OLEH
KELOMPOK 2
JURUSAN MATEMATIKA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Konsep, Prinsip, Prosedur dan Teori Dasar Pembuatan dan Pengembangan
Kurikulum serta Kurikulum sebagai Kompenen Sistem Pendidikan Formal di
Indonesia”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan dapat terselesaikan berkat
bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Melalui kesempatan yang bebahagia ini, kami mengucapkan terima kasih yang
setulusnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Putu Suhata, M.Si. dan Ibu Ratih Ayu Apsari, S.Pd.,
M.Sc., M.Pd. selaku dosen pengampu dari mata kuliah Telaah Kurikulum
2. Teman – teman yang telah membantu dalam hal peminjaman buku, serta
dukungan dalam pembuatan makalah ini.
Diharapkan isi dari makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
Dengan serba perubahan yang menuju penyesuaian situasi dan kondisi keadaan,
mudah-mudahan bisa lebih bermanfaat. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan baik dari isi, segi susunan kalimat maupun tata bahasa dan
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami berharap ada kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat membangun, sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih, mudah- mudahan makalah ini
dapat bermanfaat untuk para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besaran hasil-
hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian programprogram yang telah
direncanakan, dari hasil kurikulum itu sendiri. Setiap periode pastinya adanya
pengembangan ataupun perbaikan terhadap kurikulum itu sendiri guna
menyempurnakannya. Pastinya didalam suatu kurikulum adanya sebuah konsep,
prinsip, prosedur, teori dasar dalam pembuatan dan pengembangan kurikulum itu
sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang
terkait langsung dalam dunia pendidikan saja, namun didalamnya melibatkan
banyak orang seperti: politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, unsur-unsur
masyarakat lainnya yang merasa berkependingan dengan pendidikan.
Berdasarkan lata belakang di atas, rumusan masalah yang dikaji dalam makalah
ini adalah sebagai berikut.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, adapun tujuan yag ingin dicapai dalam
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
2
4. Memahami teori dasar dalam pembuatan dan pengembangan kurikulum
5. Memahami kurikulum sebagai kompenen sistem pendidikan formal di
Indonesia
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil
dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi
dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap
danamis.
5
d. Balikan yaitu umpan balik dari semua pengalaman yang telah dipeoleh yang
pada gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.
6
2) Prinsip Relevansi (kesesuaian)
Pengembangan kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan sistem
penyampaiannya harus relevan atau sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
dari masyarakat itu sendiri, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa serta
serasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan
dikatakan relevan apabila hasil yang diperoleh akan berguna bagi kehidupan
seseorang. Ada dua macam yang harus dimiliki dalam program kurikulum :
a. Relevansi keluar
– Kesesuaian atas keserasian antara pendidikan dengan lingkungan
hidup siswa
– Kesesuaian antara pendidikan dengan kehidupan anak didik disaat
sekarang dan yang akan datang.
– Kesesuaian antara pendidikan dengan tuntutan dunia kerjanya bagi
siswa.
– Kesesuaian antara pendidikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
b. Relevansi kedalam
Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam yaitu ada
kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum
yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian. Relevansi
internal ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.
3) Prinsip Efisiensi dan Efektivitas
Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisiensi
dalam mendayagunakan dana, waktu, tenaga dan sumber-sumber yang
tersedia agar dapat mencapai hasil yang optimal. Dana yang terbatas harus
digunakan semaksimal mungkin agar dapat mendukung pelaksanaan
pembelajaran dengan baik. Waktu yang disediakan oleh pihak sekolah untuk
siswa di sekolah juga terbatas, sehingga pendidik dan peserta didik harus
memnfaatkannya secara tepat sesuai dengan mata pelajaran dan bahan
pembelajaran yang diperlukan. Tenaga di sekolah juga sangat terbatas, baik
7
dalam jumlah maupun mutunya, sehingga dapat didayagunakan secara
efisien untuk melaksanakan proses pembelajaran. Demikian juga
keterbatasan fasilitas ruangan, peralatan dan sumber keterbacaan, harus
digunakan secara tepat oleh peserta didik dalam rangka pembelajaran, yang
semuanya demi untuk meningkatkan efektivitas atau keberhasilan siswa.
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan program pendidikan dan proses belajar
mengajar yaitu berkenaan dengan masalah efektifitas mengajar guru dan
efektifitas belajar siswa. Efektifitas mengajar guru berkaitan dengan sejauh
mana kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan dapat dilaksanakan
dengan baik. Efektifitas belajar siswa, berkaitan dengan sejauh mana
tujuantujuan pelajaran yang diinginkan telah dapat dicapai melalui kegiatan
belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Efektifitas belajar mengajar dalam
dunia pendidikan mempunyai keterkaitan erat antara guru dan siswa
kepincangan salah satunya akan membuat terhambatnya pencapaian tujuan
pendidikan.
4) Prinsip Fleksibilitas (keluwesan)
Kurikulumyang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau
dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan
setempat, jadi tidak statis atau kaku dan ada semacam ruang gerak yang
memberikan kebebasan dalam bertindak. Misalnya dalam suatu kurikulum
disediakan program pendidikan keterampilan industri dan pertanian.
Pelaksanaanya di kota, karena di kota tidak tersedianya lahan pertanian,
maka yang dilaksanakan adalah program pendidikan keterampilan industri.
Sebaliknya, pelaksanaannya di desa ditekankan pada progam pendidikan
keterampilan pertanian. Dalam hal ini ligkungan sekitar, keadaan
masyarakat, dan ketersediaan tenaga dan peralatan menjadi faktor
pertimbangan dalam rangka pelaksanaan kurikulum. Di dalam kurikulum,
fleksibelitas dapat di bagi menjadi dua macam, yakni :
a. Fleksibelitas dalam memilih program pendidikan.
8
Fleksibelitas di sini maksudnya adalah bentuk pengadaan
program program pilihan yang dapat berbentuk jurusan, program
spesialisasi, ataupun program-program pendidikan keterampilan yang
dapat dipilih murid atas dasar kemampuan dan minatnya.
b. Fleksibelitas dalam pengembangan program pengajaran.
Fleksibelitas di sini maksudnya adalah dalam bentuk
memberikan kesempatan kepada pendidik dalam mengembangkan
sendiri program-program pengajaran dengan berpatok pada tujuan dan
bahan pengajaran di dalam kurikulum yang masih bersifat umum.
Memberi kebebasan terhadap ruang gerak peserta didik dan pendidikan
dalam bertindak di lapangan. Hal ini dikarenakan dalam diri anak didik
terdapat banyak perbedaan-perbedaan dalam segala hal bakat, kemampuan
membaca, menulis (belajar), keterampilan, dan sebagainya. Dengan
demikian sekolah dapat membeli fasilitas yang luas terhadap siswa. Dengan
terbentuknya pengadaan program pilihan, jurusan, program spesialisasi,
program pendidikan keterampilan dalam program-program lain yang dapat
dipilih siswa atas dasar kemampuan, kemauan serta minat dan bakat yang
dimilikinya. Begitu juga seorang guru sedapat mungkin mengembangkan
sendiri program-program pengajarannya. Dengan berpatokan dan berpegang
teguh pada tujuan dalam pengajaran di dalam kurikulum yang masih bersifat
umum. Upaya-upaya di atas dilakukan agar rancangan kurikulum dan
pengembangannya serta prakteknya di lapangan dapat akomodatif di setiap
saat dan kesempatan yang ada di sekolah.
5) Pinsip Berkesinambungan (kontinuitas)
Kurikulum dirancang berdasarkan kesinambungan, artinya bagian-
bagian, aspek-aspek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan,
tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memiliki hubungan fungsional
yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan
pendidikan, tingkat perkembangan peserta didik. Dengan prinsip ini, tampak
jelas alur dan keterkaiatan di dalam kurikulum ersebut sehingga
9
mempermudah pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan secara serempak
bersama-sama, perlu selalu ada komunikasi dan kerja sama antara para
pengembang kurikulum sekolah dasar dengan SMTP, SMTA, dan Perguruan
Tinggi. Bahkan kesinambungan antara satu bidang studi dengan berbagai
bidang studi lainnya untuk menghindari tumpang tindihnya materi pelajaran
yang dilaksanakan pada satuan pendidikan. Prinsip kesinambungan dalam
pengembangan kurikulum menunjukkan adanya saling terkait atara tingkat
pendidikan, jenis program pendidikan, dan bidang studi. Minimal ada dua
kesinambungan dalam pengembangan kurikulum yaitu :
a. Kesinambungan di antara berbagai tingkat sekolah
1) Bahan pelajaran (subject matters) yang diperlukan untuk belajar lebih
lanjut pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi hendaknya sudah
diajarkan pada tingkat pendidikan sebelumnya atau di bawahnya.
2) Bahan pelajaran yang telah diajarkan pada tingkat pendidikan yang
lebih rendah tidak harus diajrakan lagi pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, sehingga terhindar dari tumpang tindih dalam
pengaturan bahan dalam proses belajar mengajar.
b. Kesinambungan di antara berbagai bidang studi
Kesinambungan di antara berbagai bidang studi menunjukkan
bahwa dalam pengembangan kurikulum harus memperhatikan hubungan
antara bidang studi yang satu dengan yang lainnya. Misalnya, untuk
mengubah angka temperatur dari skala Celcius ke skala Fahrenheit dalam
IPA diperlukan keterampilan dalam pengalian pecahan. Karenanya,
pelajaran mengenai bilangan pecahan tersebut hendaknya sudah diberikan
sebelum anak didik mempelajari cara mengubah temperatur itu.
6) Prinsip Keseimbangan
Penyusuan kurikulum agar memperhatikan keseimbangan secara
proposional dan fungsional antara berbagai program dan sub-program, antara
semua mata ajaran, dan antara aspek-aspek perilaku yang ingin
10
dikembangkan. Keseimbangan juga perlu diadakan antara teori dan praktik
antara unsur-unsur keilmuan, sains, sosial, dan keilmuan perilaku. Dengan
keseimbangan tersebut diharapkan terjalin perpaduan yang lengkap dan
menyeluruh, yang satu sama lainnya saling memberikan sumbangannya
terhadap pengembangan pibadi.
7) Pinsip Keterpaduan
Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip
keterpaduan. Perencanaan terpadu bertitik tolak dari masalah atau topik dan
konsistensi antara unsur-unsurnya. Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan
semua pihak, baik di dalam lingkungan sekolah maupun pada tingkat
insektoral. Dengan keterpaduan ini diharapkan terbentuknya pribadi yang
bulat dan utuh. Di samping itu juga dilaksanakan keterpaduan dalam proses
pembelajaran, baik dalam interaksi antara peserta didik dengan pendidik
maupun antara teori dan praktik.
8) Prinsip Mutu
Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu dan
mutu pendidikan. Pendidikan mutu berarti pelaksanaan pembelajaran yang
bermutu, sedangkan mutu pendidikan berorientasi pada hasil pendidikan
yang berkualitas. Pendidikan yang bermutu ditentukan oleh derajat dari mutu
pendidik, kegiatan atau proses belajar mengajar, media yang bermutu. Hasil
pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan pendidikan
nasional yang dirancang dan diharapkan.
11
panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Perumusan tujuan
pendidikan bersumber dari :
a. Ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam
dokumen-dokumen lembaga negara mengenai tujuan, dan strategi
pembangunan termasuk di dalamnya pendidikan.
b. Survai mengenai persepsi orang tua atau masyarakat tentang kebutuhan
mereka yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka
c. Survai tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu,
dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai
media masa.
d. Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama
e. Melakukan penelitian
2) Prinsip Berkenaan dengan Pemilihan Isi Pendidikan
Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan
yang telah ditentukan para perencanaan kurikulum perlu mempertimbangkan
beberapa hal.
a. Perlu penjabaran tujuan pendidikan atau pengajaran ke dalam bentuk
perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu
perbuatan hasil belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan
pengalaman belajar.
b. Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan
c. Unit-unit kuikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan
sistematis. Ketiga ranah belajar, yaitu pengetahuan, sikap, dan
keterampilan diberikan secara simultan dalam urutan situasi belajar.
Untuk hal ini diperlukan buku pedoman guru yang memberikan
penjelasa tentang oganisasi bahan dan alat pengajaran secara lebih
mendetail.
12
3) Prinsip Berkenaan dengan Pemilihan Proses Belajar Mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar yang diguakan hendaknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Apakah metode atau teknik belajar mengaja tang digunakan cocok untuk
mengajarkan bahan pelajaran?
b. Apakah metode atau teknik tersbut memberikan kegiatan yang
bervariasi sehingaa dapat melayani perbedaan individu siswa?
c. Apakah metode atau teknik tersebut memberikan urutan kegiatan yang
bertingkat-tingkat?
d. Apakah metode atau teknik tersebut menciptakan kegiatan untuk
mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?
e. Apakah metode atau teknik tersebut lebih mengaktifkan siswa atau
mengaktifkan guru atau kedua-duanya?
f. Apakah metode atau teknik tersebut mendorong berkembangnya
kemampuan baru?
g. Apakah metode atau teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan
belajar di sekolah dan di rumah, juga mendorong pengguaan sumber
yang ada di rumah dan di masyarakat?
4) Prinsip Berkenaan dengan Pemilihan media dan Alat Pengajaran
Proses belajar mengajar yang baik perlu dukungan oleh penggua
media dan alat-alat bantu pengajaran yang tepat
a. Alat atau media pengajaran apa yang diperlukan. Apakah semuanya
sudah tersedia?
b. Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatika bagaimana
pembuatannya, siapa yang membuat, pembiayaan, dan waktu
pembuatannya?
c. Pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, apakah dalam bentuk
modul, paket belajar dan lain-lain?
d. Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?
e. Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media
13
5) Prinsip Berkenaan dengan Pemilihan Kegiatan Penilaian
a. Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya diikuti langkah-
langkah sebagai berikut: Rumusan tujuan pendidikan yang umum,
dalam ranah-ranah kognitif, afektif, dan prikomotor. Uraikan ke dalam
bentuk tingkah-tingkah laku murid yang dapat diamati. Hubungkan
dengan bahan pelajaran. Tuliskan butir-butir test.
b. Dalam merencanakan suatu penilain hendaknya diperhatikan beberapa
hal :
– Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang
akan ditest?
– Berapa lama waktu dibutuhkan untuk pelaksanaan test?
– Apakah test tersebut berbentuk uraian atau objektif?
– Berapa banyak butir test perlu disusun?
– Apakah test tersbut diadministrasikan oleh guru atau oleh murid?
c. Dalam pengolahan suatu hasil penilaian hendaknya diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
– Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil test?
– Apakah digunakan formula quessing?
– Bagaimana dalam pengubahan skor?
– Skor standar apa yang digunakan?
– Untuk apakah hasil-hasil test digunakan?
14
masyarakat atau dunia kerja dapat dianalisis dari aspek kemajuan yang ada di
dalam masyarakat dan prediksi-prediksi kemajuan masyarakat di masa yang
akan datang, sedangakan harapan pemerintah bisa dilihat dari kebijakan-
kebijakan pendidikan dari pemerintahan baik pemerintah daerah maupun
pemerintah pusat. Dai ketiga hal tersebut, selanjutnya didiagnosis dan disusun
menjadi serangkaian kebutuhan sebagai masukan dalam pembuatan dan
pengembangan kurikulum itu sendiri.
Pendekatan yang bisa dilakuakan untuk menganalisis kebutuhan juga
ada tiga yaitu survey kebutuhan, studi kompetensi, dan analisis tugas. Survey
kebutuhan bisa dilakukan dengan cara melakukan wawancara baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan sejumlah orang contohnya yaitu
dengan tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, para ahli, dan pemerintah
berkaitan dengan kurikulum sebagai suatu program pendidikan. Studi
kompetensi dilakuakan dengan analisis terhadap kompetensi-kompetensi yang
dibutuhkan oleh suatu jenis dan jenjang program pendidikan. Serta
pendekatan analisis juga dilakukan dengan cara menganalisis tugas yang harus
diselesaikan, tugas tersebut berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Hasil akhir analisis dan diagnosa kebutuhan ini adalah deskipsi
kebutuan sebagai bahan yang akan dijadikan masukan maupun pertimbangan
kedepannya dalam pembuatan maupun pengembangan kurikulum dalam
perumusan tujuan.
2) Perumusan Tujuan
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah perumusan tujuan. Dalam
tujuan-tujuan kurikulum, ada tujuan umum (kompleks) dan tujuan khusus.
Tujuan-tujuan tersebut meliputi : tujuan pendidikan nasional, tujuan institusi,
tujuan kurikuler, serta tujuan instruksional umum dan khusus. Benyamin
S.Bloom membagi tujuan menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Ranah kognitif berkaitan dengan penguasaan kemampuan-
kemampuan intelektual atau berfikir, ranah afektif berkaitan dengan
15
penguasaan dan pengembangan perasaan, sikap, minat, dan nilai-nilai
sedangkan ranah psikomotor berkaitan dengan penguasaan dan
pengembangan keteampilan-keterampilan motorik.
3) Pemilihan dan Pengorganisasian Materi
Menurut M.D Gall (1981) dalam Supratman Zakir mengatakan bahwa
sembilan tahap dalam pengembangan bahan kurikulum yaitu identifikasi
kebutuhan, merumuskan isi kurikulum, menentukan anggaran biaya,
membentuk tim, mendapatkan susunan bahan, menganalisis bahan, menilai
bahan, membuat keputusan adopsi, menyebarkan, mempergunakan, dan
memonitoring bahan.
Secara spesifik yang dimaksud dengan materi kurikulum adalah segala
sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Isi dari
kegiatan belajar pembelajaran adalah isi dari kurikulum. Tugas guru adalah
mengembangkan bahan pelajaran tersebut bedasarkan tujuan instruksional
yang telah disusun dan dirumuskan sebelumnya.
4) Penyusunan Bahan Pelajaran
Kriteria dalam pemilihan materi kurikulum antara lain :
a. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai
b. Dianggap berharga sebagai warisan budaya dari generasi masa lalu
c. Berguna bagi penguasaan suatu disiplin ilmu
d. Bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, untuk bekal dimasa kini dan
masa yang akan datang
e. Sesuai dengan kebutuhan dan minat anak didik dan kebutuhan
masyarakat
Ada beberapa cara yang digunakan dalam menyusun sebuah skuens
bahan ajar yaitu skuens kronologis (urutan kejadian), skuens kasual (sebab
akibat), skuens struktural, skuens logis dan psikologis. Dalam penyusunan
skuens, perlu mempertimbangkan beberapa hal :
a. Taraf kesulitan materi pelajaran atau isi kurikulum
b. Apersepsi atau pengalaman masa lalu
16
c. Kematangan dan perkembangan peserta didik
d. Minat dan kebutuhan peserta didik
e. Pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar
5) Pemilihan dan Pengorganisasian Pengalaman Belajar
Cara pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode, serta
teknik yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat materi yang akan diberikan.
Pengalaman belajar siswa bisa bersumber dari pengelaman visual, suara,
peradaban, dan penciuman. Pengalaman belajar yang dipilih harus mencakup
berbagai kegiatan mental-fisik yang menarik minat siswa, sesuai dengan
tingkat perkembangannya, dan merangsang siswa untuk belajar aktif dan
kreatif.
6) Pengembangan Alat Evaluasi
Pengembangan alat evaluasi yaitu untuk menelaah kembali apakah
kegiatan yang telah dilakukan sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Menurut Mc. Neil (1977) dalam Supratman Zakir mengungkapkan bahwa ada
dua hal yang perlu mendapatkan dari penilaian terhadap kurikulum yaitu
apakah kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dan diorganisasikan itu
memungkinkan tercapainnya tujuan pendidikan yang dicita-citakan dan
apakah kurikulum itu telah dikembangkan dan dapat diperbaiki serta
bagaimana cara memperbaikinya. Evaluasi kuikulum dapat dilakukan
terhadap kompenen-kompenen kurikulum itu sendii, evaluasi terhadap
implementasi kurikulum, dan evaluasi terhadap hasil yang dicapai.
17
dengan konsep Bobbit tentang analisis kecakapan atau pekerjaan sebagai dasar
penyusunan kurikulum. Telah diketahui bersama bahwa mengembangkan
kurikulum bukan sesuatu yang mudah dan sederhana karena banyak hal yang
harus dipertimbangkan. Menurut Nasution (1995) dalam Soeparto dkk ada 4 asas
yang mendasari pengembangan setiap kurikulum, yaitu :
1) Asas Filosofis
Asas filosifis yaitu berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai
dengan falsafah negara. Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi
manusia yang “baik”, yang ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat
yang dianut negara, guru, orang tua, masyarakat, dan bahkan dunia. Perbedaan
filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam tujuan
pendidikan, bahan pelajaran, cara mengajar, dan cara menilai. Pendidikan di
negara otokratis akan berbedan dengan negara yang demokratis, pendidikan di
negara yang menganut agama Budha akan berlainan dengan pendidikan di
negara yang memeluk agama Islam atau Kristen. Kurikulum tak dapat tiada
mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat bangsa dan negara, terutama
dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus
dicapai melalui pendidikan formal. Mengapa filsafat sangat diperlukan dalam
dunia pendidikan? MenurutNasution (2006: 28), filsafat besar manfaatnya
bagi kurikulum, yakni:
a) Filsafat pendidikan menentukan arah ke mana anak-anak harus
dibimbing. Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan oleh masyarakat
untuk mendidik anak menjadi manusia dan warga negara yang dicita-
citakan oleh masyarakat itu. Jadi, filsafat menentukan tujuan
pendidikan.
b) Dengan adanya tujuan pendidikan ada gambaran yang jelas tentang hasil
pendidikan yang harus dicapai, manusia yang bagaimana yang harus
dibentuk.
c) Filsafat juga menentukan cara dan proses yang harus dijalankan untuk
mencapai tujuan itu.
18
d) Filsafat memberikan kebulatan kepada usaha pendidikan, sehingga tidak
lepas-lepas. Dengan demikian terdapat kontinuitas dalam perkembangan
anak.
e) Tujuan pendidikan memberikan petunjuk apa yang harus dinilai dan
hingga mana tujuan itu telah tercapai.
f) Tujuan pendidikan memberi motivasi dalam proses belajar-mengajar,
bila jelas diketahui apa yang ingin dicapai.
2) Asas Psikologis
Asas psikologis yaitu berkaitan dengan faktor anak dalam kurikulum
yakni psikologi anak, perkembangan anak, psikologi belajar, dan proses
belajar anak.
a) Psikologi Anak
Sekolah didirikan untuk kepentingan anak, yakni mencipatakn
situasi-situasi dimana anak dapat belajar untuk mengembangkan bakat
dan potensinya. Selama berabad-abad anak dipandang sebagai orang
dewasa kecil. Baru setelah Rousseau anak itu dikenal sebagai anak, dan
dilakukan penelitian ilmiah untuk lebih mengenalnya. Sejak permulaan
abad ke-20, anak kian mendapatkan perhatian sebagai salah satu asas
dalam pengembangan kurikulum. Timbullah aliran yang disebut dengan
progesif. Kurikulum yang sangat berorientasi pada minat dan
perkembangan anak disebut “Child Centered Curriculum”. Kurikulum
ini merupakan reaksi terhadap kurikulum yang ditentukan oleh orang
dewasa tanpa menghiraukan kebutuhan dan minat anak. Gerakan ini
menaik perhatian para pendidik, khususnya para pengembang
kurikulum, untuk selalu menempatkan anak sebagai salah satu pokok
pemikiran. Menurut Nasution (2006), beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengembangan kurikulum adalah:
a) Anak bukan miniatu orang dewasa
b) Fungsi sekolah di antaranya mengembangkan pribadi anak
seutuhnya
19
c) Faktor anak harus benar-benar diperhatikan dalam pengembangan
kuikulum
d) Anak harus menjadi pusat pendidikan atau sebagai subjek belajar
dan objek belajar
e) Tiap anak unik, mempunyai cita-cita tesendiri, lain dari yang lain.
Mempertimbangaka keunikan anak agar ia dapat berkembang
dengan bakatnya sendiri.
f) Walapun setiap anak berbeda-beda, tetapi banyak pula yang
memiliki kesamaan diantara mereka. Maka sebagian kurikulum
dapat sama bagi semua.
b) Psikologi Belajar
Pendidikan disekolah diberikan dengan kepercayaan dan
keyakinan bahwa anak-anak dapat dididik, dapat dipengaruhi
perilakunya. Anak-anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah
pengetahuan, dapat mengubah sikapnya, dapat menerima noma-norma,
dan dapat menguasai sejumlah keterampilan. Persoalannya yaitu
bagaimana anak itu belajar? Kalau memahami dengan baik, bagaimana
proses belajar anak itu belangsung, serta dalam keadaan yang
bagaimana belajar itu memberi hasil yang sebaik-baiknya, maka
kurikulum dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan cara yang lebih
efektif.
3) Asas Sosiologis
Asas sosiologis yaitu keadaan masyarakat, perkembangannya dan
perubahannya, kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa
pengetahuan dll. Anak tidak hisup sendiri, terisolasi dari manusia lainnya.
Ia hidup dalam suatu masyarakat. Disana ia harus memenuhi tugas-tugas
yang harus dilaksanakannya dengan penuh tanggung jawab, baik sebagai
anak, maupun sebagai orang dewasa kelak. Ia banyak menerima jasa dari
masyarakat dan ia sebaliknya haus menyumbangkan baktinya bagi
kemajuan bangsa.
20
Tiap manusia mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang tak
dapat tiada harus dikenal dengan diwujudkan anak dalam pribadinya, lalu
dinyatakan dalam perilakunya. Tiap masyarakat memiliki anutan corak
nilai yang berlainan. Tiap anak akan berbeda latar belakang
kebudayaannya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam kurikulum, di
samping perubahan yang terjadi di masyarakat akibat perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Oleh sebab itu masyaakat suatu faktor yang begitu penting dalam
mengembangkan kuikulum, maka masyarakat dijadikan salah satu asas.
Betapa pun pentingnya asas ini, tetapi penerapannya dalam pengembangan
kurikulum harus dijaga agar tidak mendominasi sehingga timbul kurikulum
yang berpusat pada masyarakat.
4) Asas Organisatoris
Asas organisatoris yang mempetimbangkan bentuk dan organisasi
bahan bahan pelajaran yang disajikan. Pilihan manapun yang digunakan
dalam mengorganisasikan kuikulum tidaklah bekaitan dengan soal baik
buruk. Setiap organisasi kurikulum mempunyai kebaikan dan sekligus
kekurangan ditinjau dari segi-segi tertentu. Selain itu, macam-macam
organisasi kurikulum dapat dijadikan secara bersama di satu sekolah,
bahkan yang satu dapat membantu atau melengkapi yang lainnya.
21
1) Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar
untuk merumuskan tujuan instiusional yang pada gilirannya menjadi
landasan dalam merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan
pendidikan
2) Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita
3) Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada karakteristik
perkembangan peserta didik
4) Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan
manusiawi (interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk IPTEK
(kultur) dan lingkungan hidup (bioekologi) setra lingkungan alam
(geoekologis)
5) Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan di
bidang ekonomi, kesejahteraan rakyar, hukum, hankam, dan
sebagainya
6) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan
sistem nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa.
22
mengandung makna suatu kesatuan komponen yang terdiri dari unsur-unsur
pendidikan yang bekerja sama dan berhubungan antara satu dengan yang lain.
Sistem pendidikan Indonesia sendiri dikenal dengan Sistem Pendidikan
Nasional yang diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003(Indonesia, 2003).
Komponen pendidikan merupakan bagian dari suatu sistem pendidikan.
Terdapat 7 komponen pendidikan yang terkandung dalam sistem pendidikan
nasioanal dalam menunjang proses pendidikan, yang diantaranya:
a. Tujuan Pendidikan
b. Peserta Didik
c. Pendidik
d. Alat dan Fasilitas Pendidikan
e. Metode Pendidikan
f. Isi Pendidikan
g. Lingkungan Pendidikan
23
Kurikulum yang merupakan standar isi pendidikan menjadi faktor utama dari
kemujuan suatu sistem pendidikan itu sendiri.
Dengan pemilihan perangkat yang tepat suatu kurikulum dapat
memudahkan tercapainya suatu tujuan dari pendidikan itu sendiri. Kurikulum
sebagai suatu komponen pendidikan tidak dapat diberlakukan hanya sekali
dan satu jenis kurikulum saja. Di Indonesia sudah mengalami beberapa kali
pergantian kurikulum hingga saat ini memakai kurikulum 2013. Pergantian
kurikulum secara terus menerus ini merupakan penyesuaian pendidikan di
Indonesia dengan perkembangan zaman dengan harapan pendidikan di
Indonesia dapat menjadi semakin maju. Peran dari kurikulum sendiri yaitu
untuk mengatur segala bentuk pendidikan formal yang ada di Indonesia agar
pendidikan di Indonesia dapat berjalan dengan baik serta tujuan dari
pendidikan tersebut dapat tercapai.
Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu
peserta didik mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan.
Kurikulum merupakan aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah,
termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program
belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis. Kurikulum diberikan
oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar,
kurikulum adalah niat, rencana dan harapan. Menurut Alexander Inglis dalam
(Elisa, 2018), fungsi kurikulum dalam pendidikan meliputi:
1. Fungsi penyesuaian (The adjustive of adaptive function), maksudnya
fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan menuju individu yang bisa
menyesuaikan dengan baik. individu hidup dalam lingkungan, sedangkan
lingkungan tersebut senantiasa berubah dan dinamis, maka setiap individu
harus mampu menyesuaikan diri secara
2. Fungsi integrasi (The integrating function), kurikulum berfungsi
mendidik pribadi-pribadi yang Oleh karena individu itu sendiri
merupakan bagian integral dari masyarakat, maka pribadi yang
24
terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan
atau pengintegrasian masyarakat.
3. Fungsi deferensiasi (The differentiating function), kurikulum perlu
memberikan pelayanan terhadap perbedaan-perbedaan perorangan dalam
Pada dasarnya deferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis
dankreatif, dan ini akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat.
4. Fungsi persiapan (The prapaedetic function), kurikulum berfungsi
mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk
jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke masyarakat. Mempersiapkan
kemampuan sangat perlu, karena sekolah tidak mungkin memberikan
semua apa yang diperlukan atau semua apa yang menarik minat mereka.
5. Fungsi pemilihan (The selective function), antara keberbedaan dan
pemilihan mempunyai hubungan yang erat. Keberbedaan memberikan
kesempatan banyak memilih. Pengakuan atas perbedaan berarti pula
diberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa yang dinginkan
dan menarik minatnya. Ini merupakan kebutuhan yang sangat ideal bagi
masyarakat yang demokratis, sehingga kurikulum perlu diprogram secara
fleksibel. Fungsi diagnosa (The diagnostic function), salah satu segi
pelayanan pendidikan adalah membantu dan mengarahkan para siswa
agar mereka mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat
mengembangkan semua potensi yang Ini dapat dilakukan bila mereka
menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki melalui
eksplorasi dan prognosa. Fungsi kurikulum dalam mendiagnosa dan
membimbing siswa agar dapat mengembangkan potensi siswa secara
optimal.
Kurikulum memegang peran penting dalam pendidikan. Berikut adalah
beberapa peranan kurikulum yang bisa berimbas langsung pada proses dan
hasil belajar (Elisa, 2018):
1. Peran konservatif, artinya kurikulum bertugas menyimpan dan
mewariskan nilai-nilai luhur budaya. Dengan demikian, sekolah sebagai
25
suatu lembaga sosial dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku
para siswa dengan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan
dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses
2. Peran kreatif, kurikulum harus bisa memberikan dorongan kepada siswa
agar berkembang daya kreatifnya. Kurikulum juga membantu setiap
individu mengembangkan semua potensi yang ada padanya, maka
kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir,
kemampuan dan keterampilan yang baru yang dapat bermanfaat bagi
masyarakat.
3. Peran kritis dan evaluatif, artinya kurikulum berperan sebagai alat untuk
menilai dan sekaligus memperbaiki masyarakat. Niali-nilai sosial yang
tidak sesuai lagi dengan keadaan masa mendatang dihilangkan dan
diadakan modifikasi dan perbaikan, sehingga kurikulum perlu
mengadakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
27
psikologis yaitu berkaitan dengan fakto anak dalam kurikulum yakni psikologi
anak, perkembangan anak, psikologi belajar, dan proses belajar anak, (3) Asas
sosiologis yaitu keadaan masyarakat, perkembangannya dan perubahannya,
kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan dll, (4) Asas
organisatoris yang mempetimbangkan bentuk dan organisasi bahan bahan
pelajaran yang disajikan
5. Kurikulum yang merupakan standar isi pendidikan menjadi faktor utama dari
kemujuan suatu sistem pendidikan itu sendiri. Secara umum fungsi kurikulum
adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik mengembangkan
pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum merupakan aspek yang
mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta
prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program Kurikulum memegang peran
penting dalam pendidikan.
3.2 Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
1(02).
Remaa Rosdakarya.
Soeparto dkk. (2008). Bahan Ajar Cetak Pengembangan Kurikulum SD. Direktorat
raniry.ac.id/1257/1/Buku%202%20Pengembangan%20Kurikulum-
OKE%20PDF.pdf
Salim Agus. Pengembangan Kurikulum Berbasis Karakter. Retrieved from
file:///C:/Users/ADMIN/Downloads/6-23-1-PB.pdf