39
➢ LAMPIRAN 4 DAFTAR NILAI KELAS 8B
NILAI
NO NAMA
PENGETAHUAN KETERAMPILAN SIKAP
1 Aditya Dwi Saputra 80 A A
2 Ahmad Khoeron 90 A B
3 Alfa Rizqi Pratama 100 B A
4 Ananda Marveliano 80 A A
5 Ardi 80 B A
6 Ayil Ilham Prihandoko 70 B A
7 Chiquita Laila Azzahra 100 A A
8 Dani Afandi 80 A A
9 Daniel Marcellino Prasetyo 80 A B
10 Devanda Febriantara 80 A A
11 Ema Rahma Wijaya 90 A A
12 Fardhan Fahreza 80 A A
13 Heni Savitri 90 A A
14 Ibal Mangku Laharjo 90 B B
15 Irma Widyasari 80 A A
16 Jelita Regina Dinda Egistha 80 A A
17 Luvica Letitia Levi 80 A A
18 Meicha Rere Vanssa 80 A A
19 Muhamad Rakib Husein Rafi 80 B A
20 Muhammad Son Triatmaja 70 B A
21 Nayla Putri Septiani 90 B A
22 Okta Meshadida 90 A A
23 Putri Aulia Sari 90 B A
24 Rekhan Maulana 80 B A
25 Rika Vidayanti 100 A A
26 Riva Dwi Ariyani 80 A A
27 Satria Alif Zhaka Ridho 80 A B
28 Sava Diyani 80 A A
29 Viyona Cahya 80 A A
30 Yudistira 80 A B
40