MATA KULIAH
STRATEGI PEMBELAJARAN EKONOMI
DOSEN PENGAMPU
NOVIA SRI DWIJAYANTI, S.Pd., M.Pd
DISUSUN OLEH
SILVIANA PUTRI (A1A119053)
Puji syukur penulis haturkan kepada kehadirat Tuhan yang maha esa, atas rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Strategi
Pembelajaran Saintifik”. Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Ekonomi, yang di ampu oleh Ibu Novia
Sri Dwijayanti, S.Pd., M.Pd.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu
serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu
penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan informasi serta
dapat menambah wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penyusun
Silviana Putri
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................i
BAB I..........................................................................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................................................
BAB II........................................................................................................................................................
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................
BAB III.....................................................................................................................................................
PENUTUP................................................................................................................................................
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................................12
3.2 Saran.........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
masalah (problem based learning, dan pembelajaran berbasis proyek (project based
learning).
Pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran bukan hanya mengembangkan
kompetensi siswa untuk melakukan kegiatan observasi atau eksperimen saja, tetapi juga
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa dalam berinovasi atau
berkarya. Pendekatan saintifik dapat mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan
siswa.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada penerbitan majalah selanjutnya pada tahun 2007 tentang Scientific Teaching
dinyatakan terdapat tiga prinsip utama dalam menggunakan pendekatan ilmiah, yaitu:
1. Belajar peserta didik aktif, dalam hal ini termasuk inquiry-based learning atau belajar
berbasis penelitian, cooperative learning atau belajar berkelompok, dan belajar
berpusat pada peserta didik. Assessment berarti pengukuran kemajuan belajar peserta
didik yang dibandingkan dengan target pencapaian tujuan belajar.
2. Keberagaman mengandung makna bahwa dalam pendekatan ilmiah mengembangkan
pendekatan keragaman. Pendekatan ini membawa konsekuensi peserta didik unik,
kelompok peserta didik unik, termasuk keunikan dari kompetensi, materi, instruktur,
pendekatan dan metode mengajar, serta konteks.
3. Metode Ilmiah merupakan teknik merumuskan pertanyaan dan menjawabnya melalui
kegiatan observasi dan melaksanakan percobaan. Dalam penerapan metode ilmiah
terdapat aktivitas yang dapat diobservasi seperti mengamati, menanya, mengolah,
menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta
3
Pendekatan saintifik merupakan kerangka ilmiah pembelajaran yang diterapkan pada
Kurikulum 2013. Proses pembelajaran ini dapat disamakan dengan suatu proses ilmiah
karena didalamnya terdapat tahapan-tahapan terutama dalam kegiatan inti. Pendekatan
saintifik dapat di sebut juga sebagai bentuk pengembangan sikap baik spiritual maupun
sosial, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik dalam mengaplikasikan materi pelajaran.
Dalam pendekatan ini peserta didik tidak lagi dijadikan sebagai objek pembelajaran, tetapi
dijadikan subjek pembelajaran, guru hanya sebagai fasilitator dan motivator saja. Guru tidak
perlu menjelaskan semua tentang apa yang ada dalam materi.
4
Dapat diketahui bahwa metode ilmiah merujuk pada teknikteknik investigasi atas
suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi
dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian
(method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi,
empiris, dan terukur dengan prinsipprinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode
ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau
ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan
menguji hipotesis. Dengan demikian, pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih
efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional.
5
Pada suatu pendekatan yang dilakukan atau proses kerja yang memenuhi kriteria
ilmiah, para saintis lebih mementingkan penggunaan penalaran induktif (inductive reasoning)
dari pada penggunaan penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif adalah
bentuk penalaran yang mencoba melihat fenomenafenomena umum untuk kemudian
membuat sebuah simpulan yang khusus. Penalaran induktif (inductive reasoning) adalah
kebalikannya. Penalaran induktif justru memandang fenomena-fenomena atau situasi-situasi
yang khusus lalu berikutnya membuat sebuah simpulan secara keseluruhan. Esensinya, pada
penggunaan penalaran induktif, bukti-bukti khusus ditempatkan ke dalam suatu hubungan
gagasan/ide yang lebih luas umum. Sedangkan metode ilmiah pada umumnya meletakkan
fenomena-fenomena unik dengan kajian khusus/spesifik dan detail lalu setelah itu kemudian
merumuskan sebuah simpulan yang bersifat umum.
Peserta didik yang mampu berfikir kritis berarti telah dapat menggunakan logika
rasional dengan melakukan pembuktian secara empiris tentang apa yang sedang dipelajari.
Pembuktian empiris dilakukan melalui pengumpulan data dan analisis tentang materi
pelajaran yang akan menjadi dasar untuk penyimpulan materi.
6
3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa.
4. Dapat mengembangkan karakter siswa.
Menurut Daryanto (2014), proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-
nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Sebuah proses pembelajaran yang dikelola oleh
seorang tenaga pendidik dapat disebut ilmiah bila proses pembelajaran tersebut memenuhi
kriteria-kriteria berikut.
7
2.4 Prinsip dan Tujuan Pembelajaran Saintifik
8
3. Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan.
4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis
artikel ilmiah.
6. Untuk mengembangkan karakter siswa.
Langkah-langkah tersebut tidak harus dilakukan secara urut, akan tetapi dapat
dilakukan sesuai dengan pengetahuan yang akan dipelajari (Prihadi, 2014).
9
a. Mengamati, merupakan kegiatan mengidentifikasi suatu objek melalui penginderaan,
yaitu melalui indera penglihat (membaca, menyimak), pembau, pendengar, pencecap
dan peraba pada saat mengamati suatu objek menggunakan ataupun tidak
menggunakan alat bantu sehingga siswa dapat mengidentifikasi suatu masalah.
b. Menanya, merupakan kegiatan mengungkapkan suatu hal yang ingin diketahuinya
baik yang berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu proses tertentu. Pertanyaan
dapat diajukan secara lisan maupun tulisan dan dapat berupa kalimat pertanyaan atau
kalimat hipotesis sehingga siswa dapat merumuskan masalah dan hipotesis.
Pertanyaan tersebut hendaknya berkaitan dengan mengapa dan bagaimana yang
menuntut jawaban melalui kegiatan eksperimen.
c. Mengumpulkan data, merupakan kegiatan mencari informasi sebagai bahan untuk
dianalisis dan disimpulkan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan membaca buku,
observasi lapangan, uji coba, wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lain-lain
sehingga siswa dapat menguji hipotesis yang telah dibuat sebelumnya.
d. Mengasosiasi, merupakan mengolah data dalam serangkaian aktivitas fisik dan
pikiran dengan bantuan peralatan tertentu. Pengolahan data dapat dilakukan dengan
klasifikasi, mengurutkan, menghitung, membagi, dan menyusun data dalam bentuk
yang lebih informatif, serta menentukan sumber data sehingga lebih bermakna.
Bentuk pengolahan data misalnya tabel, grafik, bagan, peta konsep, menghitung, dan
pemodelan. Selanjutnya, siswa menganalisis data untuk membandingkan ataupun
menentukan hubungan antara data yang telah diolahnya dengan teori yang ada
sehingga dapat ditarik suatu simpulan.
e. Mengomunikasikan, merupakan kegiatan siswa dalam mendeskripsikan dan
menyampaikan hasil temuannya dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan
dan mengolah data, serta mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain baik secara
lisan maupun tulisan dalam bentuk diagram, bagan, gambar, dan sejenisnya dengan
bantuan perangkat teknologi sederhana dan atau teknologi informasi dan komunikasi.
Kelima langkah dalam pendekatan saintifik tersebut dapat dilakukan secara berurutan
atau tidak berurutan, terutama pada langkah pertama dan kedua. Sedangkan pada langkah
ketiga dan seterusnya sebaiknya dilakukan secara berurutan. Langkah ilmiah ini diterapkan
untuk memberikan ruang lebih pada peserta didik dalam membangun kemandirian belajar
serta mengoptimalkan potensi kecerdasan yang dimiliki. Peserta didik diminta untuk
10
mengonstruk sendiri pengetahuan, pemahaman, serta skill dari proses belajar yang dilakukan,
sedangkan tenaga pendidik mengarahkan serta memberikan penguatan dan pengayaan
tentang apa yang dipelajri peserta didik. Melalui model pembelajaran yang relevan dengan
pendekatan saintifik akan dihasilkan output (siswa) dengan kemampuan intelektual dan
karakter yang baik.
1. proses pembelajaran lebih terpusat pada siswa sehingga lebih aktif dalam
pembelajaran.
2. langkah pembelajarannya sistematis sehingga memudahkan guru memanajemen
pelaksanaan pembelajaran.
3. memberikan peluang kepada guru untuk mengembangkan kreativitasnya dan
mengajak siswa untuk lebih aktif berinteraksi dengan berbagai sumber belajar.
4. langkah pembelajarannya melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi
konsep, hukum, dan prinsip.
5. proses pembelajaran melibatkan proses-proses kognitif yang merangsang
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
6. mengembangkan karakter siswa
(Rhosalia, 2017).
a. Dibutuhkan kreativitas tinggi dari guru untuk menciptakan lingkungan belajar dengan
menggunakan pendekatan scientific sehingga apabila guru tidak mau kreatif, maka
pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru jarang menjelaskan materi pelajaran, karena guru banyak yang beranggapan
bahwa dengan kurikulum terbaru ini guru tidak perlu menjelaskan materinya.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Sebaiknya bagi tenaga pendidik tidak menjadikan makalah ini sebagai satu-satunya
referensi dan bahan ajar.
13
DAFTAR PUSTAKA
I Wayan Suja.2019. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran. Makalah Disampaikan pada
Seminar Doktor Berbagi dengan tema: “Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
Abad XXI” yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan
Penjaminan Mutu (LPPPM) Universitas Pendidikan Ganesha pada hari Selasa, 12
November 2019
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014
tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
13