Anda di halaman 1dari 18

EVALUASI PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF KURIKULUM 2013

(PENILAIAN OTENTIK)

Disusun Oleh :
Kelompok 14

Nisa Ulhasanah (1910202064)


Mona Agustina (1920202048)
Nurhasanah (1920202071)

Dosen Pengampu

Firmansyah, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji serta syukur selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Kurikulum 2013 (Penilaian Otentik)”
ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk melaksanakan tugas Bapak
Firmansyah, M.Pd.I pada mata kuliah Evaluasi Pembelajaran. Selain itu penulisan makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan baik bagi pembaca maupun penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 22 November 2021

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3

A. Latar Belakang..........................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3

A. Teori Pendekatan Saintifik........................................................................3


B. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran................................................5
C. Penilaian Otentik.......................................................................................9
D. Jenis-jenis Penilaian Otentik...................................................................13
1. Penilaian Kinerja....................................................................................13
2. Penilaian Proyek.....................................................................................13
3. Portofolio................................................................................................14
4. Penilaian Tertulis....................................................................................15

E. Perbandingan Penilaian Otentik dengan Penilaian Konvensional..............15


BAB III............................................................................................................................17
PENUTUP.......................................................................................................................17

A. Kesimpulan..............................................................................................17
B. Saran........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, terjadi perubahan kurikulum yang secara dinamis dan
tetap berpindah dari waktu ke waktu. Hal ini tentu dalam proses evaluasi juga berbeda
pelaksanaannya. Kita harus mampu mendapatkan evaluasi yang paling efektif dan
efisien dalam menangani kevalidan evaluasi.

Kurikulum 2013 menghendaki agar evaluasi hasil belajar peserta didik


menggunakan penilaian otentik. Penilaian otentik sebagaimana dikemukakan secara
umum dalam Permendiknas Nomor 81A Tahun 2013 adalah proses pengumpulan
informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang
dilakukan peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan,
membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan
kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.

Tuntutan terhadap penerapan penilaian otentik dalam kurikulum 2013 muncul


sejalan dengan standar proses yang telah ditetapkan. Salah satu penekanan yang cukup
menonjol dalam kurikulum 2013 selain dikembangkan berdasarkan standar dan teori
pendidikan berbasis kompetensi, juga penekanannya pada proses pembelajaran yang
menggunakan model pendekatan saintifik. Standar proses pembelajaran dalam
kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik.

B. Rumusan Masalah
1. Teori apa yang dipakai dalam kurikulum 2013?
2. Bagaimana pendekatan saintifik dalam pembelajaran?
3. Apa itu penilaian otentik?
4. Apa jenis-jenis penilaian otentik?
5. Apa perbandingan penilaian otentik dengan penilaian konvensional?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui teori apa yang dipakai dalam kurikulum 2013
2. Mengetahui pendekatan saintifik dalam pembelajaran
3. Mengetahui pengertian penilaian otentik
4. Mengetahui jenis-jenis penilaian otentik
5. Mengetahui perbandingan penilaian otentik dengan penilaian konvensional
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Pendekatan Saintifik


Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum
atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan
dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan
saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam
mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa
informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi
searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta
diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber
melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Pendekatan saintifik sudah lama diyakini sebagai jembatan bagi pertumbuhan
dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Para ahli
meyakini bahwa melalui pendekatan saintifik, selain dapat menjadikan peserta didik
menjadi lebih aktif dalam mengkonstruk pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat
memotivasi mereka untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta dari suatu
fenomena atau kejadian.1
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan
proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan
menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan.
Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin
bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.
Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner,
teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar
penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin
& Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya
apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif
dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual
yang merupakan suatau penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar
seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia
memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan
penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah
bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran
menggunakan metode saintifik.
Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan
perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau
struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan
mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti
berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa.
Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi.
1 Rusydi Ananda, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Ciptapustaka, 2014), hal.19
Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang
mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip
ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada didalam pikirannya.
Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri
rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan
ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan
atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi.
Teori Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi
apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari
namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu
berada dalam zone of proximal development daerah terletak antara tingkat
perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan
masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
(Nur dan Wikandari, 2000 : 4). Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Terpusat pada siswa.
2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum
atau prinsip.
3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
4. Dapat mengembangkan karakter siswa.

B. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran


Dalam Kemendikbud 2013, dinyatakan bahwa langkah-langkah pembelajarannya
dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:2
a) Mengamati (observasi)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan
2 Kemendikbud. Konsep Pendidikan Saintifik Sejarah. Presentasi dalam bentuk PowerPoint, Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Kemendikbud,
2013.
rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81A/2013, hendaklah
guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk
melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan
membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih
mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting
dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih
kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
b) Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada
peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca
atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan
pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang
abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih
abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat
hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari
guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke
tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari
kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya
dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka
rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar
untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang
ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal
sampai sumber yang beragam.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau
pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati
(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).
Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk
membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang
hayat.3
c) Mengumpulkan Informasi
Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca
buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti,
atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah
informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas
mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain
selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara
sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah
mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain,
kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi
melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan
belajar sepanjang hayat.
d) Mengasosiasikan / Mengolah Informasi / Menalar
Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a tahun
2013 adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari
hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati
dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan
dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan
untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya,
menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang
diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja
keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta
deduktif dalam menyimpulkan.4
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir
yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk
3 Kemendikbud, Dokumen Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

4 Kemendikbud, Dokumen Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks
pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk
pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam
pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan
mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi
penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak,
pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-
pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi
dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.
e) Menarik kesimpulan
Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik
merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah
menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari
keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan
kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan.
f) Mengkomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan
ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan
dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil
tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta
didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam
kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor
81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

C. Penilaian Otentik
Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik
melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau
menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan
dicapai.5

5 Kunandar, Penilaian autentik (penilaian Hasil Belajar Peserta didi Berdasarkan kurikulum, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2013), hal 45.
Hakikat penilaian pendidikan menurut konsep authentic assesment ini adalah
proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan
belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar
bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila
data yang dikumpulkan guru mengindikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan
dalam belajar, guru segara bisa mengambil tindakan yang tepat. Karena gambaran
tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, asesmen
tidak hanya dilakukan di akhir periode (semester) pembelajaran seperti pada kegiatan
evaluasi hasil belajar (seperti EBTA/Ebtanas/UAN), tetapi dilakukan bersama dan
secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.
Adapun karakteristik penilaian otentik menurut Santoso adalah sebagai berikut:
1) Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran.
2) Penilaian mencerminkan hasil proses belajar pada kehidupan nyata.
3) Menggunakan bermacam-macam instrumen, pengukuran, dan metode yang
sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
4) Penilaian harus bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua
aspek dari tujuan pembelajaran.

Sedangkan Nurhadi mengemukakan bahwa karakteristik authentic assesment adalah


sebagai berikut:

1) Melibatkan pengalaman nyata (involves real-world experience)


2) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
3) Mencakup penilaian pribadi (self assesment) dan refleksi yang diukur
keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta
4) Berkesinambungan
5) Terintegrasi
6) Dapat digunakan sebagai umpan balik
7) Kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas

Jadi, penilaian autentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki


pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna, yang
merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan. Penilaian autentik
menekankan kemampuan pembelajar untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang
dimiliki secara nyata dan bermakna. Kegiatan penilaian tidak sekedar menanyakan
atau menyadap pengetahuan yang telah diketahui pembelajar, melainkan kinerja
secara nyata dari pengetahuan yang telah dikuasai.

Tujuan penilaian itu adalah untuk mengukur berbagai keterampilan dalam


berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata di mana keterampilan-
keterampilan tersebut digunakan. Misalnya, penugasan kepada pembelajar untuk
membaca berbagai teks aktual-realistik, menulis topik-topik tertentu sebagaimana
halnya di kehidupan nyata, dan berpartisipasi konkret dalam diskusi atau bedah buku,
menulis untuk jurnal, surat, atau mengedit tulisan sampai siap cetak. Dalam kegiatan
itu, baik materi pembelajaran maupun penilaiannya terlihat atau bahkan memang
alamiah. Jadi, penilaian model ini menekankan pada pengukuran kinerja, doing
something, melakukan sesuatu yang merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan
yang telah dikuasai secara teoretis.6

Penilaian autentik lebih menuntut pembelajar mendemonstrasikan pengetahuan,


keterampilan, dan strategi dengan mengkreasikan jawaban atau produk. Siswa tidak
sekedar diminta merespon jawaban seperti dalam tes tradisional, melainkan dituntut
untuk mampu mengkreasikan dan menghasilkan jawaban yang dilatarbelakangi oleh
pengetahuan teoretis.

1) Sifat-sifat penilaian otentik, adalah sebagai berikut:


a. Berbasis kompetensi yang penilaian yang mampu memantau kompetensi siswa
1%
b. Individual, dapat secara langsung mengukur kemampuan individu.
c. Berpusat pada siswa, karena direncanakan, dilakukan dan dinilai oleh siswa
sendiri
d. Tak terstruktur dan open-opended, penyelesaian tuga-tugas otentik tidak
bersifat uniformed dan klasikal.
e. Terintegrasi denga proses pembelajaran, sehingga siswa selalu dalam situasi
tes yang menyenangkan
f. Berkelanjutan oleh karena itu penilaian harus secara langsung dilaksanakan
pada saat proses pembelajaran
2) Manfaat Penilaian otentik :

6 Kunandar. 2013. Penilaian autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta didi Berdasarkan kurikulum, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), hal. 30.
a. Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan
dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
b. Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami
peserta didik dalam mencapai kompetensi.
c. Untuk umpan balik bagi pendidik dalam memperbaiki metode, pendekatan,
kegiatan dan sumber belajar yang digunakan.
d. Untuk masukan bagi pendidik guna merancang kegiatan belajar.
e. Untuk memberikan informasi bagi orang tua dan komite satuan pendidikan
tentang efektivitas pendidikan.
f. Untuk memberi umpan balik bagi pengambil kebijakan dalam
mempertimbangkan konsep penilaian kelas yang digunakan
3) Fungsi Penilaian Otentik7 :
a. Menggambarkan sejauh mana peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.
b. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik
memahami kemampuan dirinya, membuat keputusan tentang langkah
berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian sebagai
bimbingan.
c. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu
pendidik menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remidial atau
pengayaan.
d. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang
berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
e. Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan
perkembangan peserta didik.
4) Teknik penilaian otentik :
Untuk mengumpulkan informasi atau data tentang kemajuan belajar peserta
didik dapat dilakukan dengan beragam teknik, baik berhubungan dengan proses
belajar maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi atau data tersebut
pada persiapan adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap
pencapaian standar kopetensi dasar. Penilaian satu kompetensi dasar dilakukan
berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain

7 Suwandi. 2020. Efektifitas Penerapan Pendekatan Saintifik Dan Penilaian Otentik Dalam Proses
Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 Pada Smkn 1 Bogor. Jurnal Ilmiah Ilmu Sekretari/Administrasi
Perkantoran. Universitas Pamulang. E-Journal. Hal 196-199
kognitif, afektif, maupun psikomotor. Berdasarkan indikator-indikator tersebut
dapat digunakan untuk mendapatkan data tentang profil peserta didik, yaitu:
penilaian, unjuk kerja/perbuatan, penilaian tertulis dan lisan, penilaian proyek,
penilaian produk, penilaian portofolio, dan penilaian diri.

D. Jenis-jenis Penilaian Otentik


Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna
secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.8
1. Penilaian Kinerja
Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik,
khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat
melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur
proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria
penyelesaiannya.
2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut
periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang
dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Tiga hal yang
perlu diperhatikan guru dalam penilaian proyek:
a) Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas
informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
b) Kesesuaian atau relevansimateri pembelajaran dengan pengembangan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta
didik.
c) Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan
oleh peserta didik.
3. Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang
menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata.
8 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011), hal. 78.
Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara
perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta
didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi. Penilaian portofolio
dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
a) Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
b) Guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan
dibuat.
c) Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah
bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran
d) Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada
tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
e) Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
f) Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama
dokumen portofolio yang dihasilkan.
g) Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian
portofolio.
4. Penilaian Tertulis
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu
mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari.
Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga
mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta
didik.

E. Perbandingan Penilaian Otentik dengan Penilaian Konvensional


Penilaian otentik yang sering dikontradiksikan dengan penilaian konvensional
yang seringkali berpatokan pada ukuran-ukuran atau standar seperti pada tes pilihan
ganda, isian, benar salah, menjodohkan dan bentuk-bentuk lainnya. Peserta didik
dipaksa untuk memilih satu jawaban, atau mengisi informasi untuk dilengkapi. Hal
yang melatarbelakangi adanya kedua model penilaian tersebut pada dasarnya sama-
sama berlandaskan pada suatu keyakinan, bahwa tujuan pendidikan atau misi sekolah
harus tercapai secara memuaskan.9

9 Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan. (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007), hal. 65.
Akan tetapi dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, terjadi
pandangan yang berbeda. Untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, misalnya:
“beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”,
dalam pandangan penilaian konvensional mengharuskan setiap warga negara memiliki
sejumlah pengetahuan dan keterampilan tertentu.
Karena itu sekolah mestilah membekali peserta didik sejumlah pengetahuan dan
keterampilan yang tersusun dalam kurikulum. Untuk mengetahui berhasil tidaknya
peserta didik mencapai tujuan tersebut, maka sekolah harus melakukan penilaian
seberapa besar peserta didik telah menguasai pengetahuan dan keterampilan tersebut
secara memuaskan atau tidak. Dengan demikian, maka penilaian dikembangkan untuk
menentukan apakah terjadi pencapaian penguasaan pengetahuan yang tersusun dalam
kurikulum tersebut atau tidak. Sedangkan penilaian otentik berangkat dari alasan
praksis, bahwa untuk mencapai tujuan tersebut, peserta didik harus mampu
menampilkan sejumlah task yang bermakna di dunia sesungguhnya. Dengan demikian
maka sekolah harus mempersiapkan peserta didiknya menjadi mahir dalam
menampilkan sejumlah tugas yang akan dikuasai saat mereka lulus kelak. 10
Untuk menentukan apakah berhasil atau tidak dalam mencapai tujuan tersebut
maka sekolah meminta peserta didik menampilkan tugas-tugas bermakna yang
menyerupai tantangan dunia sesungguhnya untuk memperoleh suatu gambaran apakah
peserta didik mampu melakukan tugas atau kinerja secara memuaskan. Harus diakui
bahwa, pendekatan apa pun yang dipakai dalam melakukan penilaian, tak pernah dari
kelemahan dan kelebihan. Meskipun demikian, sudah saatnya guru profesional pada
semua satuan pendidikan memandu gerakan memadukan potensi peserta didik,
sekolah, dan lingkungannya melalui penilaian proses dan hasil belajar yang
sesungguhnya.

10 Rusydi Ananda, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Ciptapustaka, 2014), hal. 31.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum 2013 menghendaki agar evaluasi hasil belajar peserta didik
menggunakan penilaian otentik. Penilaian otentik sebagaimana dikemukakan secara
umum dalam Permendiknas Nomor 81A Tahun 2013 adalah proses pengumpulan
informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang
dilakukan peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan,
membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan
kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Standar proses
pembelajaran dalam kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang


dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum
atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan
dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang


perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik
melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau
menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan
dicapai.

B. Saran
Demikian makalah ini kami susun. Penulis menyadari dalam penulisan
makalah ini banyak terdapat kekurangan, oleh karena kritik dan saran yang
membangun kami perlukan untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga bermanfaat
bagi pembacanya.

DAFTAR PUSTAKA
Ananda, Rusydi. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Ciptapustaka.

Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.


Kemendikbud. 2013. Dokumen Kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemendikbud. 2013. Konsep Pendidikan Saintifik Sejarah. Presentasi dalam bentuk


PowerPoint, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan
dan Penjaminan Mutu Kemendikbud.

Kunandar. 2013. Penilaian autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta didik Berdasarkan


Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers.
Sudjana, Nana. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Suwandi. 2020. Efektifitas Penerapan Pendekatan Saintifik Dan Penilaian Otentik Dalam
Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 Pada Smkn 1 Bogor. Jurnal Ilmiah
Ilmu Sekretari/Administrasi Perkantoran. Universitas Pamulang. E-Journal. Diakses
pada tanggal 22 November 2021 10.00 WIB
(http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/Sekretaris/article/viewFile/5538/3875)

Anda mungkin juga menyukai