Anda di halaman 1dari 17

DIMENSI-DIMENSI DAN INDIKATOR KOMPETENSI GURU

INDONESIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Kependidikan


Dosen Pengampu : P. Wayan Arta Suyasa, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Reynaldi : 1815051024
2. Made Arya Widiarta : 1815051028
3. Nyoman Arya Wilaputra : 1815051035
4. I Nengah Andre Septiastika : 1815051114
5. Made Kresna Wicaksana : 1815051115

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena berkat
rahmatnya–lah kami bisa menyelesaikan makalah dengan judul “Implementasi
Pandangan Filsafat Positivisme, Progresivisme, Humanistik, Dan Pancasila Dalam
Praktik Pendidikan”. Makalah ini dibuat guna menyelesaikan tugas mata kuliah
Wawasan Kependidikan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa filsafat-filsafat
tentang pendidikan itu masih menjadi problematika dalam dunia pendidikan. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang penulisan kutipan ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Singaraja, 02 April 2019

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .......................................................................................................... 2
1.5 Metode Pembuatan Makalah ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Implementasi Filsafat Positivisme Dalam Pendidikan .................................. 3
2.1.1 Pengertian Filsafat Positivisme ........... Error! Bookmark not defined.
2.1.2 Filsafat positivisme terhadap pendidikan Indonesia . Error! Bookmark
not defined.
2.2 Implementasi Progresivisme Dalam Pendidikan ........................................... 4
2.2.1 Pengertian Progresivisme .................... Error! Bookmark not defined.
2.2.2 Implementasi Aliran Progresivisme Dalam Pendidikan .............. Error!
Bookmark not defined.
2.3 Implementasi Filsafat Humanisme/Humanistik Dalam Pendidikan ............. 6
2.3.1 Pengertian Humanisme ........................ Error! Bookmark not defined.
2.3.2 Implementasi Humanisme/Humanistik Dalam Pendidikan ......... Error!
Bookmark not defined.
2.4 Implementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Pendidikan ................................ 8
2.4.1 Implementasi Sila Ketuhanan Dalam Pendidikan .... Error! Bookmark
not defined.
2.4.2 Implementasi Sila Kemanusiaan Dalam Pendidikan Error! Bookmark
not defined.
2.4.3 Implementasi Sila Persatuan Dalam Pendidikan Error! Bookmark not
defined.

iii
2.4.4 Implementasi Sila Kerakyatan Dalam Pendidikan ... Error! Bookmark
not defined.
2.4.5 ImplementasiSila Keadilan Dalam Pendidikan . Error! Bookmark not
defined.
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 12
3.2 Saran ............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu masyarakat atau bangsa menjadikan filsafat sebagai suatu pandangan
hidup yang akan melandasi semua aspek hidup bangsa, termasuk juga aspek
pendidikan. Filsafat yang dikembangkan harus berdasarkan filsafat yang dianut
oleh suatu bangsa, sedangkan pendidikan merupakan suatu cara atau mekanisme
dalam menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat dari bangsa tersebut. Cara
kerja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan
kehidupan manusia, dimana manusia merupakan salah satu aspek dari kehidupan
tersebut, karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan. Oleh
karena itu pendidikan membutuhkan filsafat, karena masalah-masalah pendidikan
tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada
pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas,
lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak terbatasi oleh pengalaman maupun
fakta-fakta pendidikan yang faktual, tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh
sains pendidikan.
Hubungan filsafat dengan pendidikan dapat kita ketahui bahwa filsafat akan
mengkaji suatu realitas dengan lebih luas, sesuai dengan ciri berpikir filsafat, yaitu
radikal, sistematis, dan universal. Konsep tentang dunia dan pandangan tentang
tujuan hidup tersebutkan akan menjadi landasan dalam menyusun tujuan
pendidikan. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para
perencana pendidikan dan orang-orang ang bekerja dalam bidang pendidikan
dalam mengembangkan pendidikan ke arah yang lebih baik. Hal tersebut akan
mewarnai perbuatan dan menginspirasi mereka secara arif dan bijak sehingga
nantinya dapat mengembangkan dunia pendidikan, khususnya di Indonesia,
menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dengan dan filsafat-filsafat umum.
Pemahaman akan filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan
meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelsaikanya. Filsafat
pendidikan dibagi menjadi beberapa macam seperti : filsafat positivisme,
progresivisme, humanistik dan pancasila. Masing-masing filsafat memiliki
pandangan berbeda mengenai pendidikan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, terdapat beberapa rumusan
masalah sebagai berikut.
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan filsafat Positivisme?
1.2.2 Bagaimana implementasi filsafat Positivisme dalam dunia pendidikan?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan filsafat Progresivisme?
1.2.4 Bagaimana implementasi filsafat Progresivisme dalam dunia pendidikan?
1.2.5 Apa yang dimaksud dengan filsafat Humanistik?
1.2.6 Bagaimana implementasi filsafat Humanistik dalam dunia pendidikan?
1.2.7 Apa yang dimaksud dengan filsafat Pancasila?
1.2.8 Bagaimana implementasi dari filsafat Pancasila dalam dunia pendidikan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatannya, paper ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Belajar dan Pembelajaran serta untuk mengetahui dan memahami:
1.3.1 Filsafat Positivisme dan penerapannya dalam dunia pendidikan
1.3.2 Filsafat Progresivisme dan penerapannya dalam dunia pendidikan
1.3.3 Filsafat Humanistik dan penerapannya dalam dunia pendidikan
1.3.4 Filsafat Pancasila dan penerapannya dalam dunia pendidikan

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut.
1.4.1 Dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan bagi penyusun
maupun pembaca mengenai filsafat pendidikan.
1.4.2 Dapat mengambil pelajaran dari filsafat pendidikan tersebut sehingga
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1.5 Metode Pembuatan Makalah


Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan metode literasi informasi
yang dalam pencarian sumber materi dengan cara membaca beberapa artikel dan
lain-lain di internet. Setelah kami mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan,
kami menyusunnya menjadi sebuah makalah yang bisa membahas beberapa
permasalahan mengenai implementasi pandangan filsafat positivisme,
progresivisme, humanistik, dan pancasila dalam praktik pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kompetensi


Kompeten dan kompetensi adalah dua kata yang semakin sering diucapkan
dalam lingkup bisnis maupun organisasi pemerintah belakangan ini. Saking
seringnya, makna hakiki kedua kata itu pun cenderung disederhanakan. Kompeten
dan kompetensi, misalnya, dianggap sama dengan keahlian atau kemampuan.
Orang yang ahli di bidang teknik bangunan, umpamanya, dianggap kompeten di
bidang teknik bangunan. Padahal, kompetensi seorang ahli teknik bangunan yang
berprofesi sebagai dosen akan berbeda dengan ahli teknik bangunan yang
berprofesi sebagai Manajer Proyek. Di sini terlihat, bahwa kompetensi individu
tidak bisa berdiri sendiri hanya sebatas kebiasaan atau kemampuan seseorang,
tetapi ia terkait erat dengan tugas dan profesi yang dijalankan orang itu dalam
pekerjaan.

Kompetensi diakui sebagai faktor yang memegang factor penting dalam


keberhasilan seseorang dalam pekerjaannya. Sebagai contoh guru sebagai salah
satu profesi, Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
menyatakan bahwa Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya Mendiknas RI melalui
Permen Nomor 16 Tahun 2007 menetapkan Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru. Identifikasi kompetensi guru yang tepat dianggap memiliki
nilai prediksi yang valid untuk keberhasilan guru dalam pekerjaannya

”Apakah arti sebenarnya kompetensi dan bagaimana pula dengan


pengertian kompetensi guru?”, menjadi pertanyaan yang sangat penting untuk
dijawab. Pemahaman yang mendalam tentang pengertian kompetensi akan
memberikan dasar dalam upaya menjadi guru yang berhasil sesuai dengan standar
kompetensi yang telah ditetapkan.

Pengertian kompetensi Untuk memahami pengertian “standar


kompetensi”, hendaknya ditelusuri terlebih dahulu pengertian dari “kompetensi”.

3
Berkaitan dengan definisi/pengertian “kompetensi”, berikut adalah pernyataan-
pernyataan yang berhubungan dengan pengertian kompetensi tersebut.

Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002. tentang Kurikulum Inti


Perguruan Tinggi mengemukakan “Kompetensi adalah seperangkat tindakan
cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang
pekerjaan tertentu”.

Association K.U. Leuven mendefinisikan bahwa pengertian kompetensi


adalah peingintegrasian dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
memungkinkan untuk melaksanakan satu cara efektif.

Descriptive of qualitative nature or teacher behavior appears to be entirely


meaningful (Broke and Stone, 1975). Kompetensi merupakan gambaran hakikat
kualitatf dari perilaku guru yang tampak sangat berarti. Competency as a rational
ferfomance wich satisfactorily meets the objective for a desired condition (Charles
E. Johnson, 1974).

Robert A. Roe (2001) mengemukakan definisi dari kompetensi yaitu:


Competence is defined as the ability to adequately perform a task, duty or role.
Competence integrates knowledge, skills, personal values and attitudes.
Competence builds on knowledge and skills and is acquired through work
experience and learning by doing.

Dari definisi di atas kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan


untuk melaksanakan satu tugas, peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan
pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan
kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan
pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan.

2.2 Pengertian Kompetensi Guru


Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab
dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.

4
Pada penelitian ini hanya akan dikaji dua kompetensi guru, yaitu
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik
seorang guru ditandai dengan kemampuannya menyelenggarakan proses
pembelajaran yang bermutu, serta sikap dan tindakan yang dapat dijadikan
teladan. Guru juga perlu memiliki kompetensi profesional yaitu selalu
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni.

Guru pendidikan dasar perlu memiliki kemampuan memantau atas


kemajuan belajar siswanya sebagai bagian dari kompetensi pedagogik dengan
menggunakan berbagai teknik asesmen alternatif seperti pengamatan, pencatatan,
perekaman, wawancara, potofolio, memajangkan karya siswanya. Guru sebagai
pedagogik perlu meningkatkan kompetensinya melalui aktivitas kolaboratif
dengan kolega, menjalin kerjasama dengan orang tua, memberdayakan sumber-
sumber yang terdapat di masyarakat, melakukan penelitian sederhana. Diaz,
Pelletier, dan Provenzo mengatakan bahwa guru harus senantiasa berusaha
memperbaiki kinerjanya dan mengatasi masalah-masalah pembelajaran dan
senantiasa mengikuti perubahan. Dalam membelajarkan siswa, menurut
Cruicksank, Jenkins, dan Metcalf, guru perlu menguasai pemanfaatan ICT untuk
kebutuhan belajarnya.

Kegiatan belajar dan pembelajaran perlu dikelola dengan baik. Menurut


Tight mengelola pembelajaran adalah rangkaian kegiatan penyampaian bahan
pelajaran kepada siswa agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan
mengembangkan bahan pelajaran dan merupakan sebuah cara dan proses
hubungan timbal balik antara siswa dengan guru yang sama-sama aktif melakukan
kegiatan. Batasan tersebut selaras dengan pendapat Tim Wollonggong bahwa
mengelola pembelajaran merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan kebutuhan siswa,
sehingga terjadi proses belajar.

Batasan mengelola pembelajaran secara lebih sederhana dikemukakan


Crowl bahwa mengelola pembelajaran sebagai perbuatan yang dilakukan

5
seseorang dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain melakukan
kegiatan belajar. Dalam kegiatan mengelola pembelajaran seorang guru
melakukan suatu proses perubahan positif pada tingkah laku siswa yang ditandai
dengan berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan, kecakapan
dan kompetensi serta aspek lain pada diri siswa, sedangkan perubahan tingkah
laku adalah keadaan lebih meningkat dari keterampilan, sikap, pengetahuan,
pemahaman dan aspirasi.

Depdiknas juga merumuskan definisi kompetensi sebagai pengetahuan,


keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir
dan bertindak. Berdasarkan definsi tersebut Rastodio (2009) mendefinisikan
kompetensi guru sebagai penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai
dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam
menjalankan profesi sebagai guru.

Selanjutnya Kepmendiknas nomor 16 Tahun 2007 menetapkan standar


kompetensi guru yang dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi :
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

2.3 Macam-macam Kompetensi Guru


Berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen pada pasal 10 ayat 1 menyatakan bahwa “Kompetensi guru sebagaimana
dimaksud dalam pasal 8 meliputi Kompetensi Pedagogik, Kompetensi
Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Kopetensi Profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi”.

Untuk menciptakan peserta didik yang berkualitas, guru harus menguasai


4 kompetensi. Keempat kompetensi yang harus dikuasai guru untuk meningkatkan
kualitasnya tersebut adalah kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan
kepribadian. Guru harus sungguh-sungguh dan baik dalam menguasai 4
kompetensi tersebut agar tujuan pendidikan bisa tercapai.

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam


mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi yang merupakan kompetensi

6
khas, yang membedakan guru dengan profesi lainnya ini terdiri dari 7 aspek
kemampuan, yaitu:

a. Mengenal karakteristik anak didik


b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
c. Mampu mengembangkan kurikulum
d. Kegiatan pembelajaran yang mendidik
e. Memahami dan mengembangkan potensi peserta didik
f. Komunikasi dengan peserta didik
g. Penilaian dan evaluasi pembelajaran

2. Kompetensi Profesional

Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam mengikuti


perkembangan ilmu terkini karena perkembangan ilmu selalu dinamis.
Kompetensi profesional yang harus terus dikembangkan guru dengan belajar dan
tindakan reflektif. Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam
menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:

a. Konsep, struktur, metode keilmuan/teknologi/ seni yang


menaungi/koheren dengan materi ajar.
b. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah
c. Hubungan konsep antar pelajaran terkait
d. Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari
e. Kompetensi secara professional dalam konteks global dengan tetap
melestarikan nilai dan budaya nasional

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial bisa dilihat apakah seorang guru bisa bermasyarakat dan
bekerja sama dengan peserta didik serta guru-guru lainnya. Kompetensi sosial
yang harus dikuasai guru meliputi:

a. Berkomunikasi lisan dan tulisan


b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional

7
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
e. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia
f. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan
g. Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru

4. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang


mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana,
berwibawa dapat menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, berakhlak
mulia, mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara
berkelanjutan.

Keempat potensi tersebut sangat berperan penting dalam proses belajar


mengajar agar terciptanya kondisi belajar dan mengajar yang baik. Pendapat lain
juga mengatakan istilah kompetensi profesional sebenarnya merupakan “payung”,
karena telah mencakup semua kompetensi lainnya.

2.4 Peranan dan Kompetensi Guru dalam Proses Belajar Mengajar


Berdasrakan studi literatur terhadap pandangan Adams and Dickey dalam
bukunya Basic Principles of Student Teaching, dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat 13 peranan seorang guru dalam proses mengajar yang menuntut berbagai
kompetensi dan keterempilan dalam mengajar yaitu:

a. Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, yang perlu


memiliki keterampilan dalam memberikan informasi kepada kelas.
b. Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara
memimpin kelompok-kelompok murid.
c. Guru sebagai pembimbing, perlu memiliki keterampilan cara mengarahkan
dan mendorong kegiatan belajar siswa.
d. Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki keterampilan
mempersiapkan dan menyediakanalat dan bahan pelajaran.

8
e. Guru sebagai partisipan, perlu memiliki keterampilan cara memberikan
saran, mengarankan pemikiran kelas, dan memberikan penjelasan.
f. Guru sebagai ekspeditur, perlu memiliki keterampilan menyelidiki
sumber-sumber masyarakat yang akan digunakan.
g. Guru sebagai perencana, perlu memiliki keterampilan cara memilih, dan
meramu bahan pelajaran secara profesional.
h. Guru sebagai supervisor, perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan
anak dan ketertiban kelas.
i. Guru sebagai motivator, perlu mimiliki keterampilan mendorong motivasi
belajar siswa.
j. Guru sebagai penanya, perlu memiliki keterampilan cara bertanya yang
merangsang kelas berpikir dan cara memecahkan masalah.
k. Guru sebagai pengajar, perlu memiliki keterampilan cara memberikan
penghargaan terhadap anak-anak yang berprestasi.
l. Guru sebagai evaluator, perlu memilki koterampilan cara menilai anak-
anak secara objektif, kontinu, dan komprehensif.
m. Guru sebagai konselor, perlu memilki keterampilan cara membantu anak-
anak yang mengalami kesulitan tertentu.

2.5 Pentingnya Kompetensi Guru


Masalah kompetensi profesional guru merupakan salah satu dari
kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan
apapun. Beberapa hal yang menyebabkan pentingnya kompetensi guru antara lain:

1. Kompetensi guru sebagai alat seleksi penerimaan guru

Perlu ditentukan secara umum jenis kompetensi apakah yang perlu


dipenuhi sebagai syarat agar seseorang dapat diterima menjadi guru. Dengan
adany asyarat ini, maka akan terdapat pedoman bagi administrator dalam
menyeleksi penerimaan guru yang diperlukan untuk satu sekolah. Asumsin
yang mendasari kriteria ini adalah bahwa setiap calon guru yang memenuhi
syarat tersebut, diharapkan dapat mengemban tugasnya dengan baik dan benar
serta berhasil selaku pengajar di sekolah.

9
2. Kompetensi guru penting dalam rangka pembinaan guru

Jika telah ditentukan jenis kompetensi guru yang diperlukan, maka atas
dasar ukuran itu akan dapat diobservasi dan ditentukan guru yang memiliki
kompetensi penuh dan yang masih kurang memadai kompetensinya. Informasi
tentang hal ini sangat diperlukan oleh para administrator dalam usaha
pembinaan dan pengembangan terhadap para guru.

3. Kompetensi guru penting dalam rangka penyusunan kurikulum

Berhasil atau tidaknya pendidikan terletak pada berbagai komponen dalam


nproses pendidikan guru itu. Salah satunya yaitu komponen kurikulum. Oleh
karena itu, kurikulum pendidikan guru harus disusun berdasarkan kompetensi
yang diperlukan oleh setiap guru. Tujuan, program pendidikan, sistem
penyampaian, evaluasi, dsb. Hal ini harus direncanakn dengan baik agar
relevan dengan tuntutan kompetensi guru secara umum.

4. Kompetensi guru penting dalam hubungan dengan kegiatan dan hasil


belajar siswa

Proses belajar dan belajar siswa tidak hanyaditentukan oleh sekolah, pola,
struktur, dan isi kurikulum, akan tetapi juga ditentukan oleh kompetensi guru
yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih
mampu mengelola kelasnya, sehingga kegiatan belajar dan mengajar siswa
dalam tingkat yang optimal.

2.5 Strategi Meningkatkan Kompetensi Guru


Upaya untuk meningkatkan kompetensi yaitu, kompetensi harus selaras
dengan bisnis, dan kompetensi harus dikembangkan melalui lebih dari satu
mekanisme. Secara garis besar terdapat lima alat yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kompetensi suatu unit organisasi.

1. Buy (membeli)

Pimpinan organisasi dapat mencari menyewa bakat SDM yang lebih


berkualitas dari sumber eksternal untuk mengganti SDM saat ini. Strategi ini
dilakukan dengan mengadakan seleksi dan penyusunan staf.

10
2. Build (membangun)

Dalam cara ini pimpinan melakukan investasi pada semua karyawan yang
ada saat ini untuk membuat mereka lebih kuat dan berkualitas, serta
kompetensinya meningkat.

3. Borrow (meminjam)

Strategi yang dilakukan oleh pimpinan organisasi untuk meningkatkan


kompetensi karyawan dengan melakukan investasi pada pihak luar organisasi
yang mampu membei gagasan, kerangka bepikir, dan alat untuk memperkuat
organisasi.

4. Bounce (memecat)

Pimpinan organisasi dapat mengganti setiap individu yang gagal


berprestasi untuk memenuhi standarkualifikasi, gagal mengembangkan
keterampilan baru dan tidak berkualitas untuk melakukan praktik pekerjaan.

5. Bind (mengikat)

Strategi ini dilakukan dengan cara mengikat / mempertahankan karyawan


yang memiliki visi, arah, dan kompetensi pada level semua manajemen, sudah
tentu berdasarkan suatu penilaian dan kriteria objektif.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai