Anda di halaman 1dari 32

INOVASI DAN DIFUSI DALAM BIDANG SISTEM PENDIDIKAN

TERMASUK KURIKULUM PENDIDIKAN MATEMATIKA

Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Inovasi Pendidikan

OLEH:
MONI MAULIDA (11615203209)
NONON PERTIWI (11615200374)
NOVA UNTHARI (11615200350)
NURUL FITRIANI (11615201512)

DOSEN PENGAMPU:
HAYATUN NUFUS, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah swt yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah mengenai Inovasi dan Difusi dalam Bidang
Kurikulum Pendidikan Matematika ini untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Inovasi Pendidikan yang diampu oleh Ibu Hayatun Nufus, M.Pd.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar dalam proses penulisannya.
Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam penulisan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi isi, susunan kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun ilmu pengetahuan terhadap pembaca dan terhadap penulis tentunya.

Pekanbaru, 12 November 2018


Hormat Kami,

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN

ii
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kurikulum Berbasis Keterpaduan.............................................................................3
2.1.1 Kurikulum Berbasis Keterpaduan Sebagai Sebuah Inovasi..............................6
2.1.2 Proses Difusi Inovasi Kurikulum Berbasis Keterpaduan..................................6
2.2 Kurikulum Berbasis Masyarakat...............................................................................7
2.2.1 Karakteristik Kurikulum Berbasis Masyarakat.............................................10
2.2.2 Pengembangan Kurikulum Berbasis Masyarakat............................................13
2.2.3 Kurikulum Berbasis Masyarakat Sebagai Sebuah Inovasi..............................14
2.2.4 Proses Difusi Inovasi Kurikulum Berbasis Masyarakat..................................15
2.3 Kurikulum Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia)................16
2.3.1 Sejarah KKNI..................................................................................................16
2.3.2 Pengertian KKNI.............................................................................................17
2.3.3 Tujuan dan Manfaat KKNI..............................................................................18
2.3.4 KKNI sebagai sebuah inovasi..........................................................................18
2.3.5 Proses difusi inovasi KKNI.............................................................................18
2.4 Pembelajaran Sistem Jarak Jauh.............................................................................20
2.4.1 Latar Belakang Penerapan Sistem Belajar Jarak Jauh.....................................20
2.4.2 Pengertian Sistem Belajar Jarak Jauh..............................................................20
2.4.3 Pembelajaran Jarak Jauh Sebagai Suatu novasi..............................................21
2.4.4 Proses Difusi Inovasi Sistem Belajar Jarak Jauh.............................................22
2.4.5 Perkembangan Sistem Belajar Jarak Jauh.......................................................23
2.4.6 Kelemahan dan Kelebihan Sistem Belajar Jarak Jauh.....................................25
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................27
3.2 Saran...................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................28

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi
strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara pada kurikulum. Pada
dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen. Dalam proses pendidikan, kurikulum merupakan seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Oleh karena itu, dalam
pengembangannya harus mampu beradaptasi dengan perubahan zaman dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Munculnya inovasi kurikulum dilatar belakangi oleh tantangan untuk
menjawab masalah-masalah krusial dalam pendidikan. Inovasi kurikulum juga
bergantung pada dinamika masyarakat, sehingga perubahan di masyarakat
memiliki implikasi pada perubahan dalam pendidikan. Menurut Hamalik dalam
Sa’ud (2013: 88), munculnya inovasi kurikulum dapat dsebabkan oleh: (1) untuk
menjawab masalah relevansi; (2) untuk menjawab tantangan pemerataan
pendidikan; (3) untuk menanggulangi permasalahan kurang memadainya mutu
lulusan; serta (4) untuk menjawab permasalahan efisiensi pendidikan.
Pada dasarnya, pengembangan kurikulum adalah mengarahkan kurikulum
sekarang ketujuan pendidikan yang diharapkan, karena adanya berbagai pengaruh
yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam, dengan harapan
agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik. Sehingga
perbaikan kurikulum yang dilakukan dari tahun ke tahun tujuannya adalah untuk
menyempurnakan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
Perubahan dalam pendidikan merupakan hal yang harus dilakukan manakala
inovasi pendidikan yang lama dapat merugikan peserta didik. Perubahan
kurikulum merupakan hal yang biasa dilakukan oleh pemerintah di saat kurikulum
yang ada hanya akan merugikan masyarakat itu sendiri. Tentunya perubahan
kurikulum tersebut mengacu pada prinsip-prinsip pendidikan.

1
Masalah-masalah inovasi kurikulum berkaitan dengan azas relevansi, seperti
epistimologi, psikologis, dan sosial; berkaitan dengan mutu secara kognitif,
afektif,
dan psikomotorik; pemerataan yang berhubungan dengan kesempatan dan
peluang; serta efisiensi dari segi internal maupun eksternal.
Pemahaman mengenai inovasi kurikulum akan sangat membantu penerapan
kaidah-kaidah pembelajaran pendidikan dasar. Masalahnya, inovasi kurikulum
tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan dalam pendidikan. Maju mundurnya
pendidikan bergantung pada sejauh mana pemahaman guru dalam melaksanakan
tugasnya di sekolah, termasuk pemahaman terhadap kurikulum. Oleh karena itu,
mutlak sifatnya bagi guru dalam memahami strategi inovasi kurikulum.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah inovasi dan difusi Kurikulum Berbasis Keterpaduan?
2. Bagaimanakah inovasi dan difusi Kurikulum Berbasis Masyarakat?
3. Bagaimanakah inovasi dan difusi Kurikulum Berbasis KKNI?
4. Bagaimanakah inovasi dan difusi Sistem Belajar Jarak Jauh ?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini kami tulis untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Inovasi
Pendidikan yang diampu oleh Ibu Hayatun Nufus, M.Pd. Di samping itu juga
terdapat tujuan lain seperti:
1. Mengetahui inovasi dan difusi Kurikulum Berbasis Keterpaduan
2. Mengetahui inovasi dan difusi Kurikulum Berbasis Masyarakat
3. Mengetahui inovasi dan difusi Kurikulum Berbasis KKNI
4. Mengetahui inovasi dan difusi Sistem Belajar Jarak Jauh

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kurikulum Berbasis Keterpaduan


Secara etimologis, kurikulum merupakan terjemahan dari kata curriculum
dalam bahasa Inggris yang berarti rencana pelajaran. Curriculum berasal dari kata
“curere” yang berarti berlari cepat, maju dengan cepat, merambat, tergesa-gesa,
menjelajahi, serta menjalani. Istilah ini digunakan untuk sejumlah courses atau
mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai gelar sarjana atau
mendapatkan ijazah. Menurut Oemar Hamalik kurikulum pada dasarnya
merupakan suatu program pendidikan yang dikembangkan dan dilaksanakan
dalam lingkungan institusi pendidikan, dan dalan keseluruhan program itu
terkandung isi pelajaran tiap bidang studi, pengalaman, dan kegiatan belajar
mengajar, dan sebagainya.
Sedangkan kata keterpaduan, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
diartikan sebagai dilebur menjadi satu/ penyatuan/ penyesuaian/ kebulatan
pendapat/ kesatuan dalam pikiran. Keterpaduan memiliki arti yang sama dengan
integrasi yang diartikan sebagai enggabungan dari dua objek atau lebih sehingga
menjadi suatu kebulatan atau menjadi utuh.
Kurikulum terpadu merupakan suatu produk dari usaha pengintegrasian
bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran. Ini berarti organisasi kurikulum
secara terpadu merupakan suatu bentuk kurikulum yang meniadakan batas-batas
antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit
atau keseluruhan (integrated curriculum).
Kurikulum dirancang berdasarkan sistem keterpaduan yang
mempertimbangkan komponen-komponen masukan, proses, dan produk secara
seimbang dan setaraf. Pada komponen masukan, kurikulum dititikberatkan pada
mata pelajaran logis dan sistematis agar siswa menguasai struktur pengetahuan
tertentu. Pada komponen proses, kurikulum dititikberatkan pada pembentukan
konsep berfikir dan cara belajar yang diarahkan kepada pengembangan peta
kognitif. Pada komponen produk, kurikulum dititikberatkan pada pembentukan
tingkah laku spesifik. Ketiga komponen tersebut berinteraksi dalam kurikulum

3
secara terpadu, sehingga tujuan kurikulum terpadu untuk mengembangkan
kemampuan yang merupakan gejala tingkah laku berkat pengalaman belajar.
Untuk mencapai perubahan-perubahan perilaku, sistem keterpaduan
dikembangkan berdasarkan prisip-prinsip sebagai berikut: suasana lapangan (field
setting) yang memungkinkan siswa menampilkan kemampuannya di dalam kelas,
pengembangan diri sendiri (self development), pengembangan potensi yang
dimiliki masing-masing individu (self actualization), proses belajar secara
kelompok (social learning), pengulangan dan penguatan (reinforcement),
pemecahan masalah-masalah (heuristik learning), dan sikap percaya diri sendiri
(self confidence).
Ciri-ciri dari kurikulum terpadu antara lain:
1. Merupakan suatu keseluruhan yang bulat (Ditunjang oleh semua mata
pelajaran atau bidang studi yang ada)
2. Menerobos batas-batas mata pelajaran
3. Didasarkan pada kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan
pertumbuhan peserta didik
4. Didasarkan pada pendapat pendapat modern mengenai cara belajar
(menurut teori belajar Gestalt dan field theory)
5. Life-centered (menghubungkan pelajara di sekolah dengan kehidupan
sehari-hari atau dengan pengalaman peserta didik)
6. Menggunakan dorongan-dorongan yang sewajarnya pada peserta didik
7. Memajukan perkembangan sosial peserta didik
8. Direncanakan bersama oleh guru dan peserta didik
9. Peran guru sama aktifnya dengan peran peserta didik, bahkan peran siswa
lebih menonjol dan guru cenderung berperan sebagai pembimbing atau
fasilitator.
Untuk melaksanakan bentuk organisasi kurikulum terpadu, Fogarty (l991),
memperkenalkan sepuluh model pembelajaran terpadu yang dikelompokan
menjadi tiga tipe. Ketiga tipe tersebut adalah: Pertama, tipe pembelajaran terpadu
dalam satu disiplin ilmu, yakni fragmented, connected dan nested. Kedua, tipe
pembelajaran terpadu antar-disiplin ilmu, yakni squenced, shared, webbed,

4
threaded dan integrated. Ketiga, tipe pembelajaran terpadu yang mengutamakan
keterpaduan faktor peserta didiknya, yakni immersed dan networked.
Kurikulum terpadu yang paling banyak digunakan di lapangan terdiri dari
Model connected, webbed, dan integrated. Kurikulum ini dipandang sebagai
upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan di tingkat dasar, terutama dalam
rangka mengimbangi gejala penjejalan kurikulum yang sering terjadi dalam
pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah.
Model connected atau model keterhubungan pada prinsipnya mengupayakan
adanya keterkaitan antara konsep, keterampilan, topik, ide, kegiatan dalam satu
bidang studi. Dalam model ini siswa tidak terlatih untuk melihat suatu fakta dari
berbagai sudut pandang, karena pada model ini, keterkaitan materi hanya terbatas
pada satu bidang studi saja. Model webbed atau model jaring laba-laba merupakan
model dengan menggunakan pendekatan tematik, baru kemudian dikembangkan
sub-sub tema dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi
terkait. Model integrated atau model keterpaduan merupakan model yang
menetapkan prioritas kurikulum dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap
yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi, dan model ini sulit
dilaksanakan sepenuhnya mengingat sulitnya menemukan materi dari setiap
bidang studi yang benar-benar tumpang tindih dalam satu semester, serta sangat
membutuhkan keterampilan guru yang cukup handal untuk dapat merencanakan,
melaksanakan, dan menilai pembelajaran.
Adapaun prosedur atau langkah-langkah perencanaan kurikulum
pembelajaran terpadu yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Dalam merancang pembelajaran terpadu sedikitnya ada empat hal yang
perlu diperhatikan, yaitu menentukan tujuan, menentukan materi/media,
menyusun skenario KBM, menentukan evaluasi.
2. Guru dapat memilih tema yang dapat menjadi payung untuk memadukan
beberapa bidang studi serta menyyusun kegiatan belajar berdasarkan
tema tersebut.
3. Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan,
kemudian memilih kajian materi, SK, KD dan Indikator. Langkah ini
akan mengarahkan guru untuk menentukan sub keterampila dari masing-

5
masing keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam suatu unit
pembelajaran.
4. Mentukan sub keterampilan yang dipadukan. Secara umum, keterampilan
yang harus dikuasai meliputi kemampuan berpikir, keterampilan sosial,
dan keterampilan mngorganisasi.
5. Merumuskan indikator hasil belajar berdasarkan kompetensi dan
subketerampilan yang telah dirumuskan sebelumnya.
6. Menentukan langkah-langkah pembelajaran.

2.1.1 Kurikulum Berbasis Keterpaduan Sebagai Sebuah Inovasi


Sekarang ini, ada kecenderungan guru mengemas pengalaman belajar siswa
terkotak-kotak dengan tegas antara bidang studi satu dengan bidang studi lainnya.
Kurikulum yang memisahkan penyajian mata-mata pelajaran secara tegas hanya
akan membuat kesulitan bagi siswa, karena pemisahan seperti itu akan
memberikan pengalaman belajar yang bersifat artifisial. Sementara di jenjang
sekolah dasar khususnya siswa pada kelas-kelas awal lebih menghayati
pengalamannya secara totalitas, hal ini akan mengundang kesulitan belajar dengan
pemilahan-pemilahan pengalaman secara artifisial tersebut. Kurikulum ini
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk dilibatkan secara aktif untuk
berpikir serta bertanggung jawab baik secara kelompok maupun individu. Dengan
Kurikulum ini juga lebih dimungkinkan adanya hubungan dan keterkaitan antara
ilmu pengetahuan umum serta ilmu agama serta mengembangkan sumber daya
insani yang unggul di dalam Iptek dan Imtaq.

2.1.2 Proses Difusi Inovasi Kurikulum Berbasis Keterpaduan


Proses difusi Kurikulum Berbasis Keterpaduan ini terdiri dari:
1. Inovasi
Dalam hal ini inovasinya adalah Kurikulum Berbasis Keterpaduan.
Kurikulum ini merupakan hal yang dianggap baru bagi target (sasaran).
Baru dalam artian masih banyak tenaga pendidik yang belum mengetahui
jenis kurikulum ini dan bagaimana pelaksanaannya di sekolah.
Kurikulum ini juga juga tidak lagi memisahkan mata pelajaran secara
tegas, melainkan menggabungkan dan menghubungkannya dengan mata

6
pelajaran lain sehingga proses pembelajaran tidak lagi terbatas dan
dikotak-kotakkan.

2. Komunikasi
Saluran yang digunakan dalam proses komunikasi adalah saluran
media massa yang ada, baik itu televisi, radio, surat kabar, ataupun media
massa yang lain yang mana tujuannya adalah untuk menyampaikan
informasi tentang Kurikulum Berbasis Keterpaduan.

3. Waktu
Setelah menegadakan penyuluhan kepada para kepala sekolah sangat
mungkin sekali difusi inovasi ini tidak berjalan lancar. Mengatasi hal ini
maka agen pembaharu akan turun kebeberapa sekolah yang dianggap
kurang unggul untuk memberikan motivasi dengan pendekatan secara
langsung kepada kepala sekolah dan para dewan guru yang ada. Selain
itu, perlu adanya hubungan antara agen pembaharu ini dengan kepala
sekolah untuk tindak lanjut lebih jauh atas perkembangan Kurikulum di
sekolah tersebut secara keseluruhan.

4. Sistem Sosial
Masyarakat yang terkait dengan inovasi kurikulum ini adalah
masyarakat sekolah yang meliputi Kepala Sekolah, guru, siswa, komite
sekolah dan wali murid.

2.2 Kurikulum Berbasis Masyarakat


Kurikulum berbasis masyarakat yang bahan dan objek kajiannya kebijakan
dan ketetapan yang dilakukan di daerah, disesuaikan dengan kondisi lingkungan
alam, sosial, ekonomi, budaya dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan
daerah yang perlu dipelajari oleh siswa di daerah tersebut. Bagi siswa berguna
untuk memberikan kemungkinan dan kebiasaan untuk akrab dengan lingkungan
dimana mereka tinggal. Kemungkinan lain mencegah dari keterasingan
lingkungan, terbiasa dengan budaya dan adat istiadat setempat dan berusaha

7
mencintai lingkungan hidup, sehingga sebutan kurikulum ini disebut kurikulum
berbasis wilayah. Tujuan kurikulum tersebut adalah:
1. Memperkenalkan siswa terhadap lingkungannya, ikut melestarikan
budaya termasuk kerajinan, keterampilan yang nilai ekonominya tinggi di
daerah tersebut.
2. Membekali siswa kemampuan dan keterampilan yang dapat menjadi
bekal hidup mereka di masyarakat, seandainya mereka tidak dapat
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
3. Membekali siswa agar bisa hidup mandiri, serta dapat membantu orang
tua dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kurikulum berbasis masyarakat memiliki beberapa keunggulan/kelebihan
antara lain: Pertama, kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat setempat. Kedua, kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan
sekolah, baik kemampuan finansial, profesional maupun manajerial. Ketiga,
disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam
pelaksanaannya. Keempat, ada motivasi kepada sekolah khusus kepala sekolah
dan guru kelas untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulum
yang sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam
pengembangan kurikulum.
Ada baiknya studi NIER (l999: 21-22) menjelaskan yang menjadi fokus dan
perhatian utama masyarakat dalam kebijakan pendidikan yang ditempuh dalam
suatu negara, yaitu:
1. Fokus sektor pembangunan keterpaduan sosial dan identitas nasional
dalam percaturan global haanya untuk mempertahankan cultural
heritage.
2. Fokus pada pembinaan budaya, etnis, dan nilai-nilai moral.
3. Fokus pada pengembangan ekonomi masa depan, dan persaingan
global/internasional.
4. Fokus pada persamaan kesempatan dalam bidang gender, disabilites,
income.
5. Fokus pada upaya untuk meningkatkan pencapaian siswa.

8
Sedangkan organisasi kurikulum, (NIER, l999) melaporkan bahwa
secara umum ada tiga pendekatan kurikulum nasional yang ditempuh:
1. Pendekatan yang bercirikan isi atau topik (content or topic based
curriculum), yaitu sajian kurikulum yang berupa sebaran materi/topik
sesuai dengan mata pelajaran.
2. Pendekatan yang bercirikan pendekatan kompetensi (out come based
curriculum), yaitu sajian kurikulum berdasarkan outcome dan
kompetensi yang sepatutnya dicapai oleh para peserta didik.
3. Paduan antara content/topic based dan outcome based.
Dalam perspektif nasional, pengembangan kurikulum nasional ada
kecenderungan saat ini adanya pergeseran dari kuriklum yang memiliki ciri
“contend or topic based” ke kurikulum yang bercirikan “outcome or competence
based”, seperti direfleksikan pada Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Secara filosofis, pendidikan merupakan kebutuhan dan hak setiap manusia
dalam mempersiapkan kehidupannya yang lebih baik di masa mendatang. Dengan
demikian pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kepribadian, sikap dan
keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dan pendidikan lebih lanjut.
Secara nasional, perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat, berrbangsa dan bernegara merupakan hal-hal yang harus segera
ditanggapi dalam menyikapi penyelenggaraan pendidikan dasar.
Ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam kajian pengembangan
dan implementasi pendidikan dasar di tanah air.
Pertama, dengan diluncurkannya beberapa peraturan perundang-undangan
termasuk RUU tentang sistem pendidikan Nasional, membawa implikasi terhadap
paradigma pendidikan nasional termasuk didalamnya layanan pendidikan dasar.
Kedua, dengan perkembangan dan perubahan global dalam berbagai aspek
kehidupan yang begitu cepat telah menjadi tantangan nasional dan menuntut
perhatian serius dan segera mendapatkan langhah dan program pemecahannya.
Ketiga, dengan kondisi masa sekarang dan kecnderungan dimasa yang akan
datang perlu dipersiapkan generasi muda termasuk peserta didik yang memiliki
kompetensi yang multi dimensional.

9
2.2.1 Karakteristik Kurikulum Berbasis Masyarakat
Model pengajaran yang berpusat pada masyarakat adalah suatu bentuk
kurikulum yang memadukan antara sekolah dan masyarakat dengan cara
membawa sekolah ke dalam masyarakat atau membawa masyarakat ke dalam
sekolah guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hamalik
(2005) merinci karakteristik kurikulum berbasis pada masyarakat meliputi:
1. Karakteristik pembelajaran pada kurikulum berbasis masyarakat:
a. Pembelajaran beroreantasi pada masyarakat, di masyarakat dengan
kegiatan belajar bersumber pada buku teks
b. Disiplin kelas berdasarkan tanggungjawab bersama bukan berdasarkan
paksaan atau kebebasan
c. Metode mengajar terutama dititikberatkan pada pemecahan masalah
untuk memenuhi kebutuhan perorangan dan kebutuhan sosial atau
kelompok
d. Bentuk hubungan atau kerjasama sekolah dan masyarakat adalah
mempelajari sumber-sumber masyarakat, menggunakan sumber-sumber
tersebut, dan memperbaiki masyarakat tersebut
e. Strategi pembelajaran meliputi karyawisata, manusia (nara sumber),
survai masyarakat, berkemah, kerja lapangan, pengabdian masyarakat,
kuliah kerja nyata, proyek perbaikan masyarakat dan sekolah pusat
masyarakat.
2. Karakteristik materi pembelajaran
Agar penjabaran dan penyesuaian dengan tuntutan kewilayahan tidak meluas
dan melebar, maka perlu diperhatikan kriteria untuk menyeleksi materi yang perlu
diajarkan, kriteria tersebut antara lain:
a. Validitas, telah teruji kebenaran dan kesahihannya
b. Tingkat kepentingan yang benar-benar diperlukan oleh siswa
c. Kebermanfaatan, secara akademik dan non akademik sebagai
pengembangan kecakapan hidup (life skill) dan mandiri
d. Layak dipelajari, tingkat kesulitan dan kelayakan bahan ajar dan
tuntutan kondisi masyarakat sekitar

10
e. Menarik minat, dapat memotivasi siswa untuk mempelajari lebih lanjut
dengan menumbuhkembangkan rasa ingin tahu
f. Alokasi waktu, penentuan alokasi waktu terkait dengan keleluasan dan
kedalaman materi
g. Sarana dan sumber belajar, dalam arti media atau alat peraga yang
berfungsi mermberikan kemudahan terjadinya proses pembelajaran..

3. Kegiatan siswa dan guru


Kegiatan siswa, mestinya mempertimbangkan pemberian peluang bagi
siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah
bimbingan guru. Juga materi pembelajaran dipilih haruslah yang dapat
memberikan pembekalan kemampuan/kecakapan kepada peserta didik untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai kecakapan
hidup atau dapat hidup mandiri dengan menggunakan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang telah dipelajari.
Guru dalam kurikulum berbasis pada masyarakat berperan sebagai fasilitator,
sumber belajar, pembina, konsultan, sebahai mitra kerja yang memfasilitasi siswa
dalam pemebelajaran. Sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki karakter,
kecakapan, dan keterampilan yang kuat untuk digunakan dalam mengadakan
hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar, serta
mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam gunia kerja atau pendidikan lebih
lanjut
4. Penilaian dalam kurikulum berbasis pada masyarakat
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan menaksirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi
yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian ini dilakukan secara
terpadu dengan kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu disebut penilaian
berbasis kelas (PBK). PBK ini dilakukan dengan mengunpulkan kerja siswa
(fortofolio), hasil karya (penugasan), kinerja (performance), dan tes tertlis. Guru
menilai kompetensi dan hasil belajar siswa berdasarkan tingkat pencapaian
prestasi siswa selama dan setelah kegiatan belajar mengajar.

11
Berdasarkan karakteristik kurikulum berbasis masyarakat, maka pada
hakekatnya karakteristik tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa karakteristik
lain sebagai berikut:
Pertama, kurikulum bersifat realistik, karena hal-hal yang dipelajari
bersumber dari kehidupan yang nyata. Para siswa dapat mengamati kenyataan
sesungguhnya dalam masyarakat dan kehidupan masyarakat yang bersifat
kompleks. Pengajaran ini pada gilirannya akan mengembangkan berbagai
pengalaman dan pengetahuan yang praktis dan terpakai.
Kedua, kurikulum menumbuhkan kerjasama dan integrasi antara sekolah dan
masyarakat, karena sekolah masuk dalam masyarakat dan masyarakat masuk
dalam lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah sebagai barometer kondisi
masyarakat. Karena itu strategi yang tepat adalag karyawisata dan manusia
sumber belajar dari masyarakat merupakan kesempatan yang sangat efektif bagi
siswa dalam rangka perpaduan antara kedua institusi tadi. Dengan demikian
kesenjangan antara sekolah dan masyarakat yang terjadi selama ini dapat
diminimalisir.
Ketiga, kurikulum berbasis masyarakat memberikan kesempatan yang luas
kepada siswa untuk belajar secara aktif penuh kreativitas yang telah dianjurkan
oleh teori belajar modern. Para siswa merencanakan sendiri, mencari referensi dan
sumber informasi sendiri, melakukan kegiatan proyek sendiri dan memecahkan
berbagai masalah sendiri, baik melalui belajar individual maupun belajar secara
kelompok.
Keempat, prosedur pembelajaran memberdayakan semua metode dan teknik
pembelajaran secara sistematik dan bervareasi. Seperti ceramah, diskusi kerja
kelompok, presentasi, pameran baik belajar di dalam kelas maupun di luar kelas.
Strategi pembelajaran ditata sedemikian rupa secara variatif dalam rangka
pembelajaran multi sistem seperti ada tatap muka, tudas mandiri, survai dan
observasi.
Kelima, pengembangan kurikulum berbasis masyarakat membantu siswa agar
mampu berperan dalam kehidupan sekarang ini. Artinya hal-hal yang telah ada
dipelajari sehingga berdaya guna dan berhasil guna untuk menghadapi tantangan
yang ada dewasa ini. Rumusan kurikulum ini memberikan pandangan bahwa hasil

12
pendidikan di sekolah itu dapat diterapkan di lingkungan siswa tempat mereka
tinggal. Jadi pendidikan seperti ini sebenarnya membekali siswa hidup di
lingkungan masyarakat menjadi lebih berguna. Pendapat ini dilandasi asumsi
bahwa setiap masyarakat mengalami perubahan yang cepat untuk
mengantisipasinya oleh kurikulum yang berbasis masyarakat.
Keenam, kurikulum berbasis masyarakat menyediakan sumber-sumber
belajar yang berasal dari masyarakat. Semua sumber di masyarakat sebagai
laboratorium untuk praktek sesuai kepentingan pembelajaran siswa. Masyarakat
secara keseluruhan memiliki berbagai dimensi seperti; keluarga, teknologi,
ekonomi, politik, budaya, sosial dan kehidupan macam lainnya. Dimensi-dimensi
tersebut masing-masing mengandung aspek manusiawi, kelembagaan, sistem
kehidupan, metode kerja, dan kondisi situasi dengan karakteristiknya sendiri.

2.2.2 Pengembangan Kurikulum Berbasis Masyarakat


Karena pengaruh perkembangan teknologi terjadi perubahan yang cukup
drastis dalam segala bidang termasuk pekerjaan. Masyarakat perkotaan berubah
cepat dibandingkan masyarakat pedesaan. Pola kehidupan agraris berubah
menjadi pola kehidupan industri, dimana kehidupan masyarakatnya menuntut
memiliki spesialisasi dan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan. Sehingga
sifat-sifat kebersamaan, hidup lebih santai diganti oleh sikap individualis dan
kerja keras.
Pola kerja masyarakat modern menuntut kerja yang tidak teratur melebihi
waktu biasa. Banyaknya waktu yang digunakan untuk bekerja akan mengubah
citra penghasilan yang diperoleh. Asumsinya penghasilan tinggi akibat suami-
isteri bekerja akan meningkatkan kemampuan ekonomi dan kesejahtraan
keluarga. Namun dalam kehidupan keluarga, anak mempunyai masalah selalu
ditinggal orang tuanya bekerja maka anak lebih lama berhaul dan hidupnya
dengan pembantu daripada dengan orang tuanya.
Kondisi demikian berbagai masalah keluarga timbul dikarenakan pelaksanaan
tugas dan fungsi keluarga tidak berjalan, seperti hubungan komunikasi diantara
anggota keluarga sangat terbatas malahan mungkin hilang.
Komponen-komponen kurikulum berbasis masyarakat meliputi:
1. Tujuan dan filsafat pendidikan dan psikologi belajar

13
2. Analisis kebutuhan masyarakat sekitar termasuk kebutuhan siswa
3. Tujuan kurikulum (TUK dan TKK)
4. Pengorganisasian dan implementasi kurikulum
5. Tujuan pembelajaran (TPU dan TPK)
6. Strategi pembelajaran mencakup model-model pembelajaran
7. Teknik evaluasi (proses dan produk)
8. Implementasi strategi pembelajaran
9. Penilaian dalam pembelajaran dan Evaluasi program kurikulum
Beroreantasi pada komponen-komponen kurikulum berbasis masyarakat
tersebut, maka langkah-langkah pengembangannya terdiri dari:
Langkah l : Penentuan tujuan pendidikan berdasarkan filsafat dan psikologi
pendidikan juga berdasarkan spesifikasi kebutuhan masyarakat
dan kebutuhan siswa.
Langkah 2 : Analisis kebutuhan masyarakat sekitar, siswa dan mata ajar
Langkah 3 :Spesifikasi tujuan kurikulum baik tujuan umum maupun tujuan
khusus.
Langkah 4 :Pengorganisasian dan implementasi kurikulum dan struktur
program Langkah 5 :Spesifikasi tujuan pengajaran termasuk
TPU dan TPK.
Langkah 6 :Seleksi strategi pembelajaran meliputi kegiatan, model, dan
metode pembelajaran
Langkah 7 :Seleksi awal teknik evaluasi.
Langkah 8 :Seleksi final teknik evaluasi (langkah ini dilakukan setelah
langkah 5).
Langkah 9 :Implementasi strategi pembelajaran secara actual.
Langkah 10 :Evaluasi pengajaran untuk menilai keberhasilan siswa dan
efektivitas pembelajaran dan perbaikan evaluasi.
Langkah 11 :Evaluasi program kurikulum.

2.2.3 Kurikulum Berbasis Masyarakat Sebagai Sebuah Inovasi


Model pengajaran yang berpusat pada masyarakat adalah suatu bentuk
kurikulum yang memadukan antara sekolah dan masyarakat dengan cara

14
membawa sekolah ke dalam masyarakat atau membawa masyarakat ke dalam
sekolah guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2.2.4 Proses Difusi Inovasi Kurikulum Berbasis Masyarakat


Proses difusi Kurikulum Berbasis Keterpaduan ini terdiri dari:
1. Inovasi
Dalam hal ini inovasinya adalah Kurikulum Berbasis Masyarakat.
Kurikulum berbasis masyarakat memberikan kesempatan yang luas
kepada siswa untuk belajar secara aktif penuh kreativitas yang telah
dianjurkan oleh teori belajar modern. Para siswa merencanakan sendiri,
mencari referensi dan sumber informasi sendiri, melakukan kegiatan
proyek sendiri dan memecahkan berbagai masalah sendiri, baik melalui
belajar individual maupun belajar secara kelompok.
2. Komunikasi
Saluran yang digunakan dalam proses komunikasi adalah saluran
media massa yang ada, baik itu televisi, radio, surat kabar, ataupun media
massa yang lain yang mana tujuannya adalah untuk menyampaikan
informasi tentang Kurikulum Berbasis Masyarakat.
3. Waktu
Setelah mengadakan penyuluhan kepada para kepala sekolah sangat
mungkin sekali difusi inovasi ini tidak berjalan lancar. Mengatasi hal ini
maka agen pembaharu akan turun kebeberapa sekolah yang dianggap
kurang unggul untuk memberikan motivasi dengan pendekatan secara
langsung kepada kepala sekolah dan para dewan guru yang ada. Selain
itu, perlu adanya hubungan antara agen pembaharu ini dengan kepala
sekolah untuk tindak lanjut lebih jauh atas perkembangan Kurikulum di
sekolah tersebut secara keseluruhan.
4. Sistem Sosial
Masyarakat yang terkait dengan inovasi kurikulum ini adalah
masyarakat sekolah yang meliputi Kepala Sekolah, guru, siswa, komite
sekolah dan wali murid.

15
2.3 Kurikulum Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia)

2.3.1 Sejarah KKNI


Pengembangan KKNI merupakan perjalanan panjang yang dimulai dari usaha
pengembangan kualitas sumber daya manusia diindonesia khususnya dalam
bidang pendidikan dan pelatihan. Milestone penting dalam perjalanan
pengembangan KKNI dimulai dengan disahkannya Undang-Undang N0. 13
Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dan Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun
2006 tentang sistem Pelatihan Kerja Nasional sebagai dasar kerja besar
pengembangan KKNI pada tahun-tahun selanjutnya, sampai pada tahun 2012
dengan diterbitkannya Peraturan Presiden No.8 Tahun 2012 tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia.
Program pengembangan KKNI pada tahun 2015 merupakan kelanjutan dari
berbagai program yang sama pada tahun sebelumnya ataupun program baru.
Program pada tahun sebelumnya mengutamakan untuk menyusun konsep dan
juga merealisasikan menjadi kerangka yang operasional dan telah diperkuat
dengan Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2012 tentang KKNI. Dengan peraturan
Presiden tersebut, KKNI telah menjadi rujukan dalam penyetaraan capaian
pembelajaran berbagai sektor yang ada di indonesia. Sementara untuk
memperkuat landasan hukum pelaksanaan KKNI di perguruan tinggi, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan telah menerbitkan Peraturan Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 73 Tahun 2013 yang mengatur penerapan KKNI di perguruan
tinggi secara khusus dan pendidikan tinggi diindonesia secara keseluruhan.
Penerapan KKNI di perguruan tinggi selanjutnya menghasilkan program-program
yang semakin memberdayakan KKNI. Penerapam KKNI tidak hanya terbatas
pada perguruan tinggi saja, namun juga keberbagai institusi lainnya seperti:
1. SMK
2. Lembaga Kursus dan pelatihan
3. Kolegium keilmuan
4. Konsil kedokteran indonesia
5. Forum program studi
6. BNSP, LSP

16
7. Asosiasi profesi
8. KADIN, Asosiasi Industri
9. BAN-PT

2.3.2 Pengertian KKNI


Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat KKNI,
adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang
pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan
kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor (Perpres No.
8 tahun 2012 pasal 1 ayat (1)). KKNI merupakan salah satu langkah untuk
mewujudkan mutu dan jati diri bangsa Indonesia dalam sektor sumber daya
manusia yang dikaitkan dengan program pengembangan sistem pendidikan dan
pelatihan secara nasional. Setiap tingkat kualifikasi yang dicakup dalam KKNI
memiliki makna dan kesetaraan dengan capaian pembelajaran yang dimiliki setiap
insan pekerja Indonesia dalam menciptakan hasil karya dan kontribusi yang
bermutu di bidang pekerjaannya masing-masing.
KKNI disusun berdasarkan kebutuhan dan tujuan khusus, yang khas bagi
Indonesia untuk menyelaraskan sistem pendidikan dan pelatihan dengan sistem
karir di dunia kerja. KKNI juga dirancang untuk sesuai dan setara dengan sistem
yang dikembangkan negara‐negara lain. Dalam pengembangannya KKNI juga
merujuk dan mempertimbangkan sistem kualifikasi negara lain seperti Eropa,
Australia, Inggris, Scotlandia, Hongkong, dan Selandia Baru. Hal ini menjadikan
kualifikasi yang tercakup dalam KKNI dapat dengan mudah disetarakan dan
diterima oleh negara lain sehingga pertukaran peserta didik maupun tenaga kerja
antar negara dapat dilakukan dengan tepat.
Dengan ditetapkannya KKNI, membuat adanya perubahan dan perkembangan
di bidang kurikulum dalam pendidikan yang sangat mempengaruhi output yang
dihasilkan oleh lembaga pendidikan, baik dijenjang Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah, maupun pada jenjang Perguruan Tinggi. Di Pendidikan Tinggi,
kurikulum dirancang sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi dan dikembangkan dengan
memperhatikan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),

17
tuntutan kehidupan global juga berlandaskan kebijakan pemerintah. Setiap
Program studi dalam perguruan tinggi seharusnya menerapkan kurikulum yang
terbaru yang dikeluarkan oleh pem erintah yaitu kurikulum yang mengacu
kepada kerangka kualifikasi nasional Indonesia.
2.3.3 Tujuan dan Manfaat KKNI
Sebagai perwujudan mutu dan jati diri bangsa Indonesia dalam sistem
pendidikan, pelatihan, serta sistem pengakuan kompetensi kerja secara nasional,
maka KKNI dimaksudkan menjadi pedoman untuk :
1. Menetapkan kualifikasi capaian pembelajaran yang diperoleh melalui
pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja.
2. Menetapkan skema pengakuan kualifikasi capaian pembelajaran yang
diperoleh melalui pendidikan pendidikan formal, nonformal, informal,
atau pengalaman kerja.
3. Menyetarakan kualifikasi diantara capaian pembelajarab yang diperoleh
melalui pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja.
4. Mengembangkan metode dan sistem pengakuan kualifikasi tenaga kerja
dari negara lain yang akan bekerja di Indonesia.
2.3.4 KKNI sebagai sebuah inovasi
Kurikulum dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan.KKNI
merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yakni KBK. Alasan
KKNI dikatakan inovasi adalah karena kurikulum ini berbeda dengan
kurikulum sebelumnya. Inovasi yang dikembangkan KKNI menitik beratkan
pada penyetaraan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta
pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja
sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.

2.3.5 Proses difusi inovasi KKNI


Proses difusi KKNI ini terdiri dari 4 elemen, yaitu :
1. Inovasi
Dalam hal ini, inovasinya adalah KKNI. Karena bagi orang yang belum
pernah tahu tentang KKNI, menganggap KKNI sebagai sesuatu yang baru.
Penerapan kurikulum berbasis KKNI di perguruan tinggi sangat dibutuhkan

18
karena dapat megasah potensi mahasiswa untuk menjadi agen yang berwawasan
luas dan memiliki skill yang memang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan di
masyarakat. Selain itu, sistem KKNI ini lebih memudahkan pihak perguruan
tinggi untuk menentukan tujuan akhir sebagai hasil capaian pembelajaran yang
selama ini diajarkan. Dengan demikian, adanya penerapan KKNI ini menjadikan
mahasiswa lebih banyak berkontribusi dalam berbagai bidang.

2. Komunikasi dengan saluran tertentu


Proses penyebaran informasi mengenai KKNI dilakukan dengan dua
kategori saluran yaitu: saluran media massa (mass media channel). Media
massa dapat berupa radio, televisi, surat kabar, web, dan lain-lain. Kelebihan
media massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari
satu sumber. Saluran antar pribadi melibatkan upaya pertukaran informasi tatap
muka antara dua atau lebih individu.
3. Waktu
Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Waktu
dalam proses difusi berpengaruh dalam proses keputusan inovasi yaitu tahapan
proses sejak seseorang menerima informasi pertama sampai ia menerima atau
menolak inovasi, keinovatifan individu dan unit adopsi lain, dan rata-rata adopsi
dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah anggota suatu sistem
mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu. Waktu yang sudah
berjalan dalam proses difusi program KKNI selama kurang lebih 5 tahun dari
mulai diundangkannya Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2012 tentang kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
4. Anggota sistem sosial
Proses sosialisasi KKNI efektif dilakukan terbatas pada tingkat kelembagaan
atau organisasi dilingkungan pemerintah, terutama jajaran terkait lembaga atau
Departemen Pendidikan, dan Kementrian Tenaga Kerja serta pemangku
kepentingan lain yang terkait dan berada dilapisan atas sosial masyarakat.
Masyarakat yang terkait dengan program KKNI dalam hal ini masyarakat luas
terutama setiap individu yang akan merencanakan pengembangan karirnya,
relatif belum terjangkau media massa dan teknologi informasi lainnya.

19
2.4 Pembelajaran Sistem Jarak Jauh

2.4.1 Latar Belakang Penerapan Sistem Belajar Jarak Jauh


1. Alasan Filosofis
Setiap manusia mempunyai hak untuk memperoleh kesempatan
belajar tanpa mempersoalkan segala macam bentuk perbedaan. Sistem
belajar jarak jauh merupakan sistem yang dapat memberkan kesempatan
yang sama kepada setiap orang untuk mendapatkan pendidikan.
2. Alasan Geografis
Alternatif yang cukup menjanjian bagi masyarakat yang memiliki
persoalan mengenai jarak tempat tinggal dengan tempat pendidikan,
sehingga mereka tidak perlu bersusah payah datang kesekolah yang jauh
setiap hari.
3. Alasan Sosial Ekonomi
Masih banyakk ditemui anak yang putus sekolah karena tidak adanya
biaya. Dengan sistem pendidikan jarak jauh anak yang tidak dapat
mengikuti sekolah pada umumnya tetap mendapatkan pendidikan, tanpa
harus meninggalkan pekerjaannya, tanpa harus mengeluarkan uang eksta
untuk membeli pakaian, membayar biaya transportasi atau biaya yang
lainnya.
4. Alasan kesempatan belajar
Banyak anak-anak yang harus memenuhi kebutuhannya dengan
bekerja atau mengikuti gerak kehidupan orang tuanya, sehingga anak
kehilangan kesempatan dan waktu untuk mengikuti pendidikan secara
konvensional. Maka dari itu, dengan belajar jarak jauh mereka tetap bisa
bersekolah tanpa harus meninggalkan tempat tinggal atau tempat kerja.
Mereka tetap bisa membantu orang tua mereka mencari nafkah sambil
sekolah.

2.4.2 Pengertian Sistem Belajar Jarak Jauh


Belajar jarak jauh bukanlah suatu hal yang baru dalam dunia pendidikan.
Belajar jarak jauh sudah dikembangkan sejak tahun 1970-an. Belajar jarak jauh
merupakan suatu bentuk sistem pembelajaran yang proses pembelajarannya jauh

20
dari pusat penyelenggaraan pendidikan dan bersifat mandiri. Pendidikan jarak
jauh adalah suatu model pembelajaran yang membebaskan pebelajar untuk dapat
belajar tanpa terikat oleh ruang dan waktu.
Sistem belajar jarak jauh merupakan suatu alternatif pemerataan kesempatan
dalam bidang pendidikan. Sistem ini dapat mengatasi beberapa masalah yang
ditimbulkan diantaranya keterbatasan tenaga pengajar, jarak antara lembaga
pendidikan dan siswa yang berjauhan, kelangkaan pengajar berkualita dan lain
lain.
Komunikasi yang berlangsung pada sistem belajar jarak jauh bersifat
komunikasi tidak langsung, artinya proses pembelajaran dilakukan dengan
perantaraan dalam bentuk media cetak maupun multimedia yang dirancang
khusus. Kalaupun ada kontak langsung, bukanlah suatu proses pembelajaran,
namun suatu kegiatan tutorial untuk meyakinkan bahwa materi pembelajaran yang
disampaikan kepada pebelajar melalui media benar-benar mencapai tujuan
pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan.
Sistem belajar jarak jauh merupakan suatu perubahan besar dalam dunia
pendidikan. Perkembangan komputer dan media komunikasi telah menghapus
batasan ruang dan waktu. Bahkan terobosan ini membuat kita mudah
mendapatkan ilmu pengetahuan dimanapun dan kapanpun.
2.4.3. Pembelajaran Jarak Jauh Sebagai Suatu inovasi
Seiring dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan zaman, dunia
pendidikan juga mengalami perkembangan. Perkembangan yang dimaksud adalah
sebuah pendekatan baru dalam dunia pendidikan yang menerapkan sistem
Pendidikan Jarak Jauh (Distance Education). Pendidikan Jarak jauh dianggap
sebagai salah satu sistem pemberian layanan pendidikan yang sifatnya inovatif.
Seiring dengan perkembangan di banyak bidang yang cenderung tidak
menentu, tuntutan akan peningkatan kualitas sumber daya manusia semakin
muncul kepermukaan. Kedudukan strategis, baik disektor umum maupun swasta,
menuntut sumber daya manusia yang memiliki latar belakang pendidikan yang
lebih tinggi. Sehingga wajar jika motivasi publik untuk terus menambah
pengetahuannya melalui institusi pendidikan tinggi semakin meningkat. Namun

21
karena intensitas pekerjaan semakin bertambah, banyak kelompok masyarakat
yang ingin menempuh pendidikan sambil tetap bekerja.
Untuk itu kita harus bisa mengembangkan sistem pendidikan yang lebih
terbuka, lebih luwes, dan dapat diakses oleh siapa saja yang memerlukan tanpa
memandang usia, jender, lokasi, kondisi sosial ekonomi, maupun pengalaman
pendidikan sebelumnya. Sistem tersebut juga mampu meningkatkan mutu
pendidikan secara merata. Sistem pendidikan tersebut adalah sistem belajar jarak
jauh, yang merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah mendorong
berkembangnya pendidikan jarak jauh. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan
nya pun juga mendorong perkembangan pendidikan jarak jauh.
2.4.4 Proses Difusi Inovasi Sistem Belajar Jarak Jauh
Proses difusi sistem belajar jarak jauh terdiri dari 4 elemen, yaitu :
1. Inovasi
Dalam hal ini, inovasinya adalah pembelajaran jarak jauh. Karena bagi
orang yang belum pernah tahu tentang pembelajaran jarak jauh, menganggap
pembelajaran jarak jauh sebagai sesuatu yang baru. Pembelajaran jarak jauh
diterapkan disemua jenjang pendidikan. Mulai dari SD sampai ke Universitas.
Namun, pembelajaran jarak jauh sangat berguna pada jenjang Universitas.
Pembelajaran jarak jauh mempermudah dalam proses pembelajaran,
karena merupakan suatu model pembelajaran yang membebaskan pebelajar
untuk dapat belajar tanpa terikat oleh ruang dan waktu. Sehingga dapat
mempermudah mahasiswa yang kulaih sambil bekerja tanpa harus
meninggalkan pekerjaannya.

22
2. Komunikasi dengan saluran tertentu
Saluran yang digunakan dalam proses komunikasi adalah saluran media
massa yang ada, baik itu televisi, radio, surat kabar, ataupun media massa
yang lain yang mana tujuannya adalah untuk menyampaikan informasi tentang
pembelajaran jarak jauh.

3. Waktu

Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Waktu
dalam proses difusi berpengaruh dalam proses keputusan inovasi yaitu
tahapan proses sejak seseorang menerima informasi pertama sampai ia
menerima atau menolak inovasi, keinovatifan individu dan unit adopsi lain,
dan rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah anggota
suatu sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu. Waktu
dalam proses difusi program pembelajaran jarak jauh yaitu dari taun 1970an
sampai dengan saat sekarang ini.

4. Sistem sosial
Proses sosialisasi pembelajaran jarak jauh efektif dilakukan terbatas pada
tingkat kelembagaan atau organisasi dilingkungan pemerintah, terutama
jajaran terkait lembaga atau Departemen Pendidikan, dan Kementrian Tenaga
Kerja serta pemangku kepentingan lain yang terkait dan berada dilapisan atas
sosial masyarakat. Masyarakat yang terkait dengan program KKNI dalam hal
ini ialah masyarakat luas terutama setiap individu yang akan mengikuti
program pembelajaran jarak jauh.

2.4.5 Perkembangan Sistem Belajar Jarak Jauh


Sistem belajar jarak jauh awalnya ikut berkembang ke dalam masyarakat
Indonesia yang dimaksudkan sebagai salah satu pemecahan terhadap tingginya
anak putus sekolah dan anak yang belum sempat merasakan kehidupan
pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan jarak jauh di Indonesia sebenarnya telah
berlangsung sejak lama. Menurut Hartiilaar, penyelenggaraan pendidikan jarak
jauh sebenarnya sudah lama diterapkan di Indonesia, yaitu sejak masuknya

23
kolonial ke Indonesia. Namun perkembangannya terhenti tanpa diketahui
sebabnya.
Pada tahun 1950-an pendidikan jarak jauh kembali muncul dalam bentuk
penataran guru tertulis. Tujuan dari penataran ini adalah meningkatkan kualifikasi
guru yang mengajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.Bahan belajar
pada penataran ini terbatas hanya pada media cetak, yaitu modul. Untuk umpan
balik terhadap peserta, bahan ajar dikirim melalui jasa pos.
Pada awal tahun 70-an muncul prakarsa baru dalam penyelenggaraan
pendidikan jarak jauh yaitu munculnya penataran guru dengan berbasis siaran
radio. Media utama dalam penataran ini adalah siaran radio yang dilengkapi
dengan bahan penyerta cetak yang dikirim kepada peserta.
Perkembangan selanjutnya dalam rangka memajukan pendidikan jarak jauh ini
maka dibentuklah pendidikan yang dinamai PAMONG (Pendidikan Anak oleh
Masyarakat Orang Tua dan Guru). Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan
prinsip belajar mandiri dengan menggunakan modul, belajar dengan kelompok
sebaya, kompetisi untuk berprestasi, fungsi guru sebagai pengelola kegiatan
belajar yang membantu pebelajar dalam memecahkan masalah yang tidak dapat
dipecahkannya, menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, dan
meningkatkan partisipasi masyarakat dengan melibatkan masyarakat sebagai
narasumber.
Dengan dibukanya SLTP Terbuka semakin menambah semaraknya
perkembangan pendidikan jarak jauh ini pada tahun 1979. Pada tahun 1984,
lembaga pendidikan tinggi mulai membuka diri untuk melayani kebutuhan
terhadap pendidikan dengan dibukanya Universitas Terbuka. Agak berbeda
dengan pendidikan terbuka lainnya, pada SLTP Terbuka dan Universitas Terbuka
media pembelajarannya yang digunakan lebih beragam. Mulai dari modul, siaran
radio, kaset audio video dan siaran televisi.
Sejak berlakunya ujian akhir nasional yang standar pencapaiannya
menjulang tinggi, timbul kembali fenomena baru dalam dunia pendidikan. Bagi
anak-anak yang dinyatakan tidak lulus dalam UAS ataupun UAN maka mereka
dapat mengikuti ujian penyetaraan melaui sekolah terbuka. Mirisnya sekolah
terbuka atau kejar paket ini dijadikan seolah-olah pelarian. Tentunya ini

24
mempengaruhi pamor sekolah terbuka, yang menambah beban seolah-olah ini
adalah sekolah pelarian. Namun yang lebih mirisnya lagi masih ada juga
perguruan tinggi yang ragu-ragu menerima surat tanda tamat belajar dari sekolah
terbuka, seolah-olah tidak percaya pada kelegalan surat tersebut.

2.4.6 Kelemahan dan Kelebihan Sistem Belajar Jarak Jauh


Berikut kelebihan pembelajaran jarak jauh, yaitu :
1. Tersedianya fasilitas e-moderating di mana pendidik dan peserta didik
dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet tanpa
dibatasi oleh jarak, tempat, waktu.
2. Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan pelajaran setiap saat
dan di mana saja kalau diperlukan.
3. Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan
dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet
secara mudah.
4. Baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui
internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak,
sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
5. Peserta didik dapat benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar-
mengajar karena ia senantiasa mengacu kepada pembelajaran mandiri
untuk pengembangan diri pribadi.
Walaupun demikian, pembelajaran jarak jauh juga tidak terlepas dari berbagai
kelemahan dan kekurangan, antara lain :
1. Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan
antarsesama peserta didik itu sendiri.
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
3. Masalah ketepatan dan kecepatan pengiriman modul dari pusat
pengelolaan pembelajaran jarak jauh kepada para peserta di daerah sering
tidak tepat waktu.
4. Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi
cenderung gagal.

25
5. Dukungan administratif untuk proses pembelajaran jarak jauh dibutuhkan
untuk melayani jumlah peserta didik yang mungkin sangat banyak.

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
Kurikulum terpadu merupakan suatu produk dari usaha pengintegrasian bahan
pelajaran dari berbagai macam pelajaran. Organisasi kurikulum secara terpadu
merupakan suatu bentuk kurikulum yang meniadakan batas-batas antara berbagai
mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau
keseluruhan (integrated curriculum).
Kurikulum berbasis masyarakat yang bahan dan objek kajiannya kebijakan
dan ketetapan yang dilakukan di daerah, disesuaikan dengan kondisi lingkungan
alam, sosial, ekonomi, budaya dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan
daerah yang perlu dipelajari oleh siswa di daerah tersebut.
Kurikulum berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang
selanjutnya disingkat KKNI, adalah kerangka penjenjangan kualifikasi
kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan
antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja
dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur
pekerjaan di berbagai sektor.
Sistem belajar jarak jauh merupakan suatu alternatif pemerataan kesempatan
dalam bidang pendidikan. Sistem ini dapat mengatasi beberapa masalah yang
ditimbulkan diantaranya keterbatasan tenaga pengajar, jarak antara lembaga
pendidikan dan siswa yang berjauhan, kelangkaan pengajar berkualita dan lain
lain.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak tentunya dapat di pertanggung
jawabkan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik Oemar. 1994. Sistem Pembelajran Jarak Jauh dan Pembinaan


Ketenagaan. Bandung : Trigenda Karya.
https://www.google.co.id/amp/s/arjunabelajar.wordpress.com/2011/05/22/
pembelajaran-jarak-jauh/amp/
Kristiawan, Muhammad, dkk. 2018. Inovasi Pendidikan. Ponorogo: Wade Group
Ma’arif Muntilan. Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Yogyakarta:
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Monika Teguh (2015). Difusi Inovasi dalam Program Pembelajaran di Yayasan
Tranpil Indonesia. Jurnal Scriptura
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Sa’ud, udin Syaefudin. 2013. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Tafrikhasari, Vina. 2014. Penerapan Kurikulum Terpadu di Full Day School SMP
Terpadu.

28

Anda mungkin juga menyukai