PENDEKATAN KURIKULUM
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kurikulum Bahan Ajar Bahasa Indonesia
Disusun oleh :
2020
1
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik serta tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentulah kami tidak bisa menyelesaikan makalah ini. Puji syukur atas nikmat yang diberikan
oleh Allah SWT atas nikmat sehat baik jasmani dan rohani sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Pendekatan Kurikulum” guna memenuhi tugas mata
kuliah Kurikulum Bahan Ajar Bahasa Indonesia.
Tidak lupa kami sampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
senantiasa memberikan doa dan sarannya dalam penyusunan makalah ini. Tanpa bantuan dari
mereka tentu makalah ini tidak bisa tercipta dengan baik.
Terlepas dari itu semua kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, sehingga
kedepannya kami bisa memberikan makalah yang lebih baik lagi. Semoga malakalah ini dapat
bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
C. TUJUAN ......................................................................................................................... 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
5. Pendekatan Accountability........................................................................................ 13
PENUTUP................................................................................................................................ 15
A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
4
C. TUJUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pendekatan merupakan sebuah titik tolak atau sudut pandang terhadap suatu
proses tertentu. Jika dikatikan dengan kurikulum maka dapar diartikan bahwa
pendekatatan kurikulum merpakan sebuah titik tolak atau sudut pandang terhadap
proses pengembangan kurikulum. Pendekatan kurikulum sebagai cara kerja dengan
merapkan strategi-strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah
pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang sesuai dengan yang
diharapkan untuk menjadi lebih baik. Pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk
pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan
kurikulum.
Pada pendekatan ini menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai
dasar organisasi kurikulum. Misalnya pelajaran matematika,sejarah,IPA,IPS, dan
sebagainya seperti yang biasa kita temukan dalam sistem pendidikan kita sekarang
disemua sekolah.
Yang diutamakan dalam pendekatan ini ialah penguasaan bahan dan proses disiplin
ilmu tertentu. Pendekatan ini paling mudah dibandingkan dengan pendekatan
lainnya oleh sebab disiplin ilmu telah jelas batasannya dan karena itu lebih mudah
apa yang diajarkan.
Pengembangan kurikulum subjek atau disiplin ilmu ini dilakukan dengan cara
menetapkan terlebih dahulu mata pelajaran apa yang harus dipelajari oleh peserta
didik, yang diperlukan untuk persiapan pengembangan disiplin. Jadi pendekatan
subjek adalah pendekatan kurikulum yang menitikberatkan pada struktur ilmu dan
sistematisasinya. Intinya yaitu mengembangkan kurikulum dengan terlebih dahulu
menetapkan mata pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik.
Tujuan kurikulum subjek ini adalah pemberian pengetahuan serta melatih para
siswa menggunakan ide-ide dan proses penelitian. Dengan berpengetahuan dalam
6
berbagai disiplin ilmu, peserta didik diharapkan memiliki konsep-konsep dengan
cara-cara yang dapat terus dikembangkan dalam masyarakat luas.
2. Pendekatan Interdisipliner
7
1) Penekanan pada nilai-nilai sosial.
2) Struktur kurikulum inti ditentukan oleh problem sosial dan per-kehidupan sosial.
3) Pelajaran umum diperuntukan bagi seluruh siswa yang ada.
4) Aktivitas direncanakan oleh guru dengan siswa secara kooperatif.
Selain pada masalah sosial, pendekatan inti ini juga didasari untuk masalah personal
peserta didik, agar peserta didik dapat menerapkan secara fungsional pengetahuan
dan keterampilan yang diperolehnya, dari berbagai disiplin ilmu untuk kembali
memecahkan masalah sosial personal masa kini.
3. Pendekatan Rekonstruksionisme
8
Pengajaran kurikulum rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah
yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan
pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan mereka. Sesuai
dengan potensi yang ada dalam masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi
tersebut, dengan bantuan biaya dari pemerintah sekolah berusaha mengembangna
potensi tersebut. Di daerah pertanian misalnya maka sekolah harus mengembangkan
bidang pertanian, sementara kalau daerah industry maka yang harus dikembangkan
oleh sekolah adalah bidang industri. Sehingga kurikulum tersebut dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat daerah tersebut.
Kurikulum rekonstruksi sosial bertujuan untuk menghadapkan peserta didik
pada berbagai permasalahan manusia dan kemanusian. Para pendukung kurikulum
ini yakin, bahwa permasalahan yang muncul tidak harus diperhatikan oleh
“pengetahuan sosial” saja, tetapi oleh setiap disiplin ilmu.
Dalam gerakan Rekonstruksionisme, terdapat dua kelompok utama yang sangat
berbeda pandangannya tentang kurikulum, yakni rekonstruksionisme konservatif
dan rekonstruksionisme radikal.
a. Rekonstruksionisme konservatif
Aliran ini menginginkan agar pendidikan ditujukan kepada peningkatan mutu
kehidupan individu maupun masyarakat dengan mencari penyelesaian-penyelesaian
masalah-masalah yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat.
b. Rekonstruksionisme radikal
Pendekatan ini berpendapat bahwa banyka negara mengadakan pembangunan
dengan merugikan rakyat kecil yang miskin yang merupakan mayiritas masyarakat.
Golongan radikal menganjurkan agar pendidik formal maupun non formal
mengabdikan diri demi tercapainya orde sosial baru berdasarkan pebagian
kekuasaan dan kekayaan yang lebih adil dan merata.
9
4. Pendekatan Humanistik
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa kurikulum humanistik berawal dari
aliran pendidikan empiristik kemudian lahirlah pendidikan humanis dan lahir pula
kurikulum humanistik, sehingga kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli
pendidikan humanis, yang mana kurikulum ini berdasarkan konsep aliran
pendidikan pribadi ( Personalized Education ) yaitu Jhon Dewey ( Progressive
Education ) dan J.J. Rousseau ( Romantic Education ) .
10
Konsep kurikulum humanistik memandang kurikulum sebagai alat untuk
mengembangkan diri setiap individu siswa. Siswa diberi kesempatan untuk
mewujudkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Setiap individu pun
mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi muali dari yang mendasar menuju yang
lebih tinggi. Konsep ini melahirkan bentuk kurikulum yang berpusat pada anak didik
atau child centered curriculum . Setiap siswa berkesempatan untuk belajar sesuai
minat dan kebutuhannya masing-masing. Substansinya berupa rencana belajar yang
disusun bersama antara anak didik dan guru. Adapun tujuan kurikulum humanistik
menekankan pada segi perkembangan pribadi, integrasi dan otonomi individu.
Tujuan ini dipanang dapat menjadi sarana mewujudkan diri.
c. Karateristik Pendekatan Kurikulum Humanistik
1) Adanya hubungan yang harmonis antara guru dan siswa
Untuk membangun suasana belajar yang baik, hubungan antara guru dan siswa harus
dibangun seharmonis mungkin, sehingga guru tidak terkesan menakutkan, karena
pengaruh psikis sangat mempengaruhi daya tangkap siswa dalam belajar
Integralistik
2) Integralistik
Maksudnya adalah dalam kurikulum humanistik menekankan kesatuan perilaku
bukan saja yang bersifat intelektual ( Kognitif) tetapi juga emosional dan tindakan,
ini merupakan komitment dari pendidikan humanis yang mana berupaya untuk
mengembalikan pendidikan kepada realitas sosial.
3) Totalitas
Totalitas maksudnya adalah kurikulum humanistik harus mampu memberikan
pengalaman yang menyeluruh ( totalitas ) , bukan terpenggal- penggal.
4) Model Evaluasi tidak ada kriteria pencapaian
Model Evaluasi tidak ada kriteria pencapaian. Seperti yang dijelaskan diatas bahwa
kurikulum menekankan totalitas, oleh karena itu dalam model evaluasi yang
dilakukan tidak ada kriteria pencapaian, karena kurikulum ini lebih menekankan
proses bukan hasil, jika kita melihat fenomena UNAS dalam pendidikan kita di
Indonesia, kriteria pencapaian yang diformat dalam UNAS sangat tidak humanis,
karena hanya menitik beratkan kepada aspek kognitif sehingga keberhasilan
pendidikan hanya di nilai dari angka bukan sikap, walaupun dalam KTSP format
penilaian menggunakan aspek sikap. Tentunnya hal ini bertentangan dengan
pendidikan humanis yang berorientasi terhadap pengembangan potensi manusia.
11
d. Penerapan Teori Humanistik Dalam Kurikulum Pendidikan
Menurut Have dan Berlindung beberapa prinsip dasar dari pendekatan humanistik
yang dapat mengembangkan kurikulum pendidikan adalah :
Murid akan belajar dengan baik apa yang mereka mau dan perlu ketahui. Saat
mereka telah mengembangkan kemampuan untuk menganalisa apa dan mengapa
sesuatu penting untuk mereka sesuai dengan kemampuan untuk mengarahkan
perilaku untuk mencapai yang dibutuhkan dan diinginkan, mereka akan belajar
dengan lebih mudah dan lebih cepat.
Evaluasi diri adalah satu satunya evaluasi yang berarti untuk pekerjaan murid.
Penekanan di sini adalah pada perkembangan internal dan regulasi diri. Sementara
banyak pengajar akan setuju bahwa ini adalah hal yang penting, mereka juga akan
mengusung sebuah kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan murid untuk
berhadapan dengan kemauan eksternal.
12
5. Pendekatan Accountability
Hingga batas tertentu kurikulum ini terdapat di semua sekolah. Pendekatan ini
mengandung tiga unsur yaitu :
a. Pendidikan Kewarganegaraan
Berorientasi pada sistem politik negar yang menentukan peranan, hak dan kewajiban
tiap warga negara. Dalam masyarakat demokratis, warga negara dapat dimasukkan
dalam tiga kategori yaitu :
1) Warga negara yang apatis
Yang acuh tak acuh dan tak berpartisipasi dalam proses politik
2) Warga negara yang pasif
Yang partisipasinya minimal ( misalnya, hanya turut dalam pemilihan umum)
3) Warga negara yang aktif
Yang turut aktif merumuskan kebijaksaan, memilih wakil, memperbaiki undang -
undang dan mengubah peraturan yang tidak adil.
b. Pendidikan sebagai alat pembangunan nasional
Tujuan pendidikan ini adalah mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Untuk itu harus diadakan proyeksi
kebutuhan tenaga kerja yang cermat. Para pakar tenaga kerja harus
memperhitungkan dengan eksak jumlah guru. Ahli kimia, insinyur pertanian, ahli
bedah, dan sebagainya diperlukan tiap tahun. Sistem pendidikan diatur sedemikian
13
rupa sehingga mampu menghasilkan tenaga kerja menurut spesifikasi yang telah
diproyeksikan dalam batas kemampuan keuangan negara. Para Pengembang
kurikulum bertugas untuk mendesain program yag sesuai dengan analisis jabatan
yang akan diduduki. Suatu sistem testing yang komprehensif harus disusun untuk
menjaring mereka yang memperlihatkan bakat yang sesuai dengan program tertentu.
c. Pendidikan Keterampilan untuk keterampilan Praktis
Keterampilan yang diperlukan bagi kehidupan sehari- hari dapat dibagi dalam
beberapa kategori yang tidak hanya bercorak keterampilan akan tetapi juga
mengandung aspek pengetahuan dan sikap, yaitu :
1) Keterampilan untuk mencari nafkah dalam rangka sistim ekonomi suatu negara.
2) Keterampilan untuk mengembangkan masyarakat.
3) Keterampilan untuk menyumbang kepada kesejahteraan umum.
4) Keterampilan sebagai warga negara yang baik
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16