Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH INOVASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SD

(Inovasi Pembelajaran Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Bahasa


Indonesia di SD, Inovasi Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD)

Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok


pada mata kuliah Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia SD

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Ursula Dwi Oktaviani, M.Pd.

Disusun oleh: Kelompok 6


1. Cecelia Yesi Kartika 2112061895
2. Kornelia Septi 2112061905
3. Lubiana Anggrenesiana 2112061907
4. Marsiana Mitha Widiawaty 2112061909
5. Nikodena Natalia 2112061913

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSADA KHATULISTIWA
SINTANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Inovasi Pembelajaran Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SD, Inovasi Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD’’.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Inovasi
Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan
menambah wawasan kepada pembaca. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu Ursula Dwi
Oktaviani, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Inovasi Pembelajaran
Bahasa Indonesia SD. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan
penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima
kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan baik dalam segi penulisan makalah, bahasa maupun
materi. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan makalah ini.

Sintang, 14 Mei 2023

Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................4

A. PENDEKATAN SAINTIFIK.......................................................................4

1. Pengertian Pendekatan Saintifik................................................................4

2. Hakikat Pendekatan Saintifik....................................................................5

3. Tujuan Pendekatan Saintifik.....................................................................6

4. Langkah-Langkah Umum Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik...6

B. Penerapan Pendekatan saintifik Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia SD


8

C. PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH............................................12

1. Pengertian Pendekatan Berbasis Masalah (problem-based learning)......12

2. Ciri-Ciri Pembelajaran Berbasis Masalah (problem-based learning.......14

3. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah (problem-based learning)........15

4. Langkah-langkah Pembelajaran berbasis masalah (problem-based


learning)..........................................................................................................16

D. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (problem-based learning) dalam


Pembelajaran Bahasa Indonesia SD...................................................................19

BAB III PENUTUP..........................................................................................21

A. Kesimpulan.................................................................................................21

iii
B. Saran............................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................23

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sebuah pendekatan saintifik atau scientific approach pada
pelaksanaan pembelajaran menjadi bahan pembahasan yang menarik
perhatian para pendidik akhir-akhir ini, terutama setelah diberlakukannya
kurikulum 2013. Yang menjadi latar belakang pentingnya pendekatan ini
karena produk pendidikan dasar dan menengah belum menghasilkan
lulusan yang mampu sepenuhnya berpikir kritis yang cukup setara dengan
kemampuan anak-anak bangsa lain.
Beberapa materi yang kerap kali menjadi suatu tolak ukur kemampuan
pemahaman peserta didik ialah deskripsi, baik itu menulis teks deskripsi,
membaca deskripsi, maupun menjelaskan deskripsi. Dalam kempetensi
dasar pembelajaran bahasa Indonesia, materi deskripsi kerap kali menjadi
bagian yang terpenting dalam penggunaan atau penerapan metode
saintifik/pendekatan saintifik (scientific approach), yang mana dalam
pendekatan saintifik murid dituntut untuk dapat berpikir kritis dalam
memahami materi pembelajaran yang dijelaskan oleh teman-temannya
pada kegiatan belajar mengajar di kelas dengan standar kurikulum 2013.
Yang mana dalam kurikulum 2013 guru berperan sebagai vasilitator,
motivator, dan evaluator. Sedangkan murid dituntut untuk belajar lebih
mandiri dengan materi yang dijelaskan oleh murid, dipertanyakan oleh
murid yang lain, lalu dijawab oleh murid yang lain. Setelahnya barulah
guru sebagai evaluator mengambil perannya dalam mengevaluasi belajar
murid, dan memberikan arahan kepada muridnya, kemudian memberikan
kesempatan kepada murid untuk bertanya serta juga memberikan
kesempatan kepada murid untuk memberikan pendapatnya masing-
masing. Sehingga dengan demikian barulah dapat terciptanya lulusan yang
mampu berpikir kritis dan sekaligus lebih berkualitas. Pembelajaran
bahasa Indonesia di sekolah memiliki peran penting dalam kehidupan
sehari-hari. Kemampuan berbahasa seseorang yang dibina sejak usia dini
ini akan menjadi bekal berharga bagi anak untuk memasuki jenjang
pendidikan selanjutnya. Kemampuan berbahasa yang baik akan membawa
pengaruh yang besar dalam kehidupan di masyarakat luas. Keberhasilan
menjalin komunikasi dengan orang lain juga dipengaruhi oleh penguasaan
bahasa yang dimiliki seseorang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pendekatan Saintifik?
2. Bagaimana Hakikat Pedekatan Saintifik?
3. Apa Tujuan Pendekatan Saintifik?
4. Bagaimana Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan
Saintifik?
5. Bagaimana Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia SD?
6. Apa Pengertian Pendekatan Berbasis Masalah?
7. Apa ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah?
8. Apa Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah?
9. Bagaimana Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah?
10. Bagaimana Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia SD?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Pendekatan Saintifik.
2. Untuk Mengetahui Hakikat Pendekatan Saintifik.
3. Untuk Mengetahui Tujuan Pendekatan Saintifik.
4. Untuk Mengetahui Langkah-Langkah Pembelajaran dengan
Pendekatan Saintifik.
5. Untuk Mengetahui Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia SD.
6. Untuk Mengetahui Pengertian Pendekatan Berbasis Masalah.
7. Untuk Mengetahui Ciri-Ciri Pembelajaran Berbasis Masalah.
8. Untuk Mengetahui Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah.
9. Untuk Mengetahui Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah.
10. Untuk Mengetahui Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia SD?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENDEKATAN SAINTIFIK

1. Pengertian Pendekatan Saintifik

Lestari, (2020:1-3) inti dari Kurikulum 2013 adalah ada pada upaya
penyederhanaan dan sifatnya yang thematic integrated. Kurikulum 2013
untuk menciptakan manusia yang mampu menghadapi tantangan masa
depan. Karena itu kurikulum disusun untuk menghadapi masa depan. Di
mana kurikulum yang berpusat pada siswa (studend centered) yang
mengharuskan siswa untuk aktif dengan pendekatan saintifik. Siswa
dituntut untuk bisa mengobservasi, bertanya (wawancara), bernalar dan
mengomunikasikar apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah
mengikuti pembelajaran. Mereka dituntut untuk berpikir llmiah. Dalam
proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang mempunyai kemiripan
makna, sehingga sering kali orang bingung membedakannya. Istilah
tersebut adalah pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model
pembelajaran.
Langkah pembelajaran pada pendekatan saintifik menggamit beberapa
ranah pencapaian hasil belajar yang dalam kegiatan tertuang pembelajaran.
Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu ranah attitude (sikap),
ranah knowledge (pengetahuan), dan ranah_skill (keterampilan). Hasil
belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Hal tersebut dapat digambar sebagai berikut:
Gambar Segitiga proses dan hasil belajar.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan
pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan
saja, tidak tergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu,
kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi, dan bukan hanya diberi tahu.

2. Hakikat Pendekatan Saintifik

Mariani & Fatmawati, (2018:1-2) pendekatan Saintifik diperkenalkan


pertama kali dalam dunia pendidikan di Amerika sejak akhir abad ke-19,
sebagai penekanan pada metode laboratorium formalistik yang mengarah
pada fakta-fakta ilmiah. Pendekatan saintifik ini memiliki karakteristik
"doing science". Pendekatan ini memudahkan guru atau pengembang
kurikulum dalam memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan
memecah proses menjadi langkah-langkah yang lebih terperinci dan
memuat instruksi untuk peserta didik dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Hal inilah yang menjadi alasan penggunaan pendekatan
saintifik sebagai pendekatan dalam Kurikulum 2013.
Pendekatan saintifik juga dikenal sebagai pendekatan ilmiah. Dalam
pelaksanaannya, ada yang menyebut saintifik sebagai sebuah pendekatan,
namun tak jarang disebut juga sebagai sebuah metode, meskipun
karakteristiknya hampir sama. Berdasarkan Standar kompetensi lulusan,
sasaran pembelajaran mencakup
Pembelajaran pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan, Ketiga ranah kompetensi
tersebut memiliki intasan perolehan (proses psikologi) yang berbeda.
Sikap diperoleh melalui aktivitas " menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas
"mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
menciptakan". Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta”.

3. Tujuan Pendekatan Saintifik

Tujuan Pendekatan Saintifik dalam Lestari, (2020:8-9) tujuan


pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan
pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik adalah:
a. Untuk meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu
masalah secara sistematik.
c. Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa
belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
e. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya
dalam menulis artikel ilmiah.
f. Untuk mengembangkan karakter siswa.

4. Langkah-Langkah Umum Pembelajaran Dengan Pendekatan

Saintifik

Lestari, (2020:10-13) menyatakan bahwa langkah- langkah


pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran pada kurikulum 2013
untuk semua jenjang menggunakan pendekatan ilmiah (scientific),
meliputi: menggali informasi melalui observing/pengamatan,
questioning/bertanya, experimenting/percobaan, mengolah data atau
informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, associating/menalar,
kemudian menyimpulkan, dan menciptakan serta membentuk
jaringan/networking. Langkah-langkah tersebut dapat diringkas menjadi 5
langkah, yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengolah data, dan
mengomunikasikan. Berikut adalah penjelasannya.
a. Mengamati (Observing)
Mengamati adalah proses pembelajaran dalam pendekatan saintifik
yang mengedepankan pengamatan langsung pada objek penelitian
secara sistematik. Tujuan pengamatan ini adalah untuk
mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif yang kemudian
dianalisis sesuai tingkat perkembangan siswa. Selain itu, dengan
kegiatan mengamati diharapkan proses pembelajaran dapat
menjadi lebih bermakna bagi siswa. Kegiatan mengamati
diharapkan dapat melatih kompetensi kesungguhan, ketelitian, dan
mencari informasi.
b. Menanya (Questioning)
Menanya merupakan kegiatan mengajukan pertanyaan tentang
informasi yang tidak dipahami dari apa yang sedang diamati atau
untuk menambah informasi tentang objek pengamatan (dari
pertanyaan faktual hingga hipotetis). Kegiatan menanya
diharapkan dapat mengembangkan kompetensi kreativitas, rasa
ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk
pikiran kritis untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang
hayat. Kegiatan menanya merupakan kegiatan untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Pertanyaan
yang muncul menjadi dasar untuk mencari informasi lebih lanjut.
c. Mengumpulkan Informasi
Mengumpulkan informasi merupakan kegiatan lanjutan dari
menanya. Informasi dapat diperoleh melalui berbagai sumber,
pengamatan, atau melakukan percobaan. Kompetensi yang
diharapkan dapat mengembang melalui kegiatan ini yaitu sikap
teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan
berkomunikasi, kemampuan mengumpulkan informasi melalui
berbagai cara, mengembangkan kebiasaan belajar, dan belajar
sepanjang hayat.
d. Mengasosiasi/Mengolah Informasi/Menalar
Kegiatan mengasosiasi merupakan kegiatan mengumpulkan
informasi, fakta maupun ide-ide yang telah diperoleh dari kegiatan
mengamati, menanya, maupun mencoba untuk selanjutnya diolah.
Pengolahan informasi merupakan kegiatan untuk memperluas dan
memperdalam informasi yang diperoleh sampai mencari solusi dari
berbagai sumber. Sedangkan dalam kegiatan menalar, siswa
menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa yang ada
dalam kehidupan sehari hari. Kompetensi yang dapat
dikembangkan melalui kegiatan ini yaitu sikap jujur, teliti, disiplin,
taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur, dan
kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
e. Mengomunikasikan
Kegiatan mengomunikasikan merupakan kegiatan yang mana guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan apa
yang telah dipelajari baik dengan cara ditulis maupun diceritakan.
Melalui kegiatan ini, maka guru dapat memberikan konfirmasi jika
ada kesalahan pemahaman siswa. Kompetensi yang diharapkan
dapat berkembang dari kegiatan ini adalah sikap jujur, teliti,
toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan
pendapat dengan singkat dan jelas, serta mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

B. Penerapan Pendekatan saintifik Dalam Pembelajaran Bahasa


Indonesia SD
Kusnindra, Atmazaki, & Hafrison, (2020:78-80) pendekatan scientific
ialah pendekatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati,
menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Kegiatan pembelajaran
seperti ini dapat membentuk sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik secara maksimal. Kelima proses belajar secara scientific tersebut
diimplementasikan pada saat memasuki kegiatan inti pembelajaran.
Pembelajaran berbasis pendekatan saintifik dilakukan dalam beberapa tahap,
mulai dari mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, memyimpulkan,
sampai pada mencipta. Dengan pendekatan ini, diharapkan hasil pembelajaran
lebih melekat pada pikiran siswa karena mereka melakukannya dengan
prosedur berbasis fakta. Meskipun bukan satu-satunya pendekatan terbaik
dalam pembelajaran bahasa, tetapi dapat diyakini bahwa pendekatan ilmiah
dapat membawa suskes karena dilakukan dengan sistematis seperti para
ilmuwan mencari tahu. Secara umum guru sudah melaksanankan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik sesuai dengan yang ada dalam RPP
dan langkah-langkah pembelajaran. Adapun langkah-langkah pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan saintifik dijelaskan sebagai berikut.
a. Mengamati
tahap memgamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran. Tahap ini menuntut tersedianya objek secara nyata.
Tanpa objek, tentulah aktivitas mengamati tidak akan terlaksana.
Memperhatikan memeiliki peranan penting dan merangsang bagi
pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik sehingga proses
pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode
mengamati peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan
antara objek yang dianalisis denga materi pelajaran. Dalam
kegiatan pengamatan, ada enam langkah-langkah yang harus
dilakukan.

1) Pertama, menentukan objek yang akan diamati.


2) Kedua, membuat pedoman pengamatan sesuai dengan
lingkup objek yang diamati.
3) Ketiga, menentukan secara jelas data-data apa yang perlu
diamati, baik primer ataupun sekunder.
4) Keempat, menentukan tempat dimana objek yang akan
diamati.
5) Kelima, menentukan secara jelas bagaimana pengamatan
akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan
mudah dan lancar.
6) Keenam, menentukan cara untuk mengumpulkan hasil
pengamatan, seperti menggunakan buku catatan, kamera,
tape recorder, video perekam dan alat-alat tulis lainnya.
b. Menanya
Aktivitas mengamati yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan
cermat, akan memunculkan persepsi tentang objek yang diamati.
Ada persepsi yang jelas, samar-samar, bahkan kemungkinan gelap
sehingga memunculkan banyak pertanyaan serta merumuskan
jawaban sementara terhadap pertanyaan berdasarkan pengetahuan
atau imformasi. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, setiap
peserta didik wajib menumbuhkan keberanian atau rasa percaya
diri peserta didik untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan hasil
persepsi mereka sewaktu melakukan kegiatan mengamati.
Pertanyaan peserta didik ini akan dijawab oleh peserta didik yang
lain dan diberi penguatan oleh pendidik dengan menggunakan
rujukan yang dapat dipertanggungjawabkan. Substansi pertanyaan,
kualitas pertanyaan, suara, dan kesopanan menjadi fokus
pengamatan dalam kegiatan menanya.
c. Menalar
Menalar atau mengasosiasi adalah proses berpikir yang logis dan
sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diamati untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Menalar merujuk
kepada teori belajar asosiasi, yaitu kemampuan untuk
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam
peristiwa untuk kemudian memasukkan menjadi pengalaman
memori dalam otak. Ada dua kegiatan dalam kegiatan menalar.
1) Pertama melakukan pengolahan informasi yang sudah
dikumpulkan.
2) Kedua, pengolahan informasi yang sudah dikumpulkan
yang bersifat menambah.
d. Mencoba
Kegiatan mencoba adalah kegiatan pembelajaran yang didesain
agar tercipta suasana kondusif yang memungkinkan peserta didik
dapat melakukan aktivitas fisik yang memaksimalkan penggunaan
panca indera dengan berbagai cara, media dan pengalaman yang
bermakna dalam menemukan ide, gagasan, konsep dan prinsip
sesuai dengan kompetensi mata pelajaran. Dalam kegiatan
mencoba pendidik melibatkan peserta didik mencari informasi
yang luas tentang tema yang dipelajari, memakai berbagai
pendekatan, media, dan sumber belajar yang lain, memfasilitasi
peserta didik, mengikutsertakan peserta didik secara aktif, .
e. Mengomunikasikan atau Membuat Jejaring
Pada tahap ini, peserta didik memaparkan dan mendiskusikan hasil
pemahamannya terhadap suatu konsep atau bahasan secara lisan
maupun tertulis. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah melakukan
presentasi laporan hasil percobaan, mempresentasikan peta konsep,
dan lain-lain. Peserta didik berlatih untuk mengemukakan hasil
temuan dan menghargai hasil peserta didik yang lain. Secara umum
pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan saintifik ini
sudah dilakukan guru dengan baik dan sesuai dengan langkah-
langkah yang ada dalam RPP mulai dari kegiatan pembuka,
kegiatan inti, sampai dengan kegiatan penutup. Tetapi dalam
pelaksanaannya masih ada kendala yang yang menghambat dalam
proses pembelajaran seperti kurangnya sarana dan prasarana yang
ada disekolah misalnya LCD dan media lainnya. Guru juga telah
mengupayakan berbagai cara untuk mengatasi kendala yang ada
dalam proses pembelajaran seperti mengikuti pelatihan, seminar,
menggunakan media bantu yang lain, serta berbagi pengalaman
dengan guru yang lain.

C. PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

1. Pengertian Pendekatan Berbasis Masalah (problem-based

learning)

Model pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning)


adalah salah satu model yang berbasis masalah dan memberikan
permasalahan kepada siswa dan siswa memecahkan masalah yang
dimilikinya melalui kelompok dengan cara diskusi atau mencari
informasi yang lebih detail untuk memecahkan masalah. Untuk
memudahkan siswa dalam belajar dan memberikan masalah yang
sesuai dengan tema yang diajarkan, guru hanya sebagai fasilitator.
PBL merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintregasikan
pengetahuan baru. Model ini juga berfokus pada keaktifan peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran. Peserta tidak lagi diberikan materi
belajar secara satu arah seperti model pembelajaran konvensional.
Dengan model ini, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan
pengetahuan mereka secara mandiri.
Dalam model PBL peserta didik diberikan suatu permasalahan,
kemudian secara berkelompok (sekitar 5-8 orang), mereka akan
berusaha untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut. Untuk
mendapatkan solusi, mereka diharapkan secara aktif mencari informasi
yang dibutuhkan dari berbagai sumber. Informasi dapat diperoleh dari
bahan secara (literature), narasumber, dan lain sebagainya.
Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) adalah salah
satu model pembelajaran yang sejak awal peserta didik dihadapkan
pada sebuah masalah yang sepesifik. Kemudian, peserta didik
mengidentifikasikan pokok bahasan yang dibutuhkan untuk
mengembangkan pengetahuan dari berbagai konsep pengetahuan lain
yang relevan dengan pokok permasalahan yang dibahas. Dalam model
ini, perubahan dari teacher-centered ke student-centered. Problem
Based Leraning merupakan setrategi pembelajaran dimana peserta
didik belajar melalui permasalahan permasalahan praktis yang
berhubungan dengan kehidupan fakta. Peserta didik belajar secara
berkelompok dan diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahn yang dibahas, kemudian peserta didik
dituntut untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajarinya berupa
unjuk kerja.
Strategi belajar berbasis masalah adalah salah satu pendekatan
pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa dengan
masalah- masalah praktis, berbentuk ill structured atau open-ennded
melalui stimulus dalam belajar. PBL merupakan strategi yang harus
dimengerti oleh peserta didik untuk beusaha dan bekerja sendiri dan
mampu menyusun masalah dengan baik. PBL ini adalah salah satu
pembelajaran yang berbasis masalah yang mendorong siswa agar
mandiri dan dapat mengerjakan tugas dengan kelompok tanpa bantuan
dan diambil dari kejadian dunia nyata dan menjadikan siswa belajar
dengan tekun dan mandiri. Contructivist approach, peserta didik
mengaktitkan prior knowlege dan mengembangkan dalam kerangka
pengetahuan konseptual yang sedang dihadapi. Rule models peserta
didik dapat terbawa dalam situasi konvensional dimana tutor berubah
fungsi menjadi pemberi pelajaran sebagaimana di kelas yang lebih
besar. Information averload sampai seberapa jauh mereka harus
melakukan self directed study dan informasi yang relevan. PBI.
merupakan model pembelajaran dimana siswa menyelesaikan masalah
atau memecahkan masalah dari dunia nyata. Simulasi masalah
diaktifkan untuk keingintahuan siswa dalam sebelum memulai suatu
subjek. Diskusi kelompok yang baik dan benar sangat membantu siswa
mencapai penyelesain masalah yang dialaminya dalam pembelajaran.

2. Ciri-Ciri Pembelajaran Berbasis Masalah (problem-based

learning

a. Menemukan masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah dimulai dengan kesadaran
adanya masalah yang harus dimiliki dan dapat dipecahkan.
Pada tahap ini guru memberikan atau membimbing siswa pada
kesadaran adanya kesenjangan sosial yang dirasakan oleh
manusia atau lingkungan.
b. Mengidentifikasi masalah
Siswa membuat sebuah kelompok dan berdiskusi tentang
masalah yang mereka dapatkan. Masalah yang diajukan dalam
pembelajaran berdasarkan masalah hendaknya mengaitkan
berbagai disiplin ilmu.
c. Mengumpulkan data
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa
melakukan dan mencari masalah yang terbuka yang ada
didunia nyata. Siswa harus menganalisis dan mendefinisikan
masalah, merumuskan hipotesis dan membuat ramalan,
mencari informasi, membuat referensi dan merumuskan
kesimpulan.
d. Menghasilkan karya dan didemontrasikan
Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk
menghasilkan karya tertentu dan dapat diperagakan yang
memperjelas atau mewakili masalah yang ditemukan. Karya ini
dapat berupa laporan, model fisik, dan video. Hasilnya
dipresentasikan di depan kelas.
e. Pembelajaran bermula dengan masalah
f. Pengetahuan yang diharapkan dapat dicapai dalam proses
pembelajaran berbasis masalah.
g. Siswa diberi kesempatan untuk bereksplorasi mengumpulkan
dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan
masalahnya, serta mengorganisasikan masalah.

3. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah (problem-based

learning)

Model pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning)


untuk untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis,
analitis, sistematis dan logis untuk menemukan alternatife pemecahan
masalah melelui ekplorasi data secara empiris dalam rangka
menumbuhkan sikap ilmiah. Serta belajar secara mandiri untuk
menambah pengetahuan dan pengalaman. Dalam tujuan model
pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) dapat
dikategorikan sebagai berikut.
a. Mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) dan
hasil belajar siswa tanpa model pembelajaran berbasis masalah
(problem-based learning).
b. Mampu mengembangkan keterampilan berpikir rasional, yaitu
kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan
yang mereka miliki dalam situasi pengetahuan baru.
Mengembangkan keterampilan dan memecahkan masalah.
c. Model ini memberikan kerjasama dengan kelompok dan diberi

tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah-masalah yang

dibahas.

d. Model pembelajaran berbasis masalah (problem-based

learning) merupakan model yang memberikan kemandirian


siswa dalam proses belajar mengajar dan memiliki masalah

yang dihadapi dan mencari sumber-sumber penyelesaian

masalah, sehingga menjadikan siswa kreatif dan kritis.

4. Langkah-langkah Pembelajaran berbasis masalah (problem-

based learning)

a. Tahap pertama: menemukan masalah


Guru menjelaskan alur pembelajaran, menjelaskan alat-alat
yang dibutuhkan, mengajukan demontrasi atau cerita untuk
memunculkan masalah, memberikan motivasi kepada siswa
terhadap masalah yang fakta, dan pemecahan masalah.
b. Tahap kedua: identifikasi masalah
Guru membuatkan kelompok untuk berdiskusi dengan temanya
5-6 orang di dalam satu kelompok. Pada tahap ini siswa
mengidentifikasi masalah yang akan didiskusikan sesuai
dengan tema masing-masing.
c. Tahap ketiga: membimbing mengumpulkan data individu atau
kelompok
Guru memberikan pengarahan untuk mencari informasi sesuai,
melakukan percobaan, untuk memperoleh pemecahan masalah.
d. Tahap keempat mengembangkan dan mendemostrasikan
Guru membantu proses dalam mempersiapkan karya yang akan
didemontrasikan seperti laporan, video, dan pembagian tugas.
e. Tahap kelima: melakuakan evaluasi dan pemecahan masalah
Pada tahap ini guru memberikan pengarahan, supaya siswa
merefleksikan dan mengevaluasi terhadap proses-proses yang
mereka lakukan.

f. Tahap keenam: mengumpulkan hasil


Pada tahap ini siswa mengumpulkan hasil pemecahan masalah
dan dijadikan satu dengan kelompok lain.
Dari enam tahapan di atas dapat diuraikan meliputi kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal dilakukan guru dengan tujuan membangkitkan
motivasi siswa terhadap masalah-masalah terbuka, atau
pengalaman- pengalamn hidup yang bersangkutan dengan
masalah yang diajarakan. Siswa dihadapkan kepada masalah.
Kedua hal tersebut dilakukan secara simultan. Oleh karena itu,
di dalam melakukan pengorientasian siswa kepada masalah,
guru dapat menggunakan model model tertentu agar siswa
termotivasi. Siswa dapat termotivasi apabila yang dilakukan
oleh guru di dalam kelas menarik perhatian siswa. Sesuatu
dapat menarik bila bergerak, berwarna, atau menimbulakan
konflik kognitif. Motivasi juga dapat dibangkitkan bila apa
yang akan diajarkan itu relevan dengan kebutuhan siswa.
Pembelajaran yang relevan dapat meningkatkan rasa percaya
diri siswa dan memberanikan untuk memulainya. Karena itu
mulailah pelajaran dengan hal hal yang mudah, menarik,
kemudian berangsur- angsur sulit. Mulailah dengan apa yang
diketahui dan dikenal siswa dan hargailah keberhasilannya.
Motivasi akan muncul bila siswa percaya diri dan merasa puas
dengan apa yang dilakukannya. Secara praktis, guru dapat
menyajikan demonstrasi atau penyajian fenomena yang
menarik dan mengherankan sehingga muncul pertanyaan di
dalam benak siswa. Akhir kegiatan awal adalah memunculkan
masalah atau pertanyaan yang akan dijawab melalui
serangkaian kegiatan yang dilakukan di dalam kegiatan inti.
Secara keseluruhan kegiatan yang dilakukan pada kegiatan
awal ini adalah tahap pertama pembelajarn berbasis masalah
(problem-based leraning).

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti dimulai dengan kegiatan merumuskan masalah


dan mengidentifikasi masalah. Kegiatan merumuskan masalah
dan identifikasi masalah ini disarankan dilakukan oleh siswa
dan guru sebagai fasilitator. Di dalam merumuskan masalah
dan identifikasi masalah ini, guru perlu berlatih
mengembangkan model- model yang membimbing siswa
terhadap masalah yang akan dikaji. Tahap selanjutnya siswa
dibagi ke dalam beberapa kelompok- kelompok belajar terdiri
dari 5-6 orang siswa (tahap kedua PBL). Siswa diminta di
dalam kelompok melakukan kegiatan melaporkan dan
memberikan penjelasan terhadap maslah yang dikaji. Selama
siswa bekerja, guru sebagai fasilitator untuk membantu siswa
yang mempunyai kesulitan, memberi petunjuk apa saja yang
seharusnya dilakukan dan bagaimana cara melakukan dengan
benar, meluruskan kesalahan, mendengar keluhan siswa dengan
penuh perhatian, dan menghargai setiap usaha yang dilukan
oleh siswa. Berdasarkan informasi 120 dari 148ai kegiatan
pengamatan atau eksperimen dia merumuskan simpulan.
Simpulan yang dimaksud harus relevan dengan masalah yang
dikaji dalam pembelajaran. Pada tahap ini guru memberikan
bimbingan kepada siswa untuk menghasilkan hasil karva (tahap
keempat PBL).
3) Kegiatan akhir
ini merupakan kegiatan pemantapan. Bentuk kegiatan yang
dapat dilakukan antara lain melakukan pembuktian hasil yang
mereka peroleh, tugas belajar lebih lanjut. Pada kegiatan akhir
juga dilakukan analisis proses pemecahan masalah. Kegiatan
ini dilakukan selain belajar konten, siswa juga menyadari ada
aspek lain yang mereka pelajari dalam kegiatan pembelajaran
ini (tahap kelima PBL). Selama pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem-
based leraning) di kelas, peran guru antara lain, mengajukan
masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah terbuka,
memfasilitasi dan membimbing penyelidikan (pengamatan atau
eksperimen), memberikan pemecahan masalah, mendukung
belajar siswa dan mengapresiasikan hasil siswa.

D. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (problem-based learning)


dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia SD
(Rahmawati, 2022) dengan Model Problem Based Learning ini, guru

membimbing penyelidikan kelompok atau individu sehingga antara siswa

dengan guru saling bekerja sama. Siswa juga diberikan kesempatan untuk

mengumpulkan informasi terkait menganalisis dan megevaluasi proses

pemecahan masalah dan guru memberikan asosiasi (penguatan) terkait

materi yang telah dibahas. Dengan demikian, pengetahuan dan wawasan

siswa berkembang, siswa lebih menguasai topik diskusi sehingga hasil

belajar siswa dapat ditingkatkan.

Guru memberikan orientasi masalah kepada siswa setelah itu guru

mengorganisasikan siswa dengan membagikan LKPD, guru mendampingi

penyelidikan individu, guru meminta siswa untuk menyajikan hasil, guru

menganalisis dan mengevaluasi pembelajaran. Sehingga Problem Based

Learning adalah model pembelajaran siswa aktif yang mengaitkan

informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa


(meaningfull learning) melalui kegiatan belajar untuk mencari solusi dari

permasalahan dunia nyata untuk mengembangkan keterampilan

menyelesaikan masalah dengan bantuan berbagai sumber belajar. Belum

banyak penelitian yang mengkaji mengenai model problem based learning

terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia di sekolah dasar.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan Saintifik yaitu siswa dituntut untuk bisa mengobservasi,
bertanya (wawancara), bernalar dan mengomunikasikar apa yang
mereka peroleh atau mereka ketahui setelah mengikuti pembelajaran.
Mereka dituntut untuk berpikir llmiah. Dalam proses pembelajaran
dikenal beberapa istilah yang mempunyai kemiripan makna,
sehingga sering kali orang bingung membedakannya. Istilah tersebut
adalah pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model
pembelajaran. Pendekatan ini memudahkan guru atau pengembang
kurikulum dalam memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan
memecah proses menjadi langkah-langkah yang lebih terperinci dan
memuat instruksi untuk peserta didik dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Ada pun tujuan dari pendekatan pembelajaran
saintifik ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Selain itu untuk
membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah
secara sistematik.

Sedangkan model pembelajaran berbasis masalah (problem-based


learning) adalah salah satu model yang berbasis masalah dan
memberikan permasalahan kepada siswa dan siswa memecahkan
masalah yang dimilikinya melalui kelompok dengan cara diskusi
atau mencari informasi yang lebih detail untuk memecahkan
masalah. PBL ini adalah salah satu pembelajaran yang berbasis
masalah yang mendorong siswa agar mandiri dan dapat mengerjakan
tugas dengan kelompok tanpa bantuan dan diambil dari kejadian
dunia nyata dan menjadikan siswa belajar dengan tekun dan mandiri.
Ciri-ciri pembelajaran ini menemukan masalah, mengindentifikasi
maslah, mengumpulkan data, menghasilkan karya dan
didemonstrasikan.

B. Saran
Tentunya terhadap penyusun sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penyusun akan segera melakukan perbaikan susunan
makalah itu dengan menggunakan pendoman dari beberapa sumber dan
kritik yang bisa membangun bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengembangan Bahasa Indonesia RI. (2016). KBBI Daring. Retrieved


September 22, 2022, from kbbi.kemdikbud.go.id:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Bahasa

Kusnindra, H., Atmazaki, & Hafrison. (2020). Implementasi Pendekatan Saintifik


dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Bahasa Indonesia, 75-82.

Lestari, E. T. (2020). Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar. Yogyakarta: CV


Budi Utama.

Mariani, I., & Fatmawati, L. (2018). Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran


di Sekolah Dasar. Yogyakarta: CV. Budi Utama.

Musfiqon, & Nurdyansyah. (2015). Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Sidoarjo:


Nizamia Learning Center.

Rahmawati, L. D. (2022, April 1). Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan


Model Problem Based Learning pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
Jurnal Ilmiah Multidisplin, 1-4.

Roqid, M., & Nurfuady. (2020). Kepribadian Guru (Upaya Mengembangkan


Kepribadian Guru yang Sehad di Masa Depan. Yogyakarta: CV. Cinta
Buku.

Seran, E. Y., Mardawani, Marganingsih, A., Lestari, V., Lestari, W., Cahyati, P., & Putri, F.
B. (2022). Keaktifan Belajar Siswa Sekolah Dasar pada Masa Pandemi Covid-19.
Jurnal Pendidikan Dasar Perkhasa, 8(1), 1-9.

Anda mungkin juga menyukai