Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TELAAH KURIKULUM

KURIKULUM DALAM KERANGKA NKRI DAN MEWUJUDKAN


MANUSIA INDONESIA SEUTUHNYA

Oleh Kelompok 1 / 3A

Anggota :

1. Ida Putu Arimbawa 1713011023


2. Ni Made Rupita Widyastiti 1713011034
3. Kadek Aldi Setiawan 1713011063

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. I Gusti Putu Suharta, M. Si

Ratih Ayu Apsari, S.Pd.,M.Sc.,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunia dan rahmatNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Kurikulum Dalam Kerangka NKRI dan Mewujudkan Manusia
Indonesia Seutuhnya”. Laporan ini merupakan salah satu hasil pelaksanaan
pemikiran sederhana sebagai wujud partisipasi penulis dalam mata kuliah Telaah
Kurikulum. Dalam penulisan makalah ini, banyak pihak yang memberi bantuan
baik moril maupun material kepada penulis. Oleh karena itu, maka pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terimah kasih kepada:
1. Prof. Dr. I Gusti Putu Suharta, M. Si selaku pengampu mata kuliah Telaah
Kurikulum yang telah banyak memberikan masukan dalam proses pembuatan
makalah ini.
2. Ratih Ayu Apsari, S.Pd.,M.Sc.,M.Pd selaku pengampu mata kuliah Telaah
Kurikulum yang telah banyak memberikan masukan dalam proses pembuatan
makalah ini.
3. Teman-teman yang telah banyak memberikan dukungan agar terselesainya
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh daripada sempurna. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca guna menyempurnakan
makalah ini. Namun demikian penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca.

Singaraja,09 September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2


1.3 Tujuan ......................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ...................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 4
2.1 Pengertian Kurikulum ................................................................................. 4
2.2 Kurikulum dan Sistem Pendidikan Nasional dalam kerangka NKRI ......... 7
2.3 Komponen yang dikembangkan Dalam Kurikulum ................................... 8
2.4 Pentingnya Pengembangan Kurikulum dan Pihak yang Berpartisipasi ...... 10
2.5 Prinsip serta Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum ........................ 13
2.6 Kurikulum dan Wawasan Pendidikan untuk Manusia Indonesia Seutuhnya. ..16

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 18


3.1 Simpulan ................................................................................................... 18
3.2 Saran ......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dunia pendidikan, kurikulum bukanlah merupakan kata yang asing. Tetapi
jika muncul pertanyaan mengenai kurikulum itu apa, siapa yang menciptakannya,
mengapa disusun, dan lain sebagainya butuh perenungan dalam menjawabnya.
Kurikulum tidak berasal dari bahasa Indonesia, tetapi berasal dari bahasa Latin
yang kata dasarnya currere, secara arfiah berarti lapangan perlombaan lari (Dakir,
2004). Banyak definisi kurikulum satu dengan yang lain saling berbeda
dikarenakan dasar filsafat yang dianut oleh para penulis yang berbeda-beda.
Walaupun demikian ada kesamaan satu fungsi, yaitu bahwa kurikulum adalah alat
untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa: Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Dilihat dari pengertiannya, dapat diketahui bahwa kurikulum memiliki
peranan yang penting dalam pendidikan. Dengan kata lain kurikulum menjadi
syarat mutlak dari pendidikan dan kurikulum merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari pendidikan dan pengajaran. Perwujudan konsep, prinsip, dan
aspek-aspek kurikulum tersebut seluruhnya terletak pada guru. Oleh karena itu,
gurulah pemegang kunci pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum. Dialah
sebenarnya perencana, pelaksana, penilai, dan pengembang kurikulum
sesungguhnya.
Berdasarkan UU No 14 Tahun 2005 menjelaskan bahwa: Guru adalah
pendidik profesional yang memiliki tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Bagi calon guru sangatlah penting untuk memahami
prinsip dasar pengembangan kurikulum karena dengan pengetahuan tersebut
mereka diharapkan mampu merencanakan, mengembangkan, serta mewujudkan
kurikulum yang berlaku melalui proses belajar mengajar di dalam kelas masing-

1
masing. Dimana kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi, dan menjadi
pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan
tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat.
Berdasarkan pemaparan di atas, kami bermaksud untuk memberikan suatu
sumber informasi mengenai kurikulum dalam kerangka NKRI serta dalam
mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dan pentingnya pengembangan
kurikulum yang kami tuangkan dalam sebuah makalah berjudul “Kurikulum
Dalam Kerangka NKRI dan Mewujudkan Manusia Indonesia Seutuhnya”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas, adapun rumusan
masalah yang dapat diajukan sebagai berikut.
1. Apa pengertian dari kurikulum?
2. Bagaimana kurikulum dan Sistem Pendidikan Nasional dalam kerangka
NKRI?
3. Komponen apa saja yang dikembangkan dalam kurikulum?
4. Mengapa pengembangan kurikulum perlu dilakukan dan siapa saja yang
berpartisipasi?
5. Apa saja prinsip dan langkah-langkah pengembangan kurikulum?
6. Bagaimana kurikulum dan wawasan pendidikan dalam manusia Indonesia
seutuhnya?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
sebagai berikut.
1. Mengetahui pengertian dari kurikulum.
2. Mengetahui tentang kurikulum dan Sistem Pendidikan Nasional dalam
kerangka NKRI.
3. Mengetahui komponen yang dikembangkan dalam kurikulum.
4. Mengetahui pentingnya pengembangan kurikulum dan pihak yang
berpartisipasi.
5. Mengetahui prinsip dan langkah-langkah pengembangan kurikulum.
6. Mengetahui posisi kurikulum dan wawasan pendidikan dalam manusia
Indonesia seutuhnya.

2
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun beberapa manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini,
yaitu :
1. Bagi pembaca, yaitu menambah wawasan pembaca mengenai kurikulum
baik mengenai pengertian kurikulum, posisi kurikulum dalam kerangka
NKRI dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya, pentingnya
pengembangan kurikulum dan lain sebagainya.
2. Bagi penulis, yaitu belajar meningkatkan kemampuan dalam penulisan
makalah atau karya ilmiah yang baik dan benar serta yang bermanfaat
untuk pembaca.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kurikulum
Pada awalnya, istilah kurikulum digunakan dalam dunia olahraga. Kurikulum
berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat berpacu). Pada saat itu
kurikulum memiliki arti jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari
start sampai finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Kemudian
pengertian kurikulum tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan yang memiliki
arti sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh seorang siswa guna
memperoleh ijazah. Implikasi dari pengertian tersebut adalah bahwa untuk
memperoleh ijazah, seorang siswa harus mampu menguasai semua mata pelajaran
dan menempatkan guru dalam posisi yang sangat penting. Keberhasilan siswa
dalam menempuh pelajaran biasanya disimbolkan dengan skor yang diperoleh
setelah mengikuti tes atau ujian. Pengertian kurikulum tersebut dianggap sempit
atau sederhana. (Suhenda, 2008)
Ada beberapa definisi kurikulum menurut beberapa ahli kurikulum yang
masih memiliki pengertian yang sempit.
1. J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku “Curriculum Planing
for Better Teaching and Learning” (1956) mengatakan bahwa kurikulum
merupakan semua usaha sekolah yang mempengaruhi anak belajar, baik di
dalam ruang kelas, di halaman sekolah, atau di luar sekolah. Kurikulum juga
meliputi kegiatan ekstrakurikuler.
2. Harold B. Albertycs dalam Reorganizing the High-School Curriculum (1965)
memandang kurikulum tidak terbatas hanya pada mata pelajaran, akan tetapi
meliputi kegiatan-kegiatan lain di baik di dalam maupun luar kelas dan berada
di bawah tanggung jawab sekolah.
3. B. Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores mengungkapkan bahwa
kurikulum itu merupakan sejumlah pengalaman potensial yang diberikan
kepada anak sehingga mereka bisa berpikir dan bertindak sesuai dengan
masyarakat.
(dalam Nasution, 2008)

4
Kemudian definisi dari beberapa ahli yang memiliki arti yang luas.
1. William B. Ragan dalam buku “Modern Elementary Curriculum” (1966)
menjelaskan kurikulum dengan arti luas di mana kurikulum tidak hanya
meliputi pelajaran, melainkan meliputi seluruh kehidupan dalam kelas
termasuk hubungan sosial antara guru dan murid, metode mengajar, dan cara
mengevaluasi.
2. J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam buku “Secondary School
Improvement” (1973) yang juga menjelaskan kurikulum dengan arti luas
dengan tambahan metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan
seluruh program, perubahan tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan,
supervisi dan administrasi, hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah ruangan
serta kemungkinan memilih mata pelajaran.
3. Alice Miel dalam buku “Changing the Curriculum: a Social Process” (1946)
mengemukakan bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung sekolah,
suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan dan sikap orang-orang
melayani dan dilayani sekolah, yakni anak didik, masyarakat, para pendidik
dan personalia. Jadi kurikulum meliputi semua pengalaman yang bercorak
pendidikan yang diperoleh anak di sekolah.
(dalam Nasution, 2008: 5-6)
Tidak semua ahli kurikulum menganut pendirian yang begitu luas. Salah
satu contohnya ialah Hilda Taba yang mendefinisikan kurikulum dengan arti
yang tidak begitu luas dan juga tidak begitu sempit. Menurutnya, jika kurikulum
diartikan terlalu luas maka akan mengaburkan pengertian kurikulum, sedangkan
jika diartikan terlalu sempit maka tidak lagi diterima oleh sekolah modern. Hilda
Taba mengungkapkan bahwa kurikulum merupakan suatu cara untuk
mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai anggota masyarakat yang
produktif. Begitu pula dengan Edward A. Krug dalam bukunya “The Secondary
School Curriculum” (1960) yang menunjukkan pendirian yang terbatas tetapi
realistis mengenai kurikulum. Beliau mendefinisikan kurikulum sebagai cara dan
usaha untuk mencapai tujuan persekolahan. (Nasution, 2008)
Beragamnya pandangan atau tafsiran mengenai kurikulum membuat sulitnya
mengambil suatu pengertian mengenai kurikulum. Beberapa ahli ada yang

5
mendefinisikan berdasarkan pandangan lama yang menganggap kurikulum
adalah kumpulan dari mata pelajaran yang harus disampaikan guru kepada
siswa, sedangkan beberapa mendefinisikan berdasarkan pandangan modern yang
menganggap kurikulum sebagai sesuatu yang nyata terjadi dalam proses
pendidikan di sekolah dan lebih dari sekadar rencana pelajaran. Menurut Hamid
Hasan (1988) mengungkapkan bahwa kurikulum bukan sesuatu yang tunggal
dan memiliki empat dimensi yang saling berkaitan. Keempat dimensi itu yaitu:
1) kurikulum sebagai suatu ide; 2) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang
sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide; 3)
kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah
kurikulum sebagai suatu realitas atau implementasi kurikulum; 4) kurikulum
sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu
kegiatan. (dalam Suhenda, 2008)
Dari berbagai tafsiran mengenai kurikulum, S. Nasution (2008)
menggolongkan sebagai berikut.
1. Kurikulum dapat dilihat sebagai produk, yakni sebagai hasil karya para
pengembang kurikulum, biasanya dalam suatu panitia. Hasilnya dituangkan
dalam bentuk buku atau pedoman kurikulum, yang misalnya berisi sejumlah
mata pelajaran yang harus diajarkan.
2. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai program, yakni alat yang dilakukan
oleh sekolah atau madrasah untuk mencapai tujuannya. Ini dapat berupa
mengajarkan berbagai mata pelajaran tetapi dapat juga meliputi segala
kegiatan yang dianggap dapat mempengaruhi perkembangan siswa misalnya
perkumpulan sekolah, pertandingan, pramuka, warung sekolah dan lain-lain.
3. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai hal-hal yang diharapkan akan
dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap, keterampilan tertentu. Apa yang
diharapkan akan dipelajari tidak selalu sama dengan apa yang benar-benar
dipelajari.
4. Kurikulum sebagai pengalaman siswa. Ketiga pandangan di atas berkenaan
dengan perencanaan kurikulum sedangkan pandangan ini mengenai apa yang
secara aktual menjadi kenyataan pada tiap siswa. Ada kemungkinan, bahwa

6
apa yang diwujudkan pada diri anak berbeda dengan apa yang diharapkan
menurut rencana
Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan tersebut, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa kurikulum adalah semua pengalaman siswa yang diperoleh di
sekolah maupun di luar sekolah yang masih di bawah bimbingan sekolah yang
tidak hanya sebatas mata pelajaran, tetapi semua yang memengaruhi
perkembangan peserta didik.
2.2. Kurikulum dan Sistem Pendidikan Nasional Dalam Kerangka NKRI
Kurikulum sangat erat kaitannya dengan sistem pendidikan nasional terutama
kurikulum dikatakan dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam Undang-Undang
tersebut dikatakan isi dan bahan pelajaran yang artinya sendiri adalah susunan dan
bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan
pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan
nasional. Batasan menurut undang - undang itu tampak jelas, bahwa kurikulum
memiliki dua aspek pertama sebagai rencana (as a plan) yang harus dijadikan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar oleh guru dan kedua
pengaturan isi dan cara pelaksanaan rencana itu yang keduanya digunakan sebagai
upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, merumuskan bahwa pendidikan nasional ialah suatu usaha yang
membimbing para warga negara Indonesia menjadi Pancasila, yang berpribadi,
berdasarkan akan Ketuhanan berkesadaran masyarakat dan mampu
membudayakan alam sekitar.
Dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Bab I Pasal 2 berbunyi: Pendidikan Nasional adalah pendidikan
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dalam Pasal 1 Butir 19 menyatakan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran

7
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam UU No 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada BAB X Kurikulum Pasal
36 ayat 3 menjelaskan tentang yang harus diperhatikan dalam penyusunan
kurikulum sebagai berikut.
a. peningkatan iman dan takwa;
b. peningkatan akhlak mulia;
c. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d. keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f. tuntutan dunia kerja;
g. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h. agama;
i. dinamika perkembangan global; dan
j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
2.3. Komponen yang Dikembangkan Dalam Kurikulum
Adapun komponen yang dikembangkan dalam pengembangan kurikulum
ada empat, yaitu 1) tujuan; 2) materi/isi; 3) strategi pembelajaran; dan 4)
evaluasi.
1. Tujuan
Tujuan kurikulum harus mengacu ke arah pencapaian tujuan pendidikan
nasional. Ada dua tujuan yang terdapat dalam kurikulum sekolah, yakni (1) tujuan
yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan. Tujuan ini meliputi aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diharapkan dimiliki oleh
lulusan sekolah ybs. Tujuan ini disebut tujuan institusional atau kelembagaan. (2)
tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi. Tujuan ini disebut tujuan
kurikuler, adalah penjabaran dari tujuan institusional. tujuan ini meliputi tujuan
instruksional yang diharapkan dimiliki siswa setelah mempelajari tiap bidang
studi dan pokok bahasan dalam proses pengajaran.
Pratt (Kaber, 1988 dalam Suhenda, 2008) mengemukakan tujuh kriteria
yang harus dipenuhi dalam merumuskan tujuan kurikulum.

8
a. Tujuan kurikulum harus menunjukkan hasil belajar yang spesifik dan dapat
diamati.
b. Tujuan harus konsisten dengan tujuan kurikulum, artinya tujuan-tujuan
khusus itu dapat mewujudkan dan sejalan dengan tujuan yang lebih umum.
c. Tujuan harus ditulis dengan tepat, bahasanya jelas sehingga dapat memberi
gambaran yang jelas bagi para pelaksana kurikulum.
d. Tujuan harus memperlihatkan kelayakan, artinya bahwa tujuan itu bukanlah
suatu standar yang mutlak, melainkan harus dapat disesuaikan dengan situasi.
e. Tujuan harus fungsional, tujuan itu menunjukkan nilai guna bagi para peserta
didik dan masyarakat.
f. Tujuan harus signifikan dalam arti bahwa tujuan itu dipilih berdasarkan nilai
yang diakui kepentingannya.
g. Tujuan harus tepat dan serasi, terutama harus dilihat dari kepentingan dan
kemampuan peserta didik, termasuk latar belakang, minat, dan tingkat
perkembangannya.
2. Materi/Isi
Materi atau isi kurikulum merupakan segala sesuatu yang diberikan kepada
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Materi atau isi kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat
menunjang tercapainya tujuan kurikulum. Saylor dan Alexander (Zais, 1976
dalam Suhenda, 2008) mengemukakan bahwa isi kurikulum meliputi fakta-fakta,
observasi, data, persepsi, penginderaan, pemecahan masalah, yang berasal dari
pikiran manusia dan pengalamannya yang diatur dan diorganisasikan dalam
bentuk gagasan (ideas), konsep (concept), generalisasi (generalization), prinsip-
prinsip (principles), dan pemecahan masalah (solution).
3. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran berkaitan dengan masalah cara atau sistem
penyampaian isi kurikulum (delivery system) dalam rangka mencapai tujuan
yang telah dirumuskan. Sudjana (1988) (dalam Suhenda, 2008) mengemukakan
bahwa strategi pembelajaran pada hakikatnya adalah tindakan nyata dari guru
dalam melaksanakan pembelajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif
dan lebih efisien.

9
4. Evaluasi
Komponen evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang
telah ditentukan, serta menilai proses implementasi kurikulum secara
keseluruhan, termasuk juga menilai kegiatan evaluasi itu sendiri. Hasil dari
evaluasi ini dapat berperan sebagai masukan bagi penentuan kebijakan-kebijakan
dalam pengambilan keputusan kurikulum khususnya, dan pendidikan pada
umumnya, baik bagi para pengembang kurikulum dan para pemegang kebijakan
pendidikan, maupun bagi para pelaksana kurikulum pada tingkat lembaga
pendidikan seperti guru dan kepala sekolah. (Suhenda, 2008)
Dalam penyususan suatu kurikulum harus memperhatikan faktor-faktor
berikut ini :
a. Tujuan pendidikan nasional, dijabarkan menjadi tujuan - tujuan institusional,
dirinci menjadi tujuan kurikuler, dirumuskan menjadi tujuan-tujuan
instruksional (umum dan khusus), yang mendasari perencanaan pengajaran.
b. Perkembangan peserta didik merupakan landasan psikologis yang mencakup
psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
c. Mengacu pada landasan sosiologis dibarengi oleh landasan kultur ekologis.
d. Kebutuhan pembangunan nasional yang mencakup pengembangan SDM dan
pembangunan semua sektor ekonomi.
e. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta budaya bangsa dengan
multi dimensionalnya.
f. Jenis dan jenjang pendidikan yang di kelompokkan sesuai dengan sifat dan
kekhususan tujuannya.
2.4. Pentingnya Pengembangan Kurikulum dan Pihak yang Berpartisipasi
Menurut Boyd (1984) (dalam Suhenda, 2008), pengembangan kurikulum
diperlukan untuk menghadapi dan mengantisipasi keadaan-keadaan berikut.
1. Merespons perkembangan ilmu dan teknologi.
2. Merespons perubahan sosial di luar sistem pendidikan.
3. Memenuhi kebutuhan siswa.
4. Merespons kemajuan-kemajuan dalam pendidikan.
5. Merespons perubahan sistem pendidikan itu sendiri.

10
Mulyani Sumantri (1988) (dalam Suhenda, 2008) menyatakan bahwa
pengembangan kurikulum harus dilakukan berdasarkan teori yang telah
dikonseptualisasikan secara teliti dan terhindar dari pengaruh yang tidak baik,
seperti paham-paham yang tidak mendukung adanya perubahan untuk kebutuhan
masa depan. Agar kurikulum yang dihasilkan sesuai dengan harapan, tidak
cukup dengan hanya mengandalkan orang-orang yang berkecimpung di bidang
pendidikan, tetapi juga harus melibatkan ahli di luar bidang pendidikan, orang-
orang yang berminat, serta pemakai lulusan.
Mulyasa (2006) mengungkapkan pengembangan dan perubahan kurikulum
ditujukan untuk mengembangkan pendidikan dalam rangka mewujudkan hal-hal
berikut.
1. Meningkatkan pemerataan dan perluasan kesempatan untuk memperoleh
pendidikan yang bersamaan dengan peningkatan mutu. Hal ini diperlukan
untuk menjawab tuntutan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pendidikan yang berkualitas, relevan, adil, manusiawi, dan dapat
menjangkau semua lapisan dan golongan masyarakat.
2. Pengembangan wawasan persaingan dan keunggulan. Hal ini diperlukan
karena masyarakat Indonesia harus memiliki keunggulan sehingga dapat
bersaing secara global. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan kualitas
pendidikan yang baik. Masyarakat Indonesia juga perlu wawasan keunggulan
guna mengikuti irama perubahan dunia yang semakin cepat.
3. Memperkuat keterkaitan pendidikan agar sepadan dengan kebutuhan
pembangunan. Pendidikan harus mampu menunjang pembangunan nasional
melalui penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas dengan jumlah
yang memadai.
4. Mendorong terciptanya masyarakat belajar.
5. Pendidikan merupakan sarana untuk menyiapkan generasi masa kini dan
sekaligus masa depan.
6. Pendidikan merupakan sarana untuk memperkuat jati diri bangsa Indonesia,
sehingga dalam kondisi apapun dapat tetap tampil sebagai bangsa yang
bermartabat.

11
Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut
berpartisipasi, yaitu :
1. Peranan para administrator pendidikan
Para administrator pendidikan ini terdiri atas : direktur bidang pendidikan,
pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor
kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah. Peranan para administrator di
tingkat pusat dalam pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar
hukum, menyusun kerangka dasar serta program inti kurikulum.
2. Peranan para ahli
Pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas perubahan tuntutan
kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga dilandasi oleh perkembangan konsep
- konsep dalam ilmu. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum membutuhkan
bantuan pemikiran para ahli, baik ahli pendidikan, ahl kurikulum, maupun ahli
bidang studi/disiplin ilmu.
3. Peranan guru
Guru memegang peranan yang cukup penting baik di dalam perencanaan
maupun pelaksanaan kurikulum. Guru adalah perencana, pelaksana, dan
pengembang kurikulum bagi kelasnya.
4. Peranan orang tua murid
Orang tua juga memiliki peranan dalam pengembangan kurikulum.
Peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal : pertama dalam penyusunan
kurikulum , kedua dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam penyusunan
kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta, hanya terbatas
kepada beberapa orang saja yang cukup waktu dan mempunyai latar belakang
yang memadai. Dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan kerja sama yang
sangat erat antara guru atau sekolah dengan para orang tua murid.

Adapun pihak-pihak yang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum


setiap hari yaitu guru, siswa, dan kepala sekolah. Bila pendidikan mendapat
sorotan dan kritik, merekalah yang pertama-tama yang harus berusaha
mengadakan perbaikan. Dalam arti yang luas, banyak lagi yang turut terlibat
dalam mutu kurikulum, seperti pemerintah, perguruan tinggi khususnya LPTK,

12
orang tua, para ahli kurikulum dan berbagai lapisan masyarakat umumnya,
seperti golongan agama, industri, politik, dan lain-lain.
2.5. Prinsip serta Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum
Kurikulum dikembangan dengan mengacu pada prinsip pengembangan
kurikulum di mana hal tersebut tidak dapat diabaikan dalam pengembangan
kurikulum. (Abdullah, 2016)
1. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Adapun prinsip pengembangan kurikulum yang dipaparkan Abdullah (2016)
sebagai berikut.
a) Relevansi
Arti kata relevan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kait-
mengait; bersangkut paut; berguna secara langsung. Sedangkan arti
relevansi menurut KBBI adalah hubungan; kaitan.
Soetopo & Soemanto (1993) dan Subandijah (1993) (dalam Abdullah,
2016) mengungkapkan relevansi sebagai berikut. Pertama, dalam
pengembangan kurikulum hendaknya disesuaikan dengan kehidupan nyata
peserta didik. Kedua, kurikulum yang dikembangkan harus relevan dengan
kehidupan yang akan datang. Ketiga, relevansi pendidikan dengan dunia
kerja. Keempat, relevansi pendidikan dengan ilmu pengetahuan.
b) Efektivitas
Prinsip efektivitas adalah sejauh mana pengembangan kurikulum
dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang telah ditetapkan. Efektivitas
dapat dilihat dari dua sisi yaitu: 1) efektivitas mengajar pendidik berkaitan
dengan sejauh mana rencana pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan
baik; 2) efektivitas belajar peserta didik berkaitan dengan sejauh mana
penguasaan pelajaran yang telah dicapai melalui proses pembelajaran
c) Efisiensi
Efisiensi proses belajar mengajar akan tercipta apabila usaha, biaya,
waktu, dan tenaga yang digunakan optimal dan menghasilkan hasil yang
seoptimal mungkin, tentunya dengan pertimbangan yang rasional dan
wajar.

13
d) Kesinambungan
Prinsip kesinambungan dalam pengembangan kurikulum
menunjukkan adanya keterkaitan antara tingkat pendidikan, jenis program
pendidikan, dan bidang studi. Prinsip kesinambungan terbagi menjadi dua
yaitu sebagai berikut.
1) Kesinambungan di antara berbagai tingkat sekolah.
Bahan pelajaran yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan di
tingkat yang lebih tinggi hendaknya sudah diajarkan di tingkat yang
lebih rendah. Sedangkan bahan pelajaran yang sudah didapatkan di
tingkat pendidikan lebih rendah tidak lagi diajarkan di tingkat yang
lebih tinggi. Hal ini bertujuan untuk menghindari tumpang tindih dalam
pengaturan proses belajar mengajar.
2) Kesinambungan di antara bidang studi.
Pengembangan kurikulum harus memerhatikan hubungan di antara
bidang studi. Contohnya ketika ingin mencari pH suatu larutan dalam
pelajaran Kimia, diperlukan pemahaman tentang logaritma di pelajaran
Matematika. Sehingga pelajaran mengenai logaritma diberikan terlebih
dahulu sebelum mempelajari tentang pH suatu larutan.
e) Fleksibilitas (Keluwesan)
Dalam pengembangan kurikulum hendaknya tidak kaku, dan ada
semacam ruang gerak yang membebaskan untuk bertindak. Fleksibilitas
dalam pengembangan kurikulum ada dua yaitu:
1) Fleksibilitas dalam memilih program pendidikan
Fleksibilitas di sini maksudnya berbagai bentuk pengadaan program
yang dapat berbentuk jurusan, program spesialisasi ataupun program-
program lainnya yang sesuai dengan kemampuan dan minat peserta
didik.
2) Fleksibilitas dalam pengembangan program pengajaran
Fleksibilitas di sini maksudnya adalah bentuk kebebasan bagi
pendidik untuk mengembangan program-program pengajaran yang
berpatokan pada kurikulum yang bersifat umum. (Ibid: 127 dalam
Abdullah, 2016)

14
f) Berorientasi Tujuan
Dalam pengembangan kurikulum sebelum menentukan bahan, langkah
yang perlu dilakukan adalah menentukan tujuan terlebih dahulu. Hal ini
bertujuan agar aktivitas pengajaran yang dilakukan benar-benar terarah
kepada tujuan pendidikan yang telah ditetapkan (Subandijah, 1993 dalam
Abdullah, 2016)
g) Prinsip dan Model Pengembangan Kurikulum
Maksud dari prinsip ini adalah harus ada pengembangan kurikulum
secara bertahap dan terus menerus, yaitu dengan memperbaiki,
memantapkan, dan mengembangkan kurikulum yang telah dilaksanakan
dan diketahui hasilnya (Ibid: 55 dalam Abdullah, 2016)
Adapun langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum (Nasution, 2008)
yaitu sebagai berikut.
1. Adakan penilaian umum tentang sekolah.
2. Selidiki berbagai kebutuhan sekolah, antara lain kebutuhan siswa, kebutuhan
guru dan kebutuhan akan perubahan dan perbaikan.
3. Mengidentifikasi masalah lalu merumuskannya, yang timbul berdasarkan
studi tentang berbagai kebutuhan yang tersebut di atas lalu memilih salah satu
yang dianggap mendesak.
4. Mengajukan saran perbaikan, sebaiknya didiskusikan bersama dalam bentuk
tertulis, apakah sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.
5. Menyiapkan desain perencanaan yang mencakup tujuan, cara mengevaluasi,
menentukan bahan pelajaran, metode penyampaian, percobaan, penilaian,
balikan, perbaikan, pelaksanaan, dan seterusnya.
6. Memilih anggota panitia, sesuai dengan kompetensi masing-masing.
7. Mengawasi pekerjaan panitia, biasanya oleh kepala sekolah.
8. Melaksanakan hasil kerja panitia oleh guru dalam kelas.
9. Menerapkan cara evaluasi, apakah yang direncanakan itu dapat direalisasikan.
10. Memantapkan perbaikan, bila usaha itu berhasil baik dan dijadikan pedoman
selanjutnya.

15
2.6. Kurikulum dan Wawasan Pendidikan untuk Manusia Indonesia
Seutuhnya
Manusia utuh berarti adalah sosok manusia yang tidak parsial, fragmental.
Apalagi split personality. Utuh artinya adalah lengkap, meliputi semua hal yang
ada pada diri manusia. Manusia menuntut terpenuhinya kebutuhan jasmani,
rohani, akal, fisik dan psikisnya. Berdasarkan pikiran demikian dapat diuraikan
konsepsi manusia seutuhnya ini secara mendasar yakni mencakup pengertian
sebagai berikut:
a. Keutuhan potensi subyek manusia sebagai subyek yang berkembang.
b. Keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subyek yang sadar nilai yang
menghayati dan yakin akan cita-cita dan tujuan hidupnya.
Jika dilihat dari hakikatnya, manusia terdiri dari jiwa dan raga. Sebagai
makhluk yang berjiwa terdiri atas aspek cipta, rasa, dan karsa yang apabila ketiga
aspek tersebut berkarya akan menghasilkan kekreatifan. Cipta yang berpusat di
otak jika dikembangkan akan menghasilkan kecerdasan. Rasa yang berpusat di
hati jika dibina akan menghasilkan manusia yang mengetahui akan keindahan,
keseninan, dan kesusilaan. Sedangkan karsa adalah suatu sumber kemauan yang
jika dibina akan menghasilkan kejujuran.
Sebagai makhluk jasmani (raga) manusia membutuhkan raga yang sempurna
berupa kesehatan. Kalau raganya berkarya dan dibina akan menghasilkan
ketrampilan. Jika dilihat dari sifatnya, manusia adalah sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial. Makhluk sosial membutuhkan perkembangan sosial atau
perkembangan kemasyarakatan. Sebagai makhluk individu manusia
membutuhkan perkembangan kemandirian. Kalau dilihat dari asalnya, manusia
berasal dari Tuhan, maka dari itu manusia membutuhkan perkembangan
ketaqwaan terhadap Tuhan.
Dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut, manusia selalu diharapkan
dengan lingkungannya baik yang berupa fisik maupun lingkungan masyarakat.
Kedua lingkungan tersebut sangat mempengaruhi perkembangan pribadi manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dampaknya dapat mengubah
lingkungan alam kodrat menjadi lingkungan lingkungan alam buatan sangat

16
mempengaruhi perkembangan pribadi. Manusia selalu tumbuh dan berkembang
secara dinamis dan diharapkan fleksibel terhadap lingkungan yang dihadapi.
Prof. Drs. H. Dakir (2004) mengemukaan bahwa terdiri atas sembilan aspek
pribadi yang disebut dengan 9K yang terdiri dari ketaqwaan, kecerdasan,
kesusilaan, kejujuran, kekreatifan, kesehatan, ketrampilan, kemasyarakatanm dan
kemandirian. Masing masing aspek tersebut selalu berkembang secara dinamis
dan bersifat fleksibel dalam menghadapi lingkungan baik lingkungan fisik
maupun masyarakat. Dimana kedua lingkungan tersebut dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika kesempilan aspek tersebut
berkembang atau dikembangkan secara proporsional maka akan terjadilah
manusia yang harmonis.
Atas dasar uraian tersebut, maka proses pencapaian tujuan pendidikan dengan
kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan dapat diajukan rumus
sebagai berikut:

9k.df{(m+p)it}H

Keterangan:
a. 9k = sembilan aspek pribadi
b. df = dikembangkan secara dinamis dan fleksibel
c. m = memperhatikan pada situasi dan kondisi masyarakat
d. p = memperhatikan situasi dan kondisi lingkungan fisik
e. it = memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
f. H = pribadi yang harmonis
Atas dasar rumus yang telah dipaparkan, maka yang perlu diperhatikan
dalam perkembangan kurikulum yang ditujukan untuk:
a. Berbagai aspek kejiawaan anak.
b. Perubahan dan perkembangan lingkungan, baik fisk maupun masyarakat
termasuk kebudayaan.
c. Perkembangan IPTEKS.
d. Filsafat pendidikan Pancasila.

17
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Berdasarkan uraian BAB II, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Kurikulum adalah semua pengalaman siswa yang diperoleh di sekolah
maupun di luar sekolah yang masih di bawah bimbingan sekolah yang
tidak hanya sebatas mata pelajaran, tetapi semua yang memengaruhi
perkembangan peserta didik.
2. Kurikulum dalam kerangka NKRI diatur dalam UU No 20 Tahun 2003
dalam bab X, dimana dalam penyusunan kurikulumnya memerhatikan
beberapa point yang diatur pada bab X pasal 36 ayat 3.
3. Adapun komponen yang dikembangkan dalam pengembangan kurikulum
ada empat, yaitu 1) tujuan; 2) materi/isi; 3) strategi pembelajaran; dan 4)
evaluasi.
4. Pengembangan kurikulum dilakukan berdasarkan berbagai hal yaitu,
merespons perkembangan ilmu dan teknologi, merespons perubahan
sosial di luar sistem pendidikan, memenuhi kebutuhan siswa, merespons
kemajuan-kemajuan dalam pendidikan, dan merespons perubahan sistem
pendidikan itu sendiri. Pihak pihak yang terkait dalam pengembangan
kurikulum sehari-hari adalah guru, siswa, dan kepala sekolah.
5. Adapun prnsip pengembangan kurikulum yaitu relevansi, efektivitas,
efisiensi, kesinambungan, fleksibilitas (keluwesan), berorientasi tujuan,
serta prinsip dan model pengembangan kurikulum
6. proses pencapaian tujuan pendidikan dengan kurikulum sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan dapat diajukan rumus sebagai berikut:
9k.df{(m+p)it}H
3.2. Saran-Saran
Melalui makalah ini penulis ingin menyampaikan saran yaitu :
1. Pengembangan kurikulum harus benar benar berorientasi pada siswa baik
dalam kebutuhan, kepentingan, dan kemampuan siswa saat ini karena
kesuksesan berjalannya kurikulum dilihat dari bagaimana siswa yang
terbentuk dalam proses pembelajaran.

18
2. Bagi Pendidik harus selalu berpedoman pada kurikulum yang sedang
berlaku, agar tujuan dari kurikulum tersebut dapat dicapai secara
maksimal dan bagi peserta didik agar mengerti dan memahami adanya
perubahan kurikulum.

19
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia. 2016. KBBI Daring.
(https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/relevan), diakses 8 September 2018
Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT RINEKA
CIPTA
Idi, Abdullah. 2016. Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik. Jakarta:
Rajawali Pers
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan: Pengembangan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: Penerbit Rosda
Nasution, S. 2008. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara
Republik Indonesia. 1989. Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Lembaran Negara RI Tahun 1989 No. 6. Sekretariat
Negara. Jakarta
Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Suhenda. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Winarno Surakhmad, (t.t.). 2009. Pendidikan Nasional, Strategi dan Tragedi.
Jakarta: Kompas.

Anda mungkin juga menyukai