Dosen Pengampu:
Prof. Dr. I Made Ardana, M.Pd
Kelompok 2
Puji syukur panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkah dan rahmat-Nya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pendidikan Anak dalam Perspektif Psikologis, Teori Belajar dan Teori
Kepribadian” tepat pada waktunya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pendidikan Anak dalam Perspektif Psikologi......................................3
2.1.1 Pendidikan Fisik – Biologis Anak.....................................................3
2.1.2 Pendidikan Psiko – Edukatif..............................................................3
2.1.3 Pendidikan Ruhaniah – Spiritual Anak..............................................4
2.1.4 Pendidikan Sosio – Kultural Anak.....................................................6
2.2 Teori-Teori Belajar.................................................................................9
2.2.1 Teori Belajar Behaviorisme...............................................................9
2.2.2 Teori Belajar Kognitif......................................................................15
2.2.3 Teori Belajar Humanisme................................................................17
2.2.4 Teori Belajar Konstrutivisme...........................................................19
2.3 Teori Kepribadian.................................................................................22
2.3.1 Pengertian Psikologi Kepribadian....................................................22
2.3.2 Teori dalam Psikologi Kepribadian.................................................23
2.3.2 Teori Kepribadian Manusia Menurut Para Ahli..............................35
BAB III PENUTUP..............................................................................................40
3.1 Kesimpulan..............................................................................................40
3.2 Saran........................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................42
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Belajar merupakan suat proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu
untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap
menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.
Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang
disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat atau
pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang
bermanfaat bagi pribadinya.
1
belajar menjelaskan bagaimana invididu belajar dengan maksud memperoleh
pengetahuan, keterampilan, pembentukan sikap, nilai dari suatu proses
pembelajaran. Teori-teori belajar dapat digunakan sebagai landasan untuk
menciptakan suatu proses atau kegiatan pembelajaran yang ingin dicapai oleh
seorang guru khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
Dalam ilmu psikologi, pembentukan moral pada diri seseorang terjadi pada
masa usia dini rentang 0-8 tahun. Usia ini merupakan awal pertumbuhan dan
perkembangan, pendidikan yang diberikan pada usia ini merupakan masa emas
yang begitu berpengaruh terhadap perkembangan di masa mendatang. Pendidikan
di masa usia dini merupakan fondasi awal pembentukan kepribadian seorang
anak. Bagi seorang guru memiliki kepribadian yang baik juga merupakan hal yang
wajib. Maka sebagai calon pendidik haruslah mengetahui beberapa teori mengenai
kepribadian. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, pada makalah ini akan
dijabarkan lebih lanjut mengenai asumsi-asumsi psikologis dalam pendidikan
yaitu tentang pendidikan anak, teori-teori belajar, dan teori kepribadian.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini yaitu:
2
BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu upaya orang tua atau guru dalam memberikan pemahaman
tentang pendidikan fisik yaitu dengan menanamkan kesadaran kepada peserta
didik untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang mengandung gizi dan
vitamin tinggi, memberi kesempatan pada peserta didik untuk beristirahat,
memberikan pendidikan jasmani dan latihan-latihan fisik seperti olahraga dan
menyediakan berbagai sarana dilingkungan baik dirumah maupun sekolah agar
anak dapat bergerak bebas bermain, berolahraga, dan sebagainya (Desmita, 2012).
3
memenuhi tugas perkembangan yang mencakup aspek pribadi, sosial, dan belajar
secara utuh dan optimal. Hal ini sejalan dengan undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang system Pendidikan Nasional “apabila ada masalah yang
membutuhkan layanan kuratif dilakukan rujukan kepada konselor profesional
atau profesi lain.”
Kegiatan bimbingan psiko-edukatif diselenggarakan oleh guru kelas. Dan
layanan ini diselenggarakan didalam kelas dan diluar kelas. Pertama: bimbingan
psiko-edukatif didalam kelas yang di berikan kepada semua peserta didik dalam
bentuk tatap muka dan terintegrasikan dalam pembelajaran. Adapun materinya
meliputi aspek perkembangan pribadi, sosial dan belajar. Kedua: Bimbingan
psiko-edukatif diluar kelas meliputi: a) Bimbingan Individual, b) Bimbingan
Kelompok, c) Bimbingan Lintas Kelas, d) Konsultasi, e) Konferensi Kasus
f) Kunjungan Rumah dan sebagainya.
4
penguatan aktualisasinya dalam memahamkan segala gejala dan fenomena
kehidupan (Khalil, 2000). Untuk itu salah satu upaya yang harus dilakukan orang
tua atau pendidik terhadap pendidikan spiritual anak diantaranya sebagai berikut:
5
terhadap sesama, bahkan memberikan kepercayaan kepada anak untuk
memimpin doa setelah shalat. Melalui keterlibatan anak dalam aktifitas
keagamaan akan membantu anak mengenal diri dan potensinya.
6
Keluarga sebagai pendidikan yang pertama dan utama bagi anak
(Ahmad, 2001). Pendidikan anak dimulai dari lingkungan keluarga,
dimana anak pertama kali melihat, memahami, mendapatkan
pengetahuan, sikap dari lingkungan keluarga. Untuk itu sekalipun
orang tua telah memilih sekolah sebagai tempat pendidikan formal yang
terbaik untuk anak-anaknya, tapi pendidikan dikeluarga tetap tidak dapat
ditinggalkan. Karena anak merupakan produk keluarga dan akan membawa
image keluarga, maka pembentukan karakter serta pembinaan moral dan
iman tetap menjadi tanggung jawab orang tua, bukan dialihkan kepada
tanggung jawab sekolah (Suzie, 2012).
b) Pendidikan Non-formal
Pendidikan non formal berbasis budaya banyak bermunculan untuk
memberikan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku pada anak. Hal ini
sejalan dengan teori Vygotsky bahwa “orang dewasa yang sensitive
memperhatikan kesiapan anak untuk tantangan baru, dan mereka menyusun
kegiatan yang tepat untuk membangun anak-anak mengembangkan
keterampilan baru.” Dalam hal ini orang dewasa berperan sebagai
mentor dan guru, mengarahkan anak ke dalam zone of proximal
development orang tua dapat mendorong konsep angka secara sederhana
misalnya dengan menghitung biji-biji kakau dengan anak-anak atau
menakar beras yang hendak dimasak bersama. Saat anak berpartisipasi
pada pengalaman semacam itu sehari-hari dengan orang tua, guru dan
orang lain, mereka secara bertahap belajar praktek, keterampilan dan nilai-
nilai kebudayaan. Pendidikan ini diberikan dengan tujuan untuk membekali
anak hal-hal tradisi yang berkembang di lingkungan sosial masyarakatnya.
c) Pendidikan Formal
Aplikasi teori sosio-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari
beberapa segi antara lain:
Kurikulum
Sebagaimana pemberlakuan kurikulum pendidikan sesuai
Peraturan Menteri Undang-Undang Sisdiknas No. 24 Tahun. 2006
tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar, tertera bahwa
7
“Pendidikan di Indonesia memberikan pengetahuan, keterampilan, nilai,
dan sikap kepada anak untuk mempelajari sosio-kultural masyarakat
Indonesia maupun masyarakat Internasional”. Sejalan dengan
kurikulum diatas maka salah satu upaya pemerintah atau sekolah
menerapkan beberapa mata pelajaran yang telah ditetapan,
diantaranya: Pendidikan kewarganegaraan, Pengetahun Sosial,
Muatan Lokal, Kesenian, Olahraga dan sebagainya.
Siswa/Peserta Didik
Menurut Havighurst yang dikutip oleh Desmita dalam bukunya
bahwa tugas perkembangan anak pada usia sekolah dasar meliputi:
menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan
aktifitas fisik, belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok, belajar
menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin, belajar
membaca, menulis dan berhitung agar agar mampu berpartisipasi dalam
masyarakat (Desmita, 2012). Juga mencatat bahwa anak-anak yang
popular adalah anak-anak yang dapat menjalin interaksi sosial dengan
mudah, memahami situasi sosial, memiliki keterampilan yang tinggi
dalam hubungan antar pribadi dan cenderung bertindak dengan cara-
cara kooperatif, prososial serta selaras dengan norma-norma
kelompok (Seifert, 1994).
Guru
Didalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
pasal 10 menyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi (Syaiful, 2009). Diantara sekian dari kompetensi
yang harus dicapai guru sebagai pendidik professional adalah
kompetensi sosial, dimana dalam upaya mencapai kompetensi tersebut,
guru dituntut untuk memberikan bantuan berupa mengajarkan
keterampilan fisik, melaksanakan pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar bergaul dan bekerja dengan
teman sebaya, sehingga kepribadian sosialnya berkembang (Desmita,
2012).
8
Kompetensi sosial menurut Slamet PH sebagaimana dikutip oleh Syaiful
Sagala antara lain: Memiliki kemampuan memahami dan
menginternalisasikan perubahan lingkungan yang berpengaruh dengan
tugasnya dan mampu mendudukkan dirinya dalam system nilai yang berlaku
di masyarakat (Syaiful, 2009).
9
Yaumi (2013) mengatakan, belajar menurut kaum behavioris menekankan
pada perubahan perilaku yang dapat diamati dari hasil timbal balik antara guru
sebagai pemberi stimulus dan murid sebagai perespon tindakan stimulus yang
diberikan.
10
Teori Thorndike disebut sebagai aliran koneksionisme
(connectionism). Prosedur eksperimennya ialah membuat setiap binatang
lepas dari kurungannya sampai ketempat makanan. Dalam hal ini apabila
binatang terkurung maka binatang itu sering melakukan bermacam-macam
kelakuan, seperti menggigit, menggosokkan badannya ke sisi-sisi kotak, dan
cepat atau lambat binatang itu tersandung pada palang sehingga kotak
terbuka dan binatang itu lepas ke tempat makanan (Budi,2004).
11
Bagi kalangan akademisi nama paplov sangat terkenal dengan
karyanya tentang pengkondisian klasik (classical conditioning) atau
substitusi stimulus. Menurutnya, tingkah laku merupakan rangkaian reflex
berkondisi, dengan kata lain reflex-repleks terjadi setelah adanya proses
kondisi.
12
menghalangi terjadinya pelenyapan. Satu diantaranya ialah melalui
rekondisioning atau mengkondisikan kembali melalui pemberian kedua
stimulus berkondisi secara berpasangan.
13
menambah frekuensi suatu perilaku, sedangkan konsekuensi yang tidak
menyenangkan memperlemah bahkan akan menghilangkan frekuensi suatu
perilaku (Robert, 2011).
14
Sarbon (stimulus and response bond theoriy) adalah teori yang
memandang bahwa belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau
respons- respons bersyarat melalui stimulus. Menurut Watson manusia
dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi-reaksi emosional seperti
takut, cinta, dan marah. Semua tingkah laku tersebut terbentuk oleh adanya
hubungan antara stimulus dan respons baru melalui conditioning, sehingga
belajar dapat dipandang sebagai cara menanamkan sejumlah ikatan antara
perangsang dan reaksi dalam sistem susunan syaraf.
15
Menurut Piaget setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya
menurut tahap yang teratur. Pada satu tahap perkembangan tertentu akan muncul
skema atau struktur tertentu yang keberhasilannya pada setiap tahap amat
bergantung pada tahap sebelumnya. Tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut.
PERIODE
TAHAP CIRI POKOK
UMUR
2021:103)
16
Model pemahaman dari konsep Bruner (1977) menjelaskan bahwa
pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan
mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda
pula. Menurut Bruner, pembelajaran yang selama ini diberikan di sekolah
banyak menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang
mengembangkan kemampuan berpikir intuitif. Padahal berpikir intuitif
sangat penting untuk mempelajari bidang sains, sebab setiap disiplin
mempunyai konsep-konsep, prinsip, dan prosedur yang harus dipahami
sebelum seseorang dapat belajar. Cara yang baik untuk belajar adalah
memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif dan
akhirnya sampai pada suatu kesimpulan (discovery learning).
17
orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata
dalam bentuk struktur kognitif yang dimilkinya. Proses belajar dapat
berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi
dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.
2.2.3 Teori Belajar Humanisme
Belajar menurut teori humanistik, menekankan pada isi dan proses yang
berorientasi pada peserta didik sebagai subjek belajar. Teori ini bertujuan
memanusiakan manusia, sehingga ia mampu mengaktualisasikan diri dalam hidup
dan penghidupannya. Dengan sifatnya yang deskriptif, seolah-olah teori ini
memberi arah proses belajar. Dalam Nurhidayah (2021) dijabarkan beberapa teori
belajar humanisme, diantaranya adalah sebagai berikut.
1)Tahap pengalaman konkret. Pada tahap ini peserta didik hanya sekedar
ikut mengalami suatu peristiwa, belum mengetahui hakikat peristiwa
itu, bagaimana dan mengapa peristiwa itu terjadi.
18
2)Tahap pengamatan kreatif dan reflektif. Pada tahap ini peserta didik
lambat laun mampu mengadakan pengamatan secara aktif terhadap
suatu peristiwa dan mulai memikirkan untuk memahaminya.
19
d. Teori Belajar Carl Rogers
20
bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami
belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan
dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya.
Dalam Nurhidayah (2021) dijelaskan beberapa teori belajar kontruktivisme, yaitu
sebagai berikut.
21
dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan
mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang
telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan
menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan
perkembangan skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu
dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan
lingkungan baru pengertian orang itu berkembang.
3) Akomodasi. Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru
seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru
dengan skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa
jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam
keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi
tejadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan
yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok
dengan rangsangan itu.
4) Keseimbangan. Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan
akomodasi sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak
seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat
membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur
dalamnya.
b. Teori Belajar Konstrutivisme Vigotsky
22
Menurut Slavin (Ratumanan, 2004:49) ada dua implikasi utama
teori Vygotsky dalam pendidikan. Pertama, dikehendakinya setting kelas
berbentuk pembelajaran kooperatif antar kelompok-kelompok siswa
dengan kemampuan yang berbeda, sehingga siswa dapat berinteraksi
dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan
strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam daerah
pengembangan terdekat/proksimal masing-masing. Kedua, pendekatan
Vygotsky dalam pembelajaran menekankan perancahan (scaffolding).
Dengan scaffolding, semakin lama siswa semakin dapat mengambil
tanggungjawab untuk pembelajarannya sendiri.
23
e. Traits (sifat): respons yang senada (sama) terhadap kelompok stimuli yang
mirip, berlangsung dalam kurun waktu yang (relatif) lama.
f. Type-attribute (ciri): mirip dengan sifat, namun dalam kelompok stimulasi
yang lebih terbatas.
g. Habit (kebiasaan): respons yang sama cenderung berulang untuk stimulus
yang sama pula.
Menurut Alwisol (2007:9) ada lima sifat yang menjadi ciri definisi
kepribadian, yaitu:
a) Kerpribadian bersifat umum. Kepribadian menunjuk kepada sifat umum
seseorang yaitu pikiran, kegiatan, dan perasaan yang berpengaruh terhadap
keseluruhan tingkah lakunya.
b) Kepribadian bersifat khas. Kepribadian dipakai untuk menjelaskan sifat
individu yang membedakan dia dengan orang lain, semacam tanda tangan
atau sidik jari psikologik, bagaimana individu berbeda dengan yang lain.
c) Kepribadian berjangka lama. Kepribadian dipakai untuk menggambarkan
sifat individu yang awet, tidak mudah berubah sepanjang hayat. Kalau
terjadi perubahan biasanya bersifat bertahap atau akibat merespons suatu
kejadian yang luar biasa.
d) Kepribadian bersifat kesatuan. Kepribadian dipakai untuk memandang diri
sebagai unit tunggal, struktur atau organisasi internal hipotetik yang
membentuk suatu kesatuan.
e) Kepribadian bisa berfungsi baik atau buruk. Kepribadian adalah cara
bagaimana orang berada di dunia. Apakah dia tampil dalam tampilan yang
baik, kepribadiannya sehat dan kuat? Atau tampil sebagai burung yang
lumpuh? Yang berarti kepribadiannya menyimpang atau lemah? Ciri
kepribadian sering dipakai untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa
orang senang dan mengapa susah, berhasil atau gagal, berfungsi penuh
atau berfungsi sekedarnya.
24
Kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran yaitu: sadar, prasadar, dan
tak sadar. Pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model structural yang lain
yakni: id, ego dan super-ego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama
tetapi melengkapi atau menyempurnakan gambaran mental terutama dalam
fungsi dan tujuannya.
a. Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang disadari pada saat
tertentu, penginderaan langsung, ingatan, persepsi, pemikiran, dan fantasi,
b. Prasadar (Preconscious)
Prasadar disebut juga ingatan yang sudah tersedia (available
memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan
tak sadar. Prasadar yaitu segala sesuatu yang dengan mudah dapat
dipanggil ke alam sadar, kenangan-kenangan yang walaupun tidak anda
ingat waktu berpikir, tapi dapat dengan mudah dipanggil lagi.
c. Taksadar (Unconscious)
Taksadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran
dan menurut Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia.
Bagian ini mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke alam
bawah sadar, seperti nafsu dan insting kita serta segala sesuatu yang
masuk ke situ karena kita tidak mampu menjangkaunya, seperti kenangan
atau emosi-emosi yang terkait dengan trauma (Alwisol, 2007:19)
Berikut tiga model structural yang lain dalam wilayah pikitan yaitu
sebagai berikut.
a) Id (das es)
Id (is dalam Bahasa Latin atau es dalam Bahasa Jerman) adalah
kepribadian yang dibawa sejak lahir. Dari id ini akan muncul ego dan
super-ego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologis yang
diturunkan, seperti insting, impuls, dan drive. Id berada dan beroperasi
dalam daerah unconscious, mewakili subjektifitas yang tidak pernah
disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk
mendapatkan energi psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem
dari struktur kepribadian lainnya.
25
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle),
yaitu: berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit.
Pleasure principle diproses dengan dua cara, yakni tindak refleks (refllex
actions) dan proses primer (primary process).
Tindak refleks adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir, seperti
mengejapkan mata, dipakai untuk menangani kepuasan rangsang
sederhana dan biasanya dapat segera dilakukan.
Proses primer adalah reaksi membayangkan/mengkhayal sesuatu yang
dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan, dipakai untuk
menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar
membayangkan makanan atau puting ibunya.
Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan
khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan.
Id tidak mampu membedakan yang benar dan yang salah. Jadi harus
dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata, yang
memberikan kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya
masalah moral. Alasan inilah yang kemudian membuat id memunculkan
ego.
b) Ego (das ich)
Ego (das ich dalam Bahasa Jerman]), ego berkembang dari id agar
orang mampu menangani realitas, sehingga ego beroperasi mengikuti
prinsip realita (reality principle). Usaha memperoleh kepuasan yang
dituntut id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda
kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata-nyata dapat memuaskan
kebutuhan. Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang
memiliki dua tugas utama, yaitu:
1. Memilih stimulasi mana yang hendak direspons dan atau insting
mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan; dan
2. Menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai
dengan tersedianya peluang yang risikonya minimal.
26
Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha
memenuhi kebutuhan id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dan
kebutuhan perkembangan, mencapai kesempurnaan dari super-ego.
c) Superego (das ueber ich)
Superego (das ueber ich dalam Bahasa Jerman) adalah kekuatan
moral dan etika dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip
idealistik (idealistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan
prinsip realistik dari ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego
dia tidak mempunyai energi sendiri. Akan tetapi, superego berbeda dari
ego dalam satu hal penting yaitu superego tak punya kontak dengan dunia
luar sehingga tuntutan superego akan kesempurnaan pun menjadi tidak
realistic.
Prinsip idealistik mempunyai dua subprinsip, yakni conscience dan
ego-ideal. Freud tidak membedakan prinsip ini secara jelas tetapi secara
umum, suara hati lahir dari pengalaman-pengalaman mendapatkan
hukuman atas perilaku yang tidak pantas dan mengajari kita tentang hal-
hal yang sebaiknya tidak dilakukan, sedangkan ego ideal berkembang dari
pengalaman mendapatkan imbalan atas perilaku yang tepat dan
mengarahkan kita pada hal-hal yang sebaiknya dilakukan.
Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan,
menghukum dengan kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun
baru dalam pikiran. Paling tidak ada tiga fungsi dari superego, yaitu:
Mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-
tujuan moralistic;
Memerintah impuls id, terutama impuls seksual dan agresif yang
bertentangan dengan standart nilai masyarakat; dan
Mengejar kesempurnaan.
2. Perkembangan Kepribadian
Freud adalah teoritis pertama yang memusatkan perhatiannya kepada
kepribadian dan menekankan pentingnya peran masa bayi dan awal-awal dalam
pembetukan karakter seseorang. Freud yakin dasar kepribadian sudah terbentuk
27
pada usia 5 tahun, dan perkembangan kepribadian sesudah usia 5 tahun
sebagian besar hanya merupakan elaborasi dari struktur dasar tadi. Teknik
psikoanalisis mengekplorasi jiwa pasien antara lain dengan mengembalikan
mereka ke pengalaman masa kanak-kanak.
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni
tahap infantile (0 s.d. 5 tahun), tahap laten (5 s.d. 12 tahun), dan tahap genital
(>12 tahun). Tahap infantile yang paling menentukan dalam pembentukan
kepribadian, terbagi dalam tiga fase, yakni fase oral, fase anal, dan fase falis.
Perkembangan kepribadian ditentukan terutama oleh perkembangan seks, yang
terkait dengan perkembangan biologis, sehingga tahap ini disebut juga tahap
seksual infantile. Perkembangan insting seks berarti perubahan katektis seks,
dan perkembangan biologis menyiapkan bagian tubuh untuk dipilih menjadi
pusat kepuasan seksual. Tahap perkembangan psikoseksual yaitu sebagai
berikut.
Pada fase ini, fokus dari energi libidal dialihkan dari mulut ke
daerah dubur serta kesenangan atau kepuasan diperoleh dari kaitannya
dengan tindakan mempermainkan atau menahan feses (kotoran) pada fase
ini pulalah anak mulai diperkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan oleh
orang tuanya melalui toilet training, yakni latihan mengenai bagaimana dan
dimana seharusnya seorang anak membuang kotorannya.
28
Fase falis (phallic) ini berlangsung pada tahun keempat atau kelima,
yakni suatu fase ketika energi libido sasarannya dialihkan dari daerah dubur
ke daerah alat kelamin. Pada fase ini anak mulai tertarik kepada alat
kelaminnya sendiri, dan mempermainkannya dengan maksud memperoleh
kepuasan. Pada fase ini masturbasi menimbulkan kenikmatan yang besar.
Pada saat yang sama terjadi peningkatan gairah seksual anak kepada orang
tuanya yang mengawali berbagai pergantian kateksis obyek yang penting.
Perkembangan terpenting pada masa ini adalah timbulnya Oedipus
complex, yang diikuti fenomena castration anxiety (pada laki-laki) dan
penis envy (pada perempuan). Oedipus complex adalah kateksis obyek
seksual kepada orang tua yang berlawanan jenis serta permusuhan terhadap
orang tua sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki ibunya (ingin memiliki
perhatian lebih dari ibunya) dan menyingkirkan ayahnya, sebaliknya anak
perempuan ingin memiliki ayahnya dan menyingkirkan ibunya.
d) Tahap laten berlangsung dari usia 5, 6, atau 7 sampai dengan usia pubertas
(sekitar 12 tahun). Dalam tahap ini, Freud yakin bahwa rangsangan-
rangsangan seksual ditekan sedemikian rupa demi proses belajar.
e) Tahap genital dimulai pada saat usia pubertas.
Tahap ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi dalam
diri remaja. Sistem endokrin memproduksi hormon-hormon yang memicu
pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder (suara, rambut, buah dada, dll),
dan pertumbuhan tanda seksual primer. Pada fase ini kateksis genital
mempunyai sifat narkistik: individu mempunyai kepuasan dari
perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri, dan orang lain diingkan
hanya karena memberikan bentuk-bentuk tambahan dari kenikmatan
jasmaniah. Pada fase ini, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek diluar,
seperti: berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta
lain jenis, perkawinan dan keluarga.
29
Manusia adalah mahluk sosial. Bahwa manusia merupakan suatu
keseluruhan yang tidak dapat terbagi-bagi, hal ini merupakan arti pertama dari
ucapan manusia adalah mahluk individual. Mahluk individual berarti mahluk
yang tidak dapat dibagi-bagi (in-dividere). Aristoteles berpendapat bahwa
manusia itu merupakan penjumlahan dari beberapa kemampuan tertentu yang
masing-masing bekerja sendiri, seperti:
a. kemampuan vegetatif, yakni makan, berkembang biak;
b. kemampuan sensitif, yakni bergerak mengamati-amati, bernafsu, dan
berperasaan; dan
c. berkemampuan intelektif, yakni berkemampuan dan berkecerdasan.
Segi utama lainnya yang perlu diperhatikan adalah bahwa manusia secara
hakiki merupakan mahluk sosial. Sejak ia dilahirkan, ia membutuhkan
pergaulan dengan orang-orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
biologisnya, yaitu makan dan minuman.
30
Vaihinger (2013) mengemukakan bahwa setiap manusia hidup dengan
berbagai macam cita-cita atau pikiran yang semata-mata bersifat
semu,yang tidak ada buktinya atau pasangannya yang realitas.
c. Dua Dorongan Pokok
Adler (1946) berpendapat rasa rendah diri itu bukanlah suatu pertanda
ketidaknormalan; melainkan justru merupakan pendorong bagi segala
perbaikan dalam kehidupan manusia. Tentu saja dapat juga rasa rendah
diri itu berlebihan sehingga manifestasinya juga tidak normal, misalnya
timbulnya kompleks rendah diri atau kompleks untuk superior. tetapi
dalam keadaan normal rasa rendah diri itu merupakan pendorong ke arah
kemajuan atau kesempurnaan (superior).
e. Dorongan Kemasyarakatan
Gaya hidup ini adalah prinsip yang dipakai landasan untuk memahami
tingkah laku seseorang; inilah yang melatarbelakangi sifat khas seseorang.
31
Gaya hidup seseorang itu telah terbentuk antara umur tiga sampai lima
tahun, dan selanjutnya segala pengalaman dihadapi serta diasimilasikan
sesuai dengan gaya hidup yang khas itu.
g. Diri yang Kreatif
32
Tujuannya bersifat pribadi, dan perjuangannya dimotivasi oleh
perasaan diri inferior yang berlebihan. Pembunuh, pencuri, pemain porno
adalah contoh ekstrim yang berjuang hanya untuk mencapai keuntungan
pribadi. Namun pada umumnya perbuatan atau perjuangan menjadi
superior sukar dibedakan, mana yang motivasinya untuk keuntungan
pribadi dan mana yang motivasinya minat sosial. Orang yang secara
psikologi sehat, mampu meninggalkan perjuangan menguntungkan diri
sendiri menjadi perjuangan yang termotivasi oleh minat sosial, perjuangan
untuk menyukseskan nilai-nilai kemanusiaan. Orang ini membantu orang
lain tanpa mengharap imbalan, melihat orang lain bukan sebagai
saingannya, tetapi sebagai rekan yang siap bekerja sama demi kepentingan
sosial.
b. Kesatuan (Unity) Kepribadian
Adler memilih psikologi individu dengan harapan dapat menekankan
keyakinanya bahwa setiap manusia itu unik dan tidak dapat dipecah-
pecahkan. Pikiran, perasaan, dan kegiatan semuanya diarahkan kesatu
tujuan tunggal dan mengejar satu tujuan.
c. Gaya Hidup
Smuts (2010) menyatakan jika ingin memahami orang lain, maka
harus memahami dia dalam kesatuan yang utuh, bukan dalam bentuk yang
terpisah-pisah, dan yang lebih penting lagi, orang harus memahaminya
sesuai konteks keadaan yang melatari orang tersebut, baik fisik maupun
sosial.
d. Kepentingan Sosial
33
orang yang mengidap penyakit ini adalah superioritas personal,
keberhasilan dan kemenangan hanya berarti untuk mereka sendiri.
34
melalui hubungan sekelompok respons dengan sekelompok kejadian.
Penjelasan mengenai motivasi ini juga berlaku untuk emosi.
2. Dinamika Kepribadian
c) Stimulan Aversif
35
Kondisioning klasik, disebut juga kondisioning responden karena
tingkah laku dipelajari dengan memanfaatkan hubungan stimulusrespons
yang bersifat refleks bawaan.
e) Kondisioning Operan (Operant Conditioning)
Reinforser tidak diasosiasikan dengan stimulus yang dikondisikan,
tetapi diasosiasikan dengan respons, karena respons itu sendiri beroperasi
memberi reinforcement. Skinner menyebut respons itu sebagai tingkah
laku operan (operant behavior). Tingkah laku responden adalah tingkah
laku otomatis atau refleks, yang dalam kondisioning klasik respons
diusahakan dapat dimunculkan dalam situasi yang lain dengan situasi
aslinya. Tingkah laku operan mungkin belum pernah dimiliki individu,
tetapi ketika orang melakukannya dia mendapat hadiah. Respons operan
itu mendapat reinforcement, sehingga berpeluang untuk lebih sering
terjadi. Kondisioning operan tidak tergantung pada tingkah laku otomatis
atau refleks, sehingga jauh lebih fleksibel dibanding kondisioning klasik.
Skinner dengan pandangannya yang radikal, banyak salah dimengerti
dan mendapat kritik yang tidak proporsional. Betapapun orang harus
mengakui bahwa teori behaviorisme paling berhasil dalam mendorong
penelitian di bidang psikologi dengan pendekatan teoritik lainnya. Lima
kritik terpenting terhadap Skinner adalah: (1) teori Skinner tidak
menghargai harkat manusia, manusia bukan mesin otomatis yang diatur
lingkungan semata, manusia bukan robot, tetapi organisme yang memiliki
kesadaran untuk bertingkah laku dengan bebas dan spontan; (2) gabungan
pendekatan nomoterik dan idiografik dalam penelitian dan pengembangan
teori banyak menimbulkan masalah metodologis; (3) pendekatan Skinner
dalam terapi tingkah laku secara umum dikritik hanya mengobati symptom
dan mengabaikan penyebab internal mental dan fisiologik; dan (4)
generalisasi dari tingkah laku merpati mematok makanan menjadi tingkah
laku manusia yang sangat kompleks, terlalu luas/jauh.
2.3.2 Teori Kepribadian Manusia Menurut Para Ahli
36
tergantung pada sifat-sifat yang dimilikinya. Hal yang perlu diingat bahwa tidak
ada yang namanya kepribadian terbaik dan terburuk. Semuanya memiliki
kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Berikut ini akan diuraikan macam-
macam kepribadian manusia menurut para ahli.
1. Reformer (Perfeksionis)
Orang yang berkepribadian giver memiliki sifat yang sangat peduli kepada
sesama, berhati lembut, tulus ikhlas, dan empati kepada orang lain. Dia rela
mengorbankan waktu bahkan hartanya untuk membantu orang lain. Biasanya
dia justru malu untuk mengatakan kebutuhannya atau meminta tolong kepada
orang lain meskipun sudah pernah ia tolong. Terkadang bahkan terlalu
sentimentil (membawa perasaan). Biasanya orang yang seperti ini datang dari
golongan mapan atau bahkan relawan.
37
mencobanya lagi dan lagi sampai berhasil. Biasanya orang yang
berkepribadian seperti ini cocok menjadi pengusaha atau atlet.
6. Loyalist / Pessimist
38
cocok menjadi petualang, fotografer, atau menjadi pembawa acara
petualangan.
Carl Jung adalah seorang dokter psikologi dari Swiss. Dia membedakan
kepribadian manusia menjadi tiga, yaitu introvert, ambivert, dan ekstrovert.
Namun, diantara ketiga kepribadian tersebut, hanya dua yang populer yaitu
introvert dan ekstrovert. Di sini juga tidak ada kepribadian yang terbaik dan
terburuk. Berikut adalah kepribadian manusia menurut Carl Jung.
1. Introvert
39
orang. Ketika ada satu orang lagi datang, dia diam dan mereka berdua tetap
berbicara. Meski begitu, mereka biasanya sangat aktif di internet. Internet
seolah menjadi anugerah bagi introvert. Orang introvert biasanya akan
menjadi entrepreneur yang hebat atau bahkan bisa menjadi inovator.
2. Ambivert
3. Ekstrovert
Ekstrovert adalah kepribadian yang berfokus dengan dunia luar.
Kepribadian ini tentu berlawanan dengan introvert yang cenderung tertutup.
Orang berkepribadian ekstrovert sangat mudah berkomunikasi dengan orang
lain dan mudah pula untuk bergaul. Tindakannya lebih banyak daripada
berpikir. Dia juga lebih suka keramaian ketimbang tempat yang sunyi. Sifat
yang dimiliki antara lain aktif, percaya diri (bahkan berlebihan), suka bekerja
kelompok, supel (gampang bergaul), senang beraktivitas, lebih suka bercerita
daripada diceritakan, dan bertindak dulu baru berpikir.
40
1. Sanguin
2. Koleris
3. Melankolis
4. Plegmatis
41
Plegmatis adalah kepribadian manusia dengan sifat mudah
bergaul,penyabar, selalu berusaha mencari jalan pintas, simpatik, sangat suka
keteraturan, memiliki selera humor yang tinggi namun sarkatik (bersifat
mengejek/ menyinggung), kurang antusias pada hal baru, suka menunda, tidak
suka dipaksa, lebih suka menonton daripada ikut terlibat, dan keras kepala.
Orang dengan kepribadian seperti ini seringkali disalahartikan sebagai
psikopat.
42
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepribadian adalah pola khas dari pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang
membedakan orang satu dengan yang lain dan tidak berubah lintas waktu dan
situasi. Teori kepribadian dalam psikologi pendidikan terdiri dari Psikoanalisis
Klasik (Sigmund Freud), Psikologi Individual (Alfred Adler), dan Psikologi
Behaviorisme (Burrhus Frederic Skinner). Terdapat beberapa teori kepribadian
manusia menurut para ahli yaitu menut Enneagram yang terdiri dari perfeksionis,
43
penolong, performer, individualist, investigator, loyalist, adventure, challenger,
dan mediator. Menurut Carl Jung membedakan kepribadian manusia menjadi tiga,
yaitu introvert, ambivert, dan ekstrovert. Selain itu menurut Hippocrate
membedakan kepribadian menjadi empat yaitu sanguin, koleris, melankolis, dan
plegmatis.
3.2 Saran
44
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Pesrpektif Islam (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2001)
B.R. Hergenhahn, Teori Belajar, ed. Tri Wibowo B.S (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010)
Seifert K.L. & Hofnungm RJ., Child and Adolescent Development, (Boston:
Houghton Mifflin Company, 1994)
45
Suzie The Trainer, PAUD (Panduan Praktis Pendidikan Anak Usia Dini), (Jakarta:
PT. Elex Media KomputindoKelompok Gramedia, 2012)
Zakiyah, Daradjat. 2010. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT. Bulan Bintang.
46